PERILAKU IBU PRIMIPARA DALAM MERAWAT BAYI
BARU LAHIR di KELURAHAN SUKARAJA KECAMATAN
MEDAN MAIMUN
SKRIPSI
Oleh
Erpinaria Saragih 081121040
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul : Perilaku Ibu Primipara dalam Merawat Bayi Baru Lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun. Nama Mahasiswa : Erpinaria Saragih
Nim : 081121040
Fakultas : Keperawatan
Tahun : 2009
Tanggal Lulus :
Pembimbing Penguji I
Erniyati, S.Kp, MNS Siti Saidah, S.Kp,M.Kep.Sp.Mat
NIP 19671208 199903 2001 NIP 19750327 200012 2001
Penguji II
Ellyta Aizar, SKp
NIP 19741013 200012 2001
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).
Medan, Desember 2009 Pembantu Dekan I FKep USU
Erniyati, S.Kp, MNS
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “Perilaku Ibu Primipara dalam Merawat Bayi Baru Lahir di Kelurahan Sukaraja
Kecamatan Medan Maimun ”.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya
kepada ibu Erniyati, S.Kp.MNS selaku dosen pembimbing dan sekaligus sebagai
Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran dan sumbangan pikiran sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapat masukan dan
dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapakn terima kasih
kepada Bapak dr.Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara, dan Bapak Wan Azmi AP selaku Lurah Kelurahan Sukaraja Kecamatan
Medan Maimun beserta seluruh staf pegawai Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan
Maimun yang telah memberikan waktu dan tempat melaksanakan penelitian ini dan
kepada Seluruh dosen dan staf pengajar serta civitas akademika Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara. Terkhusus buat Ibunda tercinta Mantaria br Sipayung, yang
telah memberikan dorongan moril dan semangat yang tidak ternilai, terima kasih yang tak
terhingga atas segala doa dan kasih sayang yang telah diberikan. Istimewa buat pacarku
tercinta Sudarsono Purba, SP yang telah memberikan dukungan baik moril maupun
memberi dorongan dalam menghadapi semua permasalahan dan yang menjadi alasan
bagi saya untuk terus maju dan berusaha, terima kasih yang tak terhingga atas segala doa,
cinta dan kasih sayang yang telah diberikan. Kepada kakak dan abangku yang tersayang
yang memberikan dukungan dan motivasinya. Sahabat-sahabat terbaikku “ Leli, Dame,
Ratna dan Sr. Benedicta beserta seluruh teman-temanku mahasiswa Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara Jalur B stambuk 2008 yang telah memberikan
semangat dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.
Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat nantinya demi kemajuan ilmu
pengetahuan khususnya ilmu keperawatan.
Medan, Desember 2009
Penulis,
DAFTAR ISI
BAB 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Perilaku ... 6
2.1.1. Defenisi Perilaku ... 6
2.1.2. Klasifikasi Perilaku ... 6
2.1.3. Faktor-faktor yang Berperan dalam Pembentukan Perilaku ... 8
2.2.4. Adaptasi sistem Gastrointestinal ... 15
2.3.Perawatan Bayi Baru Lahir ... 17
BAB 3. Kerangka Konsep Penelitian 3.1Kerangka Konsep Penelitian ... 25
BAB 4. Metodologi Penelitian
4.1. Desain Penelitian ... 27
4.1. Populasi dan Sampel ... 27
4.2.1 Populasi ... 27
4.2.2 Sampel ... 27
4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28
4.4. Pertimbangan Etik ... 28
4.5. Instrumen Penelitian ... 29
4.5.1. Kuesioner Penelitian ... 29
4.5.2. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 30
4.6.Pengumpulan Data ... 30
4.7.Analisa data ... 31
BAB 5. Hasil dan Pembahasan 5.1. Hasil Penelitian ... 33
5.2. Pembahasan ... 37
BAB 6. Kesimpulan dan Saran 6.1. Kesimpulan ... 40
6.2. Saran ... 41
Daftar Pustaka... 43
Lampiran-lampiran 1.Lembar persetujuan menjadi responden... ... 46
2.Jadwal Penelitian... ... 47
3.Taksasi Dana... 48
4.Instrumen Penelitian... . 49
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden
(n=20) 34
Tabel 5.2. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan perilaku
Ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir 35
Tabel 5.3. Distribusi kategori perilaku responden berdasarkan karakteristik
DAFTAR SKEMA
Judul : Perilaku Ibu Primipara dalam Merawat Bayi Baru Lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun.
