• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis jenis-jenis kalimat dalam karangan narasi siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2017/2018 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisis jenis-jenis kalimat dalam karangan narasi siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2017/2018 - USD Repository"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS JENIS-JENIS KALIMAT

DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh

Petronela Susi 141224055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

ANALISIS JENIS-JENIS KALIMAT

DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh

Petronela Susi 141224055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv MOTTO

“Karena masa depanmu sungguh ada dan harapanmu tidak akan hilang” (Amsal 28:13)

“Rahasia kesuksesan adalah melakukan hal yang biasa secara tak biasa” (Jhon D Rockefeller Jr)

“Hindari mengeluh dan menyalahkan orang lain. Seburuk apapun keadaan,

selalu mecari cara untuk melakukan perbaikan. Orang yang bersikap positif selalu melihat kesulitan sebagai peluang, bukan peluang sebagai kesulitan”

(Luh Ketut Suryani)

“Jangan suka menunda waktu untuk hal penting karena akan merugikan dirimu sendiri”

(6)
(7)

vi

PERSEMBAHAN

Dengan penuh ucapan syukur kepada-Nya, skripsi ini saya persembahkan kepada:

Yesus Kristus Yang Mahakuasa yang selalu menyertaiku dan memampukanku untuk menyelesaikan skripsi ini.

Kedua orangtuaku Bapak Lorensius Layang dan Ibu Margareta Manit yang selalu memberi semangat, doa, dan dukungan kepada penulis.

Kedua adikku Yulius Medianto dan Fery Piterson yang menjadi penyemangat mengerjakan skripsi ini.

Orang terkasih Agustinus Kuncoroyang selalu memberi semangat, mendoakan, tempat berkeluh kesah, dan pemberi motivasi selama mengerjakan skripsi ini.

Ibu Yuliana Sridiasih, Bapak Heribertus Sunarta, Andria Slamet Sriutami yang telah mendoakan, memberi dukungan, dan nasihat.

Segenap teman-teman PBSI angkatan 2014 atas pengalaman yang diperoleh bersama.

Segenap sahabat-sahabatku yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan, semangat, dan menghibur saya

dalam proses menyelesaikan skripsi ini.

(8)
(9)

viii ABSTRAK

Susi, Petronela. 2019. Analisis Jenis-Jenis Kalimat dalam KaranganNarasi Siswa Kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 YogyakartaTahun Ajaran 2017/2018. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.

Penelitian ini mengkaji tentang jenis kalimat yang dihasilkan oleh siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan jenis kalimat berdasarkan susunan dan berdasarkan maksud. Jenis kalimat berdasarkan susunan terbagi menjadi kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat tunggal sedangkan kalimat berdasarkan maksud terdiri dari kalimat berita.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif karena penelitian ini mendeskripsikan jenis-jenis kalimat dalam karangan narasi siswa. Sumber data dalam penelitian ini adalah 32 karangan narasi siswa. Data dalam penelitian ini adalah kalimat-kalimat dalam karangan narasi siswa. Objek penelitian ada dua, yaitu kalimat berdasarkan susunan dan kalimat berdasarkan maksud. Penelitian ini menggunakan teknik tes tertulis berupa uraian. Tes ini terdiri dari sejumlah pertanyaan tertulis untuk memperoleh jawaban dari siswa berupa karangan narasi. Berdasarkan hasi analisis data, dapat diambil kesimpulan bahwa siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018 sudah dapat menghasilkan kalimat berdasarkan susunan dan berdasarkan maksud. Pada karangan narasi yang dihasilkan oleh siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018 terdapat 9 kalimat majemuk setara, 4 kalimat majemuk bertingkat,119 kalimat tunggal, dan 38 kalimat berita yang dijadikan sebagai data dalam penelitian ini.

(10)

ix ABSTRACT

Susi, Petronela. 2019.Analysis of Sentence Types on A Student’s Narrative EssayGrade VII in SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta in the Academic Year 2017/2018. Thesis. Yogyakarta: JPBS, FKIP, USD.

This research reviewed the sentence types produced by the seventh grade students of Pangudi Luhur 1 Yogyakarta in the academic year 2017/2018. The purpose of this research described sentence types based on arrangement and meaning. The sentence type based on arrangement divided into equivalent compound sentence, inequivalent compound sentence, and simple sentence. The sentence type based on its meaning divided into news sentence.

The kind of this research was qualitative decriptive because this research described sentence types in the student’s narrative essay. Source of data this seventh grade students of Pangudi Luhur 1 Junior High School Yogyakarta in the academic year 2017/2018 had produced sentence types based on arrangement and meaning. The narrative essays had been produced by the seventh grade students of Pangudi Luhur 1 Junior High School Yogyakarta in the academic year 2017/2018 were 9 equivalent compound sentences, 4 inequivalent compund sentences, 119 simple sentences, and 38 news sentences which used as data in this research.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Mahakuasa atas kebaikan dan berkat-Nya sehingga skripsi berjudul Analisis Jenis-Jenis Kalimat dalam KaranganNarasi Siswa Kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 YogyakartaTahun

Ajaran 2017/2018diselesaikan dengan baik. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena ada doa, dukungan, motivasi serta bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd.,M.Hum. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan selaku dosen pembimbing yang telah bersedia membimbing skripsi kepada penulis, memberi saran, mengarahkan, serta memberi masukan kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

(12)

xi

4. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. selaku triangulator yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengecek dan menvalidasi hasil analisis data penulis dalam penelitian ini.

5. Segenap dosen Prodi PBSI yang telah mendidik, memberikan ilmu pengetahuan, dan membimbing selama penulis mengikuti proses perkuliahan.

6. Ibu Th. Rusmiyati selaku karyawan sekretariat Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah memberikan kelancaran, memberikan bantuan bagi penulis hingga pada saat penyusunan skripsi ini.

7. Br. Yosep Utmiyadi, FIC, S.S. selaku kepala sekolah SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang telah memberi izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah.

8. Ibu Yuliana Dewi S, S.Pd. selaku guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang telah membimbing dan memberi masukan selama melakukan pengambilan data di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

9. Para siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, khususnya kelas B yang telah bersedia menerima dan berproses bersama untuk kelancaran pengambilan data dalam penulisan skripsi ini.

(13)

xii

penulis selama menempuh studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

11. Orang terkasih Agustinus Kuncoro yang telah memberikan dukungan, doa, semangat, serta menghibur selama mengerjakan skripsi ini.

12.Ibu Yuliana Sridiasih, Bapak Heribertus Sunarta, dan Andria Slamet Sriutamiyang telah mendoakan, memberi dukungan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

13.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

(14)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

(15)

xiv

BAB II KAJIAN TEORI ... 8

2.1 Kajian Teori ... 8

2.2 Peneltian Terdahulu yang Relevan ... 8

2.3 Kalimat ... 10

2.4 Unsur-unsur Kalimat ... 12

2.4.1 Subjek ... 12

2.4.2 Predikat ... 15

2.4.3 Objek ... 16

2.4.4 Pelengkap ... 18

2.4.5 Keterangan ... 20

2.5 Jenis-jenis Kalimat ... 22

2.5.1 Kalimat Berdasarkan Bentuk ... 23

2.5.1.1 Kalimat Tunggal ... 24

2.5.1.2 Kalimat Majemuk ... 25

2.5.1.3 Kalimat Majemuk Setara ... 26

2.5.1.4 Kalimat Majemuk Bertingkat ... 26

2.5.1.5 Kalimar Majemuk Campuran ... 27

2.5.1.6 Kalimat Majemuk Rapatan ... 28

2.5.2 Kalimat Berdasarkan Makna ... 29

2.5.2.1 Kalimat Berita ... 30

2.5.2.2 Kalimat Perintah ... 31

(16)

xv

2.5.2.4 Kalimat Penegasan ... 33

2.5.3 Kalimat Berdasarkan Susunan ... 34

2.5.3.1 Kalimat Tak Berklausa ... 34

2.5.3.2 Kalimat Majemuk ... 35

2.5.3.3 Kalimat Majemuk Setara ... 36

2.5.3.4 Kalimat Majemuk Bertingkat ... 37

2.5.3.5 Kalimat Tunggal ... 38

2.5.4 Kalimat Berdasarkan Maksud ... 39

2.5.4.1 Kalimat Berita ... 39

2.5.4.2 Kalimat Tanya ... 41

2.5.4.3 Kalimat Suruh ... 42

2.5.4.3.1 Kalimat Suruh Sebenarnya ... 42

2.5.4.3.2 Kalimat Persilahan ... 43

2.5.4.3.3 Kalimat Ajakan ... 44

2.5.4.3.4 Kalimat Larangan ... 45

2.5.5 Kalimat Aktif ... 45

2.5.6 Kalimat Pasif ... 46

2.5.7 Kalimat Majemuk Setara ... 47

2.5.8 Kalimat Majemuk Bertingkat ... 48

2.5.9 Kalimat Majemuk Campuran ... 48

2.6 Karangan ... 50

2.7 Narasi ... 51

(17)

