• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 BAHAN RESTORASI RESIN KOMPOSIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB 2 BAHAN RESTORASI RESIN KOMPOSIT"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

BAHAN RESTORASI RESIN KOMPOSIT

Istilah bahan komposit mengacu pada kombinasi tiga dimensi dari

sekurang-kurangnya dua bahan kimia yang berbeda dengan satu komponen pemisah yang nyata

diantara keduanya. Bila konstruksi tepat, kombinasi ini akan memberikan kekuatan

yang tidak dapat diperoleh bila hanya digunakan satu komponen saja. Bahan restorasi

resin komposit adalah suatu bahan matriks resin yang di dalamnya ditambahkan pasi

anorganik (quartz, partikel silica koloidal) sedemikian rupa sehingga sifat-sifat

matriksnya ditingkatkan.

Dalam ilmu kedokteran gigi istilah resin komposit secara umum mengacu

pada penambahan polimer yang digunakan untuk memperbaiki enamel dan dentin.

Resin komposit digunakan untuk mengganti struktur gigi dan memodifikasi bentuk

dan warna gigi sehingga akhirnya dapat mengembalikan fungsinya. Resin komposit

dibentuk oleh tiga komponen utama yaitu resin matriks, partikel bahan pengisi, dan

bahan coupling.

4,6

4,5

2.1 Komposisi

Komposisi resin komposit tersusun dari beberapa komponen. Kandungan

utama yaitu matriks resin dan partikel pengisi anorganik. Disamping kedua bahan

tersebut, beberapa komponen lain diperlukan untuk meningkatkan efektivitas dan

(2)

untuk polimerisasi resin. Sejumlah kecil bahan tambahan lain meningkatkan stabilitas

warna (penyerap sinar ultra violet) dan mencegah polimerisasi dini (bahan

penghambat seperti hidroquinon).1 Komponen-komponen tersebut diantaranya:

2.1.1. Resin matriks

Kebanyakan bahan komposit menggunakan monomer yang merupakan

diakrilat aromatik atau alipatik. Bisphenol-A-Glycidyl Methacrylate (Bis- GMA),

Urethane Dimethacrylate (UDMA), dan Trietilen Glikol Dimetakrilat (TEGDMA)

merupakan Dimetakrilat yang umum digunakan dalam resin komposit (Gambar 1).

Monomer dengan berat molekul tinggi, khususnya Bis-GMA amatlah kental pada

temperatur ruang (250C). Monomer yang memiliki berat molekul lebih tinggi dari

pada metilmetakrilat yang membantu mengurangi pengerutan polimerisasi. Nilai

polimerisasi pengerutan untuk resin metil metakrilat adalah 22 % V dimana untuk

resin Bis-GMA 7,5 % V. Ada juga sejumlah komposit yang menggunakan UDMA

(3)

Gambar 1. Resin Bis-GMA, UDMA digunakan sebagai basis resin , sementara TEGDMA digunakan sebagai pengencer. (Powers JM, Sakaguchi RL. CRAIGS’S Restorative Dental Materials. 12th ed. Missouri : Evolve, 2003 : 229)

Bis-GMA dan UDMA merupakan cairan yang memiliki kekentalan tinggi

karena memiliki berat molekul yang tinggi. Penambahan filler dalam jumlah kecil

saja menghasilkan komposit dengan kekakuan yang dapat digunakan secara klinis.

Untuk mengatasi masalah tersebut, monomer yang memiliki kekentalan rendah yang

dikenal sebagai pengontrol kekentalan ditambahkan seperti metil metkrilat (MMA),

etilen glikol dimetakrilat (EDMA), dan trietilen glikol dimetakrilat (TEGDMA)

adalah yang paling sering digunakan.6,7,8

2.1.2. Partikel bahan pengisi

Penambahan partikel bahan pengisi kedalam resin matriks secara signifikan

meningkatkan sifatnya. Seperti berkurangnya pengerutan karena jumlah resin sedikit,

berkurangnya penyerapan air dan ekspansi koefisien panas, dan meningkatkan sifat

(4)

penting lainnya yang menentukan sifat dan aplikasi klinis komposit adalah jumlah

bahan pengisi yang ditambahkan, ukuran partikel dan distribusinya, radiopak, dan

kekerasan. 1,3

2.1.3. Bahan Pengikat

Bahan pengikat berfungsi untuk mengikat partikel bahan pengisi dengan resin

matriks. Adapun kegunaannya yaitu untuk meningkatkan sifat mekanis dan fisik

resin, dan untuk menstabilkan hidrolitik dengan pencegahan air. Ikatan ini akan

berkurang ketika komposit menyerap air dari penetrasi bahan pengisi resin. Bahan

pengikat yang paling sering digunakan adalah organosilanes

(3-metoksi-profil-trimetoksi silane) (Gambar 2). Zirconates dan titanates juga sering digunakan.

O OCH

3,5

║ │

3

CH2=C–C–O–CH2CH2CH2–Si–OCH

│ │

3

CH3 OCH3

Gambar 2. 3-methacryloxypropyltrimethoxysilane. (Powers JM, Sakaguchi RL. CRAIGS’S Restorative Dental Materials. 12th ed. Missouri : Evolve, 2003 : 193)

2.2. Sifat – sifat Resin Komposit

Sama halnya dengan bahan restorasi kedokteran gigi yang lain, resin komposit

juga memiliki sifat. Ada beberapa sifat – sifat yang terdapat pada resin komposit,

(5)

2.2.1. Sifat fisik

Secara fisik resin komposit memiliki nilai estetik yang baik sehingga nyaman

digunakan pada gigi anterior. Selain itu juga kekuatan, waktu pengerasa dan

karakteristik permukaan juga menjadi pertimbangan dalam penggunaan bahan ini7

a. Warna

.

Sifat-sifat fisik tersebut diantaranya:

Resin komposit resisten terhadap perubahan warna yang disebabkan oleh

oksidasi tetapi sensitive pada penodaan. Stabilitas warna resin komposit dipengaruhi

oleh pencelupan berbagai noda seperti kopi, teh, jus anggur, arak dan minyak wijen.

Perubahan warna bisa juga terjadi dengan oksidasi dan akibat dari penggantian air

dalam polimer matriks. Untuk mencocokan dengan warna gigi, komposit kedokteran

gigi harus memiliki warna visual (shading) dan translusensi yang dapat menyerupai

struktur gigi. Translusensi atau opasitas dibuat untuk menyesuaikan dengan warna

email dan dentin. 1,5

b. Strength

Tensile dan compressive strength resin komposit ini lebih rendah dari amalgam, hal ini memungkinkan bahan ini digunakan untuk pembuatan restorasi

pada pembuatan insisal. Nilai kekuatan dari masing-masing jenis bahan resin

komposit berbeda.

c. Setting

1,6

Dari aspek klinis setting komposit ini terjadi selama 20-60 detik sedikitnya

waktu yang diperlukan setelah penyinaran. Pencampuran dan setting bahan dengan

(6)

diaktifkan secara kimia memerlukan setting time 30 detik selama pengadukan. Apabila resin komposit telah mengeras tidak dapat dicarving dengan instrument yang

tajam tetapi dengan menggunakan abrasive rotary.3,4

2.2.2. Sifat mekanis

Sifat mekanis pada bahan restorasi resin komposit merupakan faktor yang

penting terhadap kemampuan bahan ini bertahan pada kavitas. Sifat ini juga harus

menjamin bahan tambalan berfungsi secara efektif, aman dan tahan untuk jangka

waktu tertentu.1

a. Adhesi

Sifat-sifat yang mendukung bahan resin komposit diantaranya yaitu :

Adhesi terjadi apabila dua subtansi yang berbeda melekat sewaktu berkontak

disebabkan adanya gaya tarik – menarik yang timbul antara kedua benda tersebut.