Peneliti : Erpinaria Saragih Program : S1 Keperawatan Tahun Akademik : 2008/2009
ABSTRAK
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.Perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir adalah keseluruhan pengetahuan dan tindakan ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2009 dengan desain penelitian deskriptif dengan tehnik pengambilan sampel total sampling yaitu bahwa yang menjadi responden adalah ibu primipara yang memiliki bayi yang berusia dibawah 1 tahun sebanyak 20 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas ibu primipara memiliki perilaku baik dalam merawat bayi baru lahir (90%). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan, khususnya yang berkaitan dengan perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir.
Judul : Perilaku Ibu Primipara dalam Merawat Bayi Baru Lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun.
Peneliti : Erpinaria Saragih Program : S1 Keperawatan Tahun Akademik : 2008/2009
ABSTRAK
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.Perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir adalah keseluruhan pengetahuan dan tindakan ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2009 dengan desain penelitian deskriptif dengan tehnik pengambilan sampel total sampling yaitu bahwa yang menjadi responden adalah ibu primipara yang memiliki bayi yang berusia dibawah 1 tahun sebanyak 20 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas ibu primipara memiliki perilaku baik dalam merawat bayi baru lahir (90%). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan, khususnya yang berkaitan dengan perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara
berkembang lainnya. Angka kematian bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam
usia 28 hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup (Hincllif, 1999). Angka ini
merupakan salah satu indikator derajat kesehatan bangsa. Tingginya angka kematian bayi
ini dapat menjadi petunjuk bahwa pelayanan maternal dan neonatal kurang baik, untuk
itu dibutuhkan upaya untuk menurunkan angka kematian bayi tersebut.
SUSENAS (2005) menunjukkan bahwa AKB di Indonesia adalah 35 bayi per 1000
kelahiran hidup, sedangkan AKB di propinsi Sumatera Utara mencapai 44 bayi per 1000
kelahiran hidup. Ini menunjukkan bahwa AKB di propinsi Sumatera Utara masih di atas
angka rata-rata nasional. Padahal pada tahun 2015 Indonesia telah menargetkan AKB
menurun menjadi 17 bayi per 1000 kelahiran hidup (Syafei, dikutip dari kompas 2008).
Rencana strategi nasional Making Pregnancy Safer (MPS) Indonesia 2001-2010,
dalam konteks rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010,
mempunyai visi “ Kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman dan bayi
yang dilahirkan hidup sehat”. Sedangkan salah satu misi MPS adalah mempromosikan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Perlu adanya program kesehatan ibu dan bayi baru
lahir (BBL) yang dapat menurunkan AKB (Syafei, dikutip dari kompas 2008).
Periode BBL (neonatal) adalah masa 28 hari pertama kehidupan manusia. Pada masa
ekstra uteri. Masa ini adalah masa yang perlu mendapatkan perhatian karena pada masa
ini terdapat mortalitas paling tinggi (Rudolf, 2006). Penyebab kematian bayi ini adalah
berat badan lahir rendah, asfiksia, tetanus, infeksi dan masalah pemberian Asi (Syafei,
dikutip dari kompas 2008).
Bayi normal yang dilahirkan di rumah sakit maupun di klinik bersalin biasanya hanya
mendapat perawatan selama 2-3 hari. Perawatan selanjutnya di rumah sepenuhnya
dilakukan oleh ibu. Bagi ibu yang pertama kali melahirkan, merawat bayi baru lahir
merupakan hal yang tidak mudah. Walaupun demikian setiap ibu harus mengetahui cara
perawatan bayi secara benar dan sehat karena hal tersebut merupakan syarat mutlak
sebagai orangtua (Pudjiaji, 1992). Perilaku ibu dalam melakukan perawatan bayi baru
lahir dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki oleh ibu yang didapat dari orangtuanya
(tradisi), tenaga kesehatan dan media cetak. Dengan demikian perilaku ibu dalam
merawat bayi baru lahir sangat menentukan kesehatan bayinya.