xvi

2.7.1.1 Alur ... 52

2.7.1.2 Penokohan ... 53

2.7.1.3 Latar ... 53

2.7.1.4 Sudut Pandang ... 53

2.7.2 Langkah-langkah Pengembangan Narasi ... 53

2.7.3 Ciri-ciri Karangan Narasi ... 54

2.7.4 Jenis-jenis Narasi ... 55

2.7.4.1 Narasi Eskpositoris ... 56

2.7.4.2 Narasi Sugestif ... 56

2.8 Kerangka Berpikir ... 57

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 59

3.1 Jenis Penelitian ... 59

3.2 Data dan Sumber Data... 60

3.3 Objek Penelitian ... 61

3.4 Instrumen Penelitian ... 62

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 62

3.6 Teknik Analisis Data ... 64

3.7 Triangulasi ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 66

4.1 Deskripsi Data ... 66

4.2 Analisis Data ... 67

4.2.1 Kalimat Berdasarkan Susunan ... 67

(18)

xvii

4.2.1.2 Kalimat MajemukBertingkat ... 68

4.2.1.3 Kalimat Tunggal ... ... 69

4.2.2 Kalimat Berdasarkan Maksud ... 70

4.2.2.1 Kalimat Berita atau Kalimat Deklaratif ... 71

4.3 Pembahasan ... 72

4.3.1 Kalimat Berdasarkan Susunan ... 73

4.3.2 Klausa Berdasarkan Maksud... 74

BAB V PENUTUP ... 76

5.1 Kesimpulan ... 76

5.2 Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78

LAMPIRAN ... 81

(19)

xviii

DAFTAR TABEL

(20)

xix

DAFTAR BAGAN

(21)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohoan Izin Penelitian ...…. 82 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 83 Lampiran 3 Daftar Siswa SMP Pangudi Luhur 1

Yogyakarta Kelas VII B ……….. 92

Lampiran 4 Surat Permohonan triangulator ...…... 93 Lampiran 5 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian di SMP

Pangudi Luhur 1 Yogyakarta... 94 Lampiran 6 Karangan Narasi Siswa Kelas VII B SMP Pangudi Luhur

(22)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menjalin hubungan dengan manusia lain menggunakan bahasa. Salah satunya komunikasi secara tidak langsung menggunakan salah satu media seperti karangan yang ditulis oleh penulis yang didalamnnya mengandung pesan atau maksud yang hendak disampaikan kepada pembaca. Karangan dapat ditulis oleh setiap orang termasuk siswa. Karangan merupakan salah satu wujud keterampilan menulis yang di dalamnya mengungkapkan ide-ide dan gagasan-gagasan seseorang.

Menurut Semi (2007: 14), menulis adalah aktivitas kreatif menuangkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan. Maksudnya, menulis merupakan suatu proses yang dianggap sebagai aktivitas yang memiliki daya cipta yang menuangkan gagasan menjadi lambang-lambang dalam tulisan sehingga tulisan yang dihasilkan dapat dipahami oleh pembaca. Menulis adalah kegiatan menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan untuk menyampaikan maksud kepada pembaca. Menulis merupakan komunikasi secara tidak langsung kepada pembaca.

(23)

menyampaikan ide-ide atau gagasan sehingga menghasilkan sebuah karangan yang padu. Karangan yang padu terdiri dari paragraf-paragraf yang di dalamnya mengandung kalimat-kalimat.

Menurut Ramlan (2008: 17), secara fungsional kalimat terdiri dari subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Pengetahuan mengenai unsur-unsur kalimat tersebut menjadi dasar seseorang untuk menulis kalimat dan menentukan jenis-jenis kalimat yang akan digunakan dalam sebuah tulisan salah satunya karangan. Kalimat berperan penting dalam komunikasi langsung maupun tidak langsung karena kalimat harus mampu menyampaikan informasi kepada orang lain.

Menurut Gie (2002: 3), karangan ialah hasil wujud gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca. Maksudnya, karangan merupakan karya tulis seseorang untuk mengungkapkan ide-ide dan gagasan dan menyampaikannya dalam bahasa tulis kepada pembaca. Materi mengenai karangan sudah diajarkan kepada siswa sejak berada di sekolah dasar (SD). Dalam menulis karangan, siswa dituntut berpikir kreatif dalam mengungkapkan gagasan-gagasan dan ide-ide dalam bentuk tulisan. Hal tersebut dapat melatih siswa agar terbiasa menulis.

(24)

memahami pengertian karangan narasi, prinsip-prinsip narasi, langkah-langkah pengembangan narasi, ciri-ciri narasi, dan jenis-jenis narasi. Kesesuaian dengan kurikulum yang ada diharapkan dapat membantu siswa untuk menulis karangan narasi dengan baik. Kedua, ingin mengajak siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018 bercerita melalui tulisan yang siswa tulis dalam sebuah karangan narasi yang nantinya dapat melatih keterampilan menulis siswa.

Kelas VII semester 2 dipilih karena dianggap sudah memiliki bekal pengetahuan mengenai materi mengarang. Materi mengarang dan kalimat baku sudah diajarkan kepada siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018 pada semester I. Penulis memilih SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta sebagai tempat untuk melakukan penelitian karena belum pernah ada peneliti lain yang melakukan penelitian mengenai jenis-jenis kalimat dalam karangan narasi di tempat tersebut.

(25)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang ditemukan sebagai berikut.

a. Apa saja jenis-jenis kalimat yang digunakan dalam karangan narasi siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta berdasarkan susunannya? b. Apa saja jenis-jenis kalimat yang digunakan dalam karangan narasi siswa

kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta berdasarkan maksudnya? 1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini sebagai berikut.

a. Mendeskripsikan jenis-jenis kalimat berdasarkan susunan dalam karangan narasi siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

b. Mendeskripsikan jenis kalimat berdasarkan maksud dalam karangan narasi siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

1.4 Manfaat Penelitian

Persoalan yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah jenis-jenis kalimat berdasarkan susunan dan berdasarkan maksud dalam karangan narasi siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut.

a. Manfaat Teoretis

(26)

b. Manfaat Praktis 1) Bagi peneliti lain

Penelitian ini memberi masukan kepada para peneliti dalam bidang kebahasaan yang berkaitan dengan penggunaan jenis-jenis kalimat dalam karangan narasi.

2) Bagi para guru bahasa Indonesia

Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada para guru bahasa Indonesia untuk mengajarkan bahasa Indonesia dengan teliti terutama dalam pemakaian jenis kalimat dalam karangan narasi.

3) Bagi SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta

Penelitian ini diharapkan mampu menambah informasi mengenai kemampuan siswa dalam bidang menulis. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberi motivasi dan dorongan kepada para siswa agar menghasilkan tulisan yang baik dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

1.5 Definisi Istilah

Berikut ini akan dipaparkan mengenai batasan-batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini agar tidak mengalami kesalahan dalam pemahaman.

a. Menulis

(27)

b. Kalimat

Kalimat adalah satuan gramatis yang dibatasi oleh intonasi akhir. Dalam bahasa tulis kalimat dibatasi oleh tanda (.), (?), dan tanda (!). Berdasarkan unsurnya, kalimat sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat (Ramlan, 2008: 17).

c. Karangan

Karangan adalah hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca (Gie, 2002 : 3).

d. Narasi

Narasi merupakan jenis paragraf yang terstruktur disajikan dalam bentuk rangkaian peristiwa atau kisah (Kusmana, 2014: 70-71).

1.6 Sistematika Penulisan

Penelitian ini akan dijabarkan dalam lima bab yang diuraikan secara sistematis sebagai berikut

(28)
(29)

8 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori

Pada bagian kajian teori diuraikan mengenai penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan saat ini, teori mengenai kalimat, unsur-unsur dalam kalimat, jenis-jenis kalimat, karangan, dan narasi.

2.2 Penelitian yang Relevan

Berdasarkan data yang penulis temukan sebagai bahan dalam melakukan penelitian ini, penulis menemukan penelitian mengenai jenis-jenis kalimat yang pernah dilakukan oleh peneliti lain. Penulis menemukan penelitian yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan saat ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Cicilia Primasari Murharjanti (2012) berjudul Jenis Kalimat Bahasa Indonesia dalam Paragraf Deskripsi Siswa Kelas X Semester I SMA Sang Timur

Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian yang dilakukan oleh Cicilia

(30)

oleh peneliti saat ini mengkaji kalimat berdasarkan susunan dan kalimat berdasarkan maksud yang dikemukakan oleh seorang ahli M. Ramlan dalam bukunya yang berjudul Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis.

Penulis menemukan penelitian kedua yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan saat ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Herningdyah Cahyaning Ratri (2017) berjudul Analisis Jenis Kalimat pada Karangan Guru-guru SD Mahakam Ulu Kalimantan Timur 2015. Penelitian Herningdyah

Cahyaning Ratri (2017) memiliki relevansi dengan penelitian yang penulis lakukan saat ini, yaitu sama-sama mengkaji jenis-jenis kalimat dalam karangan. Namun, perbedaannya terletak pada sumber data dan jenis-jenis kalimat yang dianalisis. Sumber data penelitian yang dilakukan oleh Herningdyah, yaitu karangan guru-guru SD Mahakam Ulu Kalimantan Timur sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis saat ini sumber datanya, yaitu karangan narasi siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018.

Peneliti Herningdyah menganalisis jenis-jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa dan berdasarkan bentuk sintaksis. Hasil yang diperoleh penggunaan kalimat tunggal berjumlah 105 kalimat dan kalimat majemuk berjumlah 83 kalimat, tetapi penelitian yang penulis lakukan saat ini menganalisis jenis-jenis kalimat dalam karangan narasi siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, kalimat berdasarkan susunan dan kalimat berdasarkan maksudnya.

(31)

maksud yang dikemukakan oleh M. Ramlan dalam bukunya berjudul Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Oleh karena itu, jenis kalimat berdasarkan susunan dan jenis

kalimat berdasarkan maksud perlu diteliti untuk menambah informasi dan melengkapi penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya oleh Cicilia Primasari Murharjanti dan Herningdyah Cahyaning Ratri.

2.3 Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diungkapkan dengan intonasi naik atau turun. Dalam wujud tulisan kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri oleh tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!) ( TBBBI, 2010: 317). Pendapat di atas mengungkapkan kalimat yang digunakan sesuai konteksnya, yaitu kalimat yang digunakan saat berkomunikasi lisan dan kalimat yang digunakan saat berkomunikasi menggunakan tulisan.

Menurut Ramlan (2001: 21), kalimat adalah satuan gramatikal dibatasi oleh jeda panjang yang disertai dengan intonasi akhir naik atau turun. Kalimat dibatasi oleh jeda, sehingga kalimat tersebut dapat dikatakan kalimat yang sempurna artinya memilki jeda yang teratur sehingga dalam pengucapan maupun dalam tulisan, tidak membingungkan para pembaca atau pendengar. Pendapat Ramlan, hampir sama dengan yang diungkapkan dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, bahwa kalimat dalam wujud lisan memiliki intonasi akhir naik

(32)

Kalimat berwujud rentetan kata yang disusun sesuai kaidah yang berlaku. Setiap kata mempunyai fungsi dalam kalimat. Unsur-unsur dalam kalimat meliputi subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan. Menurut C.A Mess (dalam Suhardi 2013: 62), kalimat adalah rangkaian kata-kata yang terstruktur menyatakan pikiran seseorang dengan jelas dengan mereka yang mengerti bahasanya. Maksudnya, kalimat terdiri dari kata-kata yang menyatakan ide-ide dari seseorang berisi maksud yang hendak disampaikan kepada pembaca dan pendengar.

Kalimat merupakan satuan sintaksis yang berupa klausa, dilengkapi dengan kojungsi bila perlu, dalam wujud lisan disertai dengan intonasi final, dalam wujud tulisan diakhiri tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!). Menurut Chaer (2009: 44), kalimat adalah satuan bahasa yang menjadi inti pembicaraan dalam sintaksis. Kalimat merupakan satuan unsur yang terdiri dari konstituen dasar berupa klausa, dilengkapi oleh konjungsi bila diperlukan dan disertai oleh intonasi final. Maksudnya, pembahasan dalam materi sintaksis yang paling utama ialah mengenai kalimat. Kalimat bahasa Indonesia mengandung unsur klausa, yaitu subjek dan predikat.

(33)

yang jauh lebih besar. Jadi, kalimat sebagai satuan bahasa terkecil yang digunakan untuk mengutarakan pikiran seseorang.

Dari pendapat para ahli di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa kalimat adalah satuan bahasa dalam wujud lisan memiliki intonasi final sedangkan dalam wujud tulisan, diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!). Suatu kalimat dikatakan utuh apabila sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat.

2.4 Unsur-unsur Kalimat

Dalam kalimat terdiri dari unsur-unsur yang membangun sebuah kalimat sehingga dapat menjadi suatu kesatuan utuh dan memiliki kelengkapan unsur yang menjadikan kalimat tersebut dikatakan kalimat yang baik dan benar sesuai kaidah bahasa Indonesia. Berikut ini, penulis menguraikan unsur-unsur kalimat dari pendapat beberapa ahli. Kemudian, penulis menyimpulkan pendapat ahli dan penulis menggunakan satu pendapat ahli mengenai unsur-unsur kalimat yang digunakan untuk acuan menganalisis data jenis-jenis kalimat dalam penelitian yang penulis lakukan saat ini.

2.4.1 Subjek

(34)

terletak dimuka predikat. Namun, terdapat pula kalimat yang berstruktur predikat-subjek, hanya terbatas pada verba tertentu, yaitu verba asal seperti ada, tampak, tumbuh, hidup, verba pasif, dan kata terdapat yang didahului oleh keterangan.

Menurut Rahardi (2009: 77), dalam kalimat, subjek tidak selalu terletak di depan predikat. Adakalanya, subjek terletak di belakang predikat terutama sekali untuk kalimat yang berdiatesis pasif. Maksudnya, unsur subjek dalam kalimat pada umumnya terletak di depan predikat, tetapi subjek dapat terletak di belakang predikat. Jadi, subjek merupakan unsur kalimat yang sifatnya wajib hadir yang berpotensi sebagai pelaku dalam kalimat. Fungsi subjek berupa nomina, frasa nominal atau klausa. Perhatikan contoh berikut ini.

1) Ayah sedang membaca koran.

Dengan menerapkan formula di atas, maka pertanyaannya adalah ‘siapa

yang sedang belajar?’ Jawabannya ialah Ayah. Maka subjek kalimat di

atas ialah Ayah. Kata sedang membaca menduduki unsur predikat dan kata koran menduduki unsur objek.

2) Gadis itu sangat cantik.

Kalimat di atas termasuk contoh kalimat yang di dalamnya mengandung unsur subjek. Subjek kalimat (2) ialah ‘gadis itu’. Jadi, verba atau kata kerja pun bila diberi ‘itu’akan menjadi subjek kalimat

3) Anak yang nakal itu menangis tidak henti-hentinya dari tadi.

Pada contoh kalimat (3) subjeknya ialah kata ‘anak yang nakal itu’.

(35)

4) Membangun gedung bertingkat mahal sekali. 5) Berjalan kaki menyehatkan badan.

Subjek pada kalimat imperatif adalah orang kedua atau orang pertama jamak dan biasanya tidak hadir. Berikut contoh kalimat imperatif yang mempunyai subjek berbentuk orang kedua atau orang pertama jamak.

6) Tolong (kamu) bersihkan meja ini 7) Mari (kita) makan.

Kata kamu dan kita ialah subjek dalam kalimat imperatif pada kalimat (6) dan (7). Adapun ciri-ciri subjek yakni jawaban apa atau siapa, didahuli kata bahwa, berupa kata-kata atau frasa benda/nomina, disertai kata ini, itu, disertai pewatas yang, kata sifat didahului kata si dan sang contohnya si manis, sang juara, dan tidak didahului oleh preposisi di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dan sebagainya dan tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi, dan bukan.

Subjek juga dapat berupa kata dan dapat pula berupa frasa. Berupa kata contohnya saya sedang lapar, Adik sudah tertidur lelap. Adapun berupa frasa air sungai kecil itu terus menerus mengericik, pada tepi sungai itu terempas

krikil-krikil tajam dan seekor kelinci tiba-tiba keluar dari segerombolan taman dekat rel

(36)

2.4.2 Predikat

Predikat merupakan satuan gramatikal yang berperan sebagai pebuatan atau keadaan yang dialami oleh subjek. Predikat pada umumnya terletak setelah subjek. Menurut Rahardi (2009: 80), predikat sebagai unsur pokok dalam kalimat, predikat memiliki karakter yang sama dengan subjek. Akan tetapi, kejadian sebuah predikat menjadi jelas karena ada subjek kalimatnya. Dengan demikian, subjek dan predikat sama-sama menjadi unsur pokok dalam kalimat. Jadi, unsur subjek dan predikat ialah unsur yang wajib hadir dalam kalimat.