Resin komposit tidak berikatan secara kimia dengan email. Adhesi diperoleh dengan

dua cara. Pertama dengan menciptakan ikatan fisik antara resin dengan jaringan gigi

melalui etsa. Pengetsaan pada email menyebabkan terbentuknya porositas tersebut

sehingga tercipta retensi mekanis yang cukup baik. Kedua dengan penggunaan

lapisan yang diaplikasikan antara dentin dan resin komposit dengan maksud

menciptakan ikatan antara dentin dengan resin komposit tersebut (dentin bonding agent).

b. Kekuatan dan keausan

1,3,5

Kekuatan kompresif dan kekuatan tensil resin komposit lebih unggul

dibandingkan resin akrilik. Kekuatan tensil komposit dan daya tahan terhadap fraktur

(7)

Akan tetapi memiliki derajat keausan yang sangat tinggi, karena resin matriks yang

lunak lebih cepat hilang sehingga akhirnya filler lepas.1

2.2.3. Sifat khemis

Resin gigi menjadi padat bila berpolimerisasi. Polimerisasi adalah

serangkaian reaksi kimia dimana molekul makro, atau polimer dibentuk dari sejumlah

molekul – molekul yang disebut monomer. Inti molekul yang terbentuk dalam sistem

ini dapat berbentuk apapun, tetapi gugus metrakilat ditemukan pada ujung – ujung

rantai atau pada ujung – ujung rantai percabangan. Salah satu metakrilat

multifungsional yang pertama kali digunakan dalam kedokteran gigi adalah resin

Bowen (Bis-GMA) . 1

Resin ini dapat digambarkan sebagai suatu ester aromatik dari metakrilat,

yang tersintesa dari resin epoksi (etilen glikol dari Bis-fenol A) dan metal metakrilat.

Karena Bis-GMA mempunyai struktur sentral yang kaku (2 cincin) dan dua gugus

OH, Bis-GMA murni menjadi amat kental. Untuk mengurangi kekentalannya, suatu

dimetakrilat berviskositas rendah seperti trietilen glikol dimetakrilat (TEDGMA)

ditambahkan.

1

2.3. Klasifikasi Resin Komposit

Sejumlah sistem klasisifikasi telah digunakan untuk komposit berbasis resin.

Klasifikasi didasarkan pada rata-rata partikel bahan pengisi utama. Resin komposit

(8)

2.3.1 Komposit tradisional.

Komposit tradisional adalah komposit yang di kembangkan selama tahun

1970-an dan sudah mengalami sedikit modifikasi. Komposit ini disebut juga

komposit kovensional atau komposit berbahan pengisi makro, disebut demikian

karena ukuran partikel pengisi relatif besar. Bahan pengisi yang sering digunakan

untuk bahan komposit ini adalah quartz giling. Dilihat dari foto micrograph bahan pengisi quartz giling mengalami penyebaran yang luas dari ukuran partikel. Ukuran rata-rata komposit tradisional adalah 8-12 µ m, partikel sebesar 50µ m mungkin ada1

Komposit ini lebih tahan terhadap abrasi dibandingkan akrilik tanpa bahan

pengisi. Namun, bahan ini memiliki permukaan yang kasar sebagai akibat dari abrasi

selektif pada matrik resin yang lebih lunak, yang mengelilingi partikel pengisi yang

lebih keras. Komposit yang menggunakan quartz sebagai bahan pengisi umumnya bersifat radioulusen.

.

1,2

2.3.2. Komposit berbahan pengisi mikro

Dalam mengatasi masalah kasarnya permukaan pada komposit tradisional,

dikembangkan suatu bahan yang menggunkan partikel silika koloidal sebagai bahan

pengisi anorganik. Partikelnya berukuran 0,04 µm; jadi partikel tersebut lebih kecil

200-300 kali di bandingkan rata-rata partikel quartz pada komposit tradisional. Komposit ini memiliki permukaan yang halus serupa dengan tambalan resin akrilik

tanpa bahan pengisi.

Dari segi estetis resin komposit mikro filler lebih unggul, tetapi sangat mudah

aus karena partikel silika koloidal cenderung menggumpal dengan ukuran 0,04

(9)

sampai 0,4 µ m. Selama pengadukan sebagian gumpalan pecah, manyebabkan bahan

pengisi terdorong. Menunjukan buruknya ikatan antara partikel pengisi dengan

matriks sekitarnya. Kekuatan konfresif dan kekuatan tensil menunjukkan nilai sedikit

lebih tinggi dibandingkan dengan resin komposit konvensionl. Kelemahan dari bahan

ini adalah ikatan antara partikel komposit dan matriks yang dapat mengeras adalah

lemah mempermudah pecahnya suatu restorasi.1

2.3.3. Resin komposit berbahan pengisi partikel kecil

Komposit ini dikembangkan dalam usaha memperoleh kehalusan dari

permukaan komposit berbahan pengisi mikro dengan tetap mempertahankan atau

bahkan meningkatkan sifat mekanis dan fisik komposit tradisional. Untuk mencapai

tujuan ini, bahan pengisi anorganik ditumbuk menjadi ukuran lebih kecil

dibandingkan dengan yang biasa digunakan dalam komposit tradisional.

Rata-rata ukuran bahan pengisi untuk komposit berkisar 1-5 µ m tetapi

penyebaran ukuran amat besar. Distribusi ukuran partikel yang luas ini

memungkinkan tingginya muatan bahan pengisi, dan komposit berbahan pengisi

partikel kecil umumnya mengandung bahan pengisi anorganik yang lebih banyak (80

% berat dan 60-65 % volume). Beberapa bahan pengisi partikel kecil menggunakan

quartz sebagai bahan pengisi, tetapi kebanyakan memakai kaca yang mengandung logam berat.

1

1,6

(10)

2.3.4. Komposit hibrit

Kategori bahan komposit ini dikembangkan dalam rangka memperoleh

kehalusan permukaan yang lebih baik dari pada partikel yang lebih kecil, sementara

mempertahankan sifat partikel kecil tersebut. Ukuran partikel kacanya kira-kira

0,6-1,0 mm, berat bahan pengisi antara 75-80% berat. Sesuai namanya ada 2 macam

partikel bahan pengisi pada komposit hybrid. Sebagian besar hibrid yang paling baru

pasinya mengandung silica koloidal dan partikel kaca yang mengandung logam berat.

Silica koloidal jumlahnya 10-20% dari seluruh kandungan pasinya.

Sifat fisik dan mekanis dari sitem ini terletak diantara komposit konvensional

dan komposit partikel kecil, bahan ini lebih baik dibandingkan bahan pengisi

pasi-mikro. Karena permukaannya halus dan kekuatannya baik, komposit ini banyak

digunakan untuk tambalan gigi depan, termasuk kelas IV. Walaupun sifat mekanis

umumnya lebih rendah dari komposit partikel kecil, komposit hibrid ini juga sering

digunakan untuk tambalan gigi belakang.

1,2

9,10,11

2.4. Mekanisme Perlekatan Resin Komposit pada Struktur Gigi

Jika sebuah molekul berpisah setelah penyerapan kedalam permukaan dan

komponen-komponen konstituen mengikat dengan ikatan ion atau kovalen. Ikatan

adhesive yang kuat sebagai hasilnya. Bentuk adhesive ini disebut penyerapan kimia,

dan dapat merupakan ikatan kovalen atau ion.

Selain secara kimia perlekatan pada resin komposit juga terjadi secara

mekanis atau retensi, perlekatan yang kuat antara satu zat dengan zat lainnya bukan

gaya tarik menarik oleh molekul. Contoh ikatan semacam ini seperti penerapan yang

(11)

melibatkan penggunaan skrup, baut atau undercut. Mekanisme perlekatan antara resin komposit dengan permukaan gigi melalui dua teknik yaitu pengetsaan asam dan

pemberian bonding.1,3,4

2.4.1. Teknik etsa asam

Sebelum memasukan resin, email pada permukaan struktur gigi yang akan

ditambal diolesi etsa asam. Asam tersebut akan menyebabkan hydroxiapatit larut dan

hal tersebut berpengaruh terhadap hilangnya prisma email dibagian tepi, inti prisma

dan menghasilkan bentuk yang tidak spesifik dari struktur prisma. Kondisi tersebut

menghasilkan pori-pori kecil pada permukaan email, tempat kemana resin akan

mengalir bila ditempatkan kedalam kavitas.

Bahan etsa yang diaplikasikan pada email menghasilkan perbaikan ikatan

antara permukaan email-resin dengan meningkatkan energi permukaan email.

Kekuatan ikatan terhadap email teretsa sebesar 15-25 MPa. Salah satu alasannya

adalah bahwa asam meninggalkan permukaan email yang bersih, yang

memungkinkan resin membasahi permukaan dengan lebih baik. Proses pengasaman

pada permukaan email akan meninggalkan permukaan yang secara mikroskopis tidak

teratur atau kasar. Jadi bahan etsa membentuk lembah dan puncak pada email, yang

memungkinkan resin terkunci secara mekanis pada permukaan yang tidak teratur

tersebut. Resin “tag” kemudian menghasilkan suatu perbaikan ikatan resin pada gigi. Panjang tag yang efektif sebagai suatu hasil etsa pada gigi anterior adalah 7-25 µm.