Salah satu akses untuk mengatasi masalah perawatan bayi baru lahir adalah melalui
pelayanan-pelayanan kesehatan yang banyak dijangkau oleh masyarakat pengguna yang
mengadakan program peningkatan perilaku ibu tentang perawatan yang aman dan tepat
bagi bayi baru lahir. Fenomena yang terlihat di kota Medan bahwa masyarakat ekonomi
menengah ke bawah untuk kebutuhan pelayanan persalinan dan perawatan bayi baru lahir
banyak menggunakan klinik bersalin. Program yang dapat mengkondisikan perilaku ibu
untuk dapat melakukan perawatan bayi baru lahir yang aman dan tepat seharusnya sudah
menjadi salah satu kebijakan pemerintah untuk menjamin terwujudnya perilaku sehat dan
peningkatan derajat kesehatan bayi baru lahir (Barbara, 2002). Keberhasilan program
diubah tentang perawatan BBL sehingga perlu diketahui bagaimana gambaran perilaku
ibu dalam perawatan BBL.
Dengan mengintegrasikan defenisi perilaku menurut Notoatmodjo (2003) dapat
diketahui bahwa perilaku ibu dalam perawatan bayi baru lahir dapat dipelajari. Perilaku
ibu dalam perawatan BBL merupakan perilaku ibu untuk mempertahankan kesehatan
bayinya. Perilaku ibu dalam perawatan BBL yang kurang baik dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan bayi, selain itu dapat juga menyebabkan kesakitan dan
bahkan kematian pada bayi. Dengan demikian perilaku ibu yang baik dalam perawatan
bayi diharapkan dapat membantu mengurangi angka kesakitan pada bayi sehingga dapat
menurunkan angka kematian bayi. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Sahreni (2006) bahwa pendidikan kesehatan efektif terhadap perubahan
perilaku ibu primipara dalam perawatan tali pusat bayinya.
Medan merupakan ibukota propinsi Sumatera Utara yang masih memiliki daerah
kumuh. Diantaranya adalah pemukiman di wilayah pinggiran sungai Deli yang mencakup
Kelurahan Sukaraja yang terdapat di tengah kota Medan. Berdasarkan survei awal yang
dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa sebagian besar penduduknya adalah masyarakat
urban yang memiliki tingkat ekonomi yang rendah dan tempat tinggal dengan bangunan
yang semi permanen serta tingkat pendidikan yang masih rendah. Akses pelayanan
kesehatan yang terdekat yang sering digunakan oleh penduduk di daerah ini adalah klinik
bersalin Sam, klinik bersalin Wina dan klinik bersalin Dona.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti merasa perlu untuk melakukan suatu
penelitian untuk mendapatkan gambaran perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran
tentang pengetahuan dan tindakan ibu primipara dalam merawat BBL di Kelurahan
Sukaraja Kecamatan Medan Maimun.
1.3. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana pengetahuan dan tindakan ibu primipara dalam merawat BBL di
Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun?
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Riset Keperawatan
Hasil penelitian dapat menjadi informasi untuk penelitian selanjutnya yang
berhubungan dengan pengetahuan dan tindakan ibu primipara dalam
merawat BBL.
1.4.2. Praktek dan Pendidikan Keperawatan Maternitas
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan tambahan
pengetahuan mengenai pengetahuan dan tindakan ibu primipara dalam
merawat bayi baru lahir sehingga akan memperkaya pengetahuan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku
2.1.1. Defenisi Perilaku
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau
lingkungan (Depdiknas, 2005). Dari pandangan biologis perilaku merupakan suatu
kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan.
Robert Kwick (1974), menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan
suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. (dikutip dari
Notoatmodjo, 2003).
Skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus/ rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi
melalui proses adanya organisme. Dan kemudian organisme tersebut merespon, maka
teori Skinner ini disebut “S-O-R” atau stimulus-organisme-respon.
2.1.2. Klasifikasi perilaku
Menurut Skinner (1938), dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus maka
perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a). Perilaku tertutup
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon
atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan,
kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum
b). Perilaku terbuka
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek yang
dengan mudah dapat diamati atau dengan mudah dipelajari.
Menurut Notoatmodjo (1993) bentuk operasional dari perilaku dapat
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu:
1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi atau
rangsangan dari luar.
2. Perilaku dalam bentuk sikap yaitu tanggapan batin terhadap keadaan atau
rangsangan dari luar. Dalam hal ini lingkungan berperan dalam membentuk
perilaku manusia yang ada di dalamnya. Sementara itu lingkungan terdiri dari,
lingkungan pertama adalah lingkungan alam yang bersifat fisik dan akan
mencetak perilaku manusia sesuai dengan sifat dan keadaaan alam tersebut.
