ABSTRAK
Yunanda, Saferine. 2015. Penggunaan Diksi dalam Karangan Narasi Karya Guru-Guru SD di Lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada Tahun 2014. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini mengkaji penggunaan diksi dalam karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada tahun 2014. Penelitian ini bertujuan, mendeskripsikan: (1) jenis diksi yang digunakan dalam karangan narasi dan (2) penggunaan diksi dalam karangan narasi dilihat dari segi ketepatan dan kesesuaian diksi.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan deskriptif. Data penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang mengandung diksi. Sumber data dalam penelitian ini adalah 19 karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada tahun 2014. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes mengarang. Data yang terkumpul dianalisis satu persatu. Tahap analisis data berupa identifikasi, klasifikasi, dan interpretasi.
ABSTRACT
Yunanda, Saferine. 2015. The use of diction in Narrative Essay by Elementary School Teachers in YPPK Maybrat Boundary, Diocese of Manokwari, West Papua, in 2014. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language Literature Study Program, the Faculty of Education, University of Sanata Dharma.
This research examines the use of diction in narrative essay by elementary school teachers in YPPK Maybrat boundary, Diocese of Manokwari, West Papua, in 2014. The aim of this research, describe: (1) the type of diction used in narrative essay and (2) the use of diction in the narrative essay in terms of accuracy and suitability of diction.
This research is a qualitative and descriptive research. This research data is sentences containing diction. Sources of data in this study is 19 narrative essay by elementary school teachers in the YPPK Maybrat boundary, Diocese of Manokwari, West Papua, in 2014. Data was collected by using an essay test. Data were analyzed one by one. Data analysis stage form of identification, classification, and interpretation.
PENGGUNAAN DIKSI DALAM KARANGAN NARASI KARYA GURU-GURU SD DI LINGKUNGAN YPPK MAYBRAT, KEUSKUPAN MANOKWARI, PAPUA BARAT, PADA TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
SAFERINE YUNANDA NIM: 111224006
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PENGGUNAAN DIKSI DALAM KARANGAN NARASI KARYA GURU-GURU SD DI LINGKUNGAN YPPK MAYBRAT, KEUSKUPAN MANOKWARI, PAPUA BARAT, PADA TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
SAFERINE YUNANDA NIM: 111224006
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, terima kasih atas segala rahmat dan
berkat-Nya yang melimpah.
2. Kedua orangtua terkasih, Stephanus Susilaharda dan Yuliana Prihatin, S.Ag,
terima kasih atas segala bimbingan, dukungan, dan motivasi yang tak
henti-hentinya selalu diberikan kepada saya.
3. Kedua saudara tersayang, Serafin Aic Priharlina, S.S dan Agustinus Satria
Soma Rajasa, terima kasih atas segala dukungan dan keceriaan kalian yang
selalu membangkitkan semangat.
4. Teman spesial, Paulus Eko Purwo Widodo, terima kasih atas segala dukungan
dan perhatiannya.
5. Teman-teman Kelompok Skripsi Payung Maybrat, Priska Nawang Wulan,
Cicilia Ariza Ratna Marwati, Gabrielle Listyarini Dwisulandi, dan Caecilia
Nurista Syahdu Hening, terima kasih untuk perjuangan dan kebersamaan
v MOTO
1. Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar
pada pengertianmu sendiri. (Amsal, 3:5)
2. Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya. (Pengkotbah, 3:11a)
3. Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan
memberi kelegaan kepadamu. (Matius, 11:28)
4. Kegagalan tak berarti saya telah menyia-nyiakan hidup, tetapi berarti saya
harus mulai lagi cara lain dengan lebih giat dan lebih sabar. (Dr. Robert H.
Schuller)
5. Berpikir seperti seorang ratu, ratu tidak takut gagal, kegagalan adalah batu
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 11 September 2015
Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Saferine Yunanda
Nomor Mahasiswa : 111224006
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul PENGGUNAAN
DIKSI DALAM KARANGAN NARASI KARYA GURU-GURU SD DI
LINGKUNGAN YPPK MAYBRAT, KEUSKUPAN MANOKWARI, PAPUA
BARAT, PADA TAHUN 2014. Dengan demikian, saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 11 September 2015
Saya yang menyatakan
viii ABSTRAK
Yunanda, Saferine. 2015. Penggunaan Diksi dalam Karangan Narasi Karya Guru-Guru SD di Lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada Tahun 2014. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini mengkaji penggunaan diksi dalam karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada tahun 2014. Penelitian ini bertujuan, mendeskripsikan: (1) jenis diksi yang digunakan dalam karangan narasi dan (2) penggunaan diksi dalam karangan narasi dilihat dari segi ketepatan dan kesesuaian diksi.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan deskriptif. Data penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang mengandung diksi. Sumber data dalam penelitian ini adalah 19 karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada tahun 2014. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes mengarang. Data yang terkumpul dianalisis satu persatu. Tahap analisis data berupa identifikasi, klasifikasi, dan interpretasi.
ix ABSTRACT
Yunanda, Saferine. 2015. The use of diction in Narrative Essay by Elementary School Teachers in YPPK Maybrat Boundary, Diocese of Manokwari, West Papua, in 2014. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language Literature Study Program, the Faculty of Education, University of Sanata Dharma.
This research examines the use of diction in narrative essay by elementary school teachers in YPPK Maybrat boundary, Diocese of Manokwari, West Papua, in 2014. The aim of this research, describe: (1) the type of diction used in narrative essay and (2) the use of diction in the narrative essay in terms of accuracy and suitability of diction.
This research is a qualitative and descriptive research. This research data is sentences containing diction. Sources of data in this study is 19 narrative essay by elementary school teachers in the YPPK Maybrat boundary, Diocese of Manokwari, West Papua, in 2014. Data was collected by using an essay test. Data were analyzed one by one. Data analysis stage form of identification, classification, and interpretation.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang
senantiasa mencurahkan rahmat dan berkat-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam segala
proses kelancaran dan keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu,
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada.
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa memberikan berkat,
rahmat, dan kekuatan kepada penulis.
2. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.
3. Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa
Sastra Indonesia yang telah memberikan dukungan kepada penulis untuk
segera menyelesaikan skripsi ini.
4. Dr. B. Widharyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing tunggal yang telah
bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing, memberikan
masukan, dan memberikan kritikan yang membangun dalam proses
penyusunan skripsi ini.
5. Dr. Y. Karmin, M.Pd., selaku triangulator yang telah bersedia meluangkan
waktu dan pikirannya untuk memvalidasi hasil analisis data dalam penelitian
ini.
6. Segenap dosen Prodi PBSI, dosen MKU, dan dosen MKK yang telah
mendidik dan membimbing penulis selama mengikuti kuliah.
7. Robertus Marsidiq, selaku staf sekretariat Prodi PBSI yang selama ini telah
banyak membantu dan memberi kemudahan dalam administrasi yang
diperlukan.
8. Stephanus Susilaharda dan Yuliana Prihatin, S.Ag., selaku orangtua terkasih
yang senantiasa memberikan cinta kasih, doa, semangat, dukungan, dan
xi
9. Serafin Aic Priharlina, S.S dan Agustinus Satria Soma Rajasa, selaku saudara
tersayang yang senantiasa memberikan dukungan dan menghibur penulis
dengan segala keceriannya.
10. Paulus Eko Purwo Widodo, selaku teman spesial yang senantiasa
memberikan semangat, perhatian, dan dukungan kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman Kelompok Skripsi Payung Maybrat, Priska Nawang Wulan,
Cicilia Ariza Ratna Marwati, Gabrielle Listyarini Dwisulandi, dan Caecilia
Nurista Syahdu Hening, terima kasih atas kebersamaan, keceriaan, dan
perjuangan yang telah kita lalui bersama.
