• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian yang berjudul Penggunaan Diksi dalam Karangan Narasi Karya Guru-Guru SD di Lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada Tahun 2014, bertujuan untuk mendeskripsikan jenis diksi yang digunakan dalam karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK

Maybrat Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada tahun 2014, dan mendeskripsikan penggunaan diksi dalam karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada tahun 2014 dilihat dari segi ketepatan dan kesesuaian diksi.

Data yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 154 kalimat dari 19 karangan. Data tersebut diteliti dan telah disetujui oleh triangulator pada tanggal 26 Juni 2015. Data yang diuji oleh triangulator sebanyak 10% dari hasil analisis peneliti yang diambil secara acak.

Menurut Soedjito (1988:39 - 47), dalam kaitannya dengan pilihan kata atau diksi, kosakata bahasa Indonesia dapat digolongkan menjadi kata abstrak, kata konkret, kata umum, kata khusus, kata populer, kata kajian, kata baku, kata nonbaku, kata asli, dan kata serapan. Dalam menganalisis diksi yang digunakan, peneliti menganalisis kata-kata di setiap kalimat dalam karangan sesuai dengan penggolongan kata masing-masing.

Berdasarkan hasil penelitian, diksi yang digunakan dalam karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat, pada tahun 2014 meliputi kata abstrak, kata konkret, kata umum, kata khusus, kata kajian, kata baku, kata tidak baku, dan kata serapan. Dalam karangan narasi tersebut, tidak ditemukan penggunaan kata populer dan kata asli. Diksi yang ditemukan pun tidak banyak, karena jumlah kalimat pada tiap karangan juga sedikit, paling sedikit 2 kalimat dan paling banyak hanya 16 kalimat. Dari 154 kalimat, ditemukan 24 kata abstrak, 40 kata konkret, 66 kata umum, 104 kata khusus, 1 kata kajian, 35 kata baku, 49 kata tidak baku, dan 16 kata serapan.

Menurut Gorys Keraf (1986:88) terdapat 10 syarat ketepatan dan kesesuaian diksi. 10 syarat ketepatan diksi tersebut mencakup aspek penggunaan kata denotasi dan konotasi, penggunaan kata sinonim, penggunaan kata yang mirip ejaannya, penggunaan kata ciptaan sendiri, penggunaan kata atau frase asing, penggunaan bentuk idiomatik, penggunaan kata umum dan kata khusus, penggunaan kata indria, perubahan makna, dan kelangsungan diksi.

Berdasarkan hasil penelitian, hanya ditemukan penggunaan diksi yang dilihat dari empat aspek ketepatan pilihan kata, yaitu penggunaan kata denotasi dan konotasi, penggunaan kata sinonim, penggunaan bentuk idiomatik, dan penggunaan kata umum dan kata khusus.

Berhubungan dengan penggunaan kata denotasi dan konotasi, penggunaan diksi yang digunakan pada karangan cenderung menggunakan kata konotasi, sehingga makna yang ditimbulkan menjadi tidak jelas. Maka dari itu, agar makna yang ditimbulkan menjadi jelas, kata yang seharusnya digunakan adalah kata denotasi. Dari 154 kalimat, hanya terdapat 5 kalimat yang menggunakan kata konotasi. Dalam hasil analisis, peneliti telah menyertakan penggunaannya dalam bentuk denotasi. Berhubungan dengan penggunaan kata sinonim, diksi yang digunakan kurang bervariasi, karena walaupun ada 19 kalimat yang menggunakan kata bersinonim, tetapi kata yang digunakan cenderung sama antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Berhubungan dengan penggunaan bentuk idiomatik, hanya ditemukan 2 kalimat yang menggunakan bentuk idiomatik. Bentuk idiomatik yang digunakan dalam kalimat sudah tepat. Berhubungan dengan penggunaan kata umum dan kata khusus, terdapat 87 kalimat yang

menggunakan kata umum dan kata khusus. Penggunaannya dalam kalimat pun sudah tepat.

Selain menganalisis penggunaan diksi yang dilihat dari segi ketepatan diksi, peneliti juga menganalisis penggunaan diksi yang dilihat dari segi kesesuaian diksi. Menurut Gorys Keraf (1986:88), terdapat 7 syarat kesesuaian diksi yaitu, penggunaan kata baku dan tidak baku, penggunaan kata ilmiah dan populer, jargon, kata slang, kata percakapan, idiom, dan bentuk artifisial. Namun, dalam penelitian ini, peneliti hanya menemukan pemakaian diksi berdasarkan penggunaan kata tidak baku. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan 15 kalimat yang menggunakan kata tidak baku menurut aspek ortografi dan ditemukan 25 kalimat yang menggunakan kata tidak baku berdasarkan kaidah/ragam bahasa yang dilazimkan.

Berdasarkan hasil analisis di atas, diksi yang meliputi kata abstrak, kata konkret, kata umum, kata khusus, kata kajian, kata baku, kata tidak baku, dan kata serapan telah mendukung landasan teori penggolongan kata menurut Soedjito (1988). Kemudian, penggunaan diksi yang dilihat dari segi ketepatan diksi yaitu penggunaan kata denotasi dan konotasi, penggunaan kata sinonim, penggunaan kata idiomatik, dan penggunaan kata umum-khusus serta penggunaan diksi yang dilihat dari segi kesesuaian diksi yaitu penggunaan kata tidak baku telah mendukung teori syarat ketepatan dan kesesuaian diksi menurut Keraf (1986).

Jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Martin (2006), Wijayanti (2008), dan Sulistiorini (2011), hasil penelitian ini mempunyai beberapa persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah ketiga penelitian

tersebut sama-sama meneliti mengenai penggunaan diksi atau pilihan kata. Perbedaannya di antaranya adalah, penelitian Martin (2006) fokus meneliti kesalahan diksi dari aspek ketepatan dalam pemilihan kata dan aspek kesesuaian pemilihan kata. Kesalahan ketepatan dalam pemilihan kata mencakup kata asing dan kata serapan. Kesalahan kesesuaian dalam pemilihan kata mencakup aspek kata baku dan kata nonbaku, aspek jati diri kata, dan aspek ragam bahasa. Penelitian Wijayanti (2008) fokus meneliti pemakaian diksi yang berupa kata umum-khusus dan kata baku-nonbaku. Pemakaian diksi tersebut difokuskan lagi pada kata umum-baku, kata umum-nonbaku, kata baku, dan kata khusus-nonbaku. Penelitian Sulistiorini (2011) meneliti diksi yang berfokus pada kata kajian berdasarkan jenis kata dan bidang ilmu, kata serapan berdasarkan taraf integrasinya, dan kata nonbaku berdasarkan aspek ketidakbakuan kata. Perbedaan dengan penelitian di atas, bahwa penelitian ini meneliti penggunaan diksi secara keseluruhan berdasarkan penggolongan kata menurut Soedjito (1988) dan meneliti penggunaan diksi yang dilihat dari segi ketepatan dan kesesuaian diksi atau pilihan kata.

Dokumen terkait