• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan kekuatan tarik perlekatan permukaan internal restorasi onlay resin komposit indirek pada gigi pasca endodonti dengan dan tanpa silanisasi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaan kekuatan tarik perlekatan permukaan internal restorasi onlay resin komposit indirek pada gigi pasca endodonti dengan dan tanpa silanisasi."

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KEKUATAN TARIK PERLEKATAN

PERMUKAAN INTERNAL RESTORASI ONLAY RESIN

KOMPOSIT INDIREK PADA GIGI PASCA ENDODONTI

DENGAN DAN TANPA SILANISASI

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

IKA RIZKI PRATIWI NIM : 050600081

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Konservasi Gigi

Tahun 2009

Ika Rizki Pratiwi

Perbedaan kekuatan tarik perlekatan permukaan internal restorasi onlay resin

komposit indirek pada gigi pasca endodonti dengan dan tanpa silanisasi.

xii + 52 halaman

Onlay adalah suatu bentuk restorasi yang direkomendasikan pada gigi pasca

perawatan endodonti. Pembuatan onlay resin komposit indirek dimaksudkan untuk

mendapatkan kontur proksimal yang lebih baik dan mendapatkan restorasi yang tahan

lama. Teknik penyemenan dapat mempengaruhi kekuatan suatu restorasi, salah

satunya adalah pengaplikasian bahan silane sebelum pemberian semen. Penggunaan

bahan silane sering digunakan pada restorasi perbaikan, tidak pada restorasi baru.

Kekuatan onlay resin komposit pada restorasi baru dengan dan tanpa silanisasi belum

diketahui.

Enam belas gigi Premolar maksila yang telah diekstraksi direndalam dalam

larutan saline, kemudian dilakukan perawatan endodonti dan ditutup dengan GIC

lining. Kelompok pertama adalah gigi dengan kavitas klas I dengan perlekatan yang

menggunakan silanisasi dan kelompok kedua adalah gigi dengan kavitas klas I

dengan perlekatan tanpa menggunakan silanisasi.

Hasil penelitian menunjukkan rerata tensile strength onlay resin komposit

(3)

strength onlay resin komposit indirek tanpa menggunakan silanisasi adalah sebesar

211,19 ± 92,28 N. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji t-test berpasangan

menunjukkan ada perbedaan yang bermakna pada restorasi dengan silanisasi dan

tanpa silanisasi (t = 2,578 ; p = 0,037). Penelitian menunjukkan bahwa pemberian

silane menunjukkan hasil yang lebih baik dengan tensile bond strength yang lebih

besar.

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI UNTUK DISEMINARKAN PADA

TANGGAL 14 AGUSTUS 2009

OLEH

Pembimbing

NIP : 130 702 230

Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG(K)

Mengetahui

Kepala Departemen Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

NIP : 130 702 230

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini berjudu l

PERBEDAAN KEKUATAN TARIK PERLEKATANPERMUKAAN INTERNAL RESTORASI ONLAY RESIN KOMPOSIT INDIREK PADA GIGI PASCA

ENDODONTI DENGAN DAN TANPA SILANISASI

Yang dipersiapkan dan disusun oleh

NIM : 050600081 Ika Rizki Pratiwi

Telah dipertahankan di depan tim penguji Pada tanggal 14 Agustus 2009

dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Susunan Tim Penguji Skripsi

Ketua Penguji

NIP : 130 702 230

Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG(K)

Anggota tim penguji lain

Cut Nurliza, drg., M.Kes

NIP : 131 123 786 NIP : 131 996 178

Nevi Yanti, drg., M.Kes

Medan, 14 Agustus 2009 Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Konservasi Gigi

Ketua,

NIP : 130 702 230

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang Maha Pengasih

lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya, serta segala kemudahan

yang diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara.

Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga saya persembahkan kepada

kedua orang tua saya, Ayahanda Beby Parwis dan Ibunda Herlin Restiowaty, atas

kasih sayang, perhatian, dukungan dan doanya kepada saya selama ini. Terima kasih

juga saya persembahkan untuk adikku tersayang, Dimas serta Arif atas bantuan,

perhatian, dukungan, dan semangatnya kepada saya selama penulisan skripsi.

Dalam penulisan skripsi ini, saya telah banyak mendapat bimbingan,

pengarahan, saran, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan

ini dengan kerendahan hati saya ingin mengucapkan terima kasih yang tidak

terhingga kepada :

1. Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D, Sp.Prost (K), selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG (K), selaku Kepala Departemen

Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan selaku

pembimbing, terima kasih atas waktu, bimbingan, dan kesabaran sehingga saya

(7)

3. Epita Sarah Pane, drg., MDSc., selaku pembimbing awal dalam penulisan skripsi

ini, dengan memberi ide sehingga dapat melahirkan proposal penelitian ini, terima

kasih atas waktu, bimbingan, dan kesabaran sehingga saya dapat menyelesaikan

proposal penelitian ini.

4. Cut Nurliza, drg., M.Kes dan Nevi Yanti, drg., M.Kes selaku anggota tim penguji

skripsi.

5. Seluruh staf pengajar Departemen Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara.

6. Shaukat Osmani Hasbi, drg., Sp.BM, selaku penasihat akademik saya di Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang

telah banyak membimbing saya dalam program pendidikan akademik.

8. Prof. Harry Agusnar, drs., Msc., M.Phil., selaku Kepala Laboratorium Terpadu

Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara, beserta stafnya Pak Aman, atas izin,

bantuan fasilitas, dan bimbingannya untuk pelaksanaan penelitian ini.

9. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes. atas bimbingannya dalam analisa statistik

hasil penelitian.

10.Sahabat – sahabatku : Anggie, Fien, Dini, Aang, Sito, Wina, Bubul, Ira, dan Desy

untuk semangat dan dukungannya.

11.Teman - teman terbaikku : Shelly, Amy, Topik, TM, Adi, Pepenk, dan

teman-teman angkatan 2005 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

12.Teman – teman seperjuangan skripsi di bagian Konservasi Gigi : Ayu, Putri,

(8)

13.Kak Karlina, Kak Novi, Kak Debora, dan Bang Doni, terima kasih atas bantuan

dan dukungannya selama pelaksanaan penelitian.

Akhirnya terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mohon

maaf atas segala kesalahan selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Saya menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Semoga skripsi ini

dapat memberikan sumbangan pikiran yang bermanfaat bagi fakultas, pengembangan

ilmu pengetahuan, dan masyarakat.

Medan, Agustus 2009

Penulis

(Ika Rizki Pratiwi NIM : 050600081

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN JUDUL... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... ... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.4 Manfaat Penelitian... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Onlay Resin Komposit... 5

2.2 Teknik Pembuatan Onlay Resin Komposit Indirek... 7

2.3 Silanisasi... 10

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep... 16

3.2 Hipotesis Penelitian... 18

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 19

4.2 Tempat dan Waktu... 19

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 19

(10)

4.5 Besar Sampel... 20

4.6 Variabel Penelitian... 21

4.7 Defenisi Operasional... 23

4.8 Alat Penelitian... 24

4.9 Bahan Penelitian... 28

4.10 Prosedur Penelitian... 29

4.11 Analisis Data... 36

BAB 5 HASIL PENELITIAN... 37

BAB 6 PEMBAHASAN... 40

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan... 44

7.2 Saran... 44

DAFTAR PUSTAKA... 46

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data hasil pengukuran kekuatan tarik ... 37

2. Identifikasi pola fraktur setelah proses uji tarik ... 38

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Preparasi kavitas... 8

2. Pencetakan... 9

3. Pembuatan die... 10

4. Pengetsaan... 10

5. Jangka sorong... 24

6. Alat-alat penelitian : A. Pinset; B. Sonde lurus; C. Instrumen plastis; D. Spatula semen; E.Semen stopper; F. Lecron; G. Ekskavator; H. Glass slab... 25

7. Alat-alat preparasi onlay : A. Bur silindris; B. Bur bulat; C. Bur fissure... 25

8. Alat-alat pembuatan die : A. Rubber bowl dan spatel; B. Die lock... 26

9. Alat-alat penanaman sampel : A. Pengaduk; B. Pot akrilik; C. Spuit... 27

10. Alat uji tarik. ... 27

11. Bahan-bahan penelitian : A. GIC; B. Bahan cetak; C. Resin Komposit; D. Luting agent; E.Silane; F. Etsa; G. Wax... 29

12. Desain preparasi kavitas klas I dari arah mesial... 31

13. Pencetakan dan pembuatan die : A. Penanaman gigi pada die lock; B. Sendok cetak fisiologis; C. Cetakan sampel; D.Die... 32

14. Built-up onlay... 33

15. Persiapan sampel : A. Diagram sampel uji tarik bagian akar gigi; B. Sampel uji tarik... 33

(13)

17. Restorasi onlay RK indirek setelah sementasi... 35

18. Pembuatan antagonis sampel :A. Diagram sampel antagonis; B. Sampel uji tarik... 35

19. Diagram uji tarik... 36

20. Pola fraktur sampel pada kelompok I dan kelompok II... 40

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kerangka penelitian... 49

2. Pengukuran anatomi gigi sebelum dipreparasi... 50

3. Hasil pengukuran dinding kavitas setelah preparasi onlay... 51

4. Hasil uji distribusi dengan Kolmogorov-Smirnov Test... 51

(15)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Konservasi Gigi

Tahun 2009

Ika Rizki Pratiwi

Perbedaan kekuatan tarik perlekatan permukaan internal restorasi onlay resin

komposit indirek pada gigi pasca endodonti dengan dan tanpa silanisasi.

xii + 52 halaman

Onlay adalah suatu bentuk restorasi yang direkomendasikan pada gigi pasca

perawatan endodonti. Pembuatan onlay resin komposit indirek dimaksudkan untuk

mendapatkan kontur proksimal yang lebih baik dan mendapatkan restorasi yang tahan

lama. Teknik penyemenan dapat mempengaruhi kekuatan suatu restorasi, salah

satunya adalah pengaplikasian bahan silane sebelum pemberian semen. Penggunaan

bahan silane sering digunakan pada restorasi perbaikan, tidak pada restorasi baru.