Sedangkan lingkungan yang kedua adalah lingkungan sosial budaya yang bersifat
non fisik tetapi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembentukan perilaku
manusia.
3. Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit, yakni berupa perbuatan atau
action terhadap situasi atau rangsangan dari luar.
Klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health related behaviour)
menurut Becker (1979, dikutip dari Notoatmodjo, 2003) sebagai berikut:
1. Perilaku kesehatan, yaitu tindakan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan
2. Perilaku sakit, yakni segala tindakan seseorang yang merasa sakit untuk merasakan
dan mengenal keadaan kesehatannya termasuk juga pengetahuan individu untuk
mengidentifikasi penyakit, serta usaha mencegah penyakit tersebut.
3. Perilaku peran sakit, yakni segala tindakan seseorang yang sedang sakit untuk
memperoleh kesembuhan.
2.1.3. Faktor-faktor yang berperan dalam pembentukan perilaku
Menurut Notoatmodjo (1993) faktor-faktor yang berperan dalam pembentukan
perilaku dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu:
1. Faktor internal
Faktor yang berada dalam diri individu itu sendiri yaitu berupa kecerdasan,
persepsi, motivasi, minat, emosi dan sebagainya untuk mengolah pengaruh-pengaruh dari
luar. Motivasi merupakan penggerak perilaku, hubungan antara kedua konstruksi ini
cukup kompleks, antara lain dapat dilihat sebagai berikut:
a. Motivasi yang sama dapat saja menggerakkan perilaku yang berbeda demikian pula
perilaku yang sama dapat saja diarahkan oleh motivasi yang berbeda.
b. Motivasi mengarahkan perilaku pada tujuan tertentu.
c. Penguatan positif/ positive reinforcement menyebabkan satu perilaku tertentu
cenderung untuk diulang kembali.
d. Kekuatan perilaku dapat melemah akibat dari perbuatan itu bersifat tidak
2. Faktor eksternal
Faktor-faktor yang berada diluar individu yang bersangkutan yang meliputi objek,
orang, kelompok dan hasil-hasil kebudayaan yang disajikan sasaran dalam mewujudkan
bentuk perilakunya.
Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep dari
Lawrence Green (1980), dalam Notoatmodjo (2003) menurut Lawrence Green perilaku
dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni :
1. Faktor predisposisi (predisposing faktor).
Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan,
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan,
sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dfan
sebagainya.
2. Faktor pemungkin (enabling faktor)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat.
3. Faktor penguat (reinforcing faktor)
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama
dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan, suami dalam memberikan
dukungannya kepada ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir.
2.1.4. Domain Perilaku
Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat
luas. Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku dalam tiga
perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk pengukuran hasil maka
ketiga domain ini diukur dari pengetahuan, sikap dan tindakan (Dikutip dari
Notoatmodjo, 1993). Tetapi dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti domain kognitif
dan domain psikomotor.
a). Pengetahuan (Kognitif)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia yaitu penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan suatu domain yang
sangat penting untuk terbentuknya suatu tindakan seseorang. Suatu penelitian
mengatakan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan mampu bertahan lama
dari pada yang tidak didasari oleh pengetahuan ( Notoatmodjo, 1993).
Sebelum orang berperilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan yang dimulai dari kesadaran adanya stimulus kemudian ada rasa tertarik.
Setelah itu terjadi pertimbangan dalam batin bagaimana dampak negatif positif dari
stimulus. Hasil pemikiran yang positif akan membawa subyek untuk memulai mencoba
dan akhirnya dalam dirinya sudah terbentuk suatu perilaku baru. Adopsi perilaku yang
didasari pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif terhadap stimulus akan
membentuk perilaku baru yang mampu bertahan lama (Notoatmodjo, 1993).
Menurut Notoatmodjo (1993) domain kognitif pengetahuan dibagi menjadi enam
1.Tahu (Know)
Yaitu mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tingkat tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa
orang tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.
2.Memahami ( Comprehension)
Yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Kata kerja yang
biasa dipakai menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap suatu objek
dan sebagainya.
3.Aplikasi (Aplication)
Yaitu sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi yang nyata. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
Misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah.
4.Analisis (Analysis)
Yaitu suatu kemampuan untuk untuk menjabarkan materi atau objek kedalam
komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur tersebut dan masih ada kaitannya satu
sama lain. Misalnya dapat menggambarkan atau membuat bagan, membedakan,
mengelompokkan dan sebagainya.
