• Tidak ada hasil yang ditemukan

Microleakage Pada Restorasi Resin Komposit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Microleakage Pada Restorasi Resin Komposit"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

MICROLEAKAGE PADA RESTORASI RESIN KOMPOSIT

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

ANDRI SINULINGGA

NIM: 040600046

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

(A) Fakultas Kedokteran Gigi

(B) Bagian Ilmu Material dan

Teknologi Kedokteran Gigi

(C) 2009

(D) Andri Sinulingga

(E) MICROLEAKAGE PADA RESTORASI RESIN KOMPOSIT

(F) vi + 32 halaman

(G) Bisfenol A-glisidil metakrilat (bis-GMA) merupakan resin dimetakrilat dan

penggunaan silane yang dapat berikatan kimia dengan resin untuk melapisi bahan

pengisi. Penggunaan demetakrilat juga menyebabkan bertambahnya ikatan silang dan

perbaikan sifat polimer. Polimerisasi pada resin komposit diawali dengan

pembentukan radikal bebas sebagai awal proses aktivasinya. Resin komposit

diaktivasi secara kimia dan sinar tampak. Sistem adhesive diperoleh melalui

mekanisme mekanis dinamakan teknik etching-bonding. Pengerutan sewaktu

polimerisasi dan sistem adhesive yang tidak sempurna merupakan penyebab

terjadinya microleakage setelah restorasi mengeras.

Resin komposit adalah bahan matriks resin yang di dalamnya ditambahkan pasi

anorganik (quartz, partikel silica koloidal) sedemikian rupa sehingga sifat-sifat

matriksnya ditingkatkan. Resin komposit dibedakan berdasarkan partikel bahan

pengisinya. Diantaranya resin komposit tradisional, resin komposit berbahan pengisi

(4)

Mekanisme perlekatan resin komposit dengan permukaan gigi melalui dua teknik

yaitu pengetsaan asam dan pemberian bonding. Pengetsaan asam diaplikasikan pada

permukaan email dan bonding pada dentin. Resin komposit diaktivasi secara kimia

dipasok dalam dua pasta satu mengandung inisiator benzoil peroksida dan lainnya

mengandung amine tersier yang akan membentuk radikal bebas apabila bercampur.

Resin komposit diaktivasi dengan sinar dipasok dalam satu pasta tunggal

mengandung foto-inisiator (camphoroquinone), yang akan membentuk radikal bebas

bila terpapar oleh sinar. Microleakage adalah celah mikro diantara permukaan bahan

restorative dan dinding kavitas (email atau dentin). Penyebab terjadinya microleakage

yaitu perbedaan struktur enamel dan dentin, perbedaan tipe resin komposit, bonding

yang inadekuat, dan pengaruh penyinaran. Microleakage dapat menyebabkan

munculnya karies skunder, iritasi pulpa dan lepasnya bahan tambalan.

Pengaplikasian bahan adhesive yang sempurna, intesitas cahaya yang soft start

sewaktu penyinaran, dan penambalan dengan menggunakan teknik incremental dapat

mencegah terbentuknya microleakage pada restorasi resin komposit. Lamanya waktu

penyinaran tidak berpengaruh terhadap pencegahan terbentuknya microleakage.

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 18 juli 2009

Pembimbing Tanda tangan

Rusfian, drg., M.Kes

(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 7 Agustus 2009

TIM PENGUJI

KETUA : Lasminda Syafiar, drg., M.Kes

ANGGOTA :1. Sitti Chadidjah AZ, drg

2. Rusfian, drg., M.Kes

(7)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, karena atas berkat

rahmat dan karunia-Nya, skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat

untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan dan

pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak sehingga sekripsi ini dapat diselesaikan

. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis

menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Rusfian, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktu dan memberikan bimbingan, petunjuk dan pengarahan serta saran

dalam penulisan sekripsi ini.

2. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes selaku Ketua Departemen IMTKG FKG

Universitas Sumatera Utara beserta seluruh staf pengajar (Sitti Chadidjah

AZ, drg, Sumadhi, drg., PhD, Kholidina Imanda Harahap, drg.) yang telah

memberi bantuan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

dan membekali penulis dengan ilmu pengetahuan IMTKG di Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Sp. Pros(K)., Ph.D ; selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang talah

memberika bimbingan maupun nasehat yang berharga kepada penulis

selama penulis menempuh pendidikan perkuliahan di Fakultas Kedokteran

(8)

4. Cek Dara manja, drg selaku dosen pembimbing akademis penulis yang

telah begitu banyak membantu, membimbing, dan memberikan nasehat

yang berharga selama menjalani masa studi di perkuliahan.

5. Hormat dan terimakasih yang tidak terhingga kepada Ayahanda Pirman

Sinulingga dan Ibunda tercinta Indrawati Br. Siregar atas kasih sayang,

kepercayaan dan dukungan moral maupun materil kepada penulis serta

do’a restu yang sangat bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan

pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

6. Ari Sinulingga, Alfri Sinulingga dan Firna Br. Sinulingga, adik-adik

tersayang yang telah memberikan semangat dan do’a nya yang diberikan

kepada penulis.

7. Nini Percis br Tarigan, Nenek Hj. Hasnah br Nst. (Alm), Kila Johan

Ginting, Bibi Entaria br Sinulingga, Kak Eva, Winar dan Yanti yang telah

memberikan semangat dan do’a nya kepada penulis.

8. Nuria Fazrina tercinta terimakasih atas dukungan, semangat, do’a dan

perhatiannya yang diberikan kepada penulis.

9. Sahabat-sahabat penulis : Bang Widi, Bang Husni, Bang Efril, Bang

Denis, Bang Daus, Bang Ranu, Bang Tito, Bang Candra, Bang Akbar,

Bang Irvan, Kak Diana, Kak Nita, Kak Irni, Ade, Dimas, Mitra, Reza,

Tassa, Nanda, Nia, Ayaq, Fany, Agung, Dian, Indira, Aniq, Chitra, Coni,

Tika, Uta, Habib, Putra dan seluruh keluarga besar HMI Komisariat FKG

USU, serta teman-teman angkatan 2004 yang telah banyak membantu

(9)

10.Drg Tengku Lusy Lailani, yang telah memberikan waktunya untuk

berdiskusi pada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, penulis menyadari keterbatasan

pengetahuan dalam penulisan skripsi ini, karena itu penulis mengharapkan saran dan

kritik yang membangun untuk menghasilkan tulisan ilmiah yang lebih baik lagi.

Penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih pemikiran

yang bermanfaat bagi kita, fakultas dan dunia kedokteran gigi khususnya, akhir kata

penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 8 Agustus 2009

Penulis,

(10)

DAFTAR ISI BAB 2 BAHAN RESTORASI RESIN KOMPOSIT 2.1 Komposisi... 3

2.1.1 Resin matriks... 4

2.1.2 Partikel bahan pengisi... 5

2.1.3 Bahan pengikat... 6

2.2. Sifat-sifat Resin Komposit... 6

2.2.1 Sifat fisik... 7

2.2.2 Sifat mekanis... 8

2.2.3 Sifat khemis... 9

2.3. Klasifikasi Resin Komposit... 9

2.3.1 Komposit tradisional... 10

2.3.2 Komposit berbahan pengisi mikro... 10

2.3.3 Komposit berbahan pengisi partikel kecil... 11

(11)

2.4. Mekanisme Perlekatan Resin Komposit pada struktur Gigi... 12

2.4.1 Teknik Etsa Asam... 13

2.4.2 Bahan Bonding... 14

2.5. Mekanisme Pengerasan pada Resin Komposit... 18

2.5.1 Resin Komposit yang diaktifkan secara Kimia... 18

2.5.2 Resin komposit yang diaktifkan dengan Sinar... 19

BAB 3 MICROLEAKAGE PADA RESIN KOMPOSIT 3.1 Pengertian Microleakage... 21

3.2 Etiologi Microleakage pada Resin Komposit... 22

3.3 Pengaruh Microleakage pada Resin Komposit... 26

3.4 Penanggulangan Microleakage pada Resin Komposit... 27

BAB 4 KESIMPULAN... 29

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 : Resin Bis-GMA, UDMA digunakan sebagai basis resin ,

sementara TEGDMA digunakan sebagai pengencer... 5

Gambar 2 : 3-methacryloxypropyltrimethoxysilane... 6

Gambar 3 : Methacrylategroup-Spacer group-Reaktive group... 17

Gambar 4 : Resin komposit yang diaktifkan secara kimia... 19

Gambar 5 : Resin komposit yang diaktifkan dengan penyinaran... 20

Gambar 6 : Microleakage pada restorasi Resin Komposit yang terlihat Secara Klinis... 22

Gambar 7 : Celah yang terjadi pada aplikasi bonding yang inadekuat.... 24

Gambar 8 : Penyinaran yang kurang meluas pada permukaan restorasi sehingga terbentuknya celah... 25

(13)

(A) Fakultas Kedokteran Gigi

(B) Bagian Ilmu Material dan

Teknologi Kedokteran Gigi

(C) 2009

(D) Andri Sinulingga

(E) MICROLEAKAGE PADA RESTORASI RESIN KOMPOSIT

(F) vi + 32 halaman

(G) Bisfenol A-glisidil metakrilat (bis-GMA) merupakan resin dimetakrilat dan

penggunaan silane yang dapat berikatan kimia dengan resin untuk melapisi bahan

pengisi. Penggunaan demetakrilat juga menyebabkan bertambahnya ikatan silang dan

perbaikan sifat polimer. Polimerisasi pada resin komposit diawali dengan

pembentukan radikal bebas sebagai awal proses aktivasinya. Resin komposit

diaktivasi secara kimia dan sinar tampak. Sistem adhesive diperoleh melalui

mekanisme mekanis dinamakan teknik etching-bonding. Pengerutan sewaktu

polimerisasi dan sistem adhesive yang tidak sempurna merupakan penyebab

terjadinya microleakage setelah restorasi mengeras.

Resin komposit adalah bahan matriks resin yang di dalamnya ditambahkan pasi

anorganik (quartz, partikel silica koloidal) sedemikian rupa sehingga sifat-sifat

matriksnya ditingkatkan. Resin komposit dibedakan berdasarkan partikel bahan

pengisinya. Diantaranya resin komposit tradisional, resin komposit berbahan pengisi

(14)

Mekanisme perlekatan resin komposit dengan permukaan gigi melalui dua teknik

yaitu pengetsaan asam dan pemberian bonding. Pengetsaan asam diaplikasikan pada

permukaan email dan bonding pada dentin. Resin komposit diaktivasi secara kimia

dipasok dalam dua pasta satu mengandung inisiator benzoil peroksida dan lainnya

mengandung amine tersier yang akan membentuk radikal bebas apabila bercampur.

Resin komposit diaktivasi dengan sinar dipasok dalam satu pasta tunggal

mengandung foto-inisiator (camphoroquinone), yang akan membentuk radikal bebas

bila terpapar oleh sinar. Microleakage adalah celah mikro diantara permukaan bahan

restorative dan dinding kavitas (email atau dentin). Penyebab terjadinya microleakage

yaitu perbedaan struktur enamel dan dentin, perbedaan tipe resin komposit, bonding

yang inadekuat, dan pengaruh penyinaran. Microleakage dapat menyebabkan

munculnya karies skunder, iritasi pulpa dan lepasnya bahan tambalan.

Pengaplikasian bahan adhesive yang sempurna, intesitas cahaya yang soft start

sewaktu penyinaran, dan penambalan dengan menggunakan teknik incremental dapat

mencegah terbentuknya microleakage pada restorasi resin komposit. Lamanya waktu

penyinaran tidak berpengaruh terhadap pencegahan terbentuknya microleakage.

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

Perkembangan bahan restorasi kedokteran gigi (resin komposit) dimulai dari

akhir 1950 dan awal 1960, ketika Bowen memulai percobaan untuk memperkuat

resin efoksi dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan sistem resin efoksi yakni

lamanya pengerasan, tingginya pengerutan dan kecenderungan berubah warna

sehingga mendorong Bowen mengkombinasikan keunggulan efoksi dan akrilat.

Percobaan ini menghasilkan pengembangan molekul bisfenol A-glisidil metakrilat

(bis-GMA). Dengan penemuan ini, bahan komposit menjadi pengganti semen silikat

dan resin akrilat untuk restorasi estetik gigi anterior.

Bisfenol A-glisidil metakrilat (bis-GMA) merupakan resin dimetakrilat, dan

penggunaan silane yang dapat berikatan kimia dengan resin untuk melapisi bahan

pengisi. Bis-GMA memiliki berat molekul yang lebih tinggi daripada metil

metakrilat, kepadatan gugus metakrilat berikatan ganda adalah lebih rendah dalam

monomer bis-GMA, suatu faktor yang mempengaruhi polimerisasi. Penggunaan

dimetakrilat juga menyebabkan bertambahnya ikatan silang dan perbaikan sifat

polimer.

1,2,3

Polimerisasi merupakan suatu mekanisme pengerasan pada bahan komposit.

Polimerisasi terjadi melalui serangkaian reaksi kimia dimana molekul makro, atau

polimer dibentuk dari sejumlah molekul-molekul yang dikenal sebagai monomer.

Polimerisasi pada bahan tambalan resin komposit disebut juga polimerisasi tambahan,

(16)

karena harus memiliki radikal bebas untuk memulai proses aktivasinya. Berdasarkan

sistem aktivasi, resin komposit diaktivasi secara kimia dan sinar tampak.

Sistem adhesive bahan restorasi resin komposit diperoleh melalui mekanisme

mekanis. Hal tersebut dikarenakan bahan restorasi resin komposit tidak dapat

berikatan secara langsung pada permukaan gigi. Sistem tersebut dinamakan teknik

etching-bonding. Asam yang terdapat pada bahan etching-bonding akan

menghasilkan pori-pori pada permukaan gigi sebagai tempat mengalirnya resin

komposit bila ditempatkan kedalam kavitas. Setelah resin komposit mengeras,

rembesan tersebut memberikan retensi mekanis pada restorasi.

1,2,4

Pengerutan sewaktu proses polimerisasi dan sistem adhesive yang tidak

sempurna menjadi masalah yang sangat berarti, yang dapat menyebabkan terjadinya

microleakage pada restorasi. Penetrasi oleh mikroorganisme melalui microleakage di

sekitar restorasi dan di bawahnya, adalah ancaman yang lebih besar terhadap pulpa

dibandingkan sifat toksik dari bahan restorasi. Selain itu hal tersebut juga dapat

memperparah kondisi jaringan gigi dan bahan tambalan, seperti karies skunder dan

lepasnya bahan tambalan.

1

Pada tulisan ini penulis akan menguraikan mekanisme terdinya microleakage

pada restorasi resin komposit. Etiologi microleakage pada restorasi resin komposit.

Serta pengaruh yang ditumbulkan oleh microleakage tersebut, dan bagaimana

langkah-langkah penanggulangannya.

(17)

BAB 2

BAHAN RESTORASI RESIN KOMPOSIT

Istilah bahan komposit mengacu pada kombinasi tiga dimensi dari

sekurang-kurangnya dua bahan kimia yang berbeda dengan satu komponen pemisah yang nyata

diantara keduanya. Bila konstruksi tepat, kombinasi ini akan memberikan kekuatan

yang tidak dapat diperoleh bila hanya digunakan satu komponen saja. Bahan restorasi

resin komposit adalah suatu bahan matriks resin yang di dalamnya ditambahkan pasi

anorganik (quartz, partikel silica koloidal) sedemikian rupa sehingga sifat-sifat

matriksnya ditingkatkan.

Dalam ilmu kedokteran gigi istilah resin komposit secara umum mengacu

pada penambahan polimer yang digunakan untuk memperbaiki enamel dan dentin.

Resin komposit digunakan untuk mengganti struktur gigi dan memodifikasi bentuk

dan warna gigi sehingga akhirnya dapat mengembalikan fungsinya. Resin komposit

dibentuk oleh tiga komponen utama yaitu resin matriks, partikel bahan pengisi, dan

bahan coupling.

4,6

4,5

2.1 Komposisi

Komposisi resin komposit tersusun dari beberapa komponen. Kandungan

utama yaitu matriks resin dan partikel pengisi anorganik. Disamping kedua bahan

tersebut, beberapa komponen lain diperlukan untuk meningkatkan efektivitas dan

ketahanan bahan. Suatu bahan coupling (silane) diperlukan untuk memberikan ikatan

(18)

untuk polimerisasi resin. Sejumlah kecil bahan tambahan lain meningkatkan stabilitas

warna (penyerap sinar ultra violet) dan mencegah polimerisasi dini (bahan

penghambat seperti hidroquinon).1 Komponen-komponen tersebut diantaranya:

2.1.1. Resin matriks

Kebanyakan bahan komposit menggunakan monomer yang merupakan

diakrilat aromatik atau alipatik. Bisphenol-A-Glycidyl Methacrylate (Bis- GMA),

Urethane Dimethacrylate (UDMA), dan Trietilen Glikol Dimetakrilat (TEGDMA)

merupakan Dimetakrilat yang umum digunakan dalam resin komposit (Gambar 1).

Monomer dengan berat molekul tinggi, khususnya Bis-GMA amatlah kental pada

temperatur ruang (250C). Monomer yang memiliki berat molekul lebih tinggi dari

pada metilmetakrilat yang membantu mengurangi pengerutan polimerisasi. Nilai

polimerisasi pengerutan untuk resin metil metakrilat adalah 22 % V dimana untuk

resin Bis-GMA 7,5 % V. Ada juga sejumlah komposit yang menggunakan UDMA

(19)

Gambar 1. Resin Bis-GMA, UDMA digunakan sebagai basis resin , sementara TEGDMA digunakan sebagai pengencer. (Powers JM, Sakaguchi RL. CRAIGS’S Restorative Dental Materials. 12th ed. Missouri : Evolve, 2003 : 229)

Bis-GMA dan UDMA merupakan cairan yang memiliki kekentalan tinggi

karena memiliki berat molekul yang tinggi. Penambahan filler dalam jumlah kecil

saja menghasilkan komposit dengan kekakuan yang dapat digunakan secara klinis.

Untuk mengatasi masalah tersebut, monomer yang memiliki kekentalan rendah yang

dikenal sebagai pengontrol kekentalan ditambahkan seperti metil metkrilat (MMA),

etilen glikol dimetakrilat (EDMA), dan trietilen glikol dimetakrilat (TEGDMA)

adalah yang paling sering digunakan.6,7,8

2.1.2. Partikel bahan pengisi

Penambahan partikel bahan pengisi kedalam resin matriks secara signifikan

meningkatkan sifatnya. Seperti berkurangnya pengerutan karena jumlah resin sedikit,

berkurangnya penyerapan air dan ekspansi koefisien panas, dan meningkatkan sifat

(20)

penting lainnya yang menentukan sifat dan aplikasi klinis komposit adalah jumlah

bahan pengisi yang ditambahkan, ukuran partikel dan distribusinya, radiopak, dan

kekerasan. 1,3

2.1.3. Bahan Pengikat

Bahan pengikat berfungsi untuk mengikat partikel bahan pengisi dengan resin

matriks. Adapun kegunaannya yaitu untuk meningkatkan sifat mekanis dan fisik

resin, dan untuk menstabilkan hidrolitik dengan pencegahan air. Ikatan ini akan

berkurang ketika komposit menyerap air dari penetrasi bahan pengisi resin. Bahan

pengikat yang paling sering digunakan adalah organosilanes

(3-metoksi-profil-trimetoksi silane) (Gambar 2). Zirconates dan titanates juga sering digunakan.

O OCH

Gambar 2. 3-methacryloxypropyltrimethoxysilane. (Powers JM, Sakaguchi RL. CRAIGS’S Restorative Dental Materials. 12th ed. Missouri : Evolve, 2003 : 193)

2.2. Sifat – sifat Resin Komposit

Sama halnya dengan bahan restorasi kedokteran gigi yang lain, resin komposit

juga memiliki sifat. Ada beberapa sifat – sifat yang terdapat pada resin komposit,

(21)

2.2.1. Sifat fisik

Secara fisik resin komposit memiliki nilai estetik yang baik sehingga nyaman

digunakan pada gigi anterior. Selain itu juga kekuatan, waktu pengerasa dan

karakteristik permukaan juga menjadi pertimbangan dalam penggunaan bahan ini7

a. Warna

.

Sifat-sifat fisik tersebut diantaranya:

Resin komposit resisten terhadap perubahan warna yang disebabkan oleh

oksidasi tetapi sensitive pada penodaan. Stabilitas warna resin komposit dipengaruhi

oleh pencelupan berbagai noda seperti kopi, teh, jus anggur, arak dan minyak wijen.

Perubahan warna bisa juga terjadi dengan oksidasi dan akibat dari penggantian air

dalam polimer matriks. Untuk mencocokan dengan warna gigi, komposit kedokteran

gigi harus memiliki warna visual (shading) dan translusensi yang dapat menyerupai

struktur gigi. Translusensi atau opasitas dibuat untuk menyesuaikan dengan warna

email dan dentin. 1,5

b. Strength

Tensile dan compressive strength resin komposit ini lebih rendah dari

amalgam, hal ini memungkinkan bahan ini digunakan untuk pembuatan restorasi

pada pembuatan insisal. Nilai kekuatan dari masing-masing jenis bahan resin

komposit berbeda.

c. Setting

1,6

Dari aspek klinis setting komposit ini terjadi selama 20-60 detik sedikitnya

waktu yang diperlukan setelah penyinaran. Pencampuran dan setting bahan dengan

(22)

diaktifkan secara kimia memerlukan setting time 30 detik selama pengadukan.

Apabila resin komposit telah mengeras tidak dapat dicarving dengan instrument yang

tajam tetapi dengan menggunakan abrasive rotary.3,4

2.2.2. Sifat mekanis

Sifat mekanis pada bahan restorasi resin komposit merupakan faktor yang

penting terhadap kemampuan bahan ini bertahan pada kavitas. Sifat ini juga harus

menjamin bahan tambalan berfungsi secara efektif, aman dan tahan untuk jangka

waktu tertentu.1

a. Adhesi

Sifat-sifat yang mendukung bahan resin komposit diantaranya yaitu :

Adhesi terjadi apabila dua subtansi yang berbeda melekat sewaktu berkontak

disebabkan adanya gaya tarik – menarik yang timbul antara kedua benda tersebut.

Resin komposit tidak berikatan secara kimia dengan email. Adhesi diperoleh dengan

dua cara. Pertama dengan menciptakan ikatan fisik antara resin dengan jaringan gigi

melalui etsa. Pengetsaan pada email menyebabkan terbentuknya porositas tersebut

sehingga tercipta retensi mekanis yang cukup baik. Kedua dengan penggunaan

lapisan yang diaplikasikan antara dentin dan resin komposit dengan maksud

menciptakan ikatan antara dentin dengan resin komposit tersebut (dentin bonding

agent).

b. Kekuatan dan keausan

1,3,5

Kekuatan kompresif dan kekuatan tensil resin komposit lebih unggul

dibandingkan resin akrilik. Kekuatan tensil komposit dan daya tahan terhadap fraktur

(23)

Akan tetapi memiliki derajat keausan yang sangat tinggi, karena resin matriks yang

lunak lebih cepat hilang sehingga akhirnya filler lepas.1

2.2.3. Sifat khemis

Resin gigi menjadi padat bila berpolimerisasi. Polimerisasi adalah

serangkaian reaksi kimia dimana molekul makro, atau polimer dibentuk dari sejumlah

molekul – molekul yang disebut monomer. Inti molekul yang terbentuk dalam sistem

ini dapat berbentuk apapun, tetapi gugus metrakilat ditemukan pada ujung – ujung

rantai atau pada ujung – ujung rantai percabangan. Salah satu metakrilat

multifungsional yang pertama kali digunakan dalam kedokteran gigi adalah resin

Bowen (Bis-GMA) . 1

Resin ini dapat digambarkan sebagai suatu ester aromatik dari metakrilat,

yang tersintesa dari resin epoksi (etilen glikol dari Bis-fenol A) dan metal metakrilat.

Karena Bis-GMA mempunyai struktur sentral yang kaku (2 cincin) dan dua gugus

OH, Bis-GMA murni menjadi amat kental. Untuk mengurangi kekentalannya, suatu

dimetakrilat berviskositas rendah seperti trietilen glikol dimetakrilat (TEDGMA)

ditambahkan.

1

2.3. Klasifikasi Resin Komposit

Sejumlah sistem klasisifikasi telah digunakan untuk komposit berbasis resin.

Klasifikasi didasarkan pada rata-rata partikel bahan pengisi utama. Resin komposit

(24)

2.3.1 Komposit tradisional.

Komposit tradisional adalah komposit yang di kembangkan selama tahun

1970-an dan sudah mengalami sedikit modifikasi. Komposit ini disebut juga

komposit kovensional atau komposit berbahan pengisi makro, disebut demikian

karena ukuran partikel pengisi relatif besar. Bahan pengisi yang sering digunakan

untuk bahan komposit ini adalah quartz giling. Dilihat dari foto micrograph bahan

pengisi quartz giling mengalami penyebaran yang luas dari ukuran partikel. Ukuran

rata-rata komposit tradisional adalah 8-12 µ m, partikel sebesar 50µ m mungkin ada1

Komposit ini lebih tahan terhadap abrasi dibandingkan akrilik tanpa bahan

pengisi. Namun, bahan ini memiliki permukaan yang kasar sebagai akibat dari abrasi

selektif pada matrik resin yang lebih lunak, yang mengelilingi partikel pengisi yang

lebih keras. Komposit yang menggunakan quartz sebagai bahan pengisi umumnya

bersifat radioulusen.

.

1,2

2.3.2. Komposit berbahan pengisi mikro

Dalam mengatasi masalah kasarnya permukaan pada komposit tradisional,

dikembangkan suatu bahan yang menggunkan partikel silika koloidal sebagai bahan

pengisi anorganik. Partikelnya berukuran 0,04 µm; jadi partikel tersebut lebih kecil

200-300 kali di bandingkan rata-rata partikel quartz pada komposit tradisional.

Komposit ini memiliki permukaan yang halus serupa dengan tambalan resin akrilik

tanpa bahan pengisi.

Dari segi estetis resin komposit mikro filler lebih unggul, tetapi sangat mudah

aus karena partikel silika koloidal cenderung menggumpal dengan ukuran 0,04

(25)

sampai 0,4 µ m. Selama pengadukan sebagian gumpalan pecah, manyebabkan bahan

pengisi terdorong. Menunjukan buruknya ikatan antara partikel pengisi dengan

matriks sekitarnya. Kekuatan konfresif dan kekuatan tensil menunjukkan nilai sedikit

lebih tinggi dibandingkan dengan resin komposit konvensionl. Kelemahan dari bahan

ini adalah ikatan antara partikel komposit dan matriks yang dapat mengeras adalah

lemah mempermudah pecahnya suatu restorasi.1

2.3.3. Resin komposit berbahan pengisi partikel kecil

Komposit ini dikembangkan dalam usaha memperoleh kehalusan dari

permukaan komposit berbahan pengisi mikro dengan tetap mempertahankan atau

bahkan meningkatkan sifat mekanis dan fisik komposit tradisional. Untuk mencapai

tujuan ini, bahan pengisi anorganik ditumbuk menjadi ukuran lebih kecil

dibandingkan dengan yang biasa digunakan dalam komposit tradisional.

Rata-rata ukuran bahan pengisi untuk komposit berkisar 1-5 µ m tetapi

penyebaran ukuran amat besar. Distribusi ukuran partikel yang luas ini

memungkinkan tingginya muatan bahan pengisi, dan komposit berbahan pengisi

partikel kecil umumnya mengandung bahan pengisi anorganik yang lebih banyak (80

% berat dan 60-65 % volume). Beberapa bahan pengisi partikel kecil menggunakan

quartz sebagai bahan pengisi, tetapi kebanyakan memakai kaca yang mengandung

logam berat.

1

1,6

(26)

2.3.4. Komposit hibrit

Kategori bahan komposit ini dikembangkan dalam rangka memperoleh

kehalusan permukaan yang lebih baik dari pada partikel yang lebih kecil, sementara

mempertahankan sifat partikel kecil tersebut. Ukuran partikel kacanya kira-kira

0,6-1,0 mm, berat bahan pengisi antara 75-80% berat. Sesuai namanya ada 2 macam

partikel bahan pengisi pada komposit hybrid. Sebagian besar hibrid yang paling baru

pasinya mengandung silica koloidal dan partikel kaca yang mengandung logam berat.

Silica koloidal jumlahnya 10-20% dari seluruh kandungan pasinya.

Sifat fisik dan mekanis dari sitem ini terletak diantara komposit konvensional

dan komposit partikel kecil, bahan ini lebih baik dibandingkan bahan pengisi

pasi-mikro. Karena permukaannya halus dan kekuatannya baik, komposit ini banyak

digunakan untuk tambalan gigi depan, termasuk kelas IV. Walaupun sifat mekanis

umumnya lebih rendah dari komposit partikel kecil, komposit hibrid ini juga sering

digunakan untuk tambalan gigi belakang.

1,2

9,10,11

2.4. Mekanisme Perlekatan Resin Komposit pada Struktur Gigi

Jika sebuah molekul berpisah setelah penyerapan kedalam permukaan dan

komponen-komponen konstituen mengikat dengan ikatan ion atau kovalen. Ikatan

adhesive yang kuat sebagai hasilnya. Bentuk adhesive ini disebut penyerapan kimia,

dan dapat merupakan ikatan kovalen atau ion.

Selain secara kimia perlekatan pada resin komposit juga terjadi secara

mekanis atau retensi, perlekatan yang kuat antara satu zat dengan zat lainnya bukan

gaya tarik menarik oleh molekul. Contoh ikatan semacam ini seperti penerapan yang

(27)

melibatkan penggunaan skrup, baut atau undercut. Mekanisme perlekatan antara resin

komposit dengan permukaan gigi melalui dua teknik yaitu pengetsaan asam dan

pemberian bonding.1,3,4

2.4.1. Teknik etsa asam

Sebelum memasukan resin, email pada permukaan struktur gigi yang akan

ditambal diolesi etsa asam. Asam tersebut akan menyebabkan hydroxiapatit larut dan

hal tersebut berpengaruh terhadap hilangnya prisma email dibagian tepi, inti prisma

dan menghasilkan bentuk yang tidak spesifik dari struktur prisma. Kondisi tersebut

menghasilkan pori-pori kecil pada permukaan email, tempat kemana resin akan

mengalir bila ditempatkan kedalam kavitas.

Bahan etsa yang diaplikasikan pada email menghasilkan perbaikan ikatan

antara permukaan email-resin dengan meningkatkan energi permukaan email.

Kekuatan ikatan terhadap email teretsa sebesar 15-25 MPa. Salah satu alasannya

adalah bahwa asam meninggalkan permukaan email yang bersih, yang

memungkinkan resin membasahi permukaan dengan lebih baik. Proses pengasaman

pada permukaan email akan meninggalkan permukaan yang secara mikroskopis tidak

teratur atau kasar. Jadi bahan etsa membentuk lembah dan puncak pada email, yang

memungkinkan resin terkunci secara mekanis pada permukaan yang tidak teratur

tersebut. Resin “tag” kemudian menghasilkan suatu perbaikan ikatan resin pada gigi.

Panjang tag yang efektif sebagai suatu hasil etsa pada gigi anterior adalah 7-25 µm.

1,3

1,3

Asam fosfor adalah bahan etsa yang digunakan. Konsentrasi 35 %-50 %

(28)

fosfat monohidrat pada permukaan teretsa yang menghambat kelarutan lebih lanjut.

Asam ini dipasok dalam bentuk cair dan gel dan umumnya dalam bentuk gel agar

lebih mudah dikendalikan. Asam diaplikasikan dan dibiarkan tanpa diganggu

kontaknya dengan email minimal selama 15-20 detik.

Begitu dietsa, asam harus dibilas dengan air selama 20 detik dan dikeringkan

dengan baik. Bila email sudah kering, harus terlihat permukaan berwarna putih

seperti bersalju menunjukan bahwa etsa berhasil. Permukaan ini harus terjaga tetap

bersih dan kering sampai resin diletakan untuk membuat ikatan yang baik. Karena

email yang dietsa meningkatkan energi permukaan email. Teknik etsa asam

menghasilkan penggunaan resin yang sederhana.

1

6

2.4.2. Bahan bonding

Adhesive dentin harus bersifat hidrofilik untuk menggeser cairan dentin dan

juga membasahi permukaan, memungkinkan berpenetrasinya menembus pori di

dalam dentin dan akhirnya bereaksi dengan komponen organik atau anorganik.

Karena matriks resin bersifat hidrofobik, bahan bonding harus mengandung hidrofilik

maupun hidrofobik. Bagian hidrofilik harus bersifat dapat berinteraksi pada

permukaan yang lembab, sedangkan bagian hidrofobik harus berikatan dengan

restorasi resin.

A. Bahan bonding email

1,3,5

Email merupakan jaringan yang paling padat dan keras pada tubuh manusia.

Email terdiri atas 96 % mineral, 1 % organik material, dan 3 % air. Mineral tersusun

(29)

tersusun secara rapat sehingga membentuk perisma email secara bersamaan berikatan

dengan matriks organik. Pada perisma yang panjang bentuknya seperti batang

dengan diameter sekitar 5 µ m. Krital hidroksiapatit bentuknya heksagonal yang tipis,

karena strukrur seperti itu tidak memungkinkan mendapatkan susunan yang

sempurna. Celah diantara kristal dapat terisi air dan material organik.

Bahan bonding biasanya terdiri atas bahan matriks resin BIS-GMA yang

encer tanpa pasi atau hanya dengan sedikit bahan pengisi (pasi). Bahan bonding email

dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan membasahi email yang teretsa.

Umumnya, kekentalan bahan ini berasal dari matriks resin yang dilarutkan dengan

monomer lain untuk menurunkan kekentalan dan meningkatkan kemungkinan

membasahi. Bahan ini tidak mempunyai potensi perlekatan tetapi cendrung

meningkatkan ikatan mekanis dengan membentuk resin tag yang optimum pada

email. Beberapa tahun terakhir bahan bonding tersebut telah digantikan dengan

sistem yang sama seperti yang digunakan pada dentin. Peralihan ini terjadi karena

manfaat dari bonding simultan pada enamel dan dentin dibandingkan karena kekuatan

bonding.

3,10,12

B. Bahan bonding dentin

1

Dentin adalah bagian terbesar dari struktur gigi yang terdapat hampir

diseluruh panjang gigi dan merupakan jaringan hidup yang terdiri dari odontoblas dan

matriks dentin. Tersusun dari 75 % materi inorganik, 20 % materi organik dan 5 %

materi air. Didalam matriks dentin terdapat tubuli berdiameter 0,5-0,9 mm dibagian

(30)

Jumlah tubuli dentin sekitar 15-20 ribu /mm2 didekat dentino enamel jungtion dan

sekitar 45-65 ribu dekat permukaan pulpa.3,12

Penggunaan asam pada etsa untuk mengurangi terbentuknya microleakage

atau kehilangan tahanan tidak lagi menjadi resiko pada resin dipermukaan enamel.

Permasalahan timbul pada resin dipermukaan dentin atau sementum. Pengetsaan

asam pada dentin yang tidak sempurna dapat melukai pulpa. Dentin bonding terdiri

dari :

Dentin Conditioner

Fungsi dari dentin conditioner adalah untuk memodifikasi smear layer yang

terbentuk pada dentin selama proses preparasi kavitas. Yang termasuk dentin

conditioer antara lain asam maleic, EDTA, asam oxalic, asam phosric dan asam

nitric. Pengaplikasian bahan asam kepermukaan dentin akan menghasilkan reaksi

asam basah dengan hidroksiapatit, hal ini akan mengkibatkan larutnya hidroksiapatit

yang menyebabkan terbukanya tubulus dentin serta terbentuknya permukaan

demineralisasi dan biasanya memiliki kedalaman 4 mm. Semakin kuat asam yang

digunakan semakin kuat pula reaksi yang ditimbulkan. Beberapa dari dentin

conditioner mengandung glutaralhyde. Glutaralhyde dikenal sebagai bahan untuk

penyambung kolagen. Proses penyambungan ini untuk menghasilkan substrat dentin

yang lebih kuat dengan meningkatkan kekuatan dan stabilitas dari struktur kolagen.

• Primer

3

Primer bekerja sebagai bahan adhesive pada dentin bonding agen yaitu

(31)

yang bersifat hidrofilik. Oleh karena itu primer berfungsi sebagai prantara, dan terdiri

dari monomer bifungsional yang dilarutkan dalam larutan yang sesuai. Monomer

bifungsional adalah bahan pengikat yang memungkinkan penggabungan antara dua

material yang berbeda. Secara umum bahan pengikat pada dentin primer dapat

diformulakan sebaagai berikut (Gambar 3).