12. Teman-teman seperjuangan, Fitriana Rahmawati, Irene Desty Renaningtyas,
Cecilia Christa Pramadina, Andronikus Kresna Dewantara, Yohanes Wedha
Basundoro, Yanuarius Manggur, Leopold, Hendrika Yuli Surantini, Erlin
Advarovi, Elisabeth Prasetiawati, Meilani Triwahyuningrum, Maria Dwi
Rianti, dan Maria Eny Kurniati, terima kasih atas kebersamaan, persahabatan,
dan keceriaan yang telah kita lalui bersama.
13. Teman-teman PBSI angkatan 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu, terima kasih atas kebersamaan, persaudaraan, dan keceriaan yang
indah selama kuliah.
14. Teman-teman Kos Dahlia, Windy Kristanti, Lusia Eli, Kartika Pipit, Maria
Esalwa Rosari, Fransiska Indah Citra Dewi, Karini, dan Rene Santa, terima
kasih atas keceriaan dan kebersamaan yang telah kita lalui bersama.
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan.
Walaupun demikian, peneliti berharap agar penelitian ini dapat bermanfaat untuk
berbagai pihak.
Penulis
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUANPUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 4
1.3Tujuan Penelitian ... 5
1.4Manfaat Penelitian ... 5
1.5Batasan Istilah ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 8
2.2 Pilihan Kata atau Diksi ... 11
2.2.1 Syarat Pemilihan Kata ... 17
2.2.2 Aspek Ketidakbakuan Kata ... 24
2.3 Modus dan Modalitas ... 27
xiii
2.5 Karangan ... 32
2.5.1 Pengertian Karangan ... 32
2.5.2 Pengertian Karangan Narasi ... 33
2.6 Kerangka Berpikir ... 35
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
5.1 Jenis Penelitian ... 36
5.2 Subjek Penelitian ... 37
5.3 Objek Penelitian ... 37
5.4 Sumber Data ... 38
5.5 Teknik Pengumpulan Data ... 38
5.6 Instrumen Penelitian ... 38
5.7 Teknik Analisis Data ... 39
5.8 Tahapan Penyajian Hasil Analisis ... 42
5.9 Triangulasi Data ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44
4.1 Deskripsi Data ... 44
4.2 Analisis Data ... 46
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 57
4.4 Pembahasan Hasil Triangulasi ... 61
BAB V PENUTUP ... 63
5.1 Simpulan Hasil Penelitian ... 63
5.2 Implikasi ... 64
5.3 Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 67
LAMPIRAN ... 69
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1a Data dan Jenis Diksi ………..…………. 44
Tabel 1b Data Jenis Diksi (lanjutan) ………. 45
Tabel 1c Jumlah Data dan Jumlah Jenis Diksi ……….. 45
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Data Mentah ………. 69
Lampiran II Hasil Analisis Jenis Diksi ………. 78
Lampiran III Hasil Analisis Penggunaan Diksi Segi Ketepatan……… 117
Lampiran IV Hasil Analisis Penggunaan Diksi Segi Kesesuaian……... 134
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, terdapat empat keterampilan yang
harus dikuasai agar dapat berkomunikasi dengan baik. Empat keterampilan
tersebut adalah keterampilan membaca, keterampilan menulis, keterampilan
berbicara, dan keterampilan menyimak. Keempat keterampilan tersebut saling
berhubungan satu dengan yang lain. Keempat keterampilan tersebut pada
dasarnya merupakan satu kesatuan yang disebut caturtunggal (Tarigan, 2008:2).
Tingkat penguasaan keterampilan tersebut berbeda-beda di setiap usia dan
jenjang pendidikannya. Keterampilan membaca dan menulis pada umumnya
mulai dipelajari ketika anak masuk di pendidikan formal. Anak dikatakan mahir
dalam keterampilan membaca dan menulis pada usia 8 tahun ke atas. Pada usia
tersebut, umumnya anak duduk di kelas dua sekolah dasar (SD). Apabila
dihubungkan dengan teori pembelajaran bahasa menurut kognitifisme, pada usia
tersebut anak sudah memiliki sistem kognisi yang tersusun rapi, sehingga sangat
dimungkinkan jika mereka sudah menguasai keterampilan membaca dan menulis.
Kondisi ini berbeda dengan yang terjadi di lingkungan YPPK Maybrat,
Papua Barat. Pendidikan di Maybrat sangat memprihatinkan. Siswa sekolah dasar
di lingkungan Maybrat masih belum mampu dalam menguasai keterampilan
membaca dan menulis, padahal mereka sudah duduk di kelas lima SD
antaranya faktor guru, faktor siswa, dan faktor kondisi alam. Dalam hal ini, peran
guru menjadi faktor utama yang sangat berpengaruh dalam kondisi pendidikan di
Maybrat, Papua.
Guru memiliki peran yang dominan dalam kegiatan pembelajaran. Guru
juga merupakan pelaku utama yang menjadi komponen strategis dalam proses
peningkatan mutu pendidikan peserta didik. Namun, pada kenyataannya
kompetensi guru di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua
Barat belum memadai. Hal tersebut didukung dengan ditemukannya beberapa
fakta mengenai kompetensi guru di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan
Manokwari, Papua Barat di antaranya, kurangnya kemampuan guru dalam hal
mengawasi metode belajar siswa, tidak adanya inovasi pembelajaran dari guru,
dan kurangnya kedisiplinan guru dalam hal kehadiran mengajar
(http://bintangpapua.com ).
Berdasarkan fakta tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterampilan
membaca dan menulis siswa sangat dipengaruhi oleh peran guru dalam proses
pembelajaran di sekolah dasar. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa
keterampilan membaca dan menulis menjadi keterampilan dasar yang dibutuhkan
oleh siswa agar dapat berkomunikasi dengan baik. Oleh karena itu, kemampuan
guru dalam membaca dan menulis juga sangat dibutuhkan. Tarigan (2008:2) juga
menyatakan bahwa, keterampilan membaca dan menulis harus terpenuhi, karena
berkaitan dengan keterampilan sebelumnya yaitu keterampilan menyimak dan
Mengenai kompetensi guru yang belum memadai, peneliti melakukan tes
mengarang pada guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari,
Papua Barat. Mereka adalah para guru SD yang terlibat dalam kelompok kerja
guru SD YPPK. Peneliti ingin mengetahui kemampuan menulis para guru untuk
mencari keterkaitan dengan kemampuan menulis para siswa di sana. Penelitian ini
difokuskan pada salah satu aspek kemampuan mengarang yakni penggunaan kata
dalam karangan.
Kata merupakan salah satu unsur kebahasaan yang sangat penting. Kata
merupakan suatu unit dalam bahasa yang memiliki stabilitas intern dan mobilitas
posisional (Keraf, 1986:21). Rangkaian dari kata-kata dapat menghasilkan suatu
kalimat. Kata juga dapat menjadi salah satu alat untuk menyampaikan gagasan
sebagai wujud komunikasi antar berbagai pihak. Agar penggunaan kata tidak
menimbulkan ketidakpahaman dan ketidakefektifan, maka perlu adanya seleksi
kata atau pemilihan kata. Pemilihan kata merupakan proses atau tindakan
memilih kata yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat dan pilihan kata
adalah hasil dari proses atau tindakan tersebut (Mustakim, 1992:41).