Menurut Ramlan (2008: 19), predikat ialah unsur yang membicarakan subjek. Predikat terletak di belakang subjek. Maksudnya, predikat merupakan konstituen pokok yang disertai konstituen objek, pelengkap, dan keterangan. Menurut Sukini (2010: 59), predikat kalimat berupa verba dan adjektif. Pada kalimat berpola subjek-predikat, predikat biasanya berupa frasa nominal, frasa numeral, frasa preposisional, di samping frasa verbal dan frasa adjektival. Jadi, predikat menjadi unsur penjelas perbuatan yang dilakukan oleh subjek. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa predikat adalah unsur kalimat yang terletak di belakang subjek dan berwujud verba. Perhatikan contoh kalimat di bawah ini.

8) Fitri menangis tersedu-sedu.

(37)

atau ‘mengapa Fitri’. Pada bagian kalimat (8) kata ‘Fitri’ sebagai subjek dalam kalimat itu.

Predikat kalimat juga dapat diidentifikasi dengan cara mencari kata ‘adalah’ atau ‘ialah’ digunakan sebagai predikat pada kalimat nominal. Kalimat

nominal adalah kalimat yang predikatnya bukan verba atau kata kerja (Rahardi, 2009: 80). Perhatikanlah contoh berikut ini.

9) Jumlah korban gempa di Kota Palu adalah sekitar tiga ribu orang.

Pada kalimat yang tidak memiliki verba sebagai predikat seperti di atas itu, kata ‘adalah’ berfungsi sebagai predikatnya. Jadi, dalam menemukan unsur predikat dalam kalimat nominal itu mudah.

Menurut Rahardi (2009: 81), ciri lain dari predikat adalah bahwa verba dan adjektiva menjadi predikat itu dapat diawali oleh kata-kata petunjuk aspek dan modalitas seperti ‘telah, sudah, belum, sedang, akan, ingin, hendak, mau’. Dengan demikian, predikat itu adalah bagian yang menyertai kata-kata aspek dan modalitas yang di sebutkan di atas itu.

2.3.3 Objek

(38)

akan hadir apabila (1) tidak terdapat dalam kalimat pasif, (2) kalimat itu merupakan kalimat verba intransitif.

Unsur objek merupakan unsur yang dikenai oleh predikat. Unsur objek dapat dikenali melalui ciri-ciri (1) jenis predikat yang dilengkapinya, dan (2) ciri khas objek itu sendiri (TBBBI, 2010: 335). Penjelasan berikutnya oleh Sukini (2010: 60) fungsi objek merupakan konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat verba transitif pada kalimat aktif. Maksudnya, unsur objek merupakan unsur yang wajib hadir setelah unsur subjek dan predikat. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa objek merupakan unsur kalimat yang terletak setelah unsur subjek dan predikat. Berikut contoh kalimat yang di dalamnya mengandung unsur objek.

10) Agnes mendapat hadiah.

kata ‘hadiah’ pada kalimat (10) ialah unsur objek karena, kata ‘hadiah’ hadir setelah verba berawalan ‘me-‘. Jadi, verba itu bersifat aktif transitif. Ciri lain dari objek adaah bahwa bentuk kebahasaan itu selalu terletak langsung di belakang predikat. Jadi, selain hadir dalam kalimat aktif transitif, objek kalimat juga hadir langsung dibelakang predikat kalimat.

(39)

kamu (tunggal), bentuk –ku dan –mu dapat digunakan. Contohnya Ina mencintai dia/-nya dan Ibu mengasihi aku/ -ku.

11) Petani menanam kacang tanah di sawah.

Kalimat (11) mengandung unsur objek. Kata yang menduduki objek, yaitu ‘kacang tanah’. Berdasarkan contoh kalimat di atas dapat diketahui bahwa unsur objek selalu terletak di belakang subjek dan predikat. Unsur objek ialah unsur kalimat yang dikenai perbuatan oleh predikat.

2.4.4 Pelengkap

Unsur pelengkap sering disamakan dengan unsur objek. Pengertian mengenai pelengkap dan objek memiliki kemiripan. Menurut Rahardi (2009: 84), unsur pelengkap sering dikacaukan pemahamannya dengan unsur objek kalimat. Dalam kalimat pasif, pelengkap tidak dapat menempati fungsi subjek. Pada posisi sama, objek dapat menempatinya. Maka, inilah perbedaan mendasar objek dan pelengkap. Unsur pelengkap hadir untuk melengkapi kalimat. Dengan demikian unsur pelengkap menjadi bagian yang menentukan makna dalam kalimat.

(40)

Menurut Muslich (2014: 128), pelengkap selalu berwujud nomina dan sama-sama mengikuti verba. Jadi, pelengkap dalam kalimat berwujud nomina yang mengikuti verba. Hal itu dapat memudahkan pembaca dalam menentukan atau menemukan unsur pelengkap dalam kalimat. Perhatikan contoh kalimat berikut.

12) Ayah membelikan saya sepeda baru. 13) Ibu memberi saya sepeda baru.

Pada contoh kalimat (12) dan (13) tampak jelas pada kata ‘sepeda baru’ adalah unsur yang menduduki pelengkap. Kata ‘Ayah’ dan Ibu’ menduduki unsur subjek sedangkan kata ‘membelika’ dan ‘memberi’ menduduki unsur predikat. Akan tetapi, pada kalimat berikut ini, bentuk kebahasaan yang baru ternyata dapat memiliki fungsi yang tidak sama. Perhatikan contoh berikut ini.

14) Gita berjualan bunga mawar. 15) Gita menjual bunga mawar.

(41)

2.4.5 Keterangan

Keterangan kalimat berfungsi untuk melengkapi informasi maksud dalam sebuah kalimat. Unsur keterangan bersifat manasuka, artinya boleh hadir boleh tidak atau dapat dikatakan unsur keterangan ialah unsur yang tidak wajib hadir. Menurut Ramlan (2008: 17), keterangan memiliki tempat bebas, mungkin terletak di muka subjek dan predikat, mungkin terletak di belakang subjek dan predikat. Artinya, unsur keterangan bersifat manasuka. Menurut Muslich (2014: 129), keterangan merupakan unsur bukan inti yang memberikan keterangan tambahan kepada unsur inti. Maksudnya, unsur keterangan ialah unsur yang melengkapi unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, dan pelengkap. Menurut Sukini (2010: 63), keterangan terbagi menjadi sembilan macam. Penulis memaparkan sembilan macam keterangan dalam tabel berikut.

Tabel 2.1 Jenis-Jenis Keterangan

3 Alat dengan. dengan gunting, dengan

mobil, dengan motor, dengan pisau dapur.

4 Tujuan agar/supaya, untuk, bagi, demi.

(42)

No Jenis Keterangan

Preposisi/Penghubung Contoh

6 Penyerta dengan, bersama, beserta.

8 Sebab karena, sebab. karena kelalaiannya, sebab tergesa-gesa.

9 Kesalingan - saling (mengangumi), satu

sama lain

Menurut Rahardi (2009: 85), keterangan ialah unsur yang tidak wajib hadir. Berbeda dengan subjek, predikat, objek, dan pelengkap yang sifatnya wajib hadir, keterangan sifatnya mana suka. Fungsi keterangan adalah untuk menambah informasi pada kalimat itu. Informasi yang hendak ditambahkan itu adalah tempat, waktu, cara, syarat, tujuan, dan sebagainya. Ciri yang membedakan unsur keterangan ialah keterangan didahului atau diawali oleh preposisi atau kata depan dan keterangan tidak terikat posisi. Jadi, keterangan itu sifatnya lentur, tidak kaku seperti unsur-unsur kebahasaan lain. Keterangan terbagi menjadi keterangan waktu, keterangan tempat, keterangan tujuan, keterangan cara, keterangan pewatas, keterangan tambahan, dan keterangan aposisi.

(43)

Contoh:

16) Ayah pergi ke Bandung.Kata ‘ke Bandung’ mengandung unsur keterangan tempat. Makna keterangan ditentukan oleh perpaduan makna unsur-unsurnya. Dengan demikian, keterangan ‘ke Bandung’ mengandung makna tempat. Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling mudah berpindah letaknya. Keterangan dapat terletak di awal, di akhir, bahkan di tengah kalimat karena kehadirang unsur keterangan bersifat manasuka.

17) Kemarin, Arni pergi ke Bali.

18) Arni pergi ke Bali kemarin.

Jadi, jelas bahwa unsur keterangan bersifat lentur, tidak kaku seperti unsur kebahasaan lain telah ditunjukka pada kalimat (17) dan (18). Unsur keterangan merupakan unsur yang mudah diidentifikasi oleh siapa saja.

2.5 Jenis-jenis Kalimat

(44)

penulis menguraikan jenis-jenis kalimat dari pendapat para ahli. Kemudian, penulis menyimpulkan dan menggunakan satu pendapat ahli mengenai jenis-jenis kalimat yang akan digunakan sebagai pedoman untuk menganalisis data dalam penelitian ini.

Menurut Suhardi (2013: 73-77), kalimat dan jenis-jenis kalimat dibagi menjadi kalimat berdasarkan bentuk dan berdasarkan makna. Berdasarkan bentuk, dibagi menjadi dua, yaitu kalimat tunggal dan kalimat majemuk sedangkan, kalimat berdasarkan makna terbagi menjadi lima, yaitu kalimat berita, kalimat perintah, kalimat tanya, kalimat seru, dan kalimat penegasan. Klasifikasi kalimat berdasarkan bentuk diungkpakan oleh Suhardi (2013), bertujuan agar penulis memahami kalimat dari segi bentuknya sedangkan klasifikasi kalimat berdasarkan bertujuan agar penulis mengetahui makna kalimat yang hendak disampaikan kepada para pembaca. Berikut akan dipaparkan mengenai penjelelasan masing-masing jenis kalimat.

2.5.1 Kalimat Berdasarkan Bentuk

(45)

berdasarkan bentuk terbagi menjadi dua, yaitu kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Berikut penulis menguraikan jenis-jenis kalimat berdasarkan bentuk menurut pendapat Suhardi (2017).

2.5.1.1 Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal biasanya disebut dengan kalimat sederhana. Kalimat tunggal terdiri dari unsur subjek dan predikat, bisa juga dilengkapi oleh unsur pelengkap, objek, dan keterangan. Menurut Suhardi (2013: 73), kalimat tunggal ialah kalimat yang bila dilihat dari segi jumlah predikat hanya memiliki satu predikat atau boleh juga disebut kalimat yang memiliki satu klausa. dalam kalimat tunggal, tentu saja unsur yang wajib yang diperluka untuk melengkapi kalimat. Dengan demikian, kalimat tunggal kadang berwujud pendek, tetapi juga dapat berwujud panjang. Kalimat tunggal terdiri dari satu klausa, artinya konstituen untuk tiap unsur kalimat seperti subjek dan predikat hanyalah satu atau merupakan satu kesatuan. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa kalimat tunggal ialah kalimat yang terdiri dari satu klausa. Di dalamnya mengandung unsur subjek dan predikat. berikut contoh kalimat tunggal.

19) Ani biasa berjalan kaki.

20) Rosa akan naik haji.

(46)

Dengan adanya kenyataan itu, maka kaki dan haji masing-masing merupakan bagian integral dari verba berjalan dan naik sehingga menjadi verba majemuk yang termasuk verba taktransitif. Contoh kalimat taktransitif adalah tingkah lakunya memusingkan kepala. Contoh kalimat itu termasuk kalimat taktransitif dengan verba majemuk sebagai predikat. Perlu diketahui bahwa verba taktrasitif dapat diikuti langsung oleh nomina, atau frasa nominal yang berfungsi sebagai pelengkap.

2.5.1.2 Kalimat Majemuk

(47)

2.5.1.3 Kalimat Majemuk Setara

Kalimat majemuk setara atau dikenal juga kalimat luas setara terdiri dari dua klausa. Klausa ialah terdiri dari subjek dan predikat. Menurut Suhardi (2013: 73), kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang dibangun atas dua kalimat tunggal. Kedua kalimat tersebut memiliki predikat yang kedudukanya sejajar (setara) di dalam kalimat. Jadi, kalimat majemuk setara terdiri dari dua klausa yang ditandai dengan hadirnya konjungsi seperti dan, lalu, lagi pula, tetapi, dan sebagainya. Berikut penulis memaparkan contoh kalimat majemuk

setara.

21) Adi membaca dan Sinta menyapu lantai.

Kalimat di atas termasuk kalimat majemuk setara karena kalimat tersebut memiliki predikat yang kedudukannya setara menggunakan kata hubung dan. Klausa pertama Adi membaca dan klausa kedua Sinta menyapu

lantai. Kemudian, kata dan untuk menghubungkan klausa pertama dan

klausa kedua. Hadirnya kata dan menjadi penanda kalimat di atas termasuk kalimat majemuk setara.

2.5.1.4 Kalimat Majemuk Bertingkat

(48)

Kedua kalimat tunggal tersebut memiliki kedudukan yang berbeda. Biasanya dibagun atas dua, yaitu anak kalimat dan induk kalimat. Jadi, dalam menentukan kalimat majemuk bertingkat dapat dilihat dari kedudukan dua klausa yang di dalamnya terdiri dari anak kalimat dan induk kalimat. Berikut penulis memaparkan contoh kalimat majemuk bertingkat agar pembaca lebih mudah mengerti.

22) Ketika saya kembali dari kampus, Adi sudah menunggu di depan rumah anak kalimat induk kalimat

Kalimat (22) termasuk kalimat majemuk bertingkat karena kedudukan yang berbeda. Kalimat di atas terdiri dari anak kalimat dan induk kalimat sehingga dikategorikan dalam kalimat majemuk bertingkat. Di dalam kalimat di atas tidak ditandai dengan konjungsi sehingga kalimat itu termasuk kalimat majemuk bertingkat.

2.5.1.5 Kalimat Majemuk Campuran

(49)

berperan sebagai induk kalimat dan anak kalimat. Berikut penulis memberikan contoh kalimat majemuk campuran.

Contoh:

23) Andi sedang belajar dan Nia sedang menyapu dan kedua orang tuanya sedang duduk di ruang tamu.

Kalimat di atas adalah gabungan kalimat majemuk campuran dan kalimat majemuk bertingkat. Di dalamnya mengandung unsur subjek, predikat, dan keterangan. Kalimat di atas terdiri dari tiga klausa. Klausa pertama, Ani sedang belajar, klausa kedua Nia sedang menyapu, dan klausa ketiga kedua orang tuanya

sedang duduk di ruang tamu.

2.5.1.6 Kalimat Majemuk Rapatan

Kalimat majemuk rapatan dapat dikatakan gabungan dari kalimat tunggal. Dalam kalimat tunggal hanya terdiri dari satu klausa sedangkan dalam kalimat majemuk rapatan memiliki dua klausa. Menurut Suhardi (2013: 76), kalimat majemuk rapatan adalah kalimat majemuk yang salah satu unsurnya (merapat). Artinya, unsur yang ada dalam kalimat itu saling mendekat atau merapat. Berikut penulis memberikan contoh mengenai kalimat majemuk rapatan agar mudah dipahami oleh para pembaca.

24) Bapak membaca surat kabar Batam Post.

(50)

Kalimat di atas dapat dibentuk menjadi kalimat majemuk rapatan dengan cara menghilangkan salah satu unsur yang sama. Bapak dan Adik membaca surat kabar Batam Post. Kesamaan unsur yang terjadi dalam kalimat majemuk rapatan dapat saja kesamaan subjek, predikat, objek, dan keterangan.

1. Kesamaan subjek

a. Kakak memasak gulai kambing.

b. Kakak merangkai bunga.

Kalimat di atas memiliki kesamaan subjek, yaitu kakak. Namun, memiliki unsur predikat yang berbeda. Kalimat (a) predikat memasak dan kalimat (b) predikat merangkai. Meskipun, predikatnya berbeda, kalimat di atas memiliki kesamaan subjek.

2. Kesamaan predikat

a. Bapak menanam pohon.

b. Ibu menanam pohon.

Pada kalimat (a) dan (b) memiliki kesamaan predikat, yaitu sama-sama menanam. Hanya saja, berbeda subjek, kalimat (a) subjeknya Bapak sedangkan

kalimat (b) subjeknya Ibu.

2.5.2 Kalimat Berdasarkan Makna

(51)

dalam kalimat yang telah ia tulis. Kalimat berdasarkan makna menjadi penentu kejelasan makna dalam sebuah kalimat. Oleh karena itu, kalimat berdasarkan makna perlu dipahami secara lebih mendalam. Menurut Suhardi (2013: 77), kalimat berdasarkan makna dapat dikelompokkan menjadi lima jenis, yaitu (1) kalimat berita, (2) kalimat perintah, (3) kalimat tanya, (4) kalimat seru, dan (5) kalimat penegasan. Berikut penulis menguraikan pengertian jenis-jenis kalimat berdasarkan makna dan contoh-contohnya.

2.5.2.1 Kalimat Berita atau Kalimat Deklaratif

Kalimat berita atau lebih dikenal dengan kalimat deklaratif dalam hubungan situasi berfungsi sebagai memberi informasi atau sesuatu kepada orang lain sehingga memerlukan tanggapan berupa perhatian. Menurut Suhardi (2013: 77), kalimat berita adalah kalimat yang di dalamnya berisi berita atau informasi kepada orang lain. Jadi, kalimat berita adalah kalimat yang mengandung informasi. Informasi yang hendak disampaikan dapat berupa kejadian atau situasi yang dialami oleh seseorang kepada orang lain. Berikut contoh-contoh kalimat berita sebagai berikut.

(52)

27) Sebuah Kapal Super Fery yang mengangkut 964 penumpang tenggelam di perairan Filipina.Dalam kalimat (27) mengandung informasi Kapal Super Fery mengangkut 964 penumpang tenggelam di perairan Filipina. Kejadian yang sedang menimpa para penumpang ini diberitahukan oleh penulis dalam sebuah tulisan sehingga memuat informasi yang memerlukan tanggapan dari orang lain atau para pembaca.

2.5.2.2 Kalimat Perintah

Kalimat perintah atau dikenal dengan kalimat imperatif merupakan kalimat yang mengandung makna memerintah atau meminta seseorang untuk melakukan sesuatu sehingga memerlukan tanggapan dari orang lain. Kalimat perintah isinya menyuruh orang lain sesuai dengan yang kita kehendaki. Kalimat perintah dalam bahasa lisan berintonasi nada naik di awal dan rendah diakhir. Menurut Suhardi (2013: 77), kalimat perintah adalah kalimat di dalamnya berisi perintah dari seseorang kepada orang lain untuk melakukan sesuatu (pekerjaan) sesuai apa yang telah diperintahkan.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa kalimat perintah adalah kalimat yang di dalamnya mengandung makna perintah, suruh, atau meminta bantuan kepada orang lain sehingga memerlukan tanggapan dari orang lain. Berikut contoh kalimat perintah.

28) Ambilkan saya koran itu!

(53)

Kalimat di atas termasuk contoh kalimat perintah yang memberi perintah kepada orang lain. Kalimat (23) berisi makna memberi perintah kepada orang lain untuk mengambilkan koran. Kalimat (24) berisi makna perintah atau suruhan untuk mengerjakan sepuluh soal yang telah disediakan sehingga memerlukan sebuah tanggapan berupa jawaban tertulis.

2.5.2.3 Kalimat Seru

Kalimat seru sering digunakan oleh seseorang dalam berkomunikasi lisan dan tulisan dalam sebuah karangan. Kalimat seru berisi ungkapan kekaguman seseorang kepada sesuatu baik itu manusia, benda, dan sebagainya yang berhubungan dengan sifat. Menurut Suhardi (2013: 17), kalimat seru adalah kalimat yang di dalamnya terdapat kata seru seperti wah, yah, ih, aduh, dan sebagainya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kalimat seru berisi ungkapan kegaguman seseorang kepada orang lain maupun kepada benda, cuaca, situasi, dan keadaan yang sedang di alami yang berhubungan dengan sifat. Perhatikan contoh kalimat seru di bawah ini.

30) Aduh! Kakiku terantuk batu.Wah!

31) Rapi sekali pakaianmu hari ini.

32) Kamu memakai jam tangan yah!

(54)

2.5.2.4 Kalimat Penegasan

Kalimat penegasan adalah kalimat yang di dalamnya mengandung sebuah ide yang ditonjolkan. Dengan kata lain, ide yang ditonjolkan diberi penegasan atau menekanan sehingga maksud yang hendak disampaikan oleh seseorang menjadi jelas. Menurut Suhardi (2013: 78), kalimat penegasan adalah kalimat yang di dalamnya berisi penegasan atau tambahan informasi sehingga informasi yang disampaikan lebih jelas oleh lawan bicara. Dengan adanya penegasan, sesuatu yang diinginkan lawan bicara akan dapat dilaksanakan lebih tepat. Berikut contoh kalimat penegasan.

33) Dari hasil kesepakatan kita ini, maka silahkan para peserta menginformasikan kepada kelompoknya masing-masing.

Penjelasan: kata dari hasil kesepakatan kita ini merupakan penegasan untuk kalimat yang mengikutinya. Karena kata yang pertama merupakan pemberian informasi untuk memberi perintah para peserta untuk memberi informasi kepada kelompoknya masing-masing.

34) Sesuai dengan kesepakatan kita hari Sabtu yang lalu, tugas bahasa Indonesia dikumpulkan paling lambat hari ini hari Senin.

(55)

Selajutnya, jenis-jenis kalimat menurut Ramlan (2001: 23-43), jenis kalimat dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu kalimat menurut susunanya dan kalimat menurut maksudnya. Berikut penulis menguraikan jenis-jenis kalimat menurut pendapat ahli, yaitu M. Ramlan (2001).

2.5.3 Kalimat Berdasarkan Susunan

Jenis kalimat berdasarkan susunan perlu dipahami oleh seorang penulis atau pembaca untuk mengetahui bahwa dalam kalimat harus memperhatikan dari segi susunan agar kalimat yang dihasilkan dapat terstruktur dan konsisten. Dalam buku yang berjudul Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis, Ramlan (2001: 26), membagi jenis kalimat berdasarkan susunan menjadi kalimat tak berklausa, kalimat majemuk (setara dan bertingkat), dan kalimat tunggal. Penggunaan jenis-jenis kalimat berdasarkan susunan dapat ditemukan dalam sebuah karangan. Oleh karena itu, penulis ingin memberika pemahaman mengenai kalimat berdasarkan susunan agar para pembaca dan penulis lain dapat memahami secara mendalam mengenai jenis kalimat berdasarkan susunan. Berikut ini penulis menguraikan dan menjelaskan kalimat berdasarkan susunan menurut Ramlan (2001: 26).

2.5.3.1 Kalimat Tak Berklausa

(56)

tulis. Kalimat tak berklausa ini tidak memiliki unsur subjek dan predikat sehingga dikatakan tidak memiliki klausa. Menurut Ramlan (2001: 25), kalimat tak berklausa ialah kalimat yang tidak terdiri dari klausa. Jadi, dalam sebuah kalimat terdapat juga kalimat yang tidak memiliki klausa. kalimat yang tidak memiliki klausa hanya terdiri dari frasa yang membangun kata-kata menjadi sebuah kalimat. Berikut contoh-contoh kalimat yang di dalamnya tidak mengandung unsur klausa.

35) Astaga!

36) Selamat malam!

37) Selamat belajar!

Bentuk-bentuk kalimat (35), (36), dan (37) di dalamnya tidak mengandung unsur klausa. Jika tidak terdiri dari klausa, kalimat tersebut tergolong dalam kalimat tak berklausa yang semuanya berujud satuan frasa.

2.5.3.2 Kalimat Majemuk

(57)

kalimat majemuk ialah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih. Jadi, untuk mengidentfikasi kalimat majemuk dapat dilihat dari unsur klausa yang ada dalam kalimat. Maka, penulis menyimpulkan bahwa kalimat majemuk ialah kalimat yang terdiri dari dua klausa. Kalimat majemuk ini terbagi menjadi kalimat majemuk setara, dan kalimat majemuk bertingkat yang akan dijelaskan pada subbab berikutnya. Berikut penulis memaparkan contoh-contoh kalimat luas atau kalimat majemuk.

38) Ia pergi ke Surabaya, dan ia bertemu dengan teman lamanya.

39) Ia mengaku, bahwa ia jatuh cinta kepadaku.

40) Rumah itu bagus, tetapi pekarangannya tidak terpelihara.

Ketiga contoh kalimat di atas mengandung dua klausa. Kalimat (38) terdiri dari klausa ia pergi ke Surabaya dan klausa kedua ia bertemu dengan teman lamanya. Kalimat (39) klausa pertama, yaitu ia mengaku dan klausa kedua

ia jatuh cinta kepadaku. Kalimat (40) terdiri dari dua klausa, klausa pertama ialah

rumah itu bagus dan klausa kedua pekarangannya tidak terpelihara. Kalimat (38)

dan (39) termasuk kalimat majemuk setara karena di dalamnya mengandung konjungsi dan dan tetapi sedangkan kalimat (40) termasuk kalimat majemuk tak setara karena ditandai dengan kata bahwa.

2.5.3.3 Kalimat Majemuk Setara

(58)

yang lain bediri sendiri dan memiliki kedudukan yang sama seperti yang dikemukakan oleh Ramlan (2001: 46), dalam kalimat majemuk setara klausa satu tidak merupakan bagian dari klausa lainnya; masing-masing berdiri sendiri sebagai klausa inti. Klausa-klausa itu dihubungkan dengan kata penghubung setara terdiri dari dan, dan lagi, lagi pula, kemudian, atau, tetapi, tapi, akan tetapi, dan malahan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kalimat majemuk setara

terdiri dari dua klausa yang memiliki kedudukan setara. Beberapa contoh, misalnya:

41) Orang itu miskin, lagi pula sangat malas.

42) Anaknya hidup dengan kemewahan, sedangkan orang tuanya hidup serba kekurangan.

43) Mereka sedang memasak, atau sedang mengobrol.

Kalimat (41), (42), dan (43) terdiri dari dua klausa yang masing-masing berdiri sendiri. Di dalam kalimat di atas mengandung konjungsi yang menandakan bahwa kalimat (41), (42), dan (43) tergolong dalam kalimat majemuk setara.

2.5.3.4 Kalimat Majemuk Beringkat

(59)

bagian dari klausa yang lainnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kalimat majemuk bertingkat terdiri dari dua klausa yang memiliki kedudukan tidak setara. Perhatikan contoh kalimat majemuk bertingkat berikut ini.

44) Seksi khusus itu sesungguhnya sudah dibentuk di Tokyo sebelum bagian intelijen berangkat ke Indonesia.

Kalimat di atas terdiri dari dua klausa. Klausa pertama ‘seksi khusus itu sesungguhnya sudah dibentuk di Tokyo’ dan klausa kedua ‘bagian intelijen berangkat ke Indonesia’. Klausa pertama merupakan klausa inti dan klausa kedua

merupakan klausa bawahan. Jadi, jelas kelihatan bahwa kalimat majemuk bertingkat terdiri dari klausa inti dan klausa bawahan.

2.5.3.5 Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal atau lebih dikenal dengan kalimat sederhana terdiri dari satu klausa. Dengan kata lain, kalimat tunggal hanya terdiri dari satu struktur penyusun kalimat yang terdiri dari subjek dan predikat dan di dalamnya tidak mengandung konjungsi. Menurut Ramlan (2001: 43), kalimat sederhana atau kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa. Jadi, dapat disimpulkan kalimat tunggal hanya terdiri dari satu klausa yang mengandung unsur subjek dan predikat. Berikut contoh-contoh kalimat sederhana.

45) Kisah ini sungguh-sungguh terjadi.

46) Fendi sedang bermain bola.

(60)

Keempat kalimat di atas terdiri satu klausa. Kalimat (45) terdiri dari unsur subjek ‘kisah ini’ dan predikat ‘sunguh-sungguh terjadi’. Kalimat (46) terdiri dari ‘Fendi’ menduduki fungsi subjek, ‘sedang bermain’ menduduki fungsi predikat dan ‘bola’ menduduki fungsi objek. Kalimat (47) ‘Ani’ menduduki fungsi subjek, ‘menonton’menduduki fungsi predikat, dan ‘TV’ menduduki fungsi objek. Ketiga contoh kalimat di atas masing-masing terdiri dari satu klausa, yaitu subjek dan predikat.

2.5.4 Kalimat Berdasarkan Maksud

Jenis kalimat berdasarkan maksud perlu dipahami oleh setiap orang agar ide-ide dan gagasan-gagasan yang hendak disampaikan dapat dimengerti dengan jelas oleh pendengar dan pembaca. Maksud yang disampaikan dapat berupa informasi, perintah, dan pernyataan. Kalimat berdasarkan maksud membutuhkan tanggapan dari orang lain. Tanggapan dapat berupa kata ya, dapat berupa tindakan, dan dapat berupa anggukan. Ramlan (2001: 26), membagi kalimat berdasarkan maksud menjadi tiga, yaitu kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat suruh.

2.5.4.1 Kalimat Berita atau Kalimat Deklaratif

(61)

berita. Informasi yang disampaikan memerlukan tanggapan khusus. Namun, kalimat berita berbeda dari kalimat suruh dan kalimat tanya walaupun sama-sama memerlukan tanggapan dari orang lain.

Menurut Ramlan (2001: 27), kalimat berita adalah kalimat yang berfungsi untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain. Sesuatu yang disampaikan berupa informasi. Jadi, ciri yang menunjukkan suatu kalimat dikatakan kalimat berita adalah kalimat itu berisi informasi yang hendak disampaikan kepada orang lain sehingga memerlukan tanggapan khusus dari orang lain. Berikut contoh kalimat berita atau kalimat deklaratif.

48) Jalan itu sangat gelap.

49) Pagi tadi terjadi gempa di Palu.

50) Mobil Dimas menabrak seorang pejalan kaki yang sedang melintas di jalan.

(62)

2.5.4.2 Kalimat Tanya

Kalimat tanya disebut juga dengan kalimat introgatif berisi pertanyaan untuk menanyakan sesuatu kepada orang lain. Kalimat tanya meminta pengakuan dan tanggapan dari orang lain. Ciri kalimat tanya ditandai dengan penggunaan tanda tanya (?) dalam kalimat dalam bahasa tulis dan kata tanya dalam bahasa lisan. Menurut Ramlan (2001: 27), kalimat berita berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, kalimat berita berfungsi untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain sehingga tanggapan yang diharapkan berupa perhatian seperti tercermin pada pandangan mata yang menunjukkan adanya perhatian. Kadang-kadang perhatian itu disertai anggukan. Kalimat tanya berpola intonasi bernada akhir naik. Pola intonasi kalimat tanya digambarkan dengan tanda tanya. Misalnya :

51) Ayah membaca buku apa?

52) Ibu menyaksikan pertandingan apa?

53) Itu kucing apa?

(63)

menggantikan kata atau kata-kata yang ditanyakan. Kata-kata itu adalah apa, siapa, mengapa, kenapa, bagaimana, mana, bilamana, kapani, bila, dan berapa.

2.5.4.3 Kalimat Suruh

Kalimat suruh dikatakan juga kalimat perintah. Di dalamnya mengandung ungkapan dengan menggunakan kata suruh sehingga memerlukan tanggapan dari orang lain. Berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, kaimat suruh mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari orang yang diajak bicara. Pola intonasi kalimat suruh itu ditandai dengan tanda /!/. Berdasarkan strukturnya kalimat suruh dapat digolongkan menjadi empat, yaitu kalimat suruh sebenarnya, kalimat persilahan, kalimat ajakan, dan kalimat larangan (Ramlan, 2001: 39). Jadi, kalimat suruh adalah kalimat yang di dalamnya mengandung perintah dari seseorang kepada orang lain sehingga membutuhkan tanggapan.

2.5.4.3.1 Kalimat Suruh Sebenarnya

(64)

Jadi, kalimat suruh sebenarnya berisi perintah yang memerlukan tanggapan dari orang lain. Berikut ini penulis memberikan contoh kalimat suruh sebenarnya.

54) Datanglah engkau ke rumahku!

55) Tolong ambilkan saya tas

Apabila predikatnya terdiri dari kata verbal transitif, kalimat suruh yang sebenarnya itu, selain ditandai oleh pola intonasi suruh, juga oleh tidak adanya prefiks meN- pada kata verba intransitif. Partikel lah ditambahkan untuk menghaluskan suruhan.

2.5.4.3.2 Kalimat Persilahan

Kalimat persilahan digunakan untuk meminta seseorang untuk melakukan sesuatu menggunakan bahasa yang sopan. Kalimat persilahan ini sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari dalam melakukan komunikasi menggunakan bahasa seseorang dengan orang lain. Kalimat persilahan bermakna memberikan persilahan atau memberikan kesempatan kepada orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai yang telah dikatakan oleh penutur atau penulis. Menurut Ramlan (2001: 42), kalimat persilahan ditandai oleh pola intonasi suruh dan penambahan kata silakan yang terletak di awal kalimat (Ramlan, 2001: 42). Subjek boleh dibuang, boleh juga tidak. Jadi, kalimat persilahan adalah kalimat yang berisi perminntaan dari seseorang kepada orang lain dan membutuhkan tanggapan dari orang lain. Berikut ini penulis memaparakan contoh-contoh kalimat persilahan.

(65)

57) Silakan berkunjung ke rumahku!

58) Silakan beristirhat!

Ketiga contoh di atas (56), (57), dan (58) menggunakan kata silakan dalam kalimat persilahan. Ketiga contoh di atas termasuk dalam kalimat persilahan karena berisi perintah menggunakan bahasa yang sopan dan membutuhkan tanggapan atau respon dari orang lain.

2.5.4.3.3 Kalimat Ajakan

Kalimat ajakan digunakan dalam percakapan sehari hari dan dalam sebuah tulisan. Kalimat ajakan berfungsi dalam hubungan situasi mengharapkan tanggapan dari orang lain. Menurut Ramlan (2001: 42), kalimat ajakan berfungsi mengharapkan suatu tanggapan berupa tindakan, hanya bedanya tindakan di sini bukan hanya dilakukan oleh orang yang diajak bicara, melainkan oleh orang yang berbicara. Kalimat ajakan juga ditandai oleh kata mari dan ayo yang diletakkan di awal kalimat. Partikel lah dapat ditambahkan pada kata mari dan ayo menjadi marilah dan ayolah. Kata-kata seperti mari dan ayo digunakan sebagai kata yang

memiliki makna mengajak seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi, kalimat ajakan adalah kalimat yang berisi ajakan untuk melakukan sesuatu dan membutuhkan tanggapan dari orang lain. Misalnya:

59) Marilah belajar di rumahku!

(66)

2.5.4.3.4 Kalimat Larangan

Kalimat larangan sama halnya dengan kalimat suruh, kalimat persilahan, dan kalimat ajakan di dalamnya ditandai dengan pola intonasi suruh dan mengharapkan tanggapan dari orang lain. Menurut Ramlan (2001: 43), kalimat larangan ditandai oleh intonasi suruh dan ditandai oleh adaya kata jangan di awal kalimat. Partikel lah dapat ditambahkan pada kata tersebut untuk memperhalus larangan. Jadi, kalimat larangan ditandai oleh kata jangan di awal kalimat digunakan untuk memberikan larangan kepada orang lain dan memerlukan tanggapan dari orang lain.

61) Janganlah engkau pergi sendiri!

62) Janganlah suka menyakiti hati orang lain!

Kemudian menurut Sugono (2009: 98- 195), membagi jenis-jenis kalimat menjadi kalimat dasar, kalimat aktif, kalimat pasif, kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran. Berikut penulis memaparkan penjelasan mengenai kalimat aktif, kalimat pasif, kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.

2.5.5 Kalimat Aktif

(67)

pada kalimat yang predikatnya berupa verba aktif atau verba perbuatan. Jadi, dalam kalimat aktif terdiri dari verba aktif. Misalnya:

63) Febi mengirimkan surat lamaran ke perusahaan kelapa sawit.

64) Ayah membelikan Tono mobil.

Kalimat (63) terdiri dari unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. Kalimat (64) terdiri dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap. Kedua kalimat di atas memiliki unsur predikat yang mengandung verba aktif. Kalimat (63) kata mengirimkan menduduki unsur verba aktif dan kalimat (64) kata membelikan

menduduki unsur verba aktif sehingga tergolong kalimat aktif.

2.5.6 Kalimat Pasif

Berbeda dengan kalimat aktif, kalimat pasif di dalamnya terdiri dari subjek yang dikenai perbuatan oleh predikat. Menurut Sugono (2009: 122), kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya tidak berperan sebagai pelaku, tetapi sebagai sasaran perbuatan yang dinyatakan oleh predikat. jadi, untuk menetukan sebuah kalimat dikatakan kalimat pasif ditandai dengan predikat yang dipasifkan. Selain itu, ciri kalimat pasif subjek pada kalimat pasif berubah menjadi objek, dan predikat diawali dengan kata di, ke-an. Berikut ini penulis menguraikan contoh kalimat pasif.

65) Berta dipinjami uang oleh Sekar.

(68)

Kedua kalimat di atas tergolong kalimat pasif karena terdiri dari verba pasif. Kalimat (65) terdiri dari verba pasif kata dipinjami dan kalimat (66) kata dibawakan mengandung predikat atau verba pasif.

2.5.7 Kalimat Majemuk Setara

Kalimat majemuk setara atau dikenal juga kalimat luas setara terdiri dari dua klausa. Menurut Sugono (2009: 158), kalimat majemuk setara adalah kalimat yang struktur kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal. Jadi, kalimat majemuk setara terdiri dari dua klausa yang ditandai dengan hadirnya konjungsi seperti dan, lalu, lagi pula, tetapi, dan sebagainya untuk menunjukkan kesetaraan dari dua klausa yang ada dalam satu kalimat. Berikut contoh kalimat majemuk setara.

67) Saya datang, tetapi dia pergi.

68) Anak-anak itu meniup seruling dan teman-temannya menyanyi bersama.

69) Tini ingin melanjutkan kuliah ke Universitas Terbuka, atau kuliah di perguruan tinggi swasta terbaik.

(69)

2.5.8 Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat terdiri dari dua klausa. Namun, berbeda dengan kalimat majemuk setara yang ditandai oleh konjungsi. Kalimat majemuk bertingkat salah satu cirinya ditandai oleh kata bahwa. Menurut Sugino (2009: 175), kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang terdiri atas satu induk kalimatn dan satu anak kalimat atau lebih. Ada sebagian kalimat yang berisi informasi atau keterangan yang lebih lengkap, terkadang sampai terperinci. Kalimat itu mengandung kalimat dasar yang merupakan inti utama dan satu atau kalimat dasar yang berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur kalimat inti itu, misalnya keterangan subjek atau objek. Diantara kedua unsur itu digunakan konujungsi. Konjungsi itulah yang membedakan struktur kalimat majemuk bertingkat dari kalimat majemuk setara. Berikut contoh kalimat majemuk bertingkat.

70) Saya masuk ketika mereka diam.

Kalimat di atas terdiri dari anak kalimat ketika mereka diam mempunyai kedudukan lebih rendah (bawahan) daripada induk kalimat saya masuk. Jadi, kalimat (70) termasuk kalimat majemuk bertingkat yang di dalamnya mengandung unsur anak kalimat dan induk kalimat.

2.5.9 Kalimat Majemuk Campuran

(70)

setara dan kalimat majemuk bertingkat. Jadi, dalam kalimat majemuk campuran terdiri dari sekurang-kurangnya tiga klausa atau tiga kalimat tunggal yang di dalamnya terdiri dari subjek dan predikat. Dalam kalimat majemuk campuran, terdapat juga unsur kalimat seperti pelengkap, objek, dan keterangan untuk melengkapi struktur kalimat itu.

71) Karena ingin membebaskan para penumpang, pasukan komando terpaksa menyerbu pesawat dan berakhirlah drama pembajakan yang telah berlangsung selama dua hari itu.

Pada kalimat di atas terdapat tiga konjungsi. Konjungsi karena menghubungkan anak kalimat ingin membebaskan para penumpang dan induk kalimat pasukan komando terpaksa menyerbu pesawat. Konjungsi yang menghubungkan anak kalimat pewatas telah berlangsung selama dua hari itu dengan frasa nomina drama pembajakan. Kesemua unsur itu merupakan subjek dan predikat berakhirlah. Konjungsi dan menghubungkan kalimat yang mendahuluinya dan kalimat yang menyertainya.

(71)

berdasarkan maksud menjadi tiga, yaitu kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat suruh.

2.6 Karangan

Karangan adalah wujud gagasan atau ide seseorang dalam tulisan yang dapat dimengerti oleh pembaca (Gie, 2002 : 3). Maksudnya, karangan merupakan wujud dari gagasan seseorang yang kemudian dituangkan dalam sebuah tulisan untuk dibaca oleh orang lain. Karangan adalah suatu tulisan yang berisi gagasan atau ungkapan perasaan seseorang dalam bentuk tulisan. Salah satu manfaat menulis karangan bagi seorang penulis ialah penulis dapat mengembangkan gagasan dan ide-ide yang ditulis sehingga menjadi lebih menarik untuk dibaca.

Gambar

Tabel 2.1 Jenis-Jenis Keterangan ....................................................
Tabel 2.1 Jenis-Jenis Keterangan
Tabel 3.1 Nama Siswa dan Judul Karangan
tabel untuk dikategorikan berdasarkan jenis kalimat.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Table 3.2 Distribution of Instructor’s Teaching Load

Prediksi kebangkrutan juga untuk memberikan panduan bagi berbagai pihak untuk menilai kinerja keuangan perusahaan.Oleh sebab itu, tujuan Penelitian ini adalah untuk

Pengujian yang dilakukan adalah memastikan bahwa pada saat power PLN di site down sehingga mengakibatkan router wifi yang dimonitor dalam keadaan off, setelah

Butir-butir tentang penampilan kerja tersebut di atas merupakan etika dan norma yang harus dimiliki serta dilakukan oleh seorang staf Perpustakaan, ini khususnya staf yang

PROFIL REPRESENTASI MENTAL SISWA KETIKA MEMBACA GAMBAR REPRESENTASI KONVENSI DAN ISOMORFISME SPASIAL PADA MATERI SISTEM EKSKRESI MANUSIA.. Universitas Pendidikan

Perkembangan game yang selalu cepat, mendorong minat para penggemar game untuk lebih memahami game itu sendiri, baik saat dimainkan ataupun dalam proses pembuatannya. Game ini

Sahabat MQ/ Pengembalian data uji publik pemegang KMS/ dari 45 kelurahan di Yogyakarta/ yang seharusnya selesai hari ini/ ternyata mundur// Hingga saat ini/ baru sekitar 20