• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.2 Pilihan Kata atau Diksi

2.2.1 Syarat Pemilihan Kata

Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara (Gorys Keraf, 1987:87). Pilihan kata yang memperhatikan ketepatan membuat gagasan yang dibuat oleh penulis menjadi bermakna dan logis. Selain itu, kesalahpahaman dapat dihindari apabila memperhatikan ketepatan pilihan kata.

Agar dapat mencapai ketepatan pilihan kata, Gorys Keraf (1987:88) memaparkan 10 syarat ketepatan pilihan kata. Syarat-syarat tersebut adalah (1) membedakan secara cermat denotasi dari konotasi, (2) membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim, (3) membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya, (4) hindarilah kata-kata ciptaan sendiri, (5) waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing, (6) kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatik, (7) penulis atau pembicara harus membedakan kata umum dan kata khusus, (8) menggunakan kata-kata indria, (9) memperhatikan perubahan makna, dan (10) memperhatikan kelangsungan pilihan kata.

Berikut penjabaran dari syarat-syarat ketepatan pilihan kata. (1) Penggunaan Kata Denotasi dan Konotasi

Denotasi merupakan kata yang bermakna lugas atau makna yang sebenarnya, sedangkan kata konotasi merupakan kata yang bermakna kias atau makna yang tidak sebenarnya. Berikut contoh penggunaan kata denotasi dan konotasi.

(a) Andi membeli meja hijau untuk pamannya. (denotatif)

(b) Susi dibawa ke meja hijau karena menjadi tersangka korupsi. (konotatif) Kata yang digarisbawahi dalam kalimat yang pertama mempunyai arti yang sebenarnya, yaitu meja yang berwarna hijau, sedangkan pada kalimat kedua mempunyai arti pengadilan.

(2) Penggunaan Sinonim

Sinonim merupakan persamaan kata. Penggunaan kata sinonim perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan. Kata yang memiliki persamaan makna belum tentu disama-artikan oleh pihak yang berbeda. Berikut contoh penggunaan sinonim.

(a) Dery memberi ibunya obat umum. (b) Dery memberi ibunya obat generik.

Pada contoh di atas, kata umum dalam kalimat pertama dan kata generik dalam kalimat kedua bersinonim. Penggunaan sinonim dalam kalimat pertama tidak tepat, karena kata umum tidak tepat digunakan dalam kalimat tersebut. Penggunaan sinonim yang tepat terdapat pada kalimat kedua.

(3) Penggunaan Kata yang Mirip Ejaannya

Apabila penulis tidak dapat membedakan kata-kata yang mirip dengan ejaannya, akan timbul kesalahpahaman yang tidak diinginkan. Alangkah baiknya jika mengacu pada kamus, karena kata yang tertulis pada kamus merupakan kata yang sesuai dengan ejaan. Misalnya, kata bahwa – bawa – bawah.

(4) Penggunaan Kata-Kata Ciptaan Sendiri

Berkembangnya suatu bahasa akan menimbulkan munculnya beberapa kosa kata yang baru. Namun, penggunaannya tidak boleh sembarangan. Kosa kata baru tersebut dapat dipakai apabila sudah mendapat persetujuan dari masyarakat dan dipakai oleh masyarakat tersebut.

(5) Penggunaan Akhiran Asing

Penggunaan akhiran asing harus memperhatikan makna dari kata yang digunakan. Terkadang seseorang sulit membedakannya.

Contoh:

(a) koordinasi bukan koordinir (b) legalisasi bukan legalisir

(6) Penggunaan Kata Idiomatis

Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis (Keraf, 1986:89). Berikut contoh penggunaan kata idiomatis.

(a) ingat akan bukan ingat terhadap (b) berharap akan bukan mengharap akan

(7) Penggunaan Kata Umum dan Kata Khusus

Kata umum adalah jenis kata yang ruang lingkupnya lebih luas, sedangkan kata khusus adalah jenis kata yang acuannya lebih kepada hal-hal yang khusus dan konkret. Berikut ini contoh penggunaan kata umum dan kata khusus.

(a) Tanti senang memakai baju merah. (b) Anton suka memelihara binatang.

(c) Pak Anas ingin sekali bertemu dengan ibunya.

Kata merah, binatang, dan bertemu pada kalimat di atas merupakan kata umum. Apabila menggunakan kata khusus, kedua kalimat di atas akan berubah menjadi berikut.

(a) Tanti senang memakai baju merah menyala. (b) Anton suka memelihara pitbul.

(c) Pak Anas ingin sekali berjumpa dengan ibunya.

(8) Penggunaan Kata Indria

Dalam memilih kata-kata yang tepat, perlu memperhatikan penggunaan istilah-istilah yang menyatakan pengalaman-pengalaman yang dicerap oleh pancaindria (Keraf, 1986:94). Kata-kata yang sering dipakai untuk menyatakan pencerapan itu adalah.

Peraba : dingin, panas, lembab, basah, kering, kasar, halus, rata, licin, dll. Perasa : pedas, pahit, asam, asin, pedis, manis, dll.

Penciuman : asam, tajam, pedis, pesing, lapuk, apak, basi, dll. Pendengaran : dengung, deru, ringkik, desing, lengking, dll.

(9) Perubahan Makna

Makna kata tidak selalu bersifat statis (Keraf, 1986:95). Dalam memilih kata, perlu sekali mengetahui terjadinya perubahan makna. Maka dari itu, perlu memperluas referensi mengenai kosa kata dan makna yang sedang berkembang sesuai dengan kaidah bahasa yang ditentukan. Macam-macam perubahan makna yang penting adalah perluasan arti, penyempitan arti, ameliorasi, peyorasi, metafora, dan metonimi.

(10) Kelangsungan Pilihan Kata

Kelangsungan pilihan kata perlu diperhatikan agar suatu informasi dapat disampaikan secara tepat dan tidak menimbulkan ketidakpahaman. Selain itu, kelangsungan pilihan kata yang sesuai juga sangat dibutuhkan. Suatu proses komunikasi akan berjalan dengan baik dan lancar apabila memperhatikan sesuatu yang tepat dan sesuai.

2.2.1.2 Kesesuaian Pilihan Kata

Kesesuaian pilihan kata merupakan unsur penting dalam pemilihan kata selain ketepatan pilihan kata. Kesesuaian kata menyangkut kecocokan antara kata yang dipakai dengan situasi yang hendak diciptakan sehingga tidak mengganggu suasana batin, emosi, atau psikis antara penulis dan pembacanya, pembicara dan pendengarnya (Widjono, 2007:101).

Gorys Keraf (1986:103 – 104) memaparkan 7 (tujuh) syarat kesesuaian diksi. Syarat-syarat tersebut adalah (1) hindarilah sejauh mungkin bahasa atau

unsur substandar dalam situasi yang formal, (2) perhatikan situasi penggunaan kata ilmiah dan kata populer, (3) hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum, (4) hindarilah pemakaian kata-kata slang, (5) jangan menggunakan kata percakapan dalam penulisan, (6) hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom yang mati), dan (7) jauhkan kata-kata atau bahasa yang artifisial.

Berikut penjabaran dari syarat-syarat kesesuaian pilihan kata. (1) Penggunaan Kata Standard dan Kata Substandar

Bahasa standar (baku) adalah semacam dialek kelas dan dapat dibatasi sebagai tutur dari mereka yang mengenyam kehidupan ekonomis atau menduduki status sosial yang cukup dalam suatu masyarakat (Keraf, 1986:104). Bahasa substandard (nonbaku) adalah bahasa dari mereka yang yang tidak memperoleh kedudukan atau pendidikan yang tinggi (Keraf, 1986:104).

(2) Penggunaan Kata Ilmiah dan Kata Populer

Menurut Keraf (1986:105 – 106), kata populer adalah kata yang dikenal dan diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat, sedangkan kata ilmiah adalah sejumlah kata yang biasa dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah. Kata ilmiah sering digunakan dalam penulisan karangan ilmiah. Kata-kata ini biasa dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah, selain itu juga digunakan dalam pertemuan-pertemuan resmi dan forum diskusi. Lain halnya dengan kata ilmiah, kata populer digunakan dalam komunikasi non ilmiah dan terdiri dari kata-kata yang umum dipakai oleh semua lapisan masyarakat. Berikut beberapa contoh dari kata ilmiah dan kata populer.

Kata Ilmiah : harmonis, eksentrik, analogi, modern Kata Populer : sesuai, aneh, kiasan, maju

(3) Penggunaan Jargon

Jargon mengandung makna suatu bahasa, dialek, atau tutur yang dianggap kurang sopan atau aneh (Keraf, 1986:107). Jargon diartikan sebagai kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu tertentu, maka dari itu sebaiknya menghindari unsur jargon dalam sebuah tulisan umum.

(4) Penggunaan Kata Slang

Kata slang adalah kata-kata non-standar yang informal, yang disusun secara khas; atau kata-kata biasa yang diubah secara arbitrer; atau kata-kata kiasan yang khas, bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan (Keraf, 1986:108). Penggunaan kata slang biasanya ditemukan pada kelompok-kelompok pemuda di wilayah-wilayah tertentu.

(5) Penggunaan Kata Percakapan

Kata percakapan adalah kata-kata yang dipakai dalam percakapan atau pergaulan orang-orang yang terdidik (Keraf, 1986:107). Bentuk dari bahasa percakapan adalah singkatan-singkatan.

Contoh:

(a) dok untuk dokter

(b) prof untuk professor

(6) Penggunaan Idiom yang Mati

Idiom adalah pola-pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frasa, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis atau secara gramatikal, dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya (Keraf, 1986:109).

(7) Penggunaan Artifisial

Bahasa artifisial adalah bahasa yang disusun secara seni (Keraf, 1986:110). Bahasa ini tidak terkandung dalam kata yang digunakan, tetapi dalam pemakaiannya untuk menyatakan suatu maksud.

Dokumen terkait