Proses pemilihan kata tidak mudah. Terdapat kriteria pemilihan kata yang
harus dicermati. Kriteria pemilihan kata tersebut menyangkut ketepatan kata dan
kesesuaian kata. Ketepatan kata terkait dengan konsep, logika, dan gagasan yang
hendak ditulis dalam karangan, sedangkan kesesuaian kata menyangkut
kecocokan antara kata yang dipakai dengan situasi yang hendak diciptakan
sehingga tidak mengganggu suasana batin, emosi, atau psikis antara penulis dan
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, peneliti ingin meneliti
penggunaan diksi dalam karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan
YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat dengan beberapa
pertimbangan. Pertama, peneliti memilih topik mengenai diksi atau pilihan kata
karena analisis mengenai diksi sangat penting dilakukan agar maksud yang ingin
disampaikan oleh penulis dalam suatu tulisan dapat tersampaikan dengan jelas dan
tepat. Kedua, penelitian dengan topik diksi sudah ada, tetapi sejauh ini belum ada
penelitian yang meneliti diksi dengan menggunakan subjek penelitian guru-guru
SD. Ketiga, peneliti juga ingin mengetahui kualitas dan kompetensi guru-guru SD
di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, khususnya
dalam keterampilan menulis karangan narasi. Maka dari itu, peneliti memilih
Penggunaan Diksi dalam Karangan Narasi Karya Guru-Guru SD di Lingkungan
YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada Tahun 2014, sebagai
judul penelitian.
1.2Rumusan Masalah
1) Apa sajakah jenis diksi yang digunakan dalam karangan narasi karya
guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua
Barat, pada tahun 2014?
2) Bagaimanakah penggunaan diksi dalam karangan narasi karya guru-guru SD
di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada
1.3Tujuan Penelitian
1) Mendeskripsikan jenis diksi yang digunakan dalam karangan narasi karya
guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari,
Papua Barat, pada tahun 2014.
2) Mendeskripsikan penggunaan diksi dalam karangan narasi karya guru-guru
SD YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada tahun 2014,
dilihat dari segi ketepatan dan kesesuaian diksi.
1.4Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Bagi guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari,
Papua Barat, yaitu memberikan informasi mengenai ketepatan dan kesesuian
penggunaan diksi dalam karangan, sehingga dapat memberikan motivasi agar
dapat membuat karya yang lebih baik dan menjadi contoh bagi anak didiknya.
2) Bagi para pendidik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
mengenai penggunaan diksi yang tepat dan sesuai dalam pembelajaran
bahasa Indonesia, terutama dalam hal karang-mengarang.
3) Bagi perguruan tinggi, penelitian mengenai penggunaan diksi ini diharapkan
dapat memberikan sumbangan penelitian yang berguna bagi perkembangan
penelitian selanjutnya tentang penggunaan diksi dalam karangan.
4) Bagi YPPK Maybrat Keuskupan Manokwari, Papua Barat dan pemerintah,
Keuskupan Manokwari, Papua Barat dan pemerintah tentang kompetensi guru
di lapangan dan memberikan pembinaan yang tepat untuk para guru.
5) Bagi para peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pengetahuan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya
mengenai diksi.
1.5Batasan Istilah
Berikut merupakan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini.
1) Diksi atau Pilihan Kata
Diksi atau pilihan kata adalah kata-kata yang dipakai untuk mengungkapkan
suatu ide atau gagasan, meliputi fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan
(Keraf, 1986:23).
2) Ketepatan Pilihan Kata
Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk
menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau
pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau
pendengar (Keraf, 1986:87).
3) Kesesuaian Pilihan Kata
Kesesuaian pilihan kata mempersoalkan kesanggupan mengungkapkan
4) Menulis
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga
orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka
memahami bahasa dan gambar grafik itu (Tarigan, 1985:21).
5) Karangan
Karangan adalah hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis
yang dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca (Gie, 1992:17).
6) Narasi
Narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah
tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi
8 BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Peneliti memperoleh tiga penelitian sejenis yang berhubungan dengan
analisis diksi atau pilihan kata. Ketiga penelitian tersebut adalah penelitian yang
dilakukan oleh Martin (2006) dengan skripsinya yang berjudul Kesalahan Diksi
pada Karangan Argumentasi Siswa Kelas II SMK Negeri 5 Yogyakarta, Wijayanti
(2008) dengan skripsinya yang berjudul Diksi dan Gaya Bahasa pada Kolom
“Dari Redaksi” dan “Liputan” Majalah Sekolah Eksperana SMP Bentara
Wacana Muntilan, dan Sulistiorini (2011) dengan skripsinya yang berjudul Diksi
dalam Kolom “Sorotan Sekolah” Majalah Sekolah Siswa Nusantara SMP
Tamansiswa Yogyakarta.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Martin (2006) bertujuan (1)
mendeskripsikan kesalahan diksi kata asing dan kata serapan pada karangan
argumentasi siswa kelas II SMK Negeri 5 Yogyakarta dan (2) mendeskripsikan
kesalahan diksi kata baku dan kata nonbaku pada karangan argumentasi siswa
kelas II SMK Negeri 5 Yogyakarta.
Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. Dalam penelitian ini,
kesalahan diksi disebabkan karena siswa kurang memahami pemilihan kata yang
tepat untuk digunakan dalam penulisan karangan. Kesalahan pilihan kata yang
terdapat dalam penelitian ini mencakup lima jenis kesalahan yaitu, kesalahan
ketepatan dalam pemilihan kata mencakup aspek kata asing dan kata serapan yang
meliputi (1) kesalahan unsur asing yang belum sepenuhnya terserap dalam bahasa
Indonesia dan (2) kesalahan unsur asing yang pengucapan dan penulisannya telah
disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Kesalahan kesesuaian dalam
pemilihan kata mencakup aspek kata baku dan kata non baku yang meliputi (1)
kesalahan aspek ortografi, (2) kesalahan aspek jati diri kata, dan (3) kesalahan
aspek ragam bahasa. Berdasarkan hasil penelitian dari data yang berjumlah 80
karangan dari 87 anggota populasi ditemukan 34 kesalahan ketepatan dalam
pemilihan kata yang mencakup kata asing dan kata serapan, dan ditemukan 184
kesalahan kesesuaian dalam pemilihan kata yang mencakup aspek kata baku dan
kata non baku.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2008) bertujuan (1)
mendeskripsikan diksi atau pilihan kata yang dipergunakan dalam kolom “Dari
Redaksi” dan “Liputan” Majalah Sekolah Eksperana SMP Bentara Wacana
Muntilan dan (2) mendeskripsikan gaya bahasa yang dipergunakan dalam kolom
“Dari Redaksi” dan “Liputan” Majalah Sekolah Eksperana SMP Bentara Wacana
Muntilan.
Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. Dalam penelitian ini,
ditemukan adanya pemakaian diksi yang berupa kata umum-khusus dan kata
baku-nonbaku, serta ditemukan adanya pemakaian gaya bahasa yang beragam.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Sulistiorini (2011) bertujuan (1)
mendeskripsikan diksi yang tergolong kata kajian dalam kolom “Sorotan Sekolah”
mendeskripsikan diksi yang tergolong kata serapan dalam kolom “Sorotan
Sekolah” Majalah Sekolah SISWA NUSANTARA SMP Tamansiswa Yogyakarta,
dan (3) mendeskripsikan diksi yang tergolong kata nonbaku dalam kolom
“Sorotan Sekolah” Majalah Sekolah SISWA NUSANTARA SMP Tamansiswa
Yogyakarta.
Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. Dalam penelitian ini,
kata kajian yang ditemukan berdasarkan bidang ilmu di antaranya meliputi:
pendidikan, pekerjaan, sosial, kesenian, olahraga, politik, dan pemerintahan. Kata
serapan yang ditemukan berdasarkan taraf integrasinya, meliputi: kata asing yang
belum sepenuhnya terserap dalam bahasa Indonesia dan kata asing yang penulisan
dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Kemudian, kata
nonbaku yang ditemukan berdasarkan aspek ketidakbakuan kata, meliputi, kata
nonbaku akibat kesalahan penulisan kata, kata nonbaku dari bahasa Jawa, Inggris,
dan Arab, serta kata nonbaku ragam bahasa tidak resmi/santai.
Ketiga penelitian di atas relevan dengan penelitian yang dilakukan.
Alasannya, ketiga penelitian tersebut sama-sama menganalisis mengenai diksi dan
pilihan kata. Selain itu, ketiga penelitian di atas menggunakan metode penelitian
yang sama yaitu metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini juga menggunakan
metode tersebut. Perbedaannya terletak pada subjek dan objek yang diteliti.
Martin (2006) menganalisis kesalahan diksi kata serapan kata asing, kata baku,
dan kata nonbaku pada karangan argumentasi siswa kelas II SMK Negeri 5
Yogyakarta, Wijayanti (2008) menganalisis penggunaan diksi dan gaya bahasa
Bentara Wacana Muntilan, Sulistiorini (2011) menganalisis kata kajian, kata
serapan, dan kata nonbaku yang terdapat dalam kolom “Sorotan Sekolah” majalah
sekolah SISWA NUSANTARA SMP Tamansiswa Yogyakarta, sedangkan
penelitian ini menganalisis penggunaan diksi dalam karangan narasi karya
guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat,
pada tahun 2014.
2.2 Pilihan Kata atau Diksi
Kata merupakan suatu unit dalam bahasa yang memiliki stabilitas intern dan
mobilitas posisional, yang berarti ia memiliki komposisi tertentu dan secara relatif
memiliki distribusi yang bebas (Keraf, 1986:21). Kata-kata yang disusun menjadi
sebuah kalimat mampu memberikan suatu informasi. Suatu informasi tersebut
akan bermakna apabila kata yang menjadi unsur di dalamnya dapat dimengerti
dan dipahami. Maka dari itu, penting sekali untuk menentukan pilihan kata yang
tepat dalam menyusun sebuah rangkaian kata.
Kata merupakan alat untuk menyalurkan informasi melalui gagasan atau ide
yang disampaikan oleh seseorang. Setiap masyarakat akan menggunakan kata
dalam rangka mendukung kegiatan berkomunikasi. Namun, dalam berkomunikasi,
seseorang perlu untuk menyeleksi atau memilih kata-kata yang akan
diungkapkannya agar tidak menimbulkan ketidakpahaman dan pemborosan kata.
Setiap orang membutuhkan kosa kata untuk berkomunikasi. Kebutuhan
akan kata dimaksudkan oleh sebagian besar orang untuk menjalin suatu relasi agar
juga dapat disampaikan tanpa menimbulkan kesalahpahaman. Melalui penguasaan
kosa kata yang baik, pikiran yang ingin disampaikan oleh seseorang akan lebih
berbobot dibandingkan dengan orang yang minim kosa kata. Seperti yang telah
dipaparkan oleh Gorys Keraf (1986:24), bahwa mereka yang luas kosa katanya
akan memiliki kemampuan yang tinggi untuk memilih setepat-tepatnya kata mana
yang paling harmonis untuk mewakili maksud atau gagasannya.
Dalam berkomunikasi, selain menguasai kosa kata atau perbendaharaan kata,
seseorang juga perlu memperhatikan pilihan kata atau diksi. Hal tersebut perlu
dilakukan agar seseorang tidak melakukan pemborosan kata dan tetap
menyampaikan maksudnya dengan porsi yang tepat. Proses pemilihan kata juga
dimaksudkan agar pikiran atau maksud dari seseorang dapat berjalan sesuai
dengan konteks tertentu. Menjadi suatu keuntungan bagi seseorang yang
menguasai perbendaharaan kata, karena mereka dapat menganalisis kata dan
memilih kata sesuai dengan konteks yang dimaksudkan. Hal tersebut didukung
oleh pernyataan Gorys Keraf (1986:24), yaitu jelaslah bahwa seorang yang luas
kosa katanya dan mengetahui secara tepat batasan-batasan pengertiannya, akan
mengungkapkan pula secara tepat apa yang dimaksudnya.
Diksi atau pilihan kata merupakan kata-kata yang dipakai untuk
mengungkapkan suatu ide atau gagasan meliputi fraseologi, gaya bahasa, dan
ungkapan (Keraf, 1987:23). Selain itu, Widyamartaya (1990:45) juga
memaparkan pendapat lain mengenai pengertian diksi atau pilihan kata. Beliau
menjelaskan bahwa diksi atau pilihan kata adalah kemampuan seseorang
ingin disampaikannya, dan kemampuan tersebut hendaknya disesuaikan dengan
situasi dan nilai rasa yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat dan pendengar
atau pembaca.
Menurut Gorys Keraf (1986:24), terdapat tiga kesimpulan utama mengenai
diksi atau pilihan kata. Pertama, pilihan kata atau diksi mencakup pengertian
kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana
membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan
ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu
situasi. Kedua, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara
tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan lain yang ingin disampaikan, dan
kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan
nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Ketiga, pilihan kata
yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa
kata atau perbendaharaan kata bahasa itu.
Berdasarkan pengertian diksi menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa diksi atau pilihan kata adalah adalah kata-kata, kelompok kata, baik
ungkapan maupun gaya, yang diseleksi untuk melancarkan proses komunikasi
atau berbahasa agar maksud dan gagasan dapat tersampaikan dengan baik,
sedangkan prosesnya disebut dengan pemilihan kata.
Proses pemilihan kata tidak dapat dilakukan dengan cara yang sembarangan,
tetapi perlu memperhatikan ketepatan dan kesesuaian pilihan kata. Hal tersebut
didukung oleh pernyataan Gorys Keraf (1986:24) yang menyatakan bahwa,
mempersoalkan apakah kata yang dipilih itu dapat juga diterima atau tidak
merusak suasana yang ada. Soedjito (1988), dalam bukunya yang berjudul
Kosakata Bahasa Indonesia membagi pilihan kata menjadi tiga bagian, yaitu
penggolongan kata, makna kata, dan perubahan makna. Berikut penjelasan
mengenai tiga bagian tersebut.
a. Penggolongan Kata
Menurut Soedjito (1988:39 - 47), dalam kaitannya dengan pilihan kata atau
diksi, kosakata bahasa Indonesia dapat digolongkan sebagai berikut.
(1) Kata Abstrak dan Kata Konkret
Kata abstrak ialah kata yang mempunyai rujukan berupa konsep/pengertian,
sedangkan kata konkret ialah kata yang mempunyai rujukan berupa objek yang
dapat dicerap oleh pancaindera (dilihat, diraba, dirasakan, didengarkan, atau
dicium) (Soedjito, 1988:39).
Contoh:
Kata Abstrak Kata Konkret
kemajuan membangun jembatan, mendirikan
rumah, membuat jalan
kemakmuran sandang, pangan, rumah
kerajinan bekerja, belajar, membaca
demokrasi musyawarah, berunding
(2) Kata Umum dan Kata Khusus
Kata umum ialah kata yang luas ruang lingkupnya dan dapat mencakup
banyak hal, sedangkan kata khusus ialah kata yang sempit/terbatas ruang
Contoh:
Kata Umum Kata Khusus
jatuh roboh, rebah, longsor, runtuh
melihat menonton, menatap, menengok
besar raya, agung, makro, akbar
memotong menebang, membelah, memenggal
(3) Kata Populer dan Kata Kajian
Kata populer ialah kata yang dikenal dan dipakai oleh semua lapisan
masyarakat dalam komunikasi sehari-hari, sedangkan kata kajian ialah kata yang
dikenal dan dipakai oleh para ilmuan/kaum terpelajar dalam karya-karya ilmiah
(Soedjito, 1988:43).
Contoh:
Kata Populer Kata Kajian
keahlian profesi
sementara tentatif
harapan prospek
kecerdasan intelegensi
rancangan desain
contoh sampel
(4) Kata Baku dan Kata Nonbaku
Kata baku ialah kata yang mengikuti kaidah/ragam bahasa yang telah
ditentukan/dilazimkan, sedangkan kata nonbaku ialah kata yang tidak mengikuti
kaidah/ragam bahasa yang telah ditentukan/dilazimkan (Soedjito, 1988:44).
Contoh:
Kata Baku Kata Nonbaku
Kamis Kemis
teladan tauladan
tradisional tradisionil
kemarin kemaren
sah syah
musyawarah musawarah
kuitansi kwitansi
(5) Kata Asli dan Kata Serapan
Kata asli ialah kata yang berasal dari bahasa kita sendiri, sedangkan kata
serapan ialah kata yang berasal (diserap) dari bahasa daerah atau asing. Kata
serapan tersebut misalnya kata strategi, sosial, moral, rujukan, sarana, wacana,
dan luwes (Soedjito, 1988:47).
b. Makna Kata
Makna ialah hubungan antara bentuk dan barang (hal) yang diacunya
(Soedjito, 1988:51). Ada bermacam-macam makna di antaranya.
(1) Makna leksikal dan makna gramatikal
(2) Makna denotatif dan makna konotatif
(3) Makna lugas dan makna kiasan
(4) Makna kontekstual
c. Perubahan Makna
Berikut merupakan sebab-sebab perubahan makna menurut Soedjito
(1988:64).
(1) Peristiwa ketatabahasaan
(2) Perubahan waktu
(4) Perbedaan lingkungan
(5) Perbedaan konotasi
Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan membahas tentang penggolongan
kata dalam kaitannya dengan pilihan kata.
2.2.1 Syarat Pemilihan Kata 2.2.1.1 Ketepatan Pilihan Kata
Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk
menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau
pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara
(Gorys Keraf, 1987:87). Pilihan kata yang memperhatikan ketepatan membuat
gagasan yang dibuat oleh penulis menjadi bermakna dan logis. Selain itu,
kesalahpahaman dapat dihindari apabila memperhatikan ketepatan pilihan kata.
Agar dapat mencapai ketepatan pilihan kata, Gorys Keraf (1987:88)
memaparkan 10 syarat ketepatan pilihan kata. Syarat-syarat tersebut adalah (1)
membedakan secara cermat denotasi dari konotasi, (2) membedakan dengan
cermat kata-kata yang hampir bersinonim, (3) membedakan kata-kata yang mirip
dalam ejaannya, (4) hindarilah kata-kata ciptaan sendiri, (5) waspadalah terhadap
penggunaan akhiran asing, (6) kata kerja yang menggunakan kata depan harus
digunakan secara idiomatik, (7) penulis atau pembicara harus membedakan kata
umum dan kata khusus, (8) menggunakan kata-kata indria, (9) memperhatikan
Berikut penjabaran dari syarat-syarat ketepatan pilihan kata.
(1) Penggunaan Kata Denotasi dan Konotasi
Denotasi merupakan kata yang bermakna lugas atau makna yang sebenarnya,
sedangkan kata konotasi merupakan kata yang bermakna kias atau makna yang
tidak sebenarnya. Berikut contoh penggunaan kata denotasi dan konotasi.
(a) Andi membeli meja hijau untuk pamannya. (denotatif)
(b) Susi dibawa ke meja hijau karena menjadi tersangka korupsi. (konotatif)
Kata yang digarisbawahi dalam kalimat yang pertama mempunyai arti yang
sebenarnya, yaitu meja yang berwarna hijau, sedangkan pada kalimat kedua
mempunyai arti pengadilan.
(2) Penggunaan Sinonim
Sinonim merupakan persamaan kata. Penggunaan kata sinonim perlu
diperhatikan agar tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan. Kata yang
memiliki persamaan makna belum tentu disama-artikan oleh pihak yang berbeda.
Berikut contoh penggunaan sinonim.
(a) Dery memberi ibunya obat umum. (b) Dery memberi ibunya obat generik.
Pada contoh di atas, kata umum dalam kalimat pertama dan kata generik
dalam kalimat kedua bersinonim. Penggunaan sinonim dalam kalimat pertama
tidak tepat, karena kata umum tidak tepat digunakan dalam kalimat tersebut.
(3) Penggunaan Kata yang Mirip Ejaannya
Apabila penulis tidak dapat membedakan kata-kata yang mirip dengan
ejaannya, akan timbul kesalahpahaman yang tidak diinginkan. Alangkah baiknya
jika mengacu pada kamus, karena kata yang tertulis pada kamus merupakan kata
yang sesuai dengan ejaan. Misalnya, kata bahwa – bawa – bawah.
(4) Penggunaan Kata-Kata Ciptaan Sendiri
Berkembangnya suatu bahasa akan menimbulkan munculnya beberapa kosa
kata yang baru. Namun, penggunaannya tidak boleh sembarangan. Kosa kata baru
tersebut dapat dipakai apabila sudah mendapat persetujuan dari masyarakat dan
dipakai oleh masyarakat tersebut.
(5) Penggunaan Akhiran Asing
Penggunaan akhiran asing harus memperhatikan makna dari kata yang
digunakan. Terkadang seseorang sulit membedakannya.
Contoh:
(a) koordinasi bukan koordinir (b) legalisasi bukan legalisir
(6) Penggunaan Kata Idiomatis
Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis
(Keraf, 1986:89). Berikut contoh penggunaan kata idiomatis.
(a) ingat akan bukan ingat terhadap (b) berharap akan bukan mengharap akan
(7) Penggunaan Kata Umum dan Kata Khusus
Kata umum adalah jenis kata yang ruang lingkupnya lebih luas, sedangkan
kata khusus adalah jenis kata yang acuannya lebih kepada hal-hal yang khusus
dan konkret. Berikut ini contoh penggunaan kata umum dan kata khusus.
(a) Tanti senang memakai baju merah. (b) Anton suka memelihara binatang.
(c) Pak Anas ingin sekali bertemu dengan ibunya.
Kata merah, binatang, dan bertemu pada kalimat di atas merupakan kata
umum. Apabila menggunakan kata khusus, kedua kalimat di atas akan berubah
menjadi berikut.
(a) Tanti senang memakai baju merah menyala. (b) Anton suka memelihara pitbul.
(c) Pak Anas ingin sekali berjumpa dengan ibunya.
(8) Penggunaan Kata Indria
Dalam memilih kata-kata yang tepat, perlu memperhatikan penggunaan
istilah-istilah yang menyatakan pengalaman-pengalaman yang dicerap oleh
pancaindria (Keraf, 1986:94). Kata-kata yang sering dipakai untuk menyatakan
pencerapan itu adalah.
Peraba : dingin, panas, lembab, basah, kering, kasar, halus, rata, licin, dll.
Perasa : pedas, pahit, asam, asin, pedis, manis, dll.
Penciuman : asam, tajam, pedis, pesing, lapuk, apak, basi, dll.
Pendengaran : dengung, deru, ringkik, desing, lengking, dll.
(9) Perubahan Makna
Makna kata tidak selalu bersifat statis (Keraf, 1986:95). Dalam memilih kata,
perlu sekali mengetahui terjadinya perubahan makna. Maka dari itu, perlu
memperluas referensi mengenai kosa kata dan makna yang sedang berkembang
sesuai dengan kaidah bahasa yang ditentukan. Macam-macam perubahan makna
yang penting adalah perluasan arti, penyempitan arti, ameliorasi, peyorasi,
metafora, dan metonimi.
(10) Kelangsungan Pilihan Kata
Kelangsungan pilihan kata perlu diperhatikan agar suatu informasi dapat
disampaikan secara tepat dan tidak menimbulkan ketidakpahaman. Selain itu,
kelangsungan pilihan kata yang sesuai juga sangat dibutuhkan. Suatu proses
komunikasi akan berjalan dengan baik dan lancar apabila memperhatikan sesuatu
yang tepat dan sesuai.
2.2.1.2 Kesesuaian Pilihan Kata
Kesesuaian pilihan kata merupakan unsur penting dalam pemilihan kata
selain ketepatan pilihan kata. Kesesuaian kata menyangkut kecocokan antara kata
yang dipakai dengan situasi yang hendak diciptakan sehingga tidak mengganggu
suasana batin, emosi, atau psikis antara penulis dan pembacanya, pembicara dan
pendengarnya (Widjono, 2007:101).
Gorys Keraf (1986:103 – 104) memaparkan 7 (tujuh) syarat kesesuaian
unsur substandar dalam situasi yang formal, (2) perhatikan situasi penggunaan
kata ilmiah dan kata populer, (3) hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca
umum, (4) hindarilah pemakaian kata-kata slang, (5) jangan menggunakan kata
percakapan dalam penulisan, (6) hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom
yang mati), dan (7) jauhkan kata-kata atau bahasa yang artifisial.
Berikut penjabaran dari syarat-syarat kesesuaian pilihan kata.
(1) Penggunaan Kata Standard dan Kata Substandar
Bahasa standar (baku) adalah semacam dialek kelas dan dapat dibatasi
sebagai tutur dari mereka yang mengenyam kehidupan ekonomis atau menduduki
status sosial yang cukup dalam suatu masyarakat (Keraf, 1986:104). Bahasa
substandard (nonbaku) adalah bahasa dari mereka yang yang tidak memperoleh
kedudukan atau pendidikan yang tinggi (Keraf, 1986:104).
(2) Penggunaan Kata Ilmiah dan Kata Populer
Menurut Keraf (1986:105 – 106), kata populer adalah kata yang dikenal dan
diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat, sedangkan kata ilmiah adalah sejumlah
kata yang biasa dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan
ilmiah. Kata ilmiah sering digunakan dalam penulisan karangan ilmiah. Kata-kata
ini biasa dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah,
selain itu juga digunakan dalam pertemuan-pertemuan resmi dan forum diskusi.
Lain halnya dengan kata ilmiah, kata populer digunakan dalam komunikasi non
ilmiah dan terdiri dari kata-kata yang umum dipakai oleh semua lapisan
Kata Ilmiah : harmonis, eksentrik, analogi, modern Kata Populer : sesuai, aneh, kiasan, maju
(3) Penggunaan Jargon
Jargon mengandung makna suatu bahasa, dialek, atau tutur yang dianggap
kurang sopan atau aneh (Keraf, 1986:107). Jargon diartikan sebagai kata-kata
teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu tertentu, maka dari itu sebaiknya
menghindari unsur jargon dalam sebuah tulisan umum.
(4) Penggunaan Kata Slang
Kata slang adalah kata-kata non-standar yang informal, yang disusun secara
khas; atau kata-kata biasa yang diubah secara arbitrer; atau kata-kata kiasan yang
khas, bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan (Keraf, 1986:108).
Penggunaan kata slang biasanya ditemukan pada kelompok-kelompok pemuda di
wilayah-wilayah tertentu.
(5) Penggunaan Kata Percakapan
Kata percakapan adalah kata-kata yang dipakai dalam percakapan atau
pergaulan orang-orang yang terdidik (Keraf, 1986:107). Bentuk dari bahasa
percakapan adalah singkatan-singkatan.
Contoh:
(a) dok untuk dokter
(b) prof untuk professor
(6) Penggunaan Idiom yang Mati
Idiom adalah pola-pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah
bahasa yang umum, biasanya berbentuk frasa, sedangkan artinya tidak bisa
diterangkan secara logis atau secara gramatikal, dengan bertumpu pada makna
kata-kata yang membentuknya (Keraf, 1986:109).
(7) Penggunaan Artifisial
Bahasa artifisial adalah bahasa yang disusun secara seni (Keraf, 1986:110).
Bahasa ini tidak terkandung dalam kata yang digunakan, tetapi dalam
pemakaiannya untuk menyatakan suatu maksud.
2.2.2 Aspek Ketidakbakuan Kata
Terdapat beberapa aspek yang dapat digunakan untuk mengetahui
ketidakbakuan kata antara lain, aspek ortografi, aspek jati diri kata, dan aspek
ragam bahasa (Sabariyanto, 1994:366). Berikut penjelasan mengenai aspek-aspek
tersebut.
1. Aspek Ortografi
Perbedaan ortografi atau huruf pada kata-kata tertentu dapat digunakan
untuk membedakan kebakuan dan ketidakbakuan kata. Berikut contoh
penggunaan kata baku dan tidak baku berdasarkan aspek ortografi.
(1a) Perusahaan itu mengeluarkan produk terbarunya. (1b) Perusahaan itu mengeluarkan prodek terbarunya.
(2a) Lahan kering seperti ini, sudah tidak produktif lagi untuk ditanami palawija.
(3a) Pemerintah menuntut agar siswa lebih aktif di kelas. (3b) Pemerintah menuntut agar siswa lebih aktip di kelas. (4a) Para tentara harus berbaris dengan rapi.
(4b) Para tentara harus berbaris dengan rapih.
Kata produk, produktif, aktif, dan rapi pada kalimat (1a), (2a), (3a), dan (4a)
merupakan contoh penggunaan kata-kata baku berdasarkan aspek ortografi,
sedangkan kata prodek, produktip, aktip, dan rapih pada kalimat (1b), (2b), (3b),
dan (4b) merupakan penggunaan kata tidak baku.
2. Aspek Jati Diri Kata
Aspek jati diri kata bahasa Indonesia yaitu kosakata yang bebas dari
kata-kata bahasa daerah atau kata-kata-kata-kata asing, dan apabila sudah terserap ke dalam
bahasa Indonesia maka penyerapannya (kata serapan) sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia. aspek jati diri kata dapat digunakan untuk membedakan kata
baku dan kata nonbaku. Bentuk baku sebagai aspek jati diri kata ialah kata bahasa
Indonesia, sedangkan bentuk tidak baku sebagai aspek jati diri kata ialah bahasa
lain. Berikut contohnya.
1) Kata yang tidak baku bahasa Jawa
(5a) Wajahnya pucat setelah mendengar berita duka itu. (5b) Wajahnya pucet setelah mendengar berita duka itu. (6a) Indonesia menjadi negara yang subur dan makmur. (6b) Indonesia menjadi negari yang subur dan makmur.
Kata pucat dan negara pada kalimat (5a) dan (6a) adalah contoh
penggunaan kata baku, sedangkan kata pucet dan negari pada kaimat (5b) dan
(6b) merupakan pemakaian kata tidak baku karena pemakaiannya masih
2) Kata yang tidak baku bahasa Belanda/Inggris
(7a) Dia kecewa nilai rapornya semester ini sangat jelek. (7b) Dia kecewa nilai raportnya semester ini sangat jelek. (8a) Keputusan yang diambilnya sangat riskan untuk dilakukan. (8b) Keputusan yang diambilnya sangat riskant untuk dilakukan.
Kata rapornya dan riskan pada kalimat (7a) dan (8a) adalah contoh
penggunaan kata baku, sedangkan kata raportnya dan riskant pada kalimat (7b)
dan (8b) merupakan pemakaian kata tidak baku bahasa Indonesia, karena
pemakaiannya masih menggunakan bahasa Belanda atau Inggris.
3) Kata yang tidak baku bahasa Arab
(9a) Tahun ini Delon akan mengeluarkan album rohani. (9b) Tahun ini Delon akan mengeluarkan album ruhani. (10a) Kerajaan Romawi sangat terkenal akan kebudayaannya. (10b) Kerajaan Rumawi sangat terkenal akan kebudayaannya.
Kata rohani dan romawi pada kalimat (9a) dan (10a) adalah contoh
penggunaan kata baku, sedangkan kata ruhani dan rumawi pada kalimat (9b) dan
(10b) merupakan pemakaian kata tidak baku bahasa Indonesia karena
pemakaianya masih menggunakan bahasa Arab.
3. Aspek Ragam Bahasa
Ragam bahasa ada bermacam-macam, yaitu ragam resmi dan ragam santai,
ragam tulis dan ragam lisan, serta ragam baku dan tidak baku. Kata baku dan tidak
baku berikut ini dibedakan ragamnya.
(12a) Mari kita berantas narkoba sampai keakar-akarnya. (12b) Ayo kita berantas narkoba sampai keakar-akarnya. (13a) Ani merapikan tempat tidurnya di pagi hari. (13b) Ani membereskan tempat tidurnya di pagi hari. (14a) Pak Dadang tergesa-gesa memberhentikan bus. (14b) Pak Dadang tergesa-gesa menyetop bus.
Kata malas, mari, merapikan, dan memberhentikan pada kalimat (11a),
(12a), (13a), dan (14a) merupakan contoh penggunaan kata baku karena kalimat
tersebut menggunakan ragam bahasa yang resmi, sedangkan kata males, ayo,
membereskan, menyetop pada kalimat (11b), (12b), (13b), dan (14b) merupakan
kalimat tidak baku karena dalam pemakaiannya menggunakan ragam santai.
2.3 Modus dan Modalitas
Pada dasarnya, penulis atau pembicara mempunyai maksud dan tujuan
dalam menghasilkan suatu tulisan atau mengungkapkan suatu ujaran. Hal tersebut
dikenal dengan sebutan modus dan modalitas. Menurut Chaer (2007:258), modus
merupakan pengungkapan atau penggambaran suasana psikologis perbuatan
menurut tafsiran si pembicara atau sikap si pembicara tentang apa yang
diucapkannya. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa modus
merupakan sikap pembicara yang dituangkan dalam ujarannya. Djajasudarma
(1985) menyatakan bahwa, secara semantik modus dapat menyangkut makna
yang luas, terutama menyangkut pembicara ke arah isi tuturannya secara faktual
dan secara sintaktik kontras akan ditandai dengan verba infleksional atau verba
Pandangan ahli dalam memaparkan modalitas berbeda antara ahli yang satu
dengan yang lain. Modalitas menurut Fowler (1986:1991) dalam Widharyanto
(2000), dimengerti sebagai komentar atau sikap, yang berasal dari teks, baik
secara eksplisit atau implisit, diberikan oleh penulis terhadap hal yang dilaporkan,
yakni keadaan, peristiwa, dan tindakan. Menurut Lyons (1977) dalam
Abdurahman (2011), modalitas merupakan alat yang dipergunakan oleh seorang
pembicara guna menggambarkan sikapnya. Menurut Chaer (2007:262), modalitas
adalah keterangan dalam kalimat yang menyatakan sikap pembicara terhadap hal
yang dibicarakan, yaitu mengenai perbuatan, keadaan, dan peristiwa atau juga
sikap terhadap lawan bicaranya. Berdasarkan ketiga pendapat ahli tersebut, dapat
disimpulkan bahwa modalitas merupakan sikap pembicara untuk menggambarkan
maksudnya yang terdapat dalam tulisan maupun yang menjadi ujaran.
Modus dan modalitas, keduanya saling berkaitan. Modus mempunyai kaitan
dengan modalitas karena keduanya menyangkut amanat ujaran (Suwarno, 1985:
101). Letak perbedaannya yaitu, modalitas menyangkut masalah besar kecilnya
kemungkinan kebenaran yang dikandung dalam suatu ujaran sedangkan modus
menekankan pada masalah sikap pembicara sesuai dengan amanat ujaran
(Suwarno, 1985:101).
Selain itu, perbedaan modus dan modalitas juga dipaparkan oleh
Gustianingsih (2008), bahwa perbedaan modus dan modalitas terletak pada
pernyataan sikap masing-masing. Modus menyatakan sikap secara gramatikal
(mengacu pada bentuk), sedangkan modalitas menyatakan sikap secara leksikal
didukung oleh pendapat Alwi (1990) dalam Abdurahman (2011), bahwa modus
merupakan kategori gramatikal, sedangkan modalitas termasuk ke dalam kategori
semantis.
Modalitas sebagai sikap dari penulis atau pembicara dibedakan menjadi
bermacam-macam jenis menurut beberapa ahli. Menurut Chaer (2007:262 – 263),
dalam kepustakaan linguistik dikenal adanya beberapa jenis modalitas, yaitu.
1) Modalitas Intensional
Modalitas intensional yaitu modalitas yang menyatakan keinginan, harapan,
permintaan, atau juga ajakan.
2) Modalitas Epsitemik
Modalitas epistemik yaitu modalitas yang menyatakan kemungkinan,
kepastian, dan keharusan.
3) Modalitas Deontik
Modalitas deontik yaitu modalitas yang menyatakan keizinan atau
keperkenaan.
4) Modalitas Dinamik
Modalitas dinamik yaitu modalitas yang menyatakan kemampuan.
Menurut Widharyanto (2000), modalitas dibagi menjadi empat jenis, yaitu.
1) Modalitas Kebenaran
Dalam modalitas kebenaran, penulis menyatakan makna tentang kebenaran
dari yang disampaikannya. Pernyataan yang disampaikan dapat berupa kejadian
Berikut merupakan contoh yang dapat memberi penjelasan mengenai
pengertian modalitas kebenaran.
(a) Namun, keamanan layanan tersebut masih perlu dipastikan. (Tempo, 25 Agustus 2014).
(b) Penyebab lainnya kemungkinan disebabkan oleh adanya budaya yang tidak kondusif serta kurangnya kesadaran akan pentingnya praktik berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar di lingkungan sekolah. (Bernas, 3 September 2014).
2) Modalitas Keharusan
Dalam modalitas keharusan, penulis bermaksud untuk menyatakan suatu
keharusan dan ketidakharusan terhadap subjek yang dimaksudkan.
Contoh:
(a) Seseorang yang menjadi wakil rakyat bagaimanapun harus memiliki integritas dan kredibilitas, bersih serta tidak memiliki masalah hukum yang serius. (Tribun Jogja, September 2014).
(b) Dunia pendidikan harus turut ambil bagian untuk menyelamatkan talenta-talenta muda dari pengaruh buruk narkoba. (Educare, Agustus 2014).
3) Modalitas Izin
Dalam modalitas izin, penulis menyatakan untuk memberikan suatu
persetujuan atau menolak terhadap sesuatu yang dilakukan oleh subjek yang
dimaksudkan oleh penulis.
Contoh:
(a) Ancaman hukumannya bisa 20 tahun (Tribun Jogja, 20 Februari 2012). (b) Widyawisata pun dapat menjadi semacam wahana untuk learning by doing.
(Kedaulatan Rakyat, 18 Desember 2013).
4) Modalitas Keinginan
Dalam modalitas keinginan, penulis menyatakan untuk menghendaki atau
menginginkan suatu kejadian yang dilakukan oleh subjek yang dimaksudkan oleh
penulis.
Contoh:
(a) Keputusan yang diambil oleh presiden sudah sangat tepat. (b) Aku ingin pergi ke Jakarta.
2.4 Menulis
Menulis merupakan salah satu kegiatan dari empat keterampilan berbahasa
selain kegiatan menyimak, membaca, dan berbicara. Menurut Tarigan (1985:4),
menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain
dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa
dan grafik itu. Dalam kegiatan menulis, kita perlu memperhatikan hal-hal yang
berhubungan dengan ketatabahasaan. Apabila tidak memperhatikan penggunaan
tata bahasa yang benar, informasi yang akan disampaikan dapat menimbulkan
ketidakpahaman.
Menulis juga merupakan suatu kegiatan untuk berkomunikasi. Menulis
tentu saja akan menghasilkan sebuah tulisan. Fungsi utama dari tulisan adalah
sebagai alat komunikasi yang tidak langsung (Tarigan, 1985: 22). Maka dari itu,
kegiatan menulis memerlukan kecermatan dalam penggunaan ejaan, tanda baca,
dihasilkan benar-benar mampu menjalankan fungsinya sebagai alat komunikasi
yang memberikan informasi seperti yang diinginkan.
Menurut Tarigan (1985), terdapat empat tujuan dari menulis.
Tujuan-tujuan tersebut adalah (1) memberitahukan atau mengajar yang disebut dengan
wacana informatif, (2) meyakinkan atau mendesak yang disebut dengan wacana
persuasif, (3) menghibur atau menyenangkan yang disebut dengan tulisan literer,
dan (4) mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api yang
disebut dengan wacana ekspresif.
Uraian di atas menunjukkan bahwa kegiatan menulis sangat penting bagi
banyak orang. Tidak hanya sebatas sebagai sebuah kegiatan berbahasa, tetapi
menulis juga menjadi sarana untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan
gagasan bagi setiap penulis.
2.5 Karangan
2.5.1 Pengertian Karangan
Karangan merupakan hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa
tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca (Gie, 1992:23). Sebuah
karangan dapat berisi tentang berbagai macam informasi dan ciri-ciri tertentu.
Berdasarkan hal tersebut, karangan dapat digolongkan ke dalam 5 (lima) golongan.
Penggolongan tersebut adalah (1) bentuk, (2) ragam, (3) jenis, (4) rumpun, (5)
2.5.2 Pengertian Karangan Narasi
Narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak
tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam
suatu kesatuan waktu (Keraf, 2007:136). Berbeda dengan Keraf, Nurgiyantoro
(1995:331) berpendapat bahwa narasi merupakan cerita yang mengisahkan secara
langsung, pengungkapan secara langsung. Berdasarkan kedua pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa narasi merupakan sebuah bentuk karangan berupa cerita
yang di dalamnya terdapat peristiwa dan kejadian dalam suatu urutan waktu
tertentu.
Terdapat dua tujuan dari narasi menurut Keraf (2007:136). Kedua tujuan
tersebut adalah (1) narasi bertujuan untuk memberikan informasi kepada para
pembaca, agar pengetahuannya bertambah luas, yaitu narasi ekspositoris dan (2)
menyampaikan sebuah makna kepada para pembaca melalui daya khayal yang
dimilikinya, yaitu narasi sugestif. Berikut penjelasan mengenai kedua tujuan
narasi menurut Keraf (2007:136).
1) Narasi Ekspositoris
Narasi ekspositoris adalah narasi yang bertujuan untuk menggugah pikiran
para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan (Keraf, 2007:136). Dalam
hal ini, isi dari narasi mengajak pembaca untuk mengembangkan daya pikir atau
akalnya untuk menyelami rangkaian peristiwa yang disajikan untuk mendapatkan
informasi yang sesuai. Narasi ekspositoris hanya sekedar memberikan informasi
informasi yang disampaikan. Berikut karakteristik dari narasi ekspositoris yang
telah dipaparkan oleh Keraf (2007:138 – 139).
(1) Memperluas pengetahuan
(2) Menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian
(3) Didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional
(4) Bahasanya lebih condong ke bahasa informatif dengan titik berat pada
penggunaan kata-kata denotatif.
2) Narasi Sugestif
Narasi sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sekian
macam sehingga merangsang daya khayal para pembaca (Keraf, 2007:138).
Narasi sugestif memberikan informasi, selain itu narasi sugestif juga membuat
para pembaca mampu menemukan makna yang terkandung dalam sebuah narasi
tersebut. Berikut karakteristik dari narasi sugestif yang telah dipaparkan oleh
Keraf (2007:138 – 139).
(1) Menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat
(2) Menimbulkan daya khayal
(3) Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna
(4) Bahasanya lebih condong ke bahasa figuratif dengan menitikberatkan
penggunaan kata-kata konotatif.
Sesuatu yang berwujud pasti memiliki struktur. Struktur tersebut yang
nantinya akan menjadi aktor penting yang membuat suatu wujud tertentu menjadi
Selain itu, narasi juga memiliki sebuah plot atau alur. Menurut Keraf (2007:145),
ada bagian yang mengawali narasi, ada bagian yang merupakan perkembangan
lebih lanjut dari situasi awal, dan ada bagian yang mengakhiri narasi itu.
36 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian dengan judul Penggunaan Diksi dalam Karangan Narasi Karya
Guru-Guru SD di Lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua
Barat, pada Tahun 2014 ini, termasuk jenis penelitian deskriptif dan
menggunakan metode kualitatif. Tujuan utama menggunakan metode ini adalah
untuk menyusun data yang telah terkumpul, menjelaskan, dan menganalisis data
tersebut.
Dalam penelitian deskriptif kualitatif, data yang dikumpulkan berupa
kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka (Moleong, 1989:7). Data penelitian ini
berupa hasil tertulis tentang diksi dalam karangan narasi karya guru-guru SD di
lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada tahun
2014. Berdasarkan data yang diperoleh, peneliti akan mendeskripsikan jenis diksi
yang digunakan dalam karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK
Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat dan mendeskripsikan penggunaan
diksi dalam karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat,
Keuskupan Manokwari, Papua Barat, dilihat dari segi ketepatan dan kesesuaian
3.2Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah guru-guru SD di lingkungan
YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat. Jumlah guru sebanyak 19
orang. Berikut ini nama-nama guru yang karangannya peneliti ambil sebagai data
penelitian.
1. Agustinus Baru 11. Monika Yewen
2. Anjelo Fanatay 12. Paskalis Tenan
3. Arnoldus Sedik 13. Pelipus Korain
4. Emiliana Kocu 14. Sandra Togas
5. Falentinus Bame 15. Thadeus Taus
6. Florensia Leltakaeb 16. Tresita Tenau
7. Fransiska Fede 17. Valerius Korain
8. Hendrikus Turot 18. Yanuarius Fanataf
9. Inventus Taa 19. Yosepha Korain
10. Matheus Yumte
3.3Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah kata-kata yang terdapat di
setiap kalimat pada karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK
3.4 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah karangan narasi karya guru-guru
SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada
tahun 2014. Karangan tersebut berjumlah 19 karangan yang diperoleh dari para
guru ketika menjalani pelatihan Kurikulum 2013 pada tahun 2014 di Sorong,
Papua.
3.5Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik untuk memperoleh data
yang diperlukan atau proses pengadaan data untuk keperluan penelitian (Nasir,
1988:221). Dalam pengumpulan data, peneliti melakukan tes mengarang. Tes
mengarang yang dilakukan adalah mengarang sebuah karangan narasi. Dalam
melaksanakan tes mengarang, guru-guru diberi waktu 45 menit. Guru-guru
membuat karangan narasi berdasarkan gambar seri yang bertema “Kegiatan di Pagi Hari Sebelum Pergi ke Sekolah”.
3.6Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya
lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis, sehingga lebih mudah
diolah (Arikunto, 2002:123). Instrumen penelitian yang digunakan untuk