1,3

1,3

Asam fosfor adalah bahan etsa yang digunakan. Konsentrasi 35 %-50 %

(12)

fosfat monohidrat pada permukaan teretsa yang menghambat kelarutan lebih lanjut.

Asam ini dipasok dalam bentuk cair dan gel dan umumnya dalam bentuk gel agar

lebih mudah dikendalikan. Asam diaplikasikan dan dibiarkan tanpa diganggu

kontaknya dengan email minimal selama 15-20 detik.

Begitu dietsa, asam harus dibilas dengan air selama 20 detik dan dikeringkan

dengan baik. Bila email sudah kering, harus terlihat permukaan berwarna putih

seperti bersalju menunjukan bahwa etsa berhasil. Permukaan ini harus terjaga tetap

bersih dan kering sampai resin diletakan untuk membuat ikatan yang baik. Karena

email yang dietsa meningkatkan energi permukaan email. Teknik etsa asam

menghasilkan penggunaan resin yang sederhana.

1

6

2.4.2. Bahan bonding

Adhesive dentin harus bersifat hidrofilik untuk menggeser cairan dentin dan

juga membasahi permukaan, memungkinkan berpenetrasinya menembus pori di

dalam dentin dan akhirnya bereaksi dengan komponen organik atau anorganik.

Karena matriks resin bersifat hidrofobik, bahan bonding harus mengandung hidrofilik

maupun hidrofobik. Bagian hidrofilik harus bersifat dapat berinteraksi pada

permukaan yang lembab, sedangkan bagian hidrofobik harus berikatan dengan

restorasi resin.

A. Bahan bonding email

1,3,5

Email merupakan jaringan yang paling padat dan keras pada tubuh manusia.

Email terdiri atas 96 % mineral, 1 % organik material, dan 3 % air. Mineral tersusun

(13)

tersusun secara rapat sehingga membentuk perisma email secara bersamaan berikatan

dengan matriks organik. Pada perisma yang panjang bentuknya seperti batang

dengan diameter sekitar 5 µ m. Krital hidroksiapatit bentuknya heksagonal yang tipis,

karena strukrur seperti itu tidak memungkinkan mendapatkan susunan yang

sempurna. Celah diantara kristal dapat terisi air dan material organik.

Bahan bonding biasanya terdiri atas bahan matriks resin BIS-GMA yang

encer tanpa pasi atau hanya dengan sedikit bahan pengisi (pasi). Bahan bonding email

dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan membasahi email yang teretsa.

Umumnya, kekentalan bahan ini berasal dari matriks resin yang dilarutkan dengan

monomer lain untuk menurunkan kekentalan dan meningkatkan kemungkinan

membasahi. Bahan ini tidak mempunyai potensi perlekatan tetapi cendrung

meningkatkan ikatan mekanis dengan membentuk resin tag yang optimum pada email. Beberapa tahun terakhir bahan bonding tersebut telah digantikan dengan

sistem yang sama seperti yang digunakan pada dentin. Peralihan ini terjadi karena

manfaat dari bonding simultan pada enamel dan dentin dibandingkan karena kekuatan

bonding.

3,10,12

B. Bahan bonding dentin

1

Dentin adalah bagian terbesar dari struktur gigi yang terdapat hampir

diseluruh panjang gigi dan merupakan jaringan hidup yang terdiri dari odontoblas dan

matriks dentin. Tersusun dari 75 % materi inorganik, 20 % materi organik dan 5 %

materi air. Didalam matriks dentin terdapat tubuli berdiameter 0,5-0,9 mm dibagian

(14)

Jumlah tubuli dentin sekitar 15-20 ribu /mm2 didekat dentino enamel jungtion dan

sekitar 45-65 ribu dekat permukaan pulpa.3,12

Penggunaan asam pada etsa untuk mengurangi terbentuknya microleakage

atau kehilangan tahanan tidak lagi menjadi resiko pada resin dipermukaan enamel.

Permasalahan timbul pada resin dipermukaan dentin atau sementum. Pengetsaan

asam pada dentin yang tidak sempurna dapat melukai pulpa. Dentin bonding terdiri

dari :

• Dentin Conditioner

Fungsi dari dentin conditioner adalah untuk memodifikasi smear layer yang terbentuk pada dentin selama proses preparasi kavitas. Yang termasuk dentin

conditioer antara lain asam maleic, EDTA, asam oxalic, asam phosric dan asam nitric. Pengaplikasian bahan asam kepermukaan dentin akan menghasilkan reaksi

asam basah dengan hidroksiapatit, hal ini akan mengkibatkan larutnya hidroksiapatit

yang menyebabkan terbukanya tubulus dentin serta terbentuknya permukaan

demineralisasi dan biasanya memiliki kedalaman 4 mm. Semakin kuat asam yang

digunakan semakin kuat pula reaksi yang ditimbulkan. Beberapa dari dentin

conditioner mengandung glutaralhyde. Glutaralhyde dikenal sebagai bahan untuk penyambung kolagen. Proses penyambungan ini untuk menghasilkan substrat dentin

yang lebih kuat dengan meningkatkan kekuatan dan stabilitas dari struktur kolagen.

• Primer

3

Primer bekerja sebagai bahan adhesive pada dentin bonding agen yaitu

(15)

yang bersifat hidrofilik. Oleh karena itu primer berfungsi sebagai prantara, dan terdiri

dari monomer bifungsional yang dilarutkan dalam larutan yang sesuai. Monomer

bifungsional adalah bahan pengikat yang memungkinkan penggabungan antara dua

material yang berbeda. Secara umum bahan pengikat pada dentin primer dapat

diformulakan sebaagai berikut (Gambar 3).

Methacrylategroup-Spacer group-Reaktive group

3

M-S-R

Gambar 3: Methacrylategroup-Spacer group-Reaktive group. (Cabe FJ, Walls AWG. Applied Dental Materials. 9th ed. USA : Blackwell Scientific Publications, 1984 : 231)

M adalah gugus metakrilat yang memiliki kemampuan untuk berikatan

dengan komposit resin dan meningkatkan kekuatan kovalen, S adalah pembuat celah

yang biasanya meningkatkan fleksibilitas bahan pengikat. Dan R adalah reactive group yang merupakan gugus polar atau gugus terakhir (membentuk perlekatan dengan jaringan gigi). Ikatan polar ini terbentuk akibat distribusi elektron yang

(16)

amino dalam kolagen. Ikatan yang terjadi banyak berupa ikatan fisik tetapi bisa juga

dalam beberapa kasus terjadi ikatan kimiawi.

Hidroksi ethyl metacrylate (HEMA) adalah bahan pengikat yang paling

banyak digunakan. HEMA memiliki kemampuan untuk berpenetrasi kedalam

permukaan dentin yang mengalami demineralisasi dan kemudian berikatan dengan

kolagen melalui gugus hidroksil dan amino yang terdapat pada kolagen. Aksi dari

bahan pengikat dari larutan primer adalah untuk membuat hubungan ataupun ikatan

molekular antara poli (HEMA) dan kolagen.

1,3

• Sealer (Bahan pengisi)

1,3,6

Kebanyakan sealer dentin yang digunakan adalah gabungan dari Bis-GMA

dan HEMA. Bahan ini meningkatkan adaptasi bonding terhadap permukaan dentin.3

2.5. Mekanisme Pengerasan pada Resin Komposit

Kepadatan yang terbentuk pada resin komposit melalui mekanisme

polimerisesi. Monomer metil metakrilat dan dimetil metakrilat berpolimerisasi

dengan mekanisme pilomerisai tambahan yang diawali oleh radikal bebas. Radikal

bebas dapat berasal dari aktivitas kimia atau pengaktifan energi eksternal (panas atau

sinar) karena komposit gigi penggunaan langsung biasanya menggunakan aktivasi

sinar atau kimia kedua sistem ini akan dibahas.1,3

2.5.1. Resin komposit yang diaktifkan secara kimia

Bahan yang diaktifkan secara kimia dipasok dalam dua pasta, satu

(17)

(N,N-dimetil-p-toluidin). Bila kedua pasta diaduk, amin beraksi dengan benzoil peroksida untuk membentuk radikal bebas dan polimerisasi tambahan dimulai (Gambar 4).

Bahan-bahan ini digunakan unntuk restorasi dan pembuatan inti yang pengerasannya

tidak dengan sumber sinar.1,3,6

Gambar 4: Resin komposit yang diaktifkan secara kimia. (Noort R.

Introduction to Dental Materials 3rd ed. London : Mosby Elsevier, 2007 : 105)

2.5.2. Resin komposit yang diaktifkan dengan sinar

Sistem yang pertama diaktifkan dengan sinar menggunakan sinar ultra violet

untuk merangsang radikal bebas. Dewasa ini, komposit yang diaktifkan dengan sinar

ultra violet telah diganti karna efek cahayanya dapat mengiritasi retina. Sehingga

diganti dengan sinar yang dapat dilihat dengan mata (sinar biru). Yang secara nyata

meningkatkan kemampuan berpolimerisasi lebih tebal sampai 2 mm.

Resin komposit yang mengeras dengan sinar dipasok sebagai pasta tunggal

dalam satu semprit. Radikal bebas pemulai reaksi, terdiri atas molekul foto-inisiator

dan aktivator amin, yang terdapat dalam pasta ini. Bila kedua komponen tidak

terpapar oleh sinar, komponen tersebut tidak bereaksi. Namun, pemamparan terhadap

(18)

sinar dengan panjang gelombang yang tepat yaitu 468 nm. Dapat merangsang

foto-inisiator dan interaksi dengan amin untuk membentuk radikal bebas yang mengawali

polimerisasi tambahan (Gambar 5).

Foto-inisiator yang umum digunakan adalah camphoroquinone, yang

memiliki penyerapan berkisar 400 dan 500 nm yang berada pada region biru dari

spektrum sinar tampak. Inisiator ini ada dalam pasta sebesar 0,2 % berat atau kurang.

Juga ada sejumlah aselelator amin yang cocok untuk berinteraksi dengan

camphoroqunone seperti dimetilaminoetil metakrilat 0,15 % berat, yang ada dalam

pasta.

3,13

5,14

Gambar 5: Resin komposit yang diaktifkan dengan penyinaran. (Noort R.

Gambar

Gambar 1. Resin Bis-GMA, UDMA digunakan sebagai basis resin ,        sementara TEGDMA digunakan sebagai pengencer
Gambar 3: Methacrylategroup-Spacer group-Reaktive group. (Cabe FJ, Walls
Gambar 4: Resin komposit yang diaktifkan secara kimia. (Noort R. Introduction to Dental Materials 3rd ed
Gambar 5: Resin komposit yang diaktifkan dengan penyinaran. (Noort R. Introduction to Dental Materials 3rd ed

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 6: Microleakage pada restorasi Resin Komposit yang terlihat secara klinis. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Philadelphia: Saunders Company, 2004 : 251).

Sejak awal tahun 1970, resin-based composite dan resin dimethacrylate dipilih sebagai bahan restorasi direk bagi gigi anterior disebabkan estetiknya yang bagus. Bahan resin

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat ada atau tidaknya perubahan kekasaran permukaan bahan restorasi resin komposit sesudah direndam dalam minuman

Hikmah Nurmasitah : Sistem Adhesif All-In-One Pada Restorasi Resin Komposit, 2004... Hikmah Nurmasitah : Sistem Adhesif All-In-One Pada Restorasi Resin

Pemilihan resin komposit berdasarkan daripada besarnya ukuran partikel bahan pengisi (filler) dan komposisi bahan pengisi yang mempunyai sifat-sifat fisik dan mekanik yang berbeda.

7 Tujuan penulisan dari kasus ini adalah untuk melaporkan kasus perawatan saluran akar dengan restorasi resin komposit kavitas kelas IV dengan pasak fabricated FRC pada

Tujuan laporan kasus ini untuk melaporkan perawatan saluran akar pada molar satu kanan mandibula nekrosis pulpa disertai parulis dengan restorasi resin komposit kavitas kelas

Hal lain yang berhubungan dengan keamanan bahan resin komposit dilaporkan pada pertengahan tahun 1990-an, dimana beberapa peneliti mendeteksi adanya bisphenol A pada saliva