Kekuatan onlay resin komposit pada restorasi baru dengan dan tanpa silanisasi belum

diketahui.

Enam belas gigi Premolar maksila yang telah diekstraksi direndalam dalam

larutan saline, kemudian dilakukan perawatan endodonti dan ditutup dengan GIC

lining. Kelompok pertama adalah gigi dengan kavitas klas I dengan perlekatan yang

menggunakan silanisasi dan kelompok kedua adalah gigi dengan kavitas klas I

dengan perlekatan tanpa menggunakan silanisasi.

Hasil penelitian menunjukkan rerata tensile strength onlay resin komposit

(16)

strength onlay resin komposit indirek tanpa menggunakan silanisasi adalah sebesar

211,19 ± 92,28 N. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji t-test berpasangan

menunjukkan ada perbedaan yang bermakna pada restorasi dengan silanisasi dan

tanpa silanisasi (t = 2,578 ; p = 0,037). Penelitian menunjukkan bahwa pemberian

silane menunjukkan hasil yang lebih baik dengan tensile bond strength yang lebih

besar.

(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komposit digambarkan sebagai kombinasi dua atau lebih bahan kimia yang

berbeda dengan suatu alat penghubung antara permukaannya. Resin komposit

biasanya terdiri dari tiga komponen utama, yaitu matriks resin organik, partikel filler

inorganik, dan coupling agent. Komponen lain meliputi bahan penstabil warna,

penghambat (inhibitors), pigmen, dan suatu sistem aktivasi.

Awalnya resin komposit ini di desain dan diharapkan untuk restorasi anterior

saja. Seiring dengan meningkatnya popularitas dan peningkatan kualitas

bahan-bahan, penggunaan komposit semakin berkembang, hingga digunakan untuk hampir

semua klas dan tipe restorasi. Sekarang, komposit digunakan secara luas untuk

restorasi anterior dan juga restorasi posterior tanpa tekanan kunyah yang besar. 1

Onlay resin komposit dapat dibuat dengan beberapa teknik, yaitu direk,

semidirek, dan indirek. Onlay direk merupakan pembuatan onlay yang dilakukan

langsung pada gigi pasien dalam satu kali kunjungan, teknik semidirek juga dibuat

dalam satu kali kunjungan namun built up restorasi resin komposit dilakukan pada

model dari gigi yang dipreparasi, kemudian dipassen ke gigi dan dilakukan

sementasi.

2

Teknik indirek secara umum memiliki tahapan yang sama dengan teknik

semidirek, hanya saja dikerjakan di laboratorium, membutuhkan tumpatan sementara,

(18)

tipe nanofiller, teknik ini dapat dikerjakan hanya dengan melakukan penyinaran pada

resin komposit dan tidak dikerjakan di laboratorium. Onlay indirek ini lebih cocok

untuk restorasi resin gigi posterior dengan karies yang sangat besar dan

membutuhkan penutupan ekstrakorona tidak dapat diselesaikan dalam sekali

kunjungan.3

Berbagai protokol pra-sementasi onlay resin komposit indirek telah

diperkenalkan. Tay dan Wei (2004), Kakar M hanya melakukan proses etsa dan

bonding sebelum sementasi.

Untuk meletakkan onlay pada kavitas, dibutuhkan beberapa perlakuan

terhadap permukaan kavitas dan permukaan dalam onlay, yaitu tahap pengetsaan,

pengaplikasian bahan silane dan sementasi.

3,4

Hornbrook (2002)5, Kaytan (2005)6, Azevedo (2007)7,

melakukan proses silanisasi pada permukaan internal restorasi sebelum sementasi

restorasi ke gigi.5,6,7 Terry dan Touati (2001) merekomendasikan protokol sementasi

untuk resin komposit laboratorium meliputi microetching dengan suatu silicate

ceramic sand dan kemudian pemakaian silane untuk mengembalikan lapisan pada

original filler yang mungkin telah terbuang saat sandblasting.

Proses silanisasi merupakan pengaplikasian bahan silane coupling agent pada

permukaan internal restorasi resin komposit. Tujuan utama pengikatan partikel filler

ke matriks resin organik melalui silane coupling agent adalah untuk memperbaiki

sifat fisik resin komposit. Silane coupling agent bekerja dengan cara mencegah

gangguan hidrolisis diantara permukaan filler dan matriks yang dapat menimbulkan

keretakan resin.

8

1

Silane coupling agent adalah molekul bifunctional, dimana satu

gugus akhir pada grup silane berikatan dengan grup hidroksil pada partikel filler

(19)

metachrylate pada sisi lain mengalami polimerisasi tambahan dengan resin komposit

selama proses pengaktifan.

Silane coupling agent yang paling umum digunakan adalah organosilanes,

khususnya gamma-methacryloxypropyltrimethoxy-silane (MPTS). 1,9

1,10,11

Bahan lain

yang dapat digunakan sebagai silane coupling agent adalah

N-[3-(trimethoxysily)propyl]ethylenediamine (TPEA),10,11 [3-(triethoxysilyl)propyl]urea

(UPS),10 3-mercaptopropyltrimethoxysilane (MER),11

3-acryloyloxypropyl-trimethoxysilane (ACR),11 Bis-[3-(triethoxysilyl)propyl]poly-sulfide.

Silanisasi selama ini dilakukan untuk restorasi perbaikan, seperti memperbaiki

mahkota, jembatan, inlay/onlay, veener yang terbuat dari porselen, metal maupun

komposit. Stokes (1993) merekomendasikan microetching menggunakan

hydrofluoric acid atau silanisasi pada permukaan komposit untuk meningkatkan bond

strength.

11

12

Brosh et al (1997) mendapatkan hasil bahwa unfilled resin, yang

digunakan sendiri atau pun dikombinasikan dengan silane, adalah prosedur yang

paling efektif untuk meningkatkan shear bond strength dari komposit yang

diperbaiki.13 Yoshida (2001) dalam penelitiannya menemukan bahwa permukaan

CAD/CAM komposit yang diberi silane coupling agent meningkatkan bond strength

bila dibandingkan dengan permukaan yang tidak diberi silane coupling agent. 14

Sisthaningsih et al (2002) dalam penelitiannya mendapatkan hasil bahwa silane dapat

meningkatkan shear bond strength ikatan resin komposit mikrohibrid dan nanofill.15

Oleh karena penelitian tentang perbedaan penggunaan silane dan tanpa silane

pada restorasi awal terhadap tensile bond strength belum pernah dilakukan dan

(20)

penelitian dengan metode penelitian mengikuti laporan kasus Azevedo (2007) untuk

mengetahui perbedaan silanisasi yang dilakukan pada permukaan internal resin

komposit indirek terhadap kekuatan ikat pada gigi premolar pasca endodonti.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut : Apakah ada perbedaan kekuatan tarik perlekatan dengan

dan tanpa silanisasi pada restorasi onlay resin komposit indirek pada gigi pasca

endodonti.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan

silanisasi dan tanpa silanisasi terhadap kekuatan tarik perlekatan yang dilakukan

pada permukaan internal onlay resin komposit indirek pada gigi pasca endodonti.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Mengetahui pengaruh silanisasi pada permukaan internal resin komposit

indirek terhadap kekuatan tarik perlekatan.

2. Sebagai informasi dan bahan pertimbangan bagi operator dalam melakukan

prosedur pada restorasi resin komposit indirek.