5.Sintetis (Syntetis)
Sintetis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
menyusun, dapat merencanakan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah
ada.
6.Evaluasi
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap
materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang telah ada.
b). Tindakan (Practice)
Tindakan atau praktek adalah respon atau reaksi konkret seseorang terhadap
stimulus atau objek. Respon ini sudah dalam bentuk tindakan (action) yang melibatkan
aspek psikomotor atau seseorang telah mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapi (
Notoatmodjo, 1993).
Tindakan atau perilaku kesehatan terjadi setelah seseorang mengetahui stimulus
kesehatan, kemudian mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahui dan
memberikan respon batin dalam bentuk sikap. Proses selanjutnya diharapkan subjek akan
melaksanakan apa yang diketahui atau disikapinya (Notoatmodjo, 2003).
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk terbentuknya
sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu
kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga
diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain.
Adapun tingkatan-tingkatan dalam tindakan atau praktek adalah:
1. Persepsi (Percepion)
Yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
Yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat kedua.
3. Mekanisme (Mechanism)
Yaitu apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis,
atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat
tiga.
4. Adopsi (Adoption)
Yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.Artinya
tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
2.2. Adaptasi Kehidupan Ekstra Uteri
Neonatus adalah bayi baru lahir, khususnya bayi yang berusia dibawah 1 bulan.
Periode neonatal adalah periode 28 hari pertama setelah bayi dilahirkan, selama periode
ini bayi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan ekstra uteri. Periode neonatal
merupakan saat yang paling berbahaya bagi bayi (Hinchliff, 1999). Bayi harus berupaya
agar fungsi-fungsi tubuhnya menjadi efektif sebagai individu yang unik. Respirasi,
pencernaan dan kebutuhan untuk regulasi harus bisa dilakukan sendiri (Gorrie et al,
dikutip dari majalah Rufaidah, 2004).
Masa transisi dari periode fetus ke kehidupan baru lahir merupakan periode kritis
karena mereka harus beradaptasi terhadap lingkungan baru. Mekanisme hemodinamik
dan thermoregulasi mendukung keberhasilan beradaptasi dengan lingkungan ekstra uteri
(Simpson & Creehan, dikutip dari majalah Rufaidah, 2004).
Pernafasan awal memungkinkan terjadi karena adanya perangsangan pada pusat nafas
di medula oblongata oleh faktor kimia, thermal/ sensori dan mekanis. Saat lahir infant
berpindah dari lingkungan yang hangat, dari dalam cairan amnion uterus ke lingkungan
yang suhunya sekitar 20 0F lebih dingin. Serabut saraf sensori yang ada dikulit berespon
terhadap perubahan suhu yang mendadak ini dengan mengirimkan impuls ke otak untuk
menstimuli pernafasan. Respirasi selanjutnya ( setelah RR awal) dipertahankan dengan
adanya surfaktan, cairan sisa yang masih ada di dalam paru (alveoli), berpindah kedalam
rongga interstitial ( paru), dan akan diabsorbsi kedalam sistem sirkulasi & limfatik.
Absorbsi terjadi dalam beberapa jam sampai paling lama 24 jam. Pada BBL yang lahir
dengan SC jumlah cairan sisa mungkin lebih banyak terutama pada 6 jam pertama
kelahiran dibanding BBL yang lahir pervaginam.
2.2.2. Perubahan sirkulasi
Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat diklem. Tindakan ini
meniadakan suplai oksigen plasenta dan menyebabkan terjadinya serangkaian reaksi
selanjutnya. Efek yang segera terjadi setelah tali pusat diklem adalah peningkatan
tahanan pembuluh darah sistemik. Oksigen dari nafas pertama tersebut menyebabkan
sistem pembuluh darah paru terbuka. Kombinasi tekanan yang meningkat dalam sirkulasi
sistemik, tetapi menurun dalam sirkulasi paru menyebabkan perubahan tekanan aliran
darah dalam jantung. Tekanan akibat peningkatan aliran darah di sisi kiri jantung
menyebabkan foramen ovale menutup. Duktus arteriosus yang mengalirkan darah
plasenta teroksigenasi ke otak dalam kehidupan janin sekarang tidak lagi diperlukan.
Dalam 48 jam duktus itu mengecil dan secara fungsional menutup akibat penurunