• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan diksi dalam karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada tahun 2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan diksi dalam karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada tahun 2014."

Copied!
202
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Yunanda, Saferine. 2015. Penggunaan Diksi dalam Karangan Narasi Karya Guru-Guru SD di Lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada Tahun 2014. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji penggunaan diksi dalam karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada tahun 2014. Penelitian ini bertujuan, mendeskripsikan: (1) jenis diksi yang digunakan dalam karangan narasi dan (2) penggunaan diksi dalam karangan narasi dilihat dari segi ketepatan dan kesesuaian diksi.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan deskriptif. Data penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang mengandung diksi. Sumber data dalam penelitian ini adalah 19 karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada tahun 2014. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes mengarang. Data yang terkumpul dianalisis satu persatu. Tahap analisis data berupa identifikasi, klasifikasi, dan interpretasi.

(2)

ABSTRACT

Yunanda, Saferine. 2015. The use of diction in Narrative Essay by Elementary School Teachers in YPPK Maybrat Boundary, Diocese of Manokwari, West Papua, in 2014. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language Literature Study Program, the Faculty of Education, University of Sanata Dharma.

This research examines the use of diction in narrative essay by elementary school teachers in YPPK Maybrat boundary, Diocese of Manokwari, West Papua, in 2014. The aim of this research, describe: (1) the type of diction used in narrative essay and (2) the use of diction in the narrative essay in terms of accuracy and suitability of diction.

This research is a qualitative and descriptive research. This research data is sentences containing diction. Sources of data in this study is 19 narrative essay by elementary school teachers in the YPPK Maybrat boundary, Diocese of Manokwari, West Papua, in 2014. Data was collected by using an essay test. Data were analyzed one by one. Data analysis stage form of identification, classification, and interpretation.

(3)

PENGGUNAAN DIKSI DALAM KARANGAN NARASI KARYA GURU-GURU SD DI LINGKUNGAN YPPK MAYBRAT, KEUSKUPAN MANOKWARI, PAPUA BARAT, PADA TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:

SAFERINE YUNANDA NIM: 111224006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

PENGGUNAAN DIKSI DALAM KARANGAN NARASI KARYA GURU-GURU SD DI LINGKUNGAN YPPK MAYBRAT, KEUSKUPAN MANOKWARI, PAPUA BARAT, PADA TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:

SAFERINE YUNANDA NIM: 111224006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, terima kasih atas segala rahmat dan

berkat-Nya yang melimpah.

2. Kedua orangtua terkasih, Stephanus Susilaharda dan Yuliana Prihatin, S.Ag,

terima kasih atas segala bimbingan, dukungan, dan motivasi yang tak

henti-hentinya selalu diberikan kepada saya.

3. Kedua saudara tersayang, Serafin Aic Priharlina, S.S dan Agustinus Satria

Soma Rajasa, terima kasih atas segala dukungan dan keceriaan kalian yang

selalu membangkitkan semangat.

4. Teman spesial, Paulus Eko Purwo Widodo, terima kasih atas segala dukungan

dan perhatiannya.

5. Teman-teman Kelompok Skripsi Payung Maybrat, Priska Nawang Wulan,

Cicilia Ariza Ratna Marwati, Gabrielle Listyarini Dwisulandi, dan Caecilia

Nurista Syahdu Hening, terima kasih untuk perjuangan dan kebersamaan

(8)

v MOTO

1. Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar

pada pengertianmu sendiri. (Amsal, 3:5)

2. Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya. (Pengkotbah, 3:11a)

3. Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan

memberi kelegaan kepadamu. (Matius, 11:28)

4. Kegagalan tak berarti saya telah menyia-nyiakan hidup, tetapi berarti saya

harus mulai lagi cara lain dengan lebih giat dan lebih sabar. (Dr. Robert H.

Schuller)

5. Berpikir seperti seorang ratu, ratu tidak takut gagal, kegagalan adalah batu

(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 11 September 2015

Penulis

(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Saferine Yunanda

Nomor Mahasiswa : 111224006

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul PENGGUNAAN

DIKSI DALAM KARANGAN NARASI KARYA GURU-GURU SD DI

LINGKUNGAN YPPK MAYBRAT, KEUSKUPAN MANOKWARI, PAPUA

BARAT, PADA TAHUN 2014. Dengan demikian, saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan

dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media

lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 11 September 2015

Saya yang menyatakan

(11)

viii ABSTRAK

Yunanda, Saferine. 2015. Penggunaan Diksi dalam Karangan Narasi Karya Guru-Guru SD di Lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada Tahun 2014. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji penggunaan diksi dalam karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada tahun 2014. Penelitian ini bertujuan, mendeskripsikan: (1) jenis diksi yang digunakan dalam karangan narasi dan (2) penggunaan diksi dalam karangan narasi dilihat dari segi ketepatan dan kesesuaian diksi.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan deskriptif. Data penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang mengandung diksi. Sumber data dalam penelitian ini adalah 19 karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada tahun 2014. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes mengarang. Data yang terkumpul dianalisis satu persatu. Tahap analisis data berupa identifikasi, klasifikasi, dan interpretasi.

(12)

ix ABSTRACT

Yunanda, Saferine. 2015. The use of diction in Narrative Essay by Elementary School Teachers in YPPK Maybrat Boundary, Diocese of Manokwari, West Papua, in 2014. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language Literature Study Program, the Faculty of Education, University of Sanata Dharma.

This research examines the use of diction in narrative essay by elementary school teachers in YPPK Maybrat boundary, Diocese of Manokwari, West Papua, in 2014. The aim of this research, describe: (1) the type of diction used in narrative essay and (2) the use of diction in the narrative essay in terms of accuracy and suitability of diction.

This research is a qualitative and descriptive research. This research data is sentences containing diction. Sources of data in this study is 19 narrative essay by elementary school teachers in the YPPK Maybrat boundary, Diocese of Manokwari, West Papua, in 2014. Data was collected by using an essay test. Data were analyzed one by one. Data analysis stage form of identification, classification, and interpretation.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang

senantiasa mencurahkan rahmat dan berkat-Nya kepada penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam segala

proses kelancaran dan keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu,

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada.

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa memberikan berkat,

rahmat, dan kekuatan kepada penulis.

2. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.

3. Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa

Sastra Indonesia yang telah memberikan dukungan kepada penulis untuk

segera menyelesaikan skripsi ini.

4. Dr. B. Widharyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing tunggal yang telah

bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing, memberikan

masukan, dan memberikan kritikan yang membangun dalam proses

penyusunan skripsi ini.

5. Dr. Y. Karmin, M.Pd., selaku triangulator yang telah bersedia meluangkan

waktu dan pikirannya untuk memvalidasi hasil analisis data dalam penelitian

ini.

6. Segenap dosen Prodi PBSI, dosen MKU, dan dosen MKK yang telah

mendidik dan membimbing penulis selama mengikuti kuliah.

7. Robertus Marsidiq, selaku staf sekretariat Prodi PBSI yang selama ini telah

banyak membantu dan memberi kemudahan dalam administrasi yang

diperlukan.

8. Stephanus Susilaharda dan Yuliana Prihatin, S.Ag., selaku orangtua terkasih

yang senantiasa memberikan cinta kasih, doa, semangat, dukungan, dan

(14)

xi

9. Serafin Aic Priharlina, S.S dan Agustinus Satria Soma Rajasa, selaku saudara

tersayang yang senantiasa memberikan dukungan dan menghibur penulis

dengan segala keceriannya.

10. Paulus Eko Purwo Widodo, selaku teman spesial yang senantiasa

memberikan semangat, perhatian, dan dukungan kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman Kelompok Skripsi Payung Maybrat, Priska Nawang Wulan,

Cicilia Ariza Ratna Marwati, Gabrielle Listyarini Dwisulandi, dan Caecilia

Nurista Syahdu Hening, terima kasih atas kebersamaan, keceriaan, dan

perjuangan yang telah kita lalui bersama.

12. Teman-teman seperjuangan, Fitriana Rahmawati, Irene Desty Renaningtyas,

Cecilia Christa Pramadina, Andronikus Kresna Dewantara, Yohanes Wedha

Basundoro, Yanuarius Manggur, Leopold, Hendrika Yuli Surantini, Erlin

Advarovi, Elisabeth Prasetiawati, Meilani Triwahyuningrum, Maria Dwi

Rianti, dan Maria Eny Kurniati, terima kasih atas kebersamaan, persahabatan,

dan keceriaan yang telah kita lalui bersama.

13. Teman-teman PBSI angkatan 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu, terima kasih atas kebersamaan, persaudaraan, dan keceriaan yang

indah selama kuliah.

14. Teman-teman Kos Dahlia, Windy Kristanti, Lusia Eli, Kartika Pipit, Maria

Esalwa Rosari, Fransiska Indah Citra Dewi, Karini, dan Rene Santa, terima

kasih atas keceriaan dan kebersamaan yang telah kita lalui bersama.

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan.

Walaupun demikian, peneliti berharap agar penelitian ini dapat bermanfaat untuk

berbagai pihak.

Penulis

(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUANPUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 4

1.3Tujuan Penelitian ... 5

1.4Manfaat Penelitian ... 5

1.5Batasan Istilah ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 8

2.2 Pilihan Kata atau Diksi ... 11

2.2.1 Syarat Pemilihan Kata ... 17

2.2.2 Aspek Ketidakbakuan Kata ... 24

2.3 Modus dan Modalitas ... 27

(16)

xiii

2.5 Karangan ... 32

2.5.1 Pengertian Karangan ... 32

2.5.2 Pengertian Karangan Narasi ... 33

2.6 Kerangka Berpikir ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

5.1 Jenis Penelitian ... 36

5.2 Subjek Penelitian ... 37

5.3 Objek Penelitian ... 37

5.4 Sumber Data ... 38

5.5 Teknik Pengumpulan Data ... 38

5.6 Instrumen Penelitian ... 38

5.7 Teknik Analisis Data ... 39

5.8 Tahapan Penyajian Hasil Analisis ... 42

5.9 Triangulasi Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1 Deskripsi Data ... 44

4.2 Analisis Data ... 46

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 57

4.4 Pembahasan Hasil Triangulasi ... 61

BAB V PENUTUP ... 63

5.1 Simpulan Hasil Penelitian ... 63

5.2 Implikasi ... 64

5.3 Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67

LAMPIRAN ... 69

(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1a Data dan Jenis Diksi ………..…………. 44

Tabel 1b Data Jenis Diksi (lanjutan) ………. 45

Tabel 1c Jumlah Data dan Jumlah Jenis Diksi ……….. 45

(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Data Mentah ………. 69

Lampiran II Hasil Analisis Jenis Diksi ………. 78

Lampiran III Hasil Analisis Penggunaan Diksi Segi Ketepatan……… 117

Lampiran IV Hasil Analisis Penggunaan Diksi Segi Kesesuaian……... 134

(19)
(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, terdapat empat keterampilan yang

harus dikuasai agar dapat berkomunikasi dengan baik. Empat keterampilan

tersebut adalah keterampilan membaca, keterampilan menulis, keterampilan

berbicara, dan keterampilan menyimak. Keempat keterampilan tersebut saling

berhubungan satu dengan yang lain. Keempat keterampilan tersebut pada

dasarnya merupakan satu kesatuan yang disebut caturtunggal (Tarigan, 2008:2).

Tingkat penguasaan keterampilan tersebut berbeda-beda di setiap usia dan

jenjang pendidikannya. Keterampilan membaca dan menulis pada umumnya

mulai dipelajari ketika anak masuk di pendidikan formal. Anak dikatakan mahir

dalam keterampilan membaca dan menulis pada usia 8 tahun ke atas. Pada usia

tersebut, umumnya anak duduk di kelas dua sekolah dasar (SD). Apabila

dihubungkan dengan teori pembelajaran bahasa menurut kognitifisme, pada usia

tersebut anak sudah memiliki sistem kognisi yang tersusun rapi, sehingga sangat

dimungkinkan jika mereka sudah menguasai keterampilan membaca dan menulis.

Kondisi ini berbeda dengan yang terjadi di lingkungan YPPK Maybrat,

Papua Barat. Pendidikan di Maybrat sangat memprihatinkan. Siswa sekolah dasar

di lingkungan Maybrat masih belum mampu dalam menguasai keterampilan

membaca dan menulis, padahal mereka sudah duduk di kelas lima SD

(21)

antaranya faktor guru, faktor siswa, dan faktor kondisi alam. Dalam hal ini, peran

guru menjadi faktor utama yang sangat berpengaruh dalam kondisi pendidikan di

Maybrat, Papua.

Guru memiliki peran yang dominan dalam kegiatan pembelajaran. Guru

juga merupakan pelaku utama yang menjadi komponen strategis dalam proses

peningkatan mutu pendidikan peserta didik. Namun, pada kenyataannya

kompetensi guru di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua

Barat belum memadai. Hal tersebut didukung dengan ditemukannya beberapa

fakta mengenai kompetensi guru di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan

Manokwari, Papua Barat di antaranya, kurangnya kemampuan guru dalam hal

mengawasi metode belajar siswa, tidak adanya inovasi pembelajaran dari guru,

dan kurangnya kedisiplinan guru dalam hal kehadiran mengajar

(http://bintangpapua.com ).

Berdasarkan fakta tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterampilan

membaca dan menulis siswa sangat dipengaruhi oleh peran guru dalam proses

pembelajaran di sekolah dasar. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa

keterampilan membaca dan menulis menjadi keterampilan dasar yang dibutuhkan

oleh siswa agar dapat berkomunikasi dengan baik. Oleh karena itu, kemampuan

guru dalam membaca dan menulis juga sangat dibutuhkan. Tarigan (2008:2) juga

menyatakan bahwa, keterampilan membaca dan menulis harus terpenuhi, karena

berkaitan dengan keterampilan sebelumnya yaitu keterampilan menyimak dan

(22)

Mengenai kompetensi guru yang belum memadai, peneliti melakukan tes

mengarang pada guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari,

Papua Barat. Mereka adalah para guru SD yang terlibat dalam kelompok kerja

guru SD YPPK. Peneliti ingin mengetahui kemampuan menulis para guru untuk

mencari keterkaitan dengan kemampuan menulis para siswa di sana. Penelitian ini

difokuskan pada salah satu aspek kemampuan mengarang yakni penggunaan kata

dalam karangan.

Kata merupakan salah satu unsur kebahasaan yang sangat penting. Kata

merupakan suatu unit dalam bahasa yang memiliki stabilitas intern dan mobilitas

posisional (Keraf, 1986:21). Rangkaian dari kata-kata dapat menghasilkan suatu

kalimat. Kata juga dapat menjadi salah satu alat untuk menyampaikan gagasan

sebagai wujud komunikasi antar berbagai pihak. Agar penggunaan kata tidak

menimbulkan ketidakpahaman dan ketidakefektifan, maka perlu adanya seleksi

kata atau pemilihan kata. Pemilihan kata merupakan proses atau tindakan

memilih kata yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat dan pilihan kata

adalah hasil dari proses atau tindakan tersebut (Mustakim, 1992:41).