3. Sebagai dasar dalam usaha meningkatkan pelayanan kesehatan gigi

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Onlay Resin Komposit

Onlay resin komposit merupakan suatu restorasi yang menutupi seluruh

kuspid pada gigi posterior yang dibuat dengan menggunakan bahan resin komposit.

onlay dapat dibuat dengan beberapa teknik yaitu direk, semidirek, dan indirek.21

Teknik direk dan semidirek dilakukan dalam satu kali kunjungan, sedangkan teknik

indirek membutuhkan setidaknya dua kali kunjungan dan pembuatannya dilakukan

dengan menggunakan die.

Restorasi untuk gigi posterior dengan karies yang sangat besar dan

membutuhkan penutupan ekstrakorona tidak dapat diselesaikan dalam sekali

kunjungan dan lebih cocok dibuat dengan teknik indirek. 2,3

3

Teknik indirek

membutuhkan restorasi sementara dan pembuatan onlay dilakukan di laboratorium,

namun dengan bahan resin komposit tipe terbaru yaitu tipe nanofiller, teknik ini dapat

dikerjakan hanya dengan melakukan penyinaran pada resin komposit dan tidak

dikerjakan di laboratorium.

Teknik yang membutuhkan minimal dua kali kunjungan ini, secara umum

memiliki tahapan, yaitu gigi dipreparasi, dicetak, dan dilakukan penambalan

sementara. Dari hasil pencetakan akan didapatkan die, lalu built up restorasi resin

komposit dilakukan pada die. Pada kunjungan kedua, restorasi dipassen ke gigi dan

dilakukan sementasi restorasi ke gigi, hanya saja terdapat variasi penggunaan bahan

oleh beberapa peneliti. 2

(22)

Terdapat penggunaan jenis resin komposit yang beragam, seperti mikrohibrid

komposit,3,5,8 atau resin komposit dengan nanofiller.7 Penggunaan nanoteknologi

untuk membuat restorasi komposit menawarkan translusensi yang tinggi, kemampuan

polis yang tinggi dan ketahanan polis yang hampir sama dengan mikrofiller ketika

memelihara sifat fisik dan ketahanan pemakaian yang ekuivalen dengan beberapa

resin komposit hibrid. Kombinasi dua tipe nanofiller menghasilkan kombinasi terbaik

dari sifat-sifat fisik. Dengan kombinasi estetis yang superior, ketahanan polis

jangka-panjang, dan sifat-sifat fisik lainnya, ini diharapkan bahwa sistem nanokomposit ini

dapat digunakan pada semua restorasi anterior dan posterior.

Beberapa peneliti melakukan proses silanisasi pada permukaan internal

restorasi sebelum sementasi restorasi ke gigi, namun peneliti lain hanya melakukan

proses etsa dan bonding sebelum sementasi.

9

Kakar (2002) melakukan mikroabrasi pada permukaan internal onlay dengan

aluminium oksida atau dengan bur medium grit, kemudian dietsa dengan phosphoric

acid gel selama 30 detik, cuci dan keringkan, selanjutnya pengaplikasian unfilled

bonding resin. Gigi yang dipreparasi dibersihkan, kemudian dietsa dengan

phosphoric acid 37% selama 15-20 detik, cuci dan keringkan. Kemudian onlay dapat

disemenkan pada gigi.

Setelah passen, Hornbrook (2002) membersihkan onlay dengan phosphoric

acid 35%, cuci dan keringkan, kemudian pada permukaan internal onlay

diaplikasikan silane coupling agent dan dikeringkan, selanjutnya aplikasikan bahan

adhesive. Permukaan enamel dan dentin dietsa selama 15 detik dengan phosphoric

acid 35% dan cuci selama 5 detik, kemudian diberi bahan bonding selama 20 detik.

(23)

Selanjutnya onlay dapat disemenkan pada gigi.5 Sedangkan Kaytan (2005)

permukaan dalam onlay diberi hidrofluoric acid gel 5% selama 10-15 detik, cuci

dengan air, kemudian silane coupling agent diaplikasikan. Gigi dibersihkan dan

permukaan enamel dan dentin dietsa dengan phosphoric acid 37% selama 30 detik

dan dibilas dengan air kemudian dikeringkan. Selanjutnya bahan adhesive

diaplikasikan pada kavitas dan onlay, kemudian onlay dapat disemenkan pada gigi.

Azevedo (2007) dan Terry dan Touati (2001) melakukan pengetsaan pada

enamel dan dentin dengan phosphoric acid selama 15 detik, kemudian cuci dan

diaplikasikan bahan bonding. Permukaan internal onlay dietsa dengan phosphoric

acid 37%, kemudian cuci dengan air dan selanjutnya dilakukan silanisasi. Bahan

adhesive diaplikasikan pada permukaan internal onlay dan gigi, kemudian dapat

disemenkan.

6

7,8

2.2 Teknik pembuatan onlay resin komposit indirek

Secara umum, teknik pembuatan onlay resin komposit indirek adalah sebagai

berikut :

1. Preparasi kavitas

Preparasi gigi untuk indirek resin inlay, onlay, maupun overlay berbeda

dangan yang dibutuhkan dengan bahan-bahan metal konvensional. Desain preparasi

ditentukan berdasarkan pada sifat-sifat mekanis dari bahan komposit indirek dan

pengalaman operator. Sejak resisten dan retensi merupakan hal yang ditentukan oleh

(24)

dilakukan. Untuk mencapai fungsi yang optimal dan hasil yang estetis, petunjuk

persiapan berikut harus dipertimbangkan :

- Semua enamel harus didukung oleh dentin yang sehat.

- Semua sudut dan tepi bagian dalam harus dibuat membulat untuk

menghindari tekanan.

5,8

- Semua dinding proksimal harus flare atau miring 5-15 derjat (tanpa

undercut).

4,5,6,8

- Yang harus dipastikan adalah tidak adanya undercut dan kedalaman

minimum yang masih bisa untuk preparasi dari permukaan oklusal adalah

1,5 mm.

4-6,8,19

4,6,8,19

Gambar 1. Preparasi kavitas.

2. Pencetakan

25

Bahan cetak dapat dipilih, bisa bahan cetak polyvinylsiloxane,5,8 irreversible

hidrokoloid,4 elastomer,4 atau silikon tambahan.6 Yang penting perhatikan bahwa

(25)

Gambar 2. Pencetakan

3. Penyesuaian warna gigi

24

Penyesuaian warna dilakukan pada daerah dentin dan enamel. Warna dentin

disesuaikan dengan dentin yang terpapar, bila terdapat amalgam tattoo atau stain, area

servikal dari permukaan bukal dapat digunakan.4,5 Warna enamel disesuaikan dengan

permukaan oklusal dari gigi.4,5 Penyesuaian warna enamel dengan menggunakan foto

juga dapat dilakukan.

4. Restorasi sementara 5,8

Kavitas ditutup dengan restorasi sementara, bisa dengan semen

non-eugenol,4,6 juga semen berbasis resin.

5. Pembuatan die dan restorasi 5

Model dituangkan dalam bentuk die. Kemudian dari die yang telah disiapkan,

bahan resin komposit diletakkan selapis demi selapis, bentuk restorasi seperti

membentuk restorasi direk. Bentuk proksimal, kontak proksimal, anatomis oklusal

harus dibangun.

6. Passen 4

Pada pertemuan passen, dilakukan passen restorasi pada kavitas. Letakkan

(26)

komplit, periksa integritas marginal, kontak proksimal, dan warna.4-6 Oklusi diperiksa

setelah dilakukan sementasi.4,6

Gambar 3. Pembuatan die

7. Peletakan restorasi dan sementasi

24

Restorasi diangkat dan dibersihkan dengan phosphoric acid 37%selama 30

detik, kemudian cuci dengan air, kemudian permukaan dalam restorasi diberi silane

coupling agent,5,6,8,29 bisa juga tanpa pemberian silane coupling agent.4 kemudian

kavitas juga dietsa dengan phosphoric acid 37% selama 15-20 detik, cuci dan

keringkan. Restorasi disemenkan ke kavitas.4-6,8

Gambar 4. Pengetsaan

8. Finishing dan polishing

24

Buang semua sisa semen dengan finishing bur. Periksa oklusi dan daerah

(27)

2.3 Silanisasi

Proses silanisasi merupakan pengaplikasian bahan silane coupling agent pada

permukaan internal restorasi resin komposit. Tujuan utama pengikatan partikel filler

ke matriks resin organik melalui silane coupling agent adalah untuk memperbaiki

sifat fisik resin komposit. Silane coupling agent bekerja dengan cara mencegah

gangguan hidrolisis diantara permukan filler dan matriks yang dapat menimbulkan

keretakan resin.1 Silane coupling agent adalah molekul bifunctional, yang terdiri dari

grup silane dan grup metachrylate, dimana satu gugus akhir pada grup silane

berikatan dengan grup hidroksil pada partikel filler melalui reaksi kondensasi yang

menghasilkan ikatan siloxane, sedangkan grup metachrylate pada sisi lain mengalami

polimerisasi tambahan dengan resin komposit selama proses pengaktifan.1,9,20

Ketika digunakan sebagai coupling agent, silane yang mengikat polimer

organik pada mineral atau filler siliceous, menghasilkan :

- Peningkatan pencampuran

21

- Ikatan yang lebih baik pada pigment/filler terhadap resin

- Meningkatkan kekuatan matriks

- Menurunkan masukan air dari komposit

- Memperkecil pemakaian.