Methacrylategroup-Spacer group-Reaktive group

3

M-S-R

Gambar 3: Methacrylategroup-Spacer group-Reaktive group. (Cabe FJ, Walls AWG. Applied Dental Materials. 9th ed. USA : Blackwell Scientific Publications, 1984 : 231)

M adalah gugus metakrilat yang memiliki kemampuan untuk berikatan

dengan komposit resin dan meningkatkan kekuatan kovalen, S adalah pembuat celah

yang biasanya meningkatkan fleksibilitas bahan pengikat. Dan R adalah reactive

group yang merupakan gugus polar atau gugus terakhir (membentuk perlekatan

dengan jaringan gigi). Ikatan polar ini terbentuk akibat distribusi elektron yang

asimetris. Reactive group dalam bahan pengikat ini dapat berkombinasi dengan

(32)

amino dalam kolagen. Ikatan yang terjadi banyak berupa ikatan fisik tetapi bisa juga

dalam beberapa kasus terjadi ikatan kimiawi.

Hidroksi ethyl metacrylate (HEMA) adalah bahan pengikat yang paling

banyak digunakan. HEMA memiliki kemampuan untuk berpenetrasi kedalam

permukaan dentin yang mengalami demineralisasi dan kemudian berikatan dengan

kolagen melalui gugus hidroksil dan amino yang terdapat pada kolagen. Aksi dari

bahan pengikat dari larutan primer adalah untuk membuat hubungan ataupun ikatan

molekular antara poli (HEMA) dan kolagen.

1,3

• Sealer (Bahan pengisi)

1,3,6

Kebanyakan sealer dentin yang digunakan adalah gabungan dari Bis-GMA

dan HEMA. Bahan ini meningkatkan adaptasi bonding terhadap permukaan dentin.3

2.5. Mekanisme Pengerasan pada Resin Komposit

Kepadatan yang terbentuk pada resin komposit melalui mekanisme

polimerisesi. Monomer metil metakrilat dan dimetil metakrilat berpolimerisasi

dengan mekanisme pilomerisai tambahan yang diawali oleh radikal bebas. Radikal

bebas dapat berasal dari aktivitas kimia atau pengaktifan energi eksternal (panas atau

sinar) karena komposit gigi penggunaan langsung biasanya menggunakan aktivasi

sinar atau kimia kedua sistem ini akan dibahas.1,3

2.5.1. Resin komposit yang diaktifkan secara kimia

Bahan yang diaktifkan secara kimia dipasok dalam dua pasta, satu

(33)

(N,N-dimetil-p-toluidin). Bila kedua pasta diaduk, amin beraksi dengan benzoil peroksida

untuk membentuk radikal bebas dan polimerisasi tambahan dimulai (Gambar 4).

Bahan-bahan ini digunakan unntuk restorasi dan pembuatan inti yang pengerasannya

tidak dengan sumber sinar.1,3,6

Gambar 4: Resin komposit yang diaktifkan secara kimia. (Noort R.

Introduction to Dental Materials 3rd ed. London : Mosby Elsevier, 2007 : 105)

2.5.2. Resin komposit yang diaktifkan dengan sinar

Sistem yang pertama diaktifkan dengan sinar menggunakan sinar ultra violet

untuk merangsang radikal bebas. Dewasa ini, komposit yang diaktifkan dengan sinar

ultra violet telah diganti karna efek cahayanya dapat mengiritasi retina. Sehingga

diganti dengan sinar yang dapat dilihat dengan mata (sinar biru). Yang secara nyata

meningkatkan kemampuan berpolimerisasi lebih tebal sampai 2 mm.

Resin komposit yang mengeras dengan sinar dipasok sebagai pasta tunggal

dalam satu semprit. Radikal bebas pemulai reaksi, terdiri atas molekul foto-inisiator

dan aktivator amin, yang terdapat dalam pasta ini. Bila kedua komponen tidak

terpapar oleh sinar, komponen tersebut tidak bereaksi. Namun, pemamparan terhadap

(34)

sinar dengan panjang gelombang yang tepat yaitu 468 nm. Dapat merangsang

foto-inisiator dan interaksi dengan amin untuk membentuk radikal bebas yang mengawali

polimerisasi tambahan (Gambar 5).

Foto-inisiator yang umum digunakan adalah camphoroquinone, yang

memiliki penyerapan berkisar 400 dan 500 nm yang berada pada region biru dari

spektrum sinar tampak. Inisiator ini ada dalam pasta sebesar 0,2 % berat atau kurang.

Juga ada sejumlah aselelator amin yang cocok untuk berinteraksi dengan

camphoroqunone seperti dimetilaminoetil metakrilat 0,15 % berat, yang ada dalam

pasta.

3,13

5,14

Gambar 5: Resin komposit yang diaktifkan dengan penyinaran. (Noort R.

(35)

BAB 3

MICROLEAKAGE PADA RESIN KOMPOSIT

Tujuan utama restorasi adalah mengembalikan, bentuk anatomi, fungsi

pengunyahan fonetik dan estetik. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilakukan

beberapa usaha guna mendapatkan hasil semaksimal mungkin, dalam arti bahwa gigi

yang ditambal dapat bertahan selama mungkin dalam rongga mulut. Demikian juga

pada bahan tambalan yang menggantikan jaringan gigi yang rusak atau hilang.

Resin komposit merupakan pilihan alternatif dokter gigi sebagai bahan

tambalan gigi. Sebagai bahan tambalan estetis, resin komposit juga mempunyai

kekurangan seperti juga tambalan lainnya. Kekurangan resin komposit didukung oleh

sifat-sifat resin komposit yang dimilikinya dan penggunaan sebagai bahan tambalan

pada pasien. Dimana kekurangan tersebut dapat mempengaruhi perlekatan antara

permukaan gigi dengan bahan tambalan. Bila perlekatan yang terjadi tidak cukup

beradaptasi dengan baik maka akan terbentuknya microleakage diantara permukaan

gigi dan bahan tambalan.

6,11

11

3.1. Pengertian microleakage

Brannstrom dkk (1971 dan 1974) mengatakan bahwa infeksi yang disebabkan

oleh penetrasi mikroorganisme dari microleakage di sekitar restorasi dan khususnya

di bawahnya adalah, ancaman yang lebih besar terhadap pulpa dibandingkan dengan

(36)

restorasi gigi adalah timbulnya celah mikro diantara permukaan bahan restorative dan

dinding kavitas (email atau dentin) yang disebut dengan microleakage (Gambar 6).2,5

Gambar 6: Microleakage pada restorasi Resin Komposit yang terlihat secara klinis. (Philips, Ralph W. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. 10th ed. Philadelphia: Saunders Company, 2004 : 251)

Dengan demikian, microleakage selalu tampak antara restorasi dan kavitas

preparasi dengan penggunaan radioisotope tracher, scaning electron, dan

penggunaan bahan pewarna dapat mengetahui microleakage tersebut. Microleakage

dapat menyebabkan karies skunder yang diawali dengan penetrasi cairan saliva yang

mengandung bakteri di sekitar tepi preparasi.3

3.2. Etiologi microleakage pada resin komposit

Microleakage merupakan masalah utama dalam kedokteran gigi restorative

yang mengakibatkan karies skunder. Pengerutan akibat perubahan fisik maupun

kimiawi dalam bahan tumpatannya seringkali mengakibatkan terbentuknya celah,

sehingga terbentuk microleakage. Proses ini di tunjukan oleh adanya pengerutan

(37)

1. Perbedaan struktur enamel dan dentin yang mempengaruhi terjadinya

microleakage.

Berdasarkan hasil study, microleakage lebih sering terjadi pada dentin

dibandingkan enamel. Perbedaan ini dapat dikaitkan dengan perbedaan komposisi

keduanya. Ketika enamel hampir termineralisasi sempurna, dentin menunjukan

kandungan mineral yang lebih sedikit dan matriks organiks yang lebih banyak yang

melemahkan mekanisme kerja bonding. Oleh karena itu kekuatan bonding pada

enamel lebih kuat dan lebih stabil dari pada dentin.3

2. Perbedaan tipe resin komposit yang mempengaruhi terjadinya

microleakage pada resin komposit.

Pengerutan polimerisasi dari resin komposit tergantung pada tipe resin yang

dipakai dan jumlah resin yang tersedia dalam bentuk yang tidak mudah berpolimer.

Seperti resin komposit dengan bahan pengisi gelas yang tinggi memiliki nilai

pengerutan yang rendah dibandingkan dengan resin komposit dengan bahan pengisi

mikrofil, karena partikel polimer bereaksi secara penuh terisi oleh partikel glas.

Idealnya pengerutan polimerisasi dari resin komposit seharusnya serendah

mungkin sejak terjadinya adaptasi marginal, untuk mengurangi kemungkinan

kerusakan ikatan dari jaringan gigi dan menghambat karies skunder. Amalgam

tradisional mengurangi masalah ini karena menunjukan sedikit ekspansi selama

setting. Kandungan yang tinggi dari tembaga selama setting, terjadi pengerutan

sebanyak 0,1 % volume jika dibandingkan dengan komposit 2-3 % volume.

3

(38)

3. Bonding yang inadekuat pada permukaan dentin

Adhesi pada dentin dipengaruhi oleh bahan bonding, dimana bahan bonding

dentin seperti yang dijelaskan diatas terdiri dari tiga komponen yaitu dentin

conditioner, primer, dan sealer. Perlu diperhatikan bahan primer yang digunakan

harus benar-benar berpenetrasi secara sempurna kedalam lapisan kolagen yang

terdermineralisasi. Apabila hal ini tidak terjadi maka akan menghasilkan lapisan tipis

dari kolagen yang terdemineralisasi, dimana lapisan ini nantinya tidak akan berikatan

dengan resin. Sehingga lapisan tersebut tidak dapat dilapisi oleh resin dan akan

membentuk bagian yang lemah (Gambar 7).3

Penggunaan bahan primer atau bahan adhesive yang inadekuat akan

mengakibatkan adaptasi yang kurang baik dari resin yang bersifat hidrifobik terhadap

permukaan dentin yang hidrofilik. Karena pada dasarnya aksi dari bahan primer

berfungsi untuk membuat permukaan dentin lebih hidrofobik. Sehingga dapat

mencegah terjadinya shrinkage dari resin komposit pada dinding kavitas dan

memastikan terbentuknya formasi ikatan resin tag yang sangat rapat.

3,15

(39)

4. Pengaruh penyinaran terhadap terjadinya microleakage

Berdasarkan hasil penelitian polimerisasi dengan menggunakan unit ligh cure

yang memiliki energi tinggi telah digunakan untuk menghasilkan penggabungan

monomer dengan cepat. Bagaimanapun hal ini dapat menyebabkan tekanan shrinkage

dan merusak kemampuan resin komposit menyatu dengan struktur gigi. Metode

polimerisasi yang baru telah dikembangkan untuk menurunkan tekanan shrinkage

yang memungkinkan adaptasi yang baik antara resin komposit dengan permukaan

gigi.

Penyinaran yang kurang akan mengakibatkan mengerasnya lapisan pada

daerah luar saja dan menghasilkan lapisan yang tidak matang atau lunak pada bagian

dasar. Penyinaran yang tidak menyeluruh pada permukaan restorasi resin komposit

akan menyebabkan pengerutan, hal ini dihubungkan dengan berat molekuler dari

monomer resin dan jumlah monomer yang berikatan menjadi polimer resin.

3,14,15

11

Ketebalan pada penggunaan bahan resin komposit juga mempengaruhi polimerisasi,

dikarenakan sinar menurun seiring dengan semakin tebalnya bahan pada saat

penumpatan. Sehingga polimerisasi tidak dapat berlangsung dengan baik (Gambar

8).8

Gambar 8: Penyinaran yang kurang pada permukaan restorasi sehingga terbentuknya mikroleakage. (Noort R. Introduction to Dental

(40)

3.3 Pengaruh microleakage pada resin komposit

Telah lama diketahui kelemahan yang serius dari komposit adalah pengerutan

polimerisasi.14 Pada batas tertentu keseluruhan ikatan restorasi gigi berkembang dari

kelemahan komposit, karena akan terjadi celah marginal pada penyusutan resin

komposit dari dinding kavitas selama setting. Oleh karena itu bila celah terbentuk

maka microleakage akan terjadi, yang nantinya akan dapat memicu secara cepat

terjadinya penyebaran karies skunder.

Microleakage harus dijadikan catatan selama pengembangan alat light curing

yang difokuskan pada peningkatan derajat perubahan monomer, juga terjadinya

peningkatan penyusutan polimerisasi. Microleakage yang terbentuk antara restorasi

dan dentin akan menimbulkan peningkatan sensitifitas setelah tindakan preparasi

selama efek hidrodinamik. Jika setiap bagian tepinya terdapat pada dentin maka

kerusakan ikatan akan meningkatkan celah pada dentin. Hal ini merupakan masalah

khusus jika komposit diletakan pada sub gingival di bagian proksimal. Ikatan yang

lemah terjadi pada dentin dari pada ikatan etsa enamel dan sebagai salah satu

konsekuensinya, pengerutan cenderung terjadi diantara permukaan enamel yang

teretsa jika ikatan pada dentin mengalami kerusakan.

3

Microleakage menimbulkan pengaruh yang sangat serius terhadap jaringan

gigi dan tambalan tersebut. Penetrasi bakteri dan saliva kedalam celah diantara

permukaan gigi dan dinding tambalan memperburuk kondisi tersebut. Bakteri dan

saliva yang masuk kedalam celah tersebut akan merusak jaringan dentin dan bahkan

sampai menembus pulpa sehingga menyebabkan iritasi pada pulpa. Selain itu juga

(41)

akan menyebabkan munculnya karies skunder dan memungkinkan lepasnya

tambalan.1,2,3

3.4. Penanggulangan microleakage pada resin komposit

Beberapa pilihan untuk mengatasi masalah ini telah diajukan, termasuk

menggunakan komposit secara kimia pada bagian dasar kavitas yang diyakini sebagai

tempat awal mula terjadinya shrinkage menuju dinding kavitas. Terkadang bahan

adhesive yang digunakan tidak dapat berpenetrasi sempurna keseluruh permukaan

dentin yang mengalami demineralisasi. Sehingga hal ini akan meninggalkan daerah

kolagen yang tidak terlindungi dan mengakibatkan microleakage. Salah satu faktor

yang mempengaruhi terjadinya hal tersebut adalah jenis larutan yang terkandung

dalam komposisi bahan adhesive. Tetapi walaupun demikian sistem adhesive ini akan

menunjukan hasil yang lebih baik pada enamel dibandingkan dentin.

Beberapa hal lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kekuatan

marginal restorasi resin komposit yaitu meningkatkan ikatan dentin bonding agen dan

ikatan prosedur bonding untuk menahan lebih baik desakan dari pengerutan

polimerisasi, dan memperlambat tingkat reaksi dengan menggunakan alat ligh curing

soft strat.

16,17

Sejak penggabungan dari pengisian gelas dengan tujuan pengerutan

polimerisai telah mempunyai kemajuan sejauh yang bisa dicapai, solusinya adalah

untuk menemukan perkembangan dari resin baru yang menunjukan sedikit

pengerutan selama pengerasan. Intensitas sinar juga perlu diperhatikan untuk

menghasilkan polimerisasi yang maksimal. Untuk itu penyinaran resin komposit

(42)

sedikitnya 20-60 detik dan ujung alat sinar harus diletakan sedekat mungkin dengan

permukaan tumpatan (1 mm) dengan kedalaman 2-2,5 mm.

Penempatan dengan menggunakan teknik incremental juga merupakan salah

satu solusi pada restorasi resin komposit. Hal tersebut akan memaksimalkan

polimerisasi bahan ketika penyinaran. Dimana lapisan pertama ditempatkan pada

dasar gingival, lapisan kedua dan ketiga ditempatkan diagonal, dan lapisan terakhir

digunakan untuk menyelesaikan tumpatan bagian oklusal. Teknik ini digunakan pada

kavitas dengan kedalaman 4,5 mm (Gambar 9).

3,4,15

3,4,15

Gambar 9: Teknik incremental pada penempatan bahan resin komposit dengan kedalaman kavitas 4,5 mm. (Noort R. Introduction to

(43)

BAB 4

KESIMPULAN

1. Resin komposit adalah suatu bahan matriks resin yang di dalamnya

ditambahkan pasi anorganik (quartz, partikel silica koloidal) sedemikian rupa

sehingga sifat-sifat matriksnya ditingkatkan. Klasifikasi dan kekuatan resin

komposit dipengruhi partikel pengisi. Klasifikasi resin komposit yaitu resin

komposit konvensional, resin komposit pengisi mikro, resin komposit pengisi

partikel kecil dan resin komposit hibrid.1,2,3

2. Polimerisasi pada resin komposit disebut juga polimerisasi tambahan yang

diawali dengan pembentukan radikal bebas. Radikal bebas berasal dari

aktivasi kimia atau pengaktifan energi eksternal (panas atau sinar).

Mekanisme perlekatan resin komposit pada permukaan gigi terjadi secara

kimia dan mekanis. Perlekatan tersebut melalui dua teknik yaitu pengetsaan

asam dan pemberian bonding.

3. Microleakage adalah celah mikro diantara permukaan bahan restorative dan

dinding kavitas (email atau dentin). Penyebab terjadinya microleakage dapat

melalui 4 hal, yaitu : 1). Perbedaan struktur enamel dan dentin. 2). Perbedaan

tipe resin komposit. 3). Bonding yang inadekuat. dan 4). Pengaruh

penyinaran.

3,4

3

4. Pengaruh microleakage, karies skunder, iritasi pada pulpa dan lepasnya

(44)

adhesive yang sempurna, intesitas cahaya yang soft start sewaktu penyinaran,

dan penambalan dengan menggunakan teknik incremental. Lamanya waktu

penyinaran tidak berpengaruh terhadap pencegahan terbentuknya

(45)

DAFTAR PUSTAKA

1. Philips RW. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. 10th

2. Manappallil JJ. Basic Dental Materials. 1

ed. Philadelphia:

Saunders Company, 2004 : 40-262

st

3. Noort R. Introduction to Dental Materials 3

ed. New Delhi. Jaypee Brothers,

1998 : 26-105

rd

4. Powers JM, Sakaguchi RL. CRAIGS’S Restorative Dental Materials. 12 ed. London : Mosby Elsevier,

2007 : 99-171

th

5. Powers JM, Wataha JC. Dental Materials Properties and Manipulation. 9 ed.

Missouri : Mosby Elsevier, 2003 : 115-234

th

6. Baum L. Textbook of Operative Dentistry. 3 ed. Missouri : Mosby Elsevier, 2008 : 69-96

rd

7. Cabe FJ, Walls AWG. Applied Dental Materials. 9

ed. Alih bahasa.Rasinta Tarigan

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1997 : 251-306

th

8. Cabe FJ. Anderson’s Applied dental Materials. 6

ed. USA : Blackwell

Scientific Publications, 1984 : 138-152

th

9. Susanto AA. Pengaruh ketebalan bahan dan lamanya waktu penyinaran

terhadap kekerasan permukaan resin komposit sinar. Dental J 2005 ; 38(1) :

32-35

ed. London : Blackwell

(46)

10.Combe EC. Notes Dental Materials. 5th

11.Walton T. Principles and practice of endodonticsi. 2

ed. London : Churchill Livingstone,

1986 : 109-170

nd

12.Kunarti Sri, Sudarjani, Darmadi. Perbedaan kekuatan Perlekatan Geser Resin

Komposit pada Dentin Potong transversal dan Sagital. Dental J 2000 ; 33(4) :

145-157

ed. Philadelphia :

Saunders Company, 1996 : 485-476

13.Takamizawa T, dkk. Influence of light intensity on contraction strees of

flowable resin. Oral Science J 2008 ; 50(1): 37-43

14.Anggraeni Ajeng, Yuliati Anita, Nirwana Intan. Perlekatan koloni

Streptococcus pada permukaan resin komposit sinar tampak. Dental J 2005 ;

38(1) :8-11

15.Soares CJ, Celiberto L, Dechichi P, Fonseca RB, Marcondes Martins LR.

Marginal integrity and microleakage of direct and indirect composite inlays – SEM and stereomicroscopic evaluation. Braz Oral res J. 2005 ; 19(4):

295-301

16.Araujo CS, dkk. Microleakage of Seven Adhesive Systems in Enamel and

Dentin. The Contemporary Dental Practice J 2006 ; 7(5) : 1-9

17.Braga RR, Boaro LCC, Kuroe T, Azevedo CLN, Singer JM. Influence of

cavity dimensions and their derivatives (volume and ‘C’ factor) on sheringkage stress development and microleakage of composite restorations.

Gambar

Gambar 1. Resin Bis-GMA, UDMA digunakan sebagai basis resin ,        sementara TEGDMA digunakan sebagai pengencer
Gambar 3: Methacrylategroup-Spacer group-Reaktive group. (Cabe FJ, Walls AWG. Applied Dental Materials
Gambar 4: Resin komposit yang diaktifkan secara kimia. (Noort R. rd ed. London : Mosby  Introduction to Dental Materials 3Elsevier, 2007 : 105)
Gambar 5: Resin komposit yang diaktifkan dengan penyinaran. (Noort R. Introduction to Dental Materials 3rd  ed
+5

Referensi

Dokumen terkait

PERBEDAAN KEKUATAN TARIK PERLEKATAN PERMUKAAN INTERNAL RESTORASI ONLAY RESIN KOMPOSIT INDIREK PADA GIGI PASCA ENDODONTI.. DENGAN DAN

Dewasa ini resin komposit banyak digunakan dalam kedokteran gigi khususnya dalam ilmu konservasi gigi untuk dijadikan bahan restorasi gigi anterior dan posterior

Sifat mekanis pada bahan restorasi resin komposit merupakan faktor yang.. penting terhadap kemampuan bahan ini bertahan

Tujuan laporan kasus ini untuk memperlihatkan keberhasilan dari perawatan saluran akar satu kunjungan pada gigi molar ketiga nekrosis pulpa disertai restorasi resin komposit..

Namun belum ada penelitian untuk mengetahui pengaruh adanya bevel pada tepi cavosurface restorasi gigi posterior klas I menggunakan resin komposit berbasis Silorane

7 Tujuan penulisan dari kasus ini adalah untuk melaporkan kasus perawatan saluran akar dengan restorasi resin komposit kavitas kelas IV dengan pasak fabricated FRC pada

penelitian ini dilakukan pengujian kekuatan geser restorasi resin komposit pada email gigi tetap setelah aplikasi asam fosfat 37% dengan durasi 5, 15 dan 25 detik. Alasan

penelitian ini dilakukan pengujian kekuatan geser restorasi resin komposit pada email gigi tetap setelah aplikasi asam fosfat 37% dengan durasi 5, 15 dan 25 detik.. Alasan