Proses pemilihan kata tidak mudah. Terdapat kriteria pemilihan kata yang

harus dicermati. Kriteria pemilihan kata tersebut menyangkut ketepatan kata dan

kesesuaian kata. Ketepatan kata terkait dengan konsep, logika, dan gagasan yang

hendak ditulis dalam karangan, sedangkan kesesuaian kata menyangkut

kecocokan antara kata yang dipakai dengan situasi yang hendak diciptakan

sehingga tidak mengganggu suasana batin, emosi, atau psikis antara penulis dan

(23)

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, peneliti ingin meneliti

penggunaan diksi dalam karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan

YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat dengan beberapa

pertimbangan. Pertama, peneliti memilih topik mengenai diksi atau pilihan kata

karena analisis mengenai diksi sangat penting dilakukan agar maksud yang ingin

disampaikan oleh penulis dalam suatu tulisan dapat tersampaikan dengan jelas dan

tepat. Kedua, penelitian dengan topik diksi sudah ada, tetapi sejauh ini belum ada

penelitian yang meneliti diksi dengan menggunakan subjek penelitian guru-guru

SD. Ketiga, peneliti juga ingin mengetahui kualitas dan kompetensi guru-guru SD

di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, khususnya

dalam keterampilan menulis karangan narasi. Maka dari itu, peneliti memilih

Penggunaan Diksi dalam Karangan Narasi Karya Guru-Guru SD di Lingkungan

YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada Tahun 2014, sebagai

judul penelitian.

1.2Rumusan Masalah

1) Apa sajakah jenis diksi yang digunakan dalam karangan narasi karya

guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua

Barat, pada tahun 2014?

2) Bagaimanakah penggunaan diksi dalam karangan narasi karya guru-guru SD

di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada

(24)

1.3Tujuan Penelitian

1) Mendeskripsikan jenis diksi yang digunakan dalam karangan narasi karya

guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari,

Papua Barat, pada tahun 2014.

2) Mendeskripsikan penggunaan diksi dalam karangan narasi karya guru-guru

SD YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada tahun 2014,

dilihat dari segi ketepatan dan kesesuaian diksi.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Bagi guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari,

Papua Barat, yaitu memberikan informasi mengenai ketepatan dan kesesuian

penggunaan diksi dalam karangan, sehingga dapat memberikan motivasi agar

dapat membuat karya yang lebih baik dan menjadi contoh bagi anak didiknya.

2) Bagi para pendidik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

mengenai penggunaan diksi yang tepat dan sesuai dalam pembelajaran

bahasa Indonesia, terutama dalam hal karang-mengarang.

3) Bagi perguruan tinggi, penelitian mengenai penggunaan diksi ini diharapkan

dapat memberikan sumbangan penelitian yang berguna bagi perkembangan

penelitian selanjutnya tentang penggunaan diksi dalam karangan.

4) Bagi YPPK Maybrat Keuskupan Manokwari, Papua Barat dan pemerintah,

(25)

Keuskupan Manokwari, Papua Barat dan pemerintah tentang kompetensi guru

di lapangan dan memberikan pembinaan yang tepat untuk para guru.

5) Bagi para peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pengetahuan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya

mengenai diksi.

1.5Batasan Istilah

Berikut merupakan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini.

1) Diksi atau Pilihan Kata

Diksi atau pilihan kata adalah kata-kata yang dipakai untuk mengungkapkan

suatu ide atau gagasan, meliputi fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan

(Keraf, 1986:23).

2) Ketepatan Pilihan Kata

Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk

menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau

pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau

pendengar (Keraf, 1986:87).

3) Kesesuaian Pilihan Kata

Kesesuaian pilihan kata mempersoalkan kesanggupan mengungkapkan

(26)

4) Menulis

Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang

menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga

orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka

memahami bahasa dan gambar grafik itu (Tarigan, 1985:21).

5) Karangan

Karangan adalah hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis

yang dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca (Gie, 1992:17).

6) Narasi

Narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah

tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi

(27)
(28)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Peneliti memperoleh tiga penelitian sejenis yang berhubungan dengan

analisis diksi atau pilihan kata. Ketiga penelitian tersebut adalah penelitian yang

dilakukan oleh Martin (2006) dengan skripsinya yang berjudul Kesalahan Diksi

pada Karangan Argumentasi Siswa Kelas II SMK Negeri 5 Yogyakarta, Wijayanti

(2008) dengan skripsinya yang berjudul Diksi dan Gaya Bahasa pada Kolom

“Dari Redaksi” dan “Liputan” Majalah Sekolah Eksperana SMP Bentara

Wacana Muntilan, dan Sulistiorini (2011) dengan skripsinya yang berjudul Diksi

dalam Kolom “Sorotan Sekolah” Majalah Sekolah Siswa Nusantara SMP

Tamansiswa Yogyakarta.

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Martin (2006) bertujuan (1)

mendeskripsikan kesalahan diksi kata asing dan kata serapan pada karangan

argumentasi siswa kelas II SMK Negeri 5 Yogyakarta dan (2) mendeskripsikan

kesalahan diksi kata baku dan kata nonbaku pada karangan argumentasi siswa

kelas II SMK Negeri 5 Yogyakarta.

Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. Dalam penelitian ini,

kesalahan diksi disebabkan karena siswa kurang memahami pemilihan kata yang

tepat untuk digunakan dalam penulisan karangan. Kesalahan pilihan kata yang

terdapat dalam penelitian ini mencakup lima jenis kesalahan yaitu, kesalahan

(29)

ketepatan dalam pemilihan kata mencakup aspek kata asing dan kata serapan yang

meliputi (1) kesalahan unsur asing yang belum sepenuhnya terserap dalam bahasa

Indonesia dan (2) kesalahan unsur asing yang pengucapan dan penulisannya telah

disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Kesalahan kesesuaian dalam

pemilihan kata mencakup aspek kata baku dan kata non baku yang meliputi (1)

kesalahan aspek ortografi, (2) kesalahan aspek jati diri kata, dan (3) kesalahan

aspek ragam bahasa. Berdasarkan hasil penelitian dari data yang berjumlah 80

karangan dari 87 anggota populasi ditemukan 34 kesalahan ketepatan dalam

pemilihan kata yang mencakup kata asing dan kata serapan, dan ditemukan 184

kesalahan kesesuaian dalam pemilihan kata yang mencakup aspek kata baku dan

kata non baku.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2008) bertujuan (1)

mendeskripsikan diksi atau pilihan kata yang dipergunakan dalam kolom “Dari

Redaksi” dan “Liputan” Majalah Sekolah Eksperana SMP Bentara Wacana

Muntilan dan (2) mendeskripsikan gaya bahasa yang dipergunakan dalam kolom

“Dari Redaksi” dan “Liputan” Majalah Sekolah Eksperana SMP Bentara Wacana

Muntilan.

Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. Dalam penelitian ini,

ditemukan adanya pemakaian diksi yang berupa kata umum-khusus dan kata

baku-nonbaku, serta ditemukan adanya pemakaian gaya bahasa yang beragam.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Sulistiorini (2011) bertujuan (1)

mendeskripsikan diksi yang tergolong kata kajian dalam kolom “Sorotan Sekolah”

(30)

mendeskripsikan diksi yang tergolong kata serapan dalam kolom “Sorotan

Sekolah” Majalah Sekolah SISWA NUSANTARA SMP Tamansiswa Yogyakarta,

dan (3) mendeskripsikan diksi yang tergolong kata nonbaku dalam kolom

“Sorotan Sekolah” Majalah Sekolah SISWA NUSANTARA SMP Tamansiswa

Yogyakarta.

Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. Dalam penelitian ini,

kata kajian yang ditemukan berdasarkan bidang ilmu di antaranya meliputi:

pendidikan, pekerjaan, sosial, kesenian, olahraga, politik, dan pemerintahan. Kata

serapan yang ditemukan berdasarkan taraf integrasinya, meliputi: kata asing yang

belum sepenuhnya terserap dalam bahasa Indonesia dan kata asing yang penulisan

dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Kemudian, kata

nonbaku yang ditemukan berdasarkan aspek ketidakbakuan kata, meliputi, kata

nonbaku akibat kesalahan penulisan kata, kata nonbaku dari bahasa Jawa, Inggris,

dan Arab, serta kata nonbaku ragam bahasa tidak resmi/santai.

Ketiga penelitian di atas relevan dengan penelitian yang dilakukan.

Alasannya, ketiga penelitian tersebut sama-sama menganalisis mengenai diksi dan

pilihan kata. Selain itu, ketiga penelitian di atas menggunakan metode penelitian

yang sama yaitu metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini juga menggunakan

metode tersebut. Perbedaannya terletak pada subjek dan objek yang diteliti.

Martin (2006) menganalisis kesalahan diksi kata serapan kata asing, kata baku,

dan kata nonbaku pada karangan argumentasi siswa kelas II SMK Negeri 5

Yogyakarta, Wijayanti (2008) menganalisis penggunaan diksi dan gaya bahasa

(31)

Bentara Wacana Muntilan, Sulistiorini (2011) menganalisis kata kajian, kata

serapan, dan kata nonbaku yang terdapat dalam kolom “Sorotan Sekolah” majalah

sekolah SISWA NUSANTARA SMP Tamansiswa Yogyakarta, sedangkan

penelitian ini menganalisis penggunaan diksi dalam karangan narasi karya

guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat,

pada tahun 2014.

2.2 Pilihan Kata atau Diksi

Kata merupakan suatu unit dalam bahasa yang memiliki stabilitas intern dan

mobilitas posisional, yang berarti ia memiliki komposisi tertentu dan secara relatif

memiliki distribusi yang bebas (Keraf, 1986:21). Kata-kata yang disusun menjadi

sebuah kalimat mampu memberikan suatu informasi. Suatu informasi tersebut

akan bermakna apabila kata yang menjadi unsur di dalamnya dapat dimengerti

dan dipahami. Maka dari itu, penting sekali untuk menentukan pilihan kata yang

tepat dalam menyusun sebuah rangkaian kata.

Kata merupakan alat untuk menyalurkan informasi melalui gagasan atau ide

yang disampaikan oleh seseorang. Setiap masyarakat akan menggunakan kata

dalam rangka mendukung kegiatan berkomunikasi. Namun, dalam berkomunikasi,

seseorang perlu untuk menyeleksi atau memilih kata-kata yang akan

diungkapkannya agar tidak menimbulkan ketidakpahaman dan pemborosan kata.

Setiap orang membutuhkan kosa kata untuk berkomunikasi. Kebutuhan

akan kata dimaksudkan oleh sebagian besar orang untuk menjalin suatu relasi agar

(32)

juga dapat disampaikan tanpa menimbulkan kesalahpahaman. Melalui penguasaan

kosa kata yang baik, pikiran yang ingin disampaikan oleh seseorang akan lebih

berbobot dibandingkan dengan orang yang minim kosa kata. Seperti yang telah

dipaparkan oleh Gorys Keraf (1986:24), bahwa mereka yang luas kosa katanya

akan memiliki kemampuan yang tinggi untuk memilih setepat-tepatnya kata mana

yang paling harmonis untuk mewakili maksud atau gagasannya.

Dalam berkomunikasi, selain menguasai kosa kata atau perbendaharaan kata,

seseorang juga perlu memperhatikan pilihan kata atau diksi. Hal tersebut perlu

dilakukan agar seseorang tidak melakukan pemborosan kata dan tetap

menyampaikan maksudnya dengan porsi yang tepat. Proses pemilihan kata juga

dimaksudkan agar pikiran atau maksud dari seseorang dapat berjalan sesuai

dengan konteks tertentu. Menjadi suatu keuntungan bagi seseorang yang

menguasai perbendaharaan kata, karena mereka dapat menganalisis kata dan

memilih kata sesuai dengan konteks yang dimaksudkan. Hal tersebut didukung

oleh pernyataan Gorys Keraf (1986:24), yaitu jelaslah bahwa seorang yang luas

kosa katanya dan mengetahui secara tepat batasan-batasan pengertiannya, akan

mengungkapkan pula secara tepat apa yang dimaksudnya.

Diksi atau pilihan kata merupakan kata-kata yang dipakai untuk

mengungkapkan suatu ide atau gagasan meliputi fraseologi, gaya bahasa, dan

ungkapan (Keraf, 1987:23). Selain itu, Widyamartaya (1990:45) juga

memaparkan pendapat lain mengenai pengertian diksi atau pilihan kata. Beliau

menjelaskan bahwa diksi atau pilihan kata adalah kemampuan seseorang

(33)

ingin disampaikannya, dan kemampuan tersebut hendaknya disesuaikan dengan

situasi dan nilai rasa yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat dan pendengar

atau pembaca.

Menurut Gorys Keraf (1986:24), terdapat tiga kesimpulan utama mengenai

diksi atau pilihan kata. Pertama, pilihan kata atau diksi mencakup pengertian

kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana

membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan

ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu

situasi. Kedua, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara

tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan lain yang ingin disampaikan, dan

kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan

nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Ketiga, pilihan kata

yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa

kata atau perbendaharaan kata bahasa itu.

Berdasarkan pengertian diksi menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan

bahwa diksi atau pilihan kata adalah adalah kata-kata, kelompok kata, baik

ungkapan maupun gaya, yang diseleksi untuk melancarkan proses komunikasi

atau berbahasa agar maksud dan gagasan dapat tersampaikan dengan baik,

sedangkan prosesnya disebut dengan pemilihan kata.

Proses pemilihan kata tidak dapat dilakukan dengan cara yang sembarangan,

tetapi perlu memperhatikan ketepatan dan kesesuaian pilihan kata. Hal tersebut

didukung oleh pernyataan Gorys Keraf (1986:24) yang menyatakan bahwa,

(34)

mempersoalkan apakah kata yang dipilih itu dapat juga diterima atau tidak

merusak suasana yang ada. Soedjito (1988), dalam bukunya yang berjudul

Kosakata Bahasa Indonesia membagi pilihan kata menjadi tiga bagian, yaitu

penggolongan kata, makna kata, dan perubahan makna. Berikut penjelasan

mengenai tiga bagian tersebut.

a. Penggolongan Kata

Menurut Soedjito (1988:39 - 47), dalam kaitannya dengan pilihan kata atau

diksi, kosakata bahasa Indonesia dapat digolongkan sebagai berikut.

(1) Kata Abstrak dan Kata Konkret

Kata abstrak ialah kata yang mempunyai rujukan berupa konsep/pengertian,

sedangkan kata konkret ialah kata yang mempunyai rujukan berupa objek yang

dapat dicerap oleh pancaindera (dilihat, diraba, dirasakan, didengarkan, atau

dicium) (Soedjito, 1988:39).

Contoh:

Kata Abstrak Kata Konkret

kemajuan membangun jembatan, mendirikan

rumah, membuat jalan

kemakmuran sandang, pangan, rumah

kerajinan bekerja, belajar, membaca

demokrasi musyawarah, berunding

(2) Kata Umum dan Kata Khusus

Kata umum ialah kata yang luas ruang lingkupnya dan dapat mencakup

banyak hal, sedangkan kata khusus ialah kata yang sempit/terbatas ruang

(35)

Contoh:

Kata Umum Kata Khusus

jatuh roboh, rebah, longsor, runtuh

melihat menonton, menatap, menengok

besar raya, agung, makro, akbar

memotong menebang, membelah, memenggal

(3) Kata Populer dan Kata Kajian

Kata populer ialah kata yang dikenal dan dipakai oleh semua lapisan

masyarakat dalam komunikasi sehari-hari, sedangkan kata kajian ialah kata yang

dikenal dan dipakai oleh para ilmuan/kaum terpelajar dalam karya-karya ilmiah

(Soedjito, 1988:43).

Contoh:

Kata Populer Kata Kajian

keahlian profesi

sementara tentatif

harapan prospek

kecerdasan intelegensi

rancangan desain

contoh sampel

(4) Kata Baku dan Kata Nonbaku

Kata baku ialah kata yang mengikuti kaidah/ragam bahasa yang telah

ditentukan/dilazimkan, sedangkan kata nonbaku ialah kata yang tidak mengikuti

kaidah/ragam bahasa yang telah ditentukan/dilazimkan (Soedjito, 1988:44).

Contoh:

Kata Baku Kata Nonbaku

Kamis Kemis

teladan tauladan

tradisional tradisionil

(36)

kemarin kemaren

sah syah

musyawarah musawarah

kuitansi kwitansi

(5) Kata Asli dan Kata Serapan

Kata asli ialah kata yang berasal dari bahasa kita sendiri, sedangkan kata

serapan ialah kata yang berasal (diserap) dari bahasa daerah atau asing. Kata

serapan tersebut misalnya kata strategi, sosial, moral, rujukan, sarana, wacana,

dan luwes (Soedjito, 1988:47).

b. Makna Kata

Makna ialah hubungan antara bentuk dan barang (hal) yang diacunya

(Soedjito, 1988:51). Ada bermacam-macam makna di antaranya.

(1) Makna leksikal dan makna gramatikal

(2) Makna denotatif dan makna konotatif

(3) Makna lugas dan makna kiasan

(4) Makna kontekstual

c. Perubahan Makna

Berikut merupakan sebab-sebab perubahan makna menurut Soedjito

(1988:64).

(1) Peristiwa ketatabahasaan

(2) Perubahan waktu

(37)

(4) Perbedaan lingkungan

(5) Perbedaan konotasi

Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan membahas tentang penggolongan

kata dalam kaitannya dengan pilihan kata.

2.2.1 Syarat Pemilihan Kata 2.2.1.1 Ketepatan Pilihan Kata

Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk

menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau

pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara

(Gorys Keraf, 1987:87). Pilihan kata yang memperhatikan ketepatan membuat

gagasan yang dibuat oleh penulis menjadi bermakna dan logis. Selain itu,

kesalahpahaman dapat dihindari apabila memperhatikan ketepatan pilihan kata.

Agar dapat mencapai ketepatan pilihan kata, Gorys Keraf (1987:88)

memaparkan 10 syarat ketepatan pilihan kata. Syarat-syarat tersebut adalah (1)

membedakan secara cermat denotasi dari konotasi, (2) membedakan dengan

cermat kata-kata yang hampir bersinonim, (3) membedakan kata-kata yang mirip

dalam ejaannya, (4) hindarilah kata-kata ciptaan sendiri, (5) waspadalah terhadap

penggunaan akhiran asing, (6) kata kerja yang menggunakan kata depan harus

digunakan secara idiomatik, (7) penulis atau pembicara harus membedakan kata

umum dan kata khusus, (8) menggunakan kata-kata indria, (9) memperhatikan

(38)

Berikut penjabaran dari syarat-syarat ketepatan pilihan kata.

(1) Penggunaan Kata Denotasi dan Konotasi

Denotasi merupakan kata yang bermakna lugas atau makna yang sebenarnya,

sedangkan kata konotasi merupakan kata yang bermakna kias atau makna yang

tidak sebenarnya. Berikut contoh penggunaan kata denotasi dan konotasi.

(a) Andi membeli meja hijau untuk pamannya. (denotatif)

(b) Susi dibawa ke meja hijau karena menjadi tersangka korupsi. (konotatif)

Kata yang digarisbawahi dalam kalimat yang pertama mempunyai arti yang

sebenarnya, yaitu meja yang berwarna hijau, sedangkan pada kalimat kedua

mempunyai arti pengadilan.

(2) Penggunaan Sinonim

Sinonim merupakan persamaan kata. Penggunaan kata sinonim perlu

diperhatikan agar tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan. Kata yang

memiliki persamaan makna belum tentu disama-artikan oleh pihak yang berbeda.

Berikut contoh penggunaan sinonim.

(a) Dery memberi ibunya obat umum. (b) Dery memberi ibunya obat generik.

Pada contoh di atas, kata umum dalam kalimat pertama dan kata generik

dalam kalimat kedua bersinonim. Penggunaan sinonim dalam kalimat pertama

tidak tepat, karena kata umum tidak tepat digunakan dalam kalimat tersebut.

(39)

(3) Penggunaan Kata yang Mirip Ejaannya

Apabila penulis tidak dapat membedakan kata-kata yang mirip dengan

ejaannya, akan timbul kesalahpahaman yang tidak diinginkan. Alangkah baiknya

jika mengacu pada kamus, karena kata yang tertulis pada kamus merupakan kata

yang sesuai dengan ejaan. Misalnya, kata bahwa – bawa – bawah.

(4) Penggunaan Kata-Kata Ciptaan Sendiri

Berkembangnya suatu bahasa akan menimbulkan munculnya beberapa kosa

kata yang baru. Namun, penggunaannya tidak boleh sembarangan. Kosa kata baru

tersebut dapat dipakai apabila sudah mendapat persetujuan dari masyarakat dan

dipakai oleh masyarakat tersebut.

(5) Penggunaan Akhiran Asing

Penggunaan akhiran asing harus memperhatikan makna dari kata yang

digunakan. Terkadang seseorang sulit membedakannya.

Contoh:

(a) koordinasi bukan koordinir (b) legalisasi bukan legalisir

(6) Penggunaan Kata Idiomatis

Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis

(Keraf, 1986:89). Berikut contoh penggunaan kata idiomatis.

(a) ingat akan bukan ingat terhadap (b) berharap akan bukan mengharap akan

(40)

(7) Penggunaan Kata Umum dan Kata Khusus

Kata umum adalah jenis kata yang ruang lingkupnya lebih luas, sedangkan

kata khusus adalah jenis kata yang acuannya lebih kepada hal-hal yang khusus

dan konkret. Berikut ini contoh penggunaan kata umum dan kata khusus.

(a) Tanti senang memakai baju merah. (b) Anton suka memelihara binatang.

(c) Pak Anas ingin sekali bertemu dengan ibunya.

Kata merah, binatang, dan bertemu pada kalimat di atas merupakan kata

umum. Apabila menggunakan kata khusus, kedua kalimat di atas akan berubah

menjadi berikut.

(a) Tanti senang memakai baju merah menyala. (b) Anton suka memelihara pitbul.

(c) Pak Anas ingin sekali berjumpa dengan ibunya.

(8) Penggunaan Kata Indria

Dalam memilih kata-kata yang tepat, perlu memperhatikan penggunaan

istilah-istilah yang menyatakan pengalaman-pengalaman yang dicerap oleh

pancaindria (Keraf, 1986:94). Kata-kata yang sering dipakai untuk menyatakan

pencerapan itu adalah.

Peraba : dingin, panas, lembab, basah, kering, kasar, halus, rata, licin, dll.

Perasa : pedas, pahit, asam, asin, pedis, manis, dll.

Penciuman : asam, tajam, pedis, pesing, lapuk, apak, basi, dll.

Pendengaran : dengung, deru, ringkik, desing, lengking, dll.

(41)

(9) Perubahan Makna

Makna kata tidak selalu bersifat statis (Keraf, 1986:95). Dalam memilih kata,

perlu sekali mengetahui terjadinya perubahan makna. Maka dari itu, perlu

memperluas referensi mengenai kosa kata dan makna yang sedang berkembang

sesuai dengan kaidah bahasa yang ditentukan. Macam-macam perubahan makna

yang penting adalah perluasan arti, penyempitan arti, ameliorasi, peyorasi,

metafora, dan metonimi.

(10) Kelangsungan Pilihan Kata

Kelangsungan pilihan kata perlu diperhatikan agar suatu informasi dapat

disampaikan secara tepat dan tidak menimbulkan ketidakpahaman. Selain itu,

kelangsungan pilihan kata yang sesuai juga sangat dibutuhkan. Suatu proses

komunikasi akan berjalan dengan baik dan lancar apabila memperhatikan sesuatu

yang tepat dan sesuai.

2.2.1.2 Kesesuaian Pilihan Kata

Kesesuaian pilihan kata merupakan unsur penting dalam pemilihan kata

selain ketepatan pilihan kata. Kesesuaian kata menyangkut kecocokan antara kata

yang dipakai dengan situasi yang hendak diciptakan sehingga tidak mengganggu

suasana batin, emosi, atau psikis antara penulis dan pembacanya, pembicara dan

pendengarnya (Widjono, 2007:101).

Gorys Keraf (1986:103 – 104) memaparkan 7 (tujuh) syarat kesesuaian

(42)

unsur substandar dalam situasi yang formal, (2) perhatikan situasi penggunaan

kata ilmiah dan kata populer, (3) hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca

umum, (4) hindarilah pemakaian kata-kata slang, (5) jangan menggunakan kata

percakapan dalam penulisan, (6) hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom

yang mati), dan (7) jauhkan kata-kata atau bahasa yang artifisial.

Berikut penjabaran dari syarat-syarat kesesuaian pilihan kata.

(1) Penggunaan Kata Standard dan Kata Substandar

Bahasa standar (baku) adalah semacam dialek kelas dan dapat dibatasi

sebagai tutur dari mereka yang mengenyam kehidupan ekonomis atau menduduki

status sosial yang cukup dalam suatu masyarakat (Keraf, 1986:104). Bahasa

substandard (nonbaku) adalah bahasa dari mereka yang yang tidak memperoleh

kedudukan atau pendidikan yang tinggi (Keraf, 1986:104).

(2) Penggunaan Kata Ilmiah dan Kata Populer

Menurut Keraf (1986:105 – 106), kata populer adalah kata yang dikenal dan

diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat, sedangkan kata ilmiah adalah sejumlah

kata yang biasa dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan

ilmiah. Kata ilmiah sering digunakan dalam penulisan karangan ilmiah. Kata-kata

ini biasa dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah,

selain itu juga digunakan dalam pertemuan-pertemuan resmi dan forum diskusi.

Lain halnya dengan kata ilmiah, kata populer digunakan dalam komunikasi non

ilmiah dan terdiri dari kata-kata yang umum dipakai oleh semua lapisan

(43)

Kata Ilmiah : harmonis, eksentrik, analogi, modern Kata Populer : sesuai, aneh, kiasan, maju

(3) Penggunaan Jargon

Jargon mengandung makna suatu bahasa, dialek, atau tutur yang dianggap

kurang sopan atau aneh (Keraf, 1986:107). Jargon diartikan sebagai kata-kata

teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu tertentu, maka dari itu sebaiknya

menghindari unsur jargon dalam sebuah tulisan umum.

(4) Penggunaan Kata Slang

Kata slang adalah kata-kata non-standar yang informal, yang disusun secara

khas; atau kata-kata biasa yang diubah secara arbitrer; atau kata-kata kiasan yang

khas, bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan (Keraf, 1986:108).

Penggunaan kata slang biasanya ditemukan pada kelompok-kelompok pemuda di

wilayah-wilayah tertentu.

(5) Penggunaan Kata Percakapan

Kata percakapan adalah kata-kata yang dipakai dalam percakapan atau

pergaulan orang-orang yang terdidik (Keraf, 1986:107). Bentuk dari bahasa

percakapan adalah singkatan-singkatan.

Contoh:

(a) dok untuk dokter

(b) prof untuk professor

(44)

(6) Penggunaan Idiom yang Mati

Idiom adalah pola-pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah

bahasa yang umum, biasanya berbentuk frasa, sedangkan artinya tidak bisa

diterangkan secara logis atau secara gramatikal, dengan bertumpu pada makna

kata-kata yang membentuknya (Keraf, 1986:109).

(7) Penggunaan Artifisial

Bahasa artifisial adalah bahasa yang disusun secara seni (Keraf, 1986:110).

Bahasa ini tidak terkandung dalam kata yang digunakan, tetapi dalam

pemakaiannya untuk menyatakan suatu maksud.

2.2.2 Aspek Ketidakbakuan Kata

Terdapat beberapa aspek yang dapat digunakan untuk mengetahui

ketidakbakuan kata antara lain, aspek ortografi, aspek jati diri kata, dan aspek

ragam bahasa (Sabariyanto, 1994:366). Berikut penjelasan mengenai aspek-aspek

tersebut.

1. Aspek Ortografi

Perbedaan ortografi atau huruf pada kata-kata tertentu dapat digunakan

untuk membedakan kebakuan dan ketidakbakuan kata. Berikut contoh

penggunaan kata baku dan tidak baku berdasarkan aspek ortografi.

(1a) Perusahaan itu mengeluarkan produk terbarunya. (1b) Perusahaan itu mengeluarkan prodek terbarunya.

(2a) Lahan kering seperti ini, sudah tidak produktif lagi untuk ditanami palawija.

(45)

(3a) Pemerintah menuntut agar siswa lebih aktif di kelas. (3b) Pemerintah menuntut agar siswa lebih aktip di kelas. (4a) Para tentara harus berbaris dengan rapi.

(4b) Para tentara harus berbaris dengan rapih.

Kata produk, produktif, aktif, dan rapi pada kalimat (1a), (2a), (3a), dan (4a)

merupakan contoh penggunaan kata-kata baku berdasarkan aspek ortografi,

sedangkan kata prodek, produktip, aktip, dan rapih pada kalimat (1b), (2b), (3b),

dan (4b) merupakan penggunaan kata tidak baku.

2. Aspek Jati Diri Kata

Aspek jati diri kata bahasa Indonesia yaitu kosakata yang bebas dari

kata-kata bahasa daerah atau kata-kata-kata-kata asing, dan apabila sudah terserap ke dalam

bahasa Indonesia maka penyerapannya (kata serapan) sesuai dengan kaidah

bahasa Indonesia. aspek jati diri kata dapat digunakan untuk membedakan kata

baku dan kata nonbaku. Bentuk baku sebagai aspek jati diri kata ialah kata bahasa

Indonesia, sedangkan bentuk tidak baku sebagai aspek jati diri kata ialah bahasa

lain. Berikut contohnya.

1) Kata yang tidak baku bahasa Jawa

(5a) Wajahnya pucat setelah mendengar berita duka itu. (5b) Wajahnya pucet setelah mendengar berita duka itu. (6a) Indonesia menjadi negara yang subur dan makmur. (6b) Indonesia menjadi negari yang subur dan makmur.

Kata pucat dan negara pada kalimat (5a) dan (6a) adalah contoh

penggunaan kata baku, sedangkan kata pucet dan negari pada kaimat (5b) dan

(6b) merupakan pemakaian kata tidak baku karena pemakaiannya masih

(46)

2) Kata yang tidak baku bahasa Belanda/Inggris

(7a) Dia kecewa nilai rapornya semester ini sangat jelek. (7b) Dia kecewa nilai raportnya semester ini sangat jelek. (8a) Keputusan yang diambilnya sangat riskan untuk dilakukan. (8b) Keputusan yang diambilnya sangat riskant untuk dilakukan.

Kata rapornya dan riskan pada kalimat (7a) dan (8a) adalah contoh

penggunaan kata baku, sedangkan kata raportnya dan riskant pada kalimat (7b)

dan (8b) merupakan pemakaian kata tidak baku bahasa Indonesia, karena

pemakaiannya masih menggunakan bahasa Belanda atau Inggris.

3) Kata yang tidak baku bahasa Arab

(9a) Tahun ini Delon akan mengeluarkan album rohani. (9b) Tahun ini Delon akan mengeluarkan album ruhani. (10a) Kerajaan Romawi sangat terkenal akan kebudayaannya. (10b) Kerajaan Rumawi sangat terkenal akan kebudayaannya.

Kata rohani dan romawi pada kalimat (9a) dan (10a) adalah contoh

penggunaan kata baku, sedangkan kata ruhani dan rumawi pada kalimat (9b) dan

(10b) merupakan pemakaian kata tidak baku bahasa Indonesia karena

pemakaianya masih menggunakan bahasa Arab.

3. Aspek Ragam Bahasa

Ragam bahasa ada bermacam-macam, yaitu ragam resmi dan ragam santai,

ragam tulis dan ragam lisan, serta ragam baku dan tidak baku. Kata baku dan tidak

baku berikut ini dibedakan ragamnya.

(47)

(12a) Mari kita berantas narkoba sampai keakar-akarnya. (12b) Ayo kita berantas narkoba sampai keakar-akarnya. (13a) Ani merapikan tempat tidurnya di pagi hari. (13b) Ani membereskan tempat tidurnya di pagi hari. (14a) Pak Dadang tergesa-gesa memberhentikan bus. (14b) Pak Dadang tergesa-gesa menyetop bus.

Kata malas, mari, merapikan, dan memberhentikan pada kalimat (11a),

(12a), (13a), dan (14a) merupakan contoh penggunaan kata baku karena kalimat

tersebut menggunakan ragam bahasa yang resmi, sedangkan kata males, ayo,

membereskan, menyetop pada kalimat (11b), (12b), (13b), dan (14b) merupakan

kalimat tidak baku karena dalam pemakaiannya menggunakan ragam santai.

2.3 Modus dan Modalitas

Pada dasarnya, penulis atau pembicara mempunyai maksud dan tujuan

dalam menghasilkan suatu tulisan atau mengungkapkan suatu ujaran. Hal tersebut

dikenal dengan sebutan modus dan modalitas. Menurut Chaer (2007:258), modus

merupakan pengungkapan atau penggambaran suasana psikologis perbuatan

menurut tafsiran si pembicara atau sikap si pembicara tentang apa yang

diucapkannya. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa modus

merupakan sikap pembicara yang dituangkan dalam ujarannya. Djajasudarma

(1985) menyatakan bahwa, secara semantik modus dapat menyangkut makna

yang luas, terutama menyangkut pembicara ke arah isi tuturannya secara faktual

dan secara sintaktik kontras akan ditandai dengan verba infleksional atau verba

(48)

Pandangan ahli dalam memaparkan modalitas berbeda antara ahli yang satu

dengan yang lain. Modalitas menurut Fowler (1986:1991) dalam Widharyanto

(2000), dimengerti sebagai komentar atau sikap, yang berasal dari teks, baik

secara eksplisit atau implisit, diberikan oleh penulis terhadap hal yang dilaporkan,

yakni keadaan, peristiwa, dan tindakan. Menurut Lyons (1977) dalam

Abdurahman (2011), modalitas merupakan alat yang dipergunakan oleh seorang

pembicara guna menggambarkan sikapnya. Menurut Chaer (2007:262), modalitas

adalah keterangan dalam kalimat yang menyatakan sikap pembicara terhadap hal

yang dibicarakan, yaitu mengenai perbuatan, keadaan, dan peristiwa atau juga

sikap terhadap lawan bicaranya. Berdasarkan ketiga pendapat ahli tersebut, dapat

disimpulkan bahwa modalitas merupakan sikap pembicara untuk menggambarkan

maksudnya yang terdapat dalam tulisan maupun yang menjadi ujaran.

Modus dan modalitas, keduanya saling berkaitan. Modus mempunyai kaitan

dengan modalitas karena keduanya menyangkut amanat ujaran (Suwarno, 1985:

101). Letak perbedaannya yaitu, modalitas menyangkut masalah besar kecilnya

kemungkinan kebenaran yang dikandung dalam suatu ujaran sedangkan modus

menekankan pada masalah sikap pembicara sesuai dengan amanat ujaran

(Suwarno, 1985:101).

Selain itu, perbedaan modus dan modalitas juga dipaparkan oleh

Gustianingsih (2008), bahwa perbedaan modus dan modalitas terletak pada

pernyataan sikap masing-masing. Modus menyatakan sikap secara gramatikal

(mengacu pada bentuk), sedangkan modalitas menyatakan sikap secara leksikal

(49)

didukung oleh pendapat Alwi (1990) dalam Abdurahman (2011), bahwa modus

merupakan kategori gramatikal, sedangkan modalitas termasuk ke dalam kategori

semantis.

Modalitas sebagai sikap dari penulis atau pembicara dibedakan menjadi

bermacam-macam jenis menurut beberapa ahli. Menurut Chaer (2007:262 – 263),

dalam kepustakaan linguistik dikenal adanya beberapa jenis modalitas, yaitu.

1) Modalitas Intensional

Modalitas intensional yaitu modalitas yang menyatakan keinginan, harapan,

permintaan, atau juga ajakan.

2) Modalitas Epsitemik

Modalitas epistemik yaitu modalitas yang menyatakan kemungkinan,

kepastian, dan keharusan.

3) Modalitas Deontik

Modalitas deontik yaitu modalitas yang menyatakan keizinan atau

keperkenaan.

4) Modalitas Dinamik

Modalitas dinamik yaitu modalitas yang menyatakan kemampuan.

Menurut Widharyanto (2000), modalitas dibagi menjadi empat jenis, yaitu.

1) Modalitas Kebenaran

Dalam modalitas kebenaran, penulis menyatakan makna tentang kebenaran

dari yang disampaikannya. Pernyataan yang disampaikan dapat berupa kejadian

(50)

Berikut merupakan contoh yang dapat memberi penjelasan mengenai

pengertian modalitas kebenaran.

(a) Namun, keamanan layanan tersebut masih perlu dipastikan. (Tempo, 25 Agustus 2014).

(b) Penyebab lainnya kemungkinan disebabkan oleh adanya budaya yang tidak kondusif serta kurangnya kesadaran akan pentingnya praktik berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar di lingkungan sekolah. (Bernas, 3 September 2014).

2) Modalitas Keharusan

Dalam modalitas keharusan, penulis bermaksud untuk menyatakan suatu

keharusan dan ketidakharusan terhadap subjek yang dimaksudkan.

Contoh:

(a) Seseorang yang menjadi wakil rakyat bagaimanapun harus memiliki integritas dan kredibilitas, bersih serta tidak memiliki masalah hukum yang serius. (Tribun Jogja, September 2014).

(b) Dunia pendidikan harus turut ambil bagian untuk menyelamatkan talenta-talenta muda dari pengaruh buruk narkoba. (Educare, Agustus 2014).

3) Modalitas Izin

Dalam modalitas izin, penulis menyatakan untuk memberikan suatu

persetujuan atau menolak terhadap sesuatu yang dilakukan oleh subjek yang

dimaksudkan oleh penulis.

Contoh:

(a) Ancaman hukumannya bisa 20 tahun (Tribun Jogja, 20 Februari 2012). (b) Widyawisata pun dapat menjadi semacam wahana untuk learning by doing.

(Kedaulatan Rakyat, 18 Desember 2013).

(51)

4) Modalitas Keinginan

Dalam modalitas keinginan, penulis menyatakan untuk menghendaki atau

menginginkan suatu kejadian yang dilakukan oleh subjek yang dimaksudkan oleh

penulis.

Contoh:

(a) Keputusan yang diambil oleh presiden sudah sangat tepat. (b) Aku ingin pergi ke Jakarta.

2.4 Menulis

Menulis merupakan salah satu kegiatan dari empat keterampilan berbahasa

selain kegiatan menyimak, membaca, dan berbicara. Menurut Tarigan (1985:4),

menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang

menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain

dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa

dan grafik itu. Dalam kegiatan menulis, kita perlu memperhatikan hal-hal yang

berhubungan dengan ketatabahasaan. Apabila tidak memperhatikan penggunaan

tata bahasa yang benar, informasi yang akan disampaikan dapat menimbulkan

ketidakpahaman.

Menulis juga merupakan suatu kegiatan untuk berkomunikasi. Menulis

tentu saja akan menghasilkan sebuah tulisan. Fungsi utama dari tulisan adalah

sebagai alat komunikasi yang tidak langsung (Tarigan, 1985: 22). Maka dari itu,

kegiatan menulis memerlukan kecermatan dalam penggunaan ejaan, tanda baca,

(52)

dihasilkan benar-benar mampu menjalankan fungsinya sebagai alat komunikasi

yang memberikan informasi seperti yang diinginkan.

Menurut Tarigan (1985), terdapat empat tujuan dari menulis.

Tujuan-tujuan tersebut adalah (1) memberitahukan atau mengajar yang disebut dengan

wacana informatif, (2) meyakinkan atau mendesak yang disebut dengan wacana

persuasif, (3) menghibur atau menyenangkan yang disebut dengan tulisan literer,

dan (4) mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api yang

disebut dengan wacana ekspresif.