Silane coupling agent yang paling umum digunakan adalah organosilanes,

khususnya gamma-methacryloxypropyltrimethoxy-silane (MPTS), seperti Porcelain

Silane-Ultradent, Monobond-Ivoclar Vivadent, dan Silane-Dow Corning.1,10,11 Bahan

lain yang dapat digunakan sebagai silane coupling agent adalah

(28)

(UPS),10 3-mercaptopropyltrimethoxysilane (MER),11

3-acryloyloxypropyl-trimethoxysilane (ACR),11 dan Bis-[3-(triethoxysilyl)propyl]poly-sulfide.

Silanisasi selama ini dilakukan untuk restorasi perbaikan, seperti memperbaiki

mahkota, jembatan, inlay/onlay, veener yang terbuat dari porselen, metal maupun

komposit. Silane coupling agent telah menunjukkan dapat meningkatkan ikatan

permukaan porselen yang telah dietsa, sandblasted, atau yang kasar, dan secara

signifikan meningkatkan ikatan komposit-komposit pada prosedur perbaikan.

Sandblasting dan jet prophylaxis pada permukaan dapat menyebabkan terjadinya

mikro retensi (yang dikontrol oleh alat), sedangkan bur diamond atau carborundum

menyebabkan makro retensi (yang dikontrol oleh operator) dan mikro retensi. 11

Brosh (1997) melakukan penelitian tentang efek kombinasi perlakuan

permukaan dan bahan bonding pada kekuatan ikat komposit perbaikan, melakukan

beberapa perlakuan permukaan, yaitu pengasaran dengan bur diamond, sandblasting,

jet prophylaxis, pengasaran dengan Carborundum dan pelapisan dengan hydrofluoric

acid, mendapatkan hasil bahwa unfilled resin, yang digunakan sendiri atau pun

dikombinasikan dengan silane, adalah prosedur yang paling efektif untuk

meningkatkan shear bond strength dari komposit yang diperbaiki. Silanisasi dan

unfilled resin hanya sedikit meningkatkan repair strength dibandingkan unfilled resin

saja.

13

Silane coupling agent meningkatkan ikatan resin komposit terhadap keramik,

kurang lebih 25%. Evaluasi ikatan silane terhadap metal atau keramik, menunjukkan

bahwa silane tidak berikatan dengan permukaan metal. Kemudian, ditemuka n bahwa

(29)

HF etsa asam. Permukaan yang telah disilanisasi tampak tidak stabil pada kondisi

lembab dan ikatan silane memburuk dibawah tekanan udara. Kontribusi utama pada

peningkatan bond strength tidaklah semata-mata karena adanya interlocking mekanis

resin komposit, tapi juga oleh pembentukan ikatan kovalen siloxane melalui

penerapan silane.

Parameter utama untuk menentukan ketahanan restorasi komposit direk

adalah : kekuatan bahan atau ketahanan terhadap fraktur, fatique resistance atau

resisten terhadap degradasi, dan wear resistance. Salah satu faktor yang menyokong

sifat psiko-mekanis ini adalah silane coupling agent pada permukaan filler-matriks

(Soderholm and Shang (1993) cit Yoshida (2002)). Penggabungan yang efektif antara

matriks resin dan filler kaca dilaporkan menurunkan proses degradasi (Broutman and

Sahu (1971); Brown (1980) cit Yoshida (2002)), untuk melindungi permukaan filler

terhadap fraktur (Mohsen and Craig (1995) cit Yoshida (2002)) dan juga untuk

meningkatkan distribusi dan transmisi tekanan dari resin matriks yang fleksibel

terhadap inorganik partikel filler yang kaku dan kuat (Calais and Soderholm cit

Yoshida (2002)). 21

Hal penting yang dibicarakaan dengan ditemukannya silane coupling agent

yang menawarkan ikatan, tidak hanya terjadi antara mineral filler dan matriks organik

pada resin komposit, tapi juga permukaan keramik untuk perlekatan yang lebih baik

terhadap berbagai bonding agent. (Schrader and Block (1971); Soderholm (1981) cit

Nihei (2002)) Sifat mekanis dari suatu restorasi resin komposit dalam jangka panjang

berubah, berhubungan dengan hidrolisis dari coupling layer pada permukaan antara

(30)

Soderholm dan teman-teman menemukan bahwa bila filler partikel diberi hidrofobik

silane, hasilnya komposit akan lebih tahan lama, karena lapisan ini lebih tahan

terhadap serangan hidrolitik dari molekul air yang diabsorbsi. (Kurata and Yamazaki

(1993); Yamanaka et al (1996); Nihei et al (2000) cit Nihei (2002)) pada penelitian

bahan-bahan komposit pada permukaan kaca, menunjukkan bahwa struktur siloxane

yang dimodifikasi dengan salah satu dari polyfluoroalkyltrimethoxysilanes hidrofobik

lebih tahan terhadap hidrolisis daripada siloxane yang tidak dimodifikasi.

Yoshida (2002) dalam penelitiannya untuk meningkatkan ikatan filler-matrix

pada resin komposit menemukan bahwa dekontaminasi kimia pada filler dapat

meningkatkan ikatan filler-matrix dan sifat psiko-mekanis dari komposit. X-ray

photoelectron spectroscopy menggambarkan ikatan filler-matrix tergantung pada

ikatan siloxane (Si-O-Si) antara permukaan silica dan molekul silane. 23

22

Nihei (2002)

dalam penelitiannya tentang menambah stabilitas hidrolitik komposit dengan

menggunakan fluoroalkyltrimethoxysilanes mendapatkan hasil bahwa tidak ada

perbedaan yang berarti antara kekuatan tarik sampel baru dan sampel yang telah

direndam selama 1800 hari.

Stokes (1993) merekomendasikan microetching menggunakan hydrofluoric

acid atau silanisasi pada permukaan komposit untuk meningkatkan bond strength.

23

12

Yoshida (2001) dalam penelitiannya menemukan bahwa permukaan CAD/CAM

komposit yang diberi silane coupling agent meningkatkan bond strength bila

dibandingkan dengan permukaan yang tidak diberi silane coupling agent.14

Sisthaningsih (2002) dalam penelitiannya tentang peran silane terhadap

(31)

bahwa silane dapat meningkatkan shear bond strength antara ikatan resin komposit

tersebut, dengan perlakuan permukaan berupa pengasahan, pengetsaan dan

permberian bonding. Kelompok dengan bahan resin komposit microhybrid dan resin

komposit nanofill yang menggunakan silane mempunyai nilai kekuatan geser yang

paling besar, yaitu 9,9368 ± 0,87401 MPa sedangkan kelompok tanpa perlakuan

(32)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN

3.1 KERANGKA KONSEP

Gigi pasca perawatan endodonti

Restorasi onlay resin komposit indirek

Teknik sementasi restorasi : - Etsa (self etching)

Silanisasi Tanpa silanisasi

Terjadi ikatan siloxane (Si-O-Si) antara gugus silane pada bahan silane dan gugus hidroksil pada resin komposit, sedangkan gugus methacrylate mengalami polimerisasi saat penyinaran

- aplikasi semen luting resin

Etsa asam akan membentuk mikroporositas pada permukaan email dan dentin yang dapat diisi dengan bonding agent, sehingga terbentuk ikatan mikromekanis

- Jenis semen luting

Silanisasi menambah daya tahan ikatan terhadap kekuatan tarik perlekatan ??

(33)

Peletakan restorasi dilakukan dengan dua macam teknik yang berbeda yaitu

dengan silanisasi dan tanpa silanisasi. Pada teknik silanisasi, bahan silane

diaplikasikan setelah proses peng-etsa-an. Sedangkan tanpa silanisasi, restorasi

indirek langsung diletakkan tanpa pengaplikasian bahan silane terlebih dahulu.

Etsa asam digunakan untuk membersihkan permukaan dari smear layer dan

akan membentuk mikroporositas pada permukaan email yang dapat diisi dengan

bonding agent, sehingga terbentuk ikatan mikromekanis. Pengaplikasian bahan silane

yang dilakukan pada permukaan internal restorasi resin komposit bertujuan untuk

memperbaiki sifat fisik resin komposit, yang bekerja dengan cara mencegah

gangguan hidrolisis diantara permukan filler dan matriks yang dapat menimbulkan

keretakan resin. Silanating agent adalah molekul bifunctional, yang terdiri dari grup

silane dan grup metakrilat, dimana satu gugus akhir pada grup silane berikatan

dengan grup hidroksil pada partikel filler melalui reaksi kondensasi yang

menghasilkan ikatan siloxane, sedangkan grup metachrylate pada sisi lain mengalami

polimerisasi tambahan selama penyinaran. Hal utama pada peningkatan bond strength

tidaklah semata-mata karena adanya interlocking mekanis resin komposit, tapi juga

oleh pembentukan ikatan kovalen siloxane melalui penerapan silane.

Penjelasan di atas menunjukkan adanya perbedaan antara pengaplikasian

bahan silane dan tanpa bahan silane. Kedua proses ini akan diaplikasikan pada gigi

pasca perawatan endodonti yang akan direstorasi dengan onlay resin komposit indirek

(34)

3.2 Hipotesa Penelitian

Dari uraian tersebut dapat diambil suatu hipotesa bahwa ada perbedaan

kekuatan tarik dari restorasi onlay resin komposit indirek pasca perawatan endodonti

(35)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Eksperimental laboratorium

4.2 Tempat dan Waktu

Tempat : 1. Departemen Konservasi

2. Laboratorium Pusat Penelitian FMIPA USU

Waktu : Agustus 2008 – Agustus 2009

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

• Populasi : Gigi-gigi Premolar maksila yang telah diekstraksi untuk keperluan

gigi tiruan, ortodonti, dan periodontal.

• Sampel : Gigi-gigi Premolar maksila yang telah diekstraksi, dirawat endodonti

dengan permukaan oklusal dipreparasi kavitas klas I untuk restorasi onlay

resin komposit indirek.

4.4 Kriteria Penerimaan Subjek

Sampel diperoleh dari beberapa praktek dokter gigi, klinik gigi dan

puskesmas yang ada di kota Medan. Sampel dipilih dengan kriteria sebagai berikut :

(36)

b. Mahkota masih utuh, tidak karies, dan tidak retak.

c. Tidak ada restorasi pada gigi.

d. Akar telah terbentuk sempurna.

e. Variasi ukuran gigi tidak terlalu ekstrim.

Seluruh sampel dicuci dalam larutan NaOCl 2,5 % dan kemudian direndam

dalam larutan saline.

4.5 Besar Sampel

Menggunakan standar deviasi dari penelitian kekuatan tarik perlekatan pada

resin komposit – keramik oleh Shen C et al (2004), diperoleh jumlah sampel :

59

N : Jumlah sampel pada setiap kelompok

Z α : Harga standar normal dari α = 0.05

Z β : Harga standar normal dari β = 0.1

σ : Standar deviasi = 6,7 MPa (Shen C et al)

(37)

Hanya saja, oleh karena pada penelitian mereka menggunakan blok keramik, dan

penelitian ini akan menggunakan gigi manusia, maka jumlah sampel menjadi 8

sampel.

Penelitian ini menggunakan dua kelompok perlakuan dimana kelompok I dan

kelompok II masing-masing terdiri dari 8 sampel. Sampel untuk setiap kelompok

diurutkan berdasarkan ukurannya, kemudian dibagi dua dan direndam dalam larutan

saline.

Kelompok I : Restorasi onlay resin komposit indirek dengan proses sementasi

menggunakan silanisasi

Kelompok II : Restorasi onlay resin komposit indirek dengan proses

sementasi tanpa silanisasi.

4.6 Variabel Penelitian dan Hubungan Antar Variabel

4.6.1 Variabel bebas

• Restorasi dengan silanisasi

• Restorasi tanpa silanisasi

4.6.2 Variabel tergantung

Kekuatan tarik perlekatan onlay indirek.

4.6.3 Variabel terkendali

(38)

• Perendaman sampel dalam larutan saline selama penelitian

• Manipulasi alat dan bahan

• Tipe dan jenis bur

• Penggunaan satu bur untuk tiga gigi

Desain preparasi onlay

Teknik preparasi onlay (satu operator yang sama)

• Teknik pencetakan

Teknik pembuatan onlay resin komposit

• Jarak dan arah penyinaran

Variabel bebas

• Restorasi dengan silanisasi • Restorasi tanpa silanisasi

Variabel tergantung

Kekuatan tarik perlekatan onlay indirek.

Variabel terkendali

• Gigi P1 dan P2 maksila

• Perendaman sampel dalam larutan

saline selama penelitian

• Manipulasi alat dan bahan

• Tipe dan jenis bur

• Penggunaan satu bur untuk tiga gigi

Desain preparasi onlay

Teknik preparasi onlay (satu operator yang sama)

• Teknik pencetakan

Teknik pembuatan onlay resin

komposit

• Jarak dan arah penyinaran

• Teknik sementasi restorasi

• Teknik pengujian tarik (alat, bahan, dan kecepatan)

• Bahan semen luting yang sama

Variabel tak terkendali

• Anatomi gigi

• Variasi ukuran gigi

• Perlakuan terhadap bahan

sebelum pembelian

(39)

• Teknik sementasi restorasi

• Teknik pengujian tarik (alat, bahan, dan kecepatan)

• Bahan semen luting yang sama

4.6.4 Variabel tak terkendali

• Anatomi gigi

• Variasi ukuran gigi

• Perlakuan terhadap bahan sebelum pembelian

• Kompresi bahan cetak

4.7 Defenisi Operasional

Onlay resin komposit indirek merupakan suatu restorasi indirek yang

menutupi seluruh kuspid pada gigi premolar yang dibuat dengan

menggunakan die dari cetakan gigi yang akan direstorasi dan polimerisasi

dilakukan dengan penyinaran.

Silanisasi adalah pengaplikasian bahan silane coupling agent pada permukaan

internal onlay resin komposit indirek sebelum tahap sementasi onlay ke

kavitas.

• Kekuatan tarik perlekatan adalah besar beban tarik yang dapat diterima

jaringan gigi dan restorasi hingga dua komponen terlepas menggunakan alat

(40)

4.8 Alat Penelitian

4.8.1 Alat untuk persiapan sampel

Kaliper/jangka sorong ( Brown & Sharpe, Swiss), untuk pengukuran anatomi

gigi

Gambar 5. Jangka sorong (Brown & Sharpe, Swiss)

4.8.2 Alat untuk perawatan endodonti

High speed bur ( Yoshida, Japan)

Bur intan untuk high speed bur (Jota, Swiss)

- bur bulat #12

- bur fissure #12

• Bais

• Bur gates glidden #2

• Pinset, sonde lurus, instrumen plastis, spatula semen, lecron, ekskavator,

semen stopper (SMIC, Japan)

(41)

Gambar 6. Alat-alat penelitian : A. Pinset; B. Sonde lurus; C. Instrumen Plastis; D. Spatula semen;

E.Semen stopper; F. Lecron; G. Ekskavator; H. Glass slab

4.8.3 Alat preparasi onlay

High speed bur (Yoshida, Japan)

Bur intan fissure #12 (Jota, Swiss)

Bur silindris #12 (Jota, Swiss)

Bais

(42)

4.8.4 Alat untuk pembuatan die

Rubber bowl dan spatel Lampu spiritus

Sendok cetak fisiologis

Die lock

Gambar 8. Alat-alat pembuatan die : A. Rubber bowl dan spatel; B. Die lock

4.8.5 Alat pembuatan onlay resin komposit indirek

Light cure (Litex™ 680A)

Instrumen plastis (SMIC, Japan)

Semen stopper (SMIC, Japan)

Matriks transparan (FKG Dentaire, Swiss)

Kuas untuk mengoleskan bahan separator

4.8.6 Alat untuk penanaman sampel

Spuit 5 ml

Pot dan pengaduk akrilik

(43)

Gambar 9. Alat-alat penanaman sampel : A. Pengaduk; B. Pot akrilik; C. Spuit

4.8.7 Alat pengujian

Alat uji tarik (Torsee’s Universal Testing Machine, Japan)

Gambar 10. Alat uji tarik (Torsee’s Universal Testing Machine, Japan)

4.8.8 Alat tambahan

Shade guide (3M)

(44)

4.9 Bahan penelitian

Saline untuk penyimpanan sampel penelitian.

NaOCl 2,55% untuk bahan irigasi saluran akar.

Wax untuk menanam gigi dalam pembuatan die.

Bahan cetak Putty soft (Panasil) dan Exaflex injection (GC, China) sebagai

bahan cetak double impression untuk mencetak gigi.

• Bahan separator (vaselin) untuk bahan yang dioleskan pada permukaan

cetakan yang berkontak dengan akrilik pada saat penanaman.

Self curing acrylic untuk penanaman sampel.

Etsa asam (3M) sebagai bahan menambah perlekatan bahan luting.

Silane coupling agent (Ultradent Silane – Ultradent) untuk proses silanisasi.

Resin komposit indirek (Z350 - 3M) untuk pembuatan onlay.

Luting agent (RelyX™ ARC – 3M), untuk menyemenkan onlay ke gigi. GIC (Fuji II, GC) sebagai basis.

4.10 Prosedur Penelitian

4.10.1 Persiapan sampel

Enam belas gigi Premolar maksila manusia yang baru dicabut dan telah

diseleksi, kemudian direndam dalam larutan saline selama kurang dari enam bulan.

Gigi disusun dari mahkota yang berukuran terkecil sampai yang terbesar untuk

stratifikasi sampel. Kemudian gigi dibagi dalam dua kelompok dari sampel yang telah

(45)

Gambar 11. Bahan-bahan penelitian : A. GIC; B. Bahan cetak; C. Resin Komposit; D. Luting agent;

E.Silane; F. Etsa; G. Wax

4.10.2 Penentuan warna gigi

Warna gigi untuk setiap sampel ditentukan dengan menggunakan shade guide.

Warna gigi yang dipilih adalah warna yang mendekati warna gigi asli masing-masing

sampel. Penentuan warna dilakukan di bawah sinar matahari untuk mendapatkan

warna yang benar-benar sesuai dengan warna gigi asli.

4.10.3 Perawatan Endodonti

Setiap sampel diukur panjang gigi untuk menentukan panjang kerja yaitu

sesuai dengan panjang gigi masing-masing sampel. Preparasi akses dilakukan dengan

menggunakan high speed bur intan bulat #12. kemudian kavitas akses dipreparasi

(46)

saluran akar. Dinding kamar pulpa dibuat sejajar dengan aksis panjang gigi.

Kemudian lakukan ekstirpasi jaringan pulpa dengan jarum ekstirpasi, kemudian

diirigasi dengan larutan NaOCl 2,5%.

Orifisi diperbesar dengan bur gates gliden #2, diirigasi kembali dan

dikeringkan dengan menggunakan paper point. Orifisi saluran akar ditutup dengan

GIC. Selama dan setelah prosedur penelitian, gigi tetap direndam.

4.10.4 Preparasi Kavitas

Dilakukan preparasi kavitas klas I dengan menggunakan high speed bur

menggunakan bur intan fissure #12. Dinding bukal dan palatal dipreparasi sejajar

dengan aksis panjang gigi dan tonjol gigi dikurangi 2 mm dari puncak gigi sehingga

permukaan oklusal dan dinding bukal dan palatal membentuk sudut 90 derajat.

Gambar 12. Desain preparasi kavitas klas I dari arah mesial

4.10.5 Pencetakan dan pembuatan die

Sampel yang telah dipreparasi ditanam pada die-lock dengan menggunakan

wax yang dicairkan sampai ke cemento enamel junction. Setelah mengeras, bagian

(47)

Untuk membuat sendok cetak fisiologis, seluruh gigi ditutupi dengan wax

bertujuan untuk mendapatkan ruangan saat pencetakan dilakukan. Setelah itu, dengan

selembar wax gigi tersebut ditutupi mengikuti kontur gigi yang telah ditanam

tersebut. Kemudian dengan menggunakan self curing acrylic, wax ditutupi sampai

batas step yang telah dibuat sebelumnya dan akrilik tersebut dibiarkan mengeras

sambil dipertahankan agar bentuknya tidak berubah. Setelah mengeras sendok cetak

fisiologis diberi lubang-lubang untuk tempat mengalirnya bahan cetak.

Pencetakan dilakukan dengan menggunakan bahan cetak double impression

putty dan soft injection. Kemudian cetakan diisi dengan bahan gips stone, setelah

mengeras cetakan dikeluarkan.

Gambar 13. Pencetakan dan pembuatan die : A. Penanaman gigi pada die lock; B. Sendok cetak

(48)

4.10.6 Built-up onlay resin komposit

1. Seluruh permukaan kavitas pada die diolesi dengan selapis tipis bahan

separator (vaselin) dan dilakukan pemasangan matrix strip seluloid.

2. Restorasi dibentuk dengan menambahkan resin selapis demi selapis dari mulai

dasar kavitas dan disinar dari arah dinding proksimal mulai dari mesial, bukal,

distal dan palatal gigi selama 20 detik.

3. Setelah selesai, onlay dilepaskan dari die dan di passen pada gigi yang telah

dipreparasi, kemudian diperiksa kontur dan kontak proksimal. Apabila masih

kurang rapat atau terdapat celah, resin komposit dapat ditambahkan kemudian

disinar lagi, kemudian dirapikan sampai tepinya benar-benar rapat.

Gambar 14. Built up onlay

4.10.7 Persiapan sampel uji tarik bagian akar gigi

Gigi dilepas dari die-lock. Kemudian tabung syringe plastik 5 ml dipotong

(49)

panjang dengan bur diamond bulat untuk tempat paku yang berfungsi sebagai retensi

uji tarik.

Gambar 15. Persiapan sampel : A. Diagram sampel uji tarik bagian akar gigi; B. Sampel uji tarik

Keterangan : a. Resin komposit; b. Retensi pada onlay; c. GIC; d. Akrilik; e. Paku

Pertama-tama paku ditempatkan pada lubang di syringe setelah diolesi

vaselin. Kemudian bubuk self curing acrylic dan liquid diaduk dengan perbandingan

1 : 2 dan dimasukkan ke dalam cetakan. Sampel kemudian ditanam ke dalam cetakan

dengan permukaan oklusal menghadap ke atas. Setelah acrylic mulai mengeras, paku

ditarik keluar.

4.10.8 Penyemenan onlay resin komposit

Seluruh kavitas dibersihkan dengan NaOCl 2,5% sebanyak 1 ml, kemudian

dicuci dengan air mengalir selama 1 menit dan dikeringkan. Permukaan kavitas

kemudian dioleskan dengan self etching selama 15 detik. Kelompok I, bahan silane

coupling agent diaplikasikan pada permukaan internal onlay resin komposit indirek.

Kelompok II, tidak diberi bahan silane coupling agent pada permukaan internal onlay

resin komposit indirek.

(50)

Kemudian dilakukan penyemenan, sebagai berikut :

1. Bahan semen dicampurkan pada slab

2. Resin semen diaplikasikan ke permukaan internal onlay, lalu onlay

ditempatkan pada gigi yang sudah dipreparasi dengan tekanan yang lembut

dan dibiarkan selama 2 menit.

3. Semen yang berlebih dibuang dengan menggunakan ekskavator, lalu

dibiarkan kurang lebih 5 menit hingga semen benar-benar mengeras.

4. Onlay dibersihkan dan dipolis.

Gambar 16. Pengaplikasian silane Gambar 17. Restorasi onlay RK indirek setelah

sementasi

4.10.9 Pembuatan antagonis sampel untuk uji tarik

Cetakan yang dibutuhkan sama dengan cetakan sebelumnya (tabung syringe

plastik 5 ml). Cetakan ini disatukan dengan cetakan sampel yang sudah jadi,

masukkan paku yang sudah diolesi vaselin ke dalam lubang pada cetakan. Permukaan

akrilik pada sampel akar gigi juga diberi vaselin, kemudian diisi dengan self curing

acrylic dengan perbandingan bubuk-likuid 1:2. Setelah akrilik mulai mengeras, paku

(51)

Gambar 18. Pembuatan antagonis sampel :A. Diagram sampel antagonis; B. Sampel uji tarik

Keterangan : a. Paku; b. Akrilik: c. Resin komposit; d. Retensi pada onlay; e. Luting semen

4.10.10 Uji kekuatan tarik perlekatan

Sampel dimasukkan pada tabung baja kemudian dipasang pada grip alat uji

tarik. Alat uji tarik yang digunakan adalah Torsee’s Universal Testing Machine di

mana dalam penelitian ini beban maksimal yang digunakan 200 kgf dengan kecepatan

tarik 1,0 mm/menit. Data yang diperoleh berupa load atau gaya tarik dalam satuan kgf

yang kemudian dikonversikan ke dalam satuan Newton.

Gambar 19. Diagram uji tarik

(52)

4.10.11 Evaluasi sampel pasca uji kekuatan tarik perlekatan

Uji tarik menghasilkan nilai kekuatan tarik perlekatan yang didapat dari

besarnya beban tarik yang diperlukan hingga restorasi terlepas (cetakan terpisah).

Pasca uji tarik akan didapatkan sampel yang restorasinya lepas seluruhnya dan

sampel yang restorasinya lepas sebagian.

Hal-hal yang akan dievaluasi setelah onlay terlepas adalah lokasi fraktur.

Kondisi ini dibagi 3, yaitu :

1. Patah pada perlekatan RK – dentin (adhesive failure)

2. Patah pada perlekatan RK (cohesive failure)

3. Patah pada perlekatan RK – dentin sekaligus patah pada RK (adhesive –

cohesive failure)

4.11 Analisa Data

Untuk melihat adanya perbedaan kekuatan tarik perlekatan pada

masing-masing teknik sementasi, data dianalisis secara statistik dengan tingkat kemaknaan

(α=0,05). Data yang diperoleh di uji terlebih dahulu dengan menggunakan

Kolmogoro-Smirnov test untuk melihat distribusi data yang ada. Setelah distribusi

(53)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan terhadap 16 gigi Premolar maksila yang dibagi dalam

dua kelompok perlakuan dimana masing-masin kelompok terdiri atas delapan sampel.

Kelompok pertama adalah gigi dengan kavitas klas I dengan perlekatan yang

menggunakan silanisasi. Kelompok kedua adalah gigi dengan kavitas klas I dengan

perlekatan tanpa menggunakan silanisasi.

Hasil penelitian pengujian kekuatan tarik pada restorasi onlay resin komposit

indirek pada kedua kelompok perlakuan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1.Data hasil pengukuran kekuatan tarik

Kelompok I

Rata-rata 29,175 285,915 Rata-rata 21,55 211,190

Pada tabel 1 menunjukkan rerata daya tarik fraktur kelompok I (285,915 N) lebih

besar daripada rerata daya tarik fraktur pada kelompok II (211,190 N).

Fraktur yang terjadi setelah proses uji tarik diidentifikasi dan dikelompokkan

(54)

Tabel 2. Identifikasi pola fraktur setelah proses uji tarik.

No. Sampel Kelompok

Cohesive Adhesive Adhesive - Cohesive

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa pada kelompok I ada sebanyak 87,5% (7 sampel)

fraktur pada onlay dan 12,5% (1 sampel) fraktur pada perlekatan (onlay-gigi),

sedangkan pada kelompok II sebanyak 87,5% (7 sampel) fraktur pada onlay dan

12,5% (1 sampel) tidak terjadi fraktur, namun onlay terlepas dari akrilik. Pada kedua

kelompok, tidak satu pun terjadi fraktur pada gigi.

(55)

Gambar 21. Pola fraktur kelompok I sampel 2dan kelompok II sampel 4

Data pengukuran kekuatan tarik antara kelompok I dan kelompok II dianalisis

dengan Kolmogorov-Smirnov test untuk mengetahui distribusi data yang diperoleh.

Hasil menunjukkan bahwa distribusi data adalah normal. Hasil Kolmogorov-Smirnov

ini dapat terlihat pada lampiran 4. Setelah itu data diuji secara statistik menggunakan

uji t (t-test) dengan tingkat kemaknaan (α < 0,05).

Tabel 3 Hasil uji t berpasangan dari kelompok I (dengan silanisasi) dan kelompok II

(tanpa silanisasi)

Kelompok

Δ

kisaran T Df p

rerata ± SB

Silanisasi 285,91 ± 41,91 118,55

2,578 7 0,037

Tanpa silanisasi 211,19 ± 32,63 92,28

Berdasarkan data pada tabel diatas, secara statistik terlihat ada perbedaan yang

(56)

BAB 6

PEMBAHASAN

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi-gigi Premolar maksila

yang telah diekstraksi untuk keperluan ortodonti dan prostodonti. Waktu yang

diperlukan untuk mengumpulkan sampel kurang dari enam bulan dan sampel

direndam dalam larutan saline sehingga gigi tidak dehidrasi.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan bahan resin komposit tipe

nanofiller yang dapat digunakan untuk restorasi gigi posterior. Tipe ini juga

digunakan oleh Azevedo (2007)7, sedangkan Tay & Wei (2004), Hornbrook DS

(2002), Terry & Touati (2001) dan Sisthaningsih (2008) menggunakan tipe

mikrohibrid untuk restorasi posterior.3,5,8,15

Bahan silane yang digunakan adalah bahan yang mengandung

methacryloxypropyltrimethoxy-silane (MPTS). Silane coupling agent bekerja dengan

cara mencegah gangguan hidrolisis diantara permukan filler dan matriks yang dapat

menimbulkan keretakan resin komposit.

Metode yang digunakan dalam pembuatan

restorasi onlay resin komposit adalah metode indirek, karena menghasilkan bentuk

anatomis yang sangat baik, terutama untuk adaptasi marginal pada bagian proksimal

gigi.

1

Ketika digunakan sebagai coupling agent,

silane yang mengikat polimer organik pada mineral atau filler siliceous,

menghasilkan peningkatan pencampuran, ikatan yang lebih baik pada pigment/filler

terhadap resin, meningkatkan kekuatan matriks, menurunkan masukan air dari

(57)

terjadi pada filler komposit yang hanya diberi MPTS, dan ikatan siloxane ini lama

kelamaan mengalami kerusakan karena hidrolisis oleh molekul air yang diabsorbsi

oleh resin komposit. Seperti ikatan kimia yang mengalami hidrolisa, juga terbentuk

retakan antara permukaan partikel filler dan matrix resin, dan kekuatan mekanis dari

komposit akan berkurang.

Desain onlay yang digunakan pada penelitian ini adalah berbentuk butt-joint,

yang memberikan hasil estetis yang baik dan mudah membentuknya, namun desain

secara tidak langsung memotong enamel rod secara paralel yang mana diketahui

bahwa pengetsaan pada kondisi ini tidak memberikan adhesi yang optimal. 23

Pengujian kekuatan restorasi pada penelitian ini mengunakan uji kekuatan

tarik (tensile strength). Spesimen ditarik oleh alat uji tarik (Torsee’s Universal

Machine, Japan) sampai fraktur dengan kecepatan 1,0 mm/menit dan beban sebesar

200 kilogramforce (kgf) yang kemudian dikonversikan ke dalam satuan Newton (N). 16

Beberapa penelitian sebelumnya oleh Brosh et al (1997) yang melakukan

penelitian pada restorasi perbaikan antara resin komposit hibrid dan resin komposit

mikrofill dengan penambahan silane pada permukaan yang di etsa, mendapat hasil uji

kekuatan gesernya sebesar 6,43 ± 2,16 MPa.14 dan Sisthaningsih et al (2008)

melakukan uji kekuatan geser terhadap dua jenis resin komposit yang berbeda dengan

penambahan silane, didapat nilai kekuatan geser sebesar 9,9368 ± 0,87401 Mpa.15

Rerata daya tarik fraktur restorasi onlay resin komposit indirek pada gigi

premolar untuk kelompok I adalah sebesar 285,91 ± 118,55 N dan untuk kelompok II

adalah sebesar 211,19 ± 92,28 N. Dari data yang diperoleh dapat dilihat selisih

(58)

besar dibandingkan kelompok II, namun pada kelompok I terdapat 2 sampel dengan

kekuatan tarik yang rendah dibandingkan sampel yang lain, yaitu kelompok I sampel

2 dengan kekuatan sebesar 124,46 N dan sampel 6 dengan kekuatan sebesar 141,12N.

Pola fraktur pada kedua kelompok dapat dilihat pada tabel 2, yaitu pada

kelompok I sebanyak 87,5% (7 sampel) terjadi cohessive failure pada onlay dan

12,5% (1 sampel) terjadi adhesive failure (onlay-gigi), sedangkan pada kelompok II

sebanyak 87,5% (7 sampel) terjadi cohessive failure pada onlay dan 12,5% (1

sampel) tidak terjadi fraktur, namun onlay terlepas dari akrilik. Pada kedua

kelompok, tidak satupun terjadi adhesive-cohessive failure.

Pada kelompok I sampel nomor 2 didapat hasil dengan kekuatan tarik yang

rendah dan terjadi adhesive failure. Hal ini disebabkan karena pada saat preparasi,

struktur gigi yang dibuang terlalu banyak dan sudut-sudut preparasi kurang

membulat, sehingga retensi berkurang. Penggunaan bahan silane yang tidak sesuai

seperti prosedur yang ditetapkan juga dapat menyebabkan hal ini. Tidak terjadi ikatan

siloxane antara gugus akhir pada grup silane dengan grup hidroksil pada partikel

filler melalui reaksi kondensasi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Yoshida et al

(2002) menyebutkan bahwa dari X-ray photoelectron spectroscopy yang mereka

lakukan, menggambarkan ikatan filler-matrix sebagian tergantung pada ikatan

siloxane (Si-O-Si) yang terjadi antara permukaan silica dan molekul silane, daripada

ikatan intermolekuler antara molekul-molekul silane.

Sampel 4 pada kelompok II terlihat kekuatan tarik dengan hasil terendah yaitu

81,34 N dan tidak terjadi fraktur antara onlay dan gigi namun onlay terlepas dari

(59)

terlepas dari akrilik dan tidak diperoleh hasil penelitian yang diharapkan pada sampel

ini.

Semen luting yang dipilih pada penelitian ini adalah semen berbahan resin,

yang akan memberikan hasil yang optimal karena berikatan sangat baik dengan resin

komposit. Polimerisasi kimia yang terjadi pada semen ini membentuk konsistensi

seperti gel yang mudah dibuang dan dibersihkan. Penggunaan semen luting berbahan

resin menambah kekuatan perlekatan pada semua sampel pada penelitian ini. Pada

kelompok dengan silanisasi, kekuatan itu semakin baik dengan adanya ikatan

siloxane antara resin komposit dan silane coupling agent juga antara silane coupling

agent dan semen resin, sedangkan pada kelompok tanpa silanisasi hanya terjadi

ikatan antara resin komposit – semen resin.

Secara statistik, hipotesa penelitian ini diterima, ada perbedaan yang

signifikan dari masing-masing kelompok. Hal ini terjadi karena adanya pengikatan

partikel filler ke matriks resin organik melalui silane coupling agent yang

memperbaiki sifat fisik resin komposit, dan peningkatan kekuatan tarik tidaklah

semata-mata karena adanya interlocking mekanis resin komposit, tapi juga oleh

(60)

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Dalam penelitian ini uji tarik digunakan untuk mengukur kekuatan tarik

(tensile strength) dari suatu restorasi. Rerata daya tarik fraktur pada kelompok I yang

menggunakan bahan silane adalah sebesar 285,91 ± 118.55 N. Sedangkan rerata daya

tarik fraktur pada kelompok II yang tidak menggunakan bahan silane adalah sebesar

211,19 ± 92,28 N. Pola fraktur sampel pada kedua kelompok menunjukkan pada

kelompok I ada sebanyak 87,5% (7 sampel) fraktur pada onlay dan 12,5% (1 sampel)

fraktur pada perlekatan (onlay-gigi), sedangkan pada kelompok II sebanyak 87,5% (7

sampel) fraktur pada onlay dan 12,5% (1 sampel) tidak terjadi fraktur, namun onlay

terlepas dari akrilik. Pada kedua kelompok, tidak satu pun terjadi fraktur pada gigi.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji t berpasangan menunjukkan bahwa

terlihat ada perbedaan yang bermakna pada restorasi dengan silanisasi dan tanpa

silanisasi (t = 2,578 ; p = 0,037). Pemberian silane menunjukkan hasil yang lebih baik

dengan tensile bond strength yang lebih besar.

7.2Saran

7.2.1 Diharapkan agar pengaplikasian bahan silane pada resin komposit dapat

(61)

7.2.2 Diharapkan pada penelitian selanjutnya, peneliti meminimalkan variasi gigi

yang digunakan sebagai sampel dan meminimalkan variabel-variabel yang

tidak dapat terkendali untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

7.2.3 Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk meneliti tensile strength onlay

resin komposit dengan desain, teknik pembuatan, tipe resin komposit yang lain

(62)

DAFTAR PUSTAKA

1. Charlton DG. Resin composites.

public/documents/afms/ctb_108337.pdf.(2September2008)

2. ADA Council on Scientific Affairs. Direct and indirect restorative materials. JADA 2003. 134:463-72.

3. Tay ER, Wei SHY. Indirect posterior restorations using a new chairside

microhybrid resin composite system. 2004.

4. Kakar M. The composite inlay. 2002.

(15Agustus2008)

5. Hornbrook DS. A clinical technique for placement of an indirect microhybrid

composite inlay. Synergy in Dent 2002. 1(1):3-6.

6. Kaytan B, Onal B, Pamir T, Tezel H. Clinical evaluation of indirect resin

composite and ceramic onlays over a 24-month period. General Dent

Sept-Okt 2005:329-34.

7. Azevedo C, De Goes MF. Indirect restoration in posterior teeth using

adhesive and composite with nanofillers. Espertise magazine. April 2007:7-8.

8. Terry DA, Touati B. Clinical considerations for aesthetic

laboratory-fabricated inlay/onlay restorations: a review. Pract Proced Aesthet Dent

2001. 13(1):51-8.

9. Mitra SB, Wu D, Holmes BN. An application of nanotechnology in advanced

dental materials. JADA 2003.134:1382-90.

10.Matinlinna JP, Lassila LVJ, Vallittu PK. The effect of three silane coupling

agent and their blends with a cross-linker silane on bonding a bis-GMA resin

to silicated titanium (a novel silane system). J Dent 2006. 34: 740-6.

11.Matinlinna JP, Lassila LVJ, Vallittu PK. The effect of five silane coupling

agents on the bond strength of a luting cement to a silica-coated titanium.

(63)

12.Hummel SK, Marker V, Pace L, Goldfogle M. Surface treatment of indirect

resin composite surfaces before cementation. J Prosth Dent 1997.

77(6):568-72.

13.Brosh T, PiloR, Bichacho N, Blutstein R. Effect of combinations of surface

treatments and bonding agents on the bond strength of repaired composites. J

Prosth Dent 1997. 77(2):122-6.

14.Yoshida K, Kamada K, Atsuta M. Effects of two silane coupling agents, a

bonding agent, and thermal cycling on the bond strength of a CAD/CAM

composite material cemented with two resin luting agents. J Prosth Dent

2001. 85(2):184-9.

15.Sisthaningsih E, Suprastiwi E, Nursasongko B. Peran silane terhadap

kekuatan ikat antara komposit resin mikrohibrid dan nanofill. Jurnal PDGI

2008. 21-7.

16.Magne P, Diettschi D, Holtz J. Esthetic restoration for posterior teeth :

practical and clinical considerations. Int J Periodont & Rest Dent

1996;2(16):110-2.

17.Anonymous. II. Materials, methods, and indications for the restoration of

posterior teeth.

18.Baum L, Philips RW, Lund MR. Buku ajar ilmu kenservasi gigi. Alih bahasa. Tarigan R. Ed ke-3. Jakarta : EGC. 1997:327.

19.Jackson RD. Indirect resin inlay and onlay restorations : a comprehensive

clinical overview. Pract Periodont Aesthet Dent 1999;11(8):891-900.

20.Kim TH, Jivraj SA, Donovan TE. Selection of luting agents : part 2. CDA Journal. February 2006:2(34):161-6.

21.Goyal S. Silanes : chemistry and applications. JIPS 2006:6(1):14-8.

22.Yoshida Y, Shirai K, Nakayama Y, Itoh M, et al. Improved filler-matrix

(64)

23.Nihei T, Kurata S, Kondo Y, Umemoto K, et al. Enhanced hydrolytic stability

of dental composites by use of fluoroalkyltrimethoxysilanes. J Dent Res July

2002;81(7):482-6

24.Chalifoux PR. Treatment considerations for posterior laboratory-fabricated

composite resin restorations. Pract Periodont Aesthet Dent

1998;10(8):969-78.

25.Anonymous. Inlays, onlays and crowns.

(65)

Lampiran 1 : Kerangka penelitian

16 gigi premolar maksila

Kelompok I (8) Kelompok II (8)

Akses endodonti

Preparasi kavitas onlay

Tanam pada akrilik

Pencetakan dan pembuatan model

Restorasi RK indirek

Tanpa silanisasi Silanisasi

Sementasi restorasi RK indirek

Uji tarik perlekatan

Data

(66)

Lampiran 2 : Pengukuran anatomi gigi sebelum di preparasi

No. Sampel Buko-palatal

(67)

Lampiran 3 : Hasil pengukuran dinding kavitas setelah preparasi onlay

No. Sampel Lebar kamar pulpa (mm)

Lampiran 4 : Hasil uji distribusi dengan Kolmogorov-Smirnov Test

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

silanisasi tanpa silanisasi

N 8 8

Normal Parameters a,b Mean 285.9150 211.1900 Std. Deviation 118.55367 92.28220 Most Extreme

Differences Absolute .176 .166 Positive .139 .166 Negative -.176 -.132 Kolmogorov-Smirnov Z .498 .471 Asymp. Sig (2-tailed) .965 .980 a. Test distribution is Normal.

Gambar

Gambar   1.
Gambar 1. Preparasi kavitas.25
Gambar 2. Pencetakan24
Gambar 3. Pembuatan die24
+7

Referensi

Dokumen terkait

Daun jati dipilih menjadi bahan dasar zat warna alam karena jumlah yang melimpah di Indonesia, regenerasi yang cukup cepat dibandingkan bahan pewarna alam dari kayu, dan termasuk

Jadi berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa kompetensi kerja, kepemimpinan transformasional dan kepuasan kerja secara bersama-sama berpengaruh signifikan

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia Nya laporan Dasar-dasar Program Perencanaan dan Preancangan Arsitektuur (DP3A) Tugas Akhir yang

[r]

JuduiTesis : Peran Aspek Kelembagaan dalam Kaitannya dengan Aksesibilitas Ekonomi dan Tiogkat Pendapatan Nelayan di Kabupaten Bengkalis, Riao.. Nama Mahas;swa :

Brachiaria humidicola responsif terhadap pemupukan urea sampai dengan 100 kg/Ha untuk menghasilkan keragaan dan kandungan protein kasar yang optimal pada kondisi

Helh lun tutniilr

[r]