Uraian di atas menunjukkan bahwa kegiatan menulis sangat penting bagi

banyak orang. Tidak hanya sebatas sebagai sebuah kegiatan berbahasa, tetapi

menulis juga menjadi sarana untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan

gagasan bagi setiap penulis.

2.5 Karangan

2.5.1 Pengertian Karangan

Karangan merupakan hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa

tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca (Gie, 1992:23). Sebuah

karangan dapat berisi tentang berbagai macam informasi dan ciri-ciri tertentu.

Berdasarkan hal tersebut, karangan dapat digolongkan ke dalam 5 (lima) golongan.

Penggolongan tersebut adalah (1) bentuk, (2) ragam, (3) jenis, (4) rumpun, (5)

(53)

2.5.2 Pengertian Karangan Narasi

Narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak

tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam

suatu kesatuan waktu (Keraf, 2007:136). Berbeda dengan Keraf, Nurgiyantoro

(1995:331) berpendapat bahwa narasi merupakan cerita yang mengisahkan secara

langsung, pengungkapan secara langsung. Berdasarkan kedua pendapat tersebut

dapat disimpulkan bahwa narasi merupakan sebuah bentuk karangan berupa cerita

yang di dalamnya terdapat peristiwa dan kejadian dalam suatu urutan waktu

tertentu.

Terdapat dua tujuan dari narasi menurut Keraf (2007:136). Kedua tujuan

tersebut adalah (1) narasi bertujuan untuk memberikan informasi kepada para

pembaca, agar pengetahuannya bertambah luas, yaitu narasi ekspositoris dan (2)

menyampaikan sebuah makna kepada para pembaca melalui daya khayal yang

dimilikinya, yaitu narasi sugestif. Berikut penjelasan mengenai kedua tujuan

narasi menurut Keraf (2007:136).

1) Narasi Ekspositoris

Narasi ekspositoris adalah narasi yang bertujuan untuk menggugah pikiran

para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan (Keraf, 2007:136). Dalam

hal ini, isi dari narasi mengajak pembaca untuk mengembangkan daya pikir atau

akalnya untuk menyelami rangkaian peristiwa yang disajikan untuk mendapatkan

informasi yang sesuai. Narasi ekspositoris hanya sekedar memberikan informasi

(54)

informasi yang disampaikan. Berikut karakteristik dari narasi ekspositoris yang

telah dipaparkan oleh Keraf (2007:138 – 139).

(1) Memperluas pengetahuan

(2) Menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian

(3) Didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional

(4) Bahasanya lebih condong ke bahasa informatif dengan titik berat pada

penggunaan kata-kata denotatif.

2) Narasi Sugestif

Narasi sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sekian

macam sehingga merangsang daya khayal para pembaca (Keraf, 2007:138).

Narasi sugestif memberikan informasi, selain itu narasi sugestif juga membuat

para pembaca mampu menemukan makna yang terkandung dalam sebuah narasi

tersebut. Berikut karakteristik dari narasi sugestif yang telah dipaparkan oleh

Keraf (2007:138 – 139).

(1) Menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat

(2) Menimbulkan daya khayal

(3) Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna

(4) Bahasanya lebih condong ke bahasa figuratif dengan menitikberatkan

penggunaan kata-kata konotatif.

Sesuatu yang berwujud pasti memiliki struktur. Struktur tersebut yang

nantinya akan menjadi aktor penting yang membuat suatu wujud tertentu menjadi

(55)

Selain itu, narasi juga memiliki sebuah plot atau alur. Menurut Keraf (2007:145),

ada bagian yang mengawali narasi, ada bagian yang merupakan perkembangan

lebih lanjut dari situasi awal, dan ada bagian yang mengakhiri narasi itu.

(56)
(57)

36 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian dengan judul Penggunaan Diksi dalam Karangan Narasi Karya

Guru-Guru SD di Lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua

Barat, pada Tahun 2014 ini, termasuk jenis penelitian deskriptif dan

menggunakan metode kualitatif. Tujuan utama menggunakan metode ini adalah

untuk menyusun data yang telah terkumpul, menjelaskan, dan menganalisis data

tersebut.

Dalam penelitian deskriptif kualitatif, data yang dikumpulkan berupa

kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka (Moleong, 1989:7). Data penelitian ini

berupa hasil tertulis tentang diksi dalam karangan narasi karya guru-guru SD di

lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada tahun

2014. Berdasarkan data yang diperoleh, peneliti akan mendeskripsikan jenis diksi

yang digunakan dalam karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK

Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat dan mendeskripsikan penggunaan

diksi dalam karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat,

Keuskupan Manokwari, Papua Barat, dilihat dari segi ketepatan dan kesesuaian

(58)

3.2Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah guru-guru SD di lingkungan

YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat. Jumlah guru sebanyak 19

orang. Berikut ini nama-nama guru yang karangannya peneliti ambil sebagai data

penelitian.

1. Agustinus Baru 11. Monika Yewen

2. Anjelo Fanatay 12. Paskalis Tenan

3. Arnoldus Sedik 13. Pelipus Korain

4. Emiliana Kocu 14. Sandra Togas

5. Falentinus Bame 15. Thadeus Taus

6. Florensia Leltakaeb 16. Tresita Tenau

7. Fransiska Fede 17. Valerius Korain

8. Hendrikus Turot 18. Yanuarius Fanataf

9. Inventus Taa 19. Yosepha Korain

10. Matheus Yumte

3.3Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah kata-kata yang terdapat di

setiap kalimat pada karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK

(59)

3.4 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah karangan narasi karya guru-guru

SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada

tahun 2014. Karangan tersebut berjumlah 19 karangan yang diperoleh dari para

guru ketika menjalani pelatihan Kurikulum 2013 pada tahun 2014 di Sorong,

Papua.

3.5Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik untuk memperoleh data

yang diperlukan atau proses pengadaan data untuk keperluan penelitian (Nasir,

1988:221). Dalam pengumpulan data, peneliti melakukan tes mengarang. Tes

mengarang yang dilakukan adalah mengarang sebuah karangan narasi. Dalam

melaksanakan tes mengarang, guru-guru diberi waktu 45 menit. Guru-guru

membuat karangan narasi berdasarkan gambar seri yang bertema “Kegiatan di Pagi Hari Sebelum Pergi ke Sekolah”.

3.6Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya

lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis, sehingga lebih mudah

diolah (Arikunto, 2002:123). Instrumen penelitian yang digunakan untuk

Gambar

Tabel 1a Data dan Jenis Diksi …………………………………..…………. 44
Tabel 1a Data dan Jenis Diksi
Tabel 1b Data dan Jenis Diksi (lanjutan)
Tabel 2 Data dan Penggunaan Diksi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik.” Pada perusahaan jasa, dalam menentukan strategi pemasaran tidak cukup hanya dengan menggunakan

Students ’ Vocabulary Mastery Using Cartoon Film ” the purpose of the research. was to know the use of cartoon films can improve the students ’

Setelah mengetahui besarnya kinerja reksadana saham syariah berdasarkan metode sharpe pada periode 2018, langkah berikutnya yaitu membandingkan kinerja reksadana saham

Muncul, yang mendasari solidaritas sosiallnya perbedaan-perbedaan di tingkat individu ini merombak kesadaran kolektif, yang pada gilirannya menjadi kurang penting

Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung

PROFIL REPRESENTASI MENTAL SISWA KETIKA MEMBACA GAMBAR REPRESENTASI KONVENSI DAN ISOMORFISME SPASIAL PADA MATERI SISTEM EKSKRESI MANUSIA.. Universitas Pendidikan

Berdasarkan arah kebijakan pembangunan nasional dan visi serta kondisi yang ingin dicapai dalam lima tahun kedepan dalamdalam rangka peningkatan pengeloalaan

v Bare elektroda umumnya dioperasikan dengan polaritas lurus ( straight polarity-DCEN) sehingga panas maksimum terjadi pada logam induk (anoda) untuk menghasilkan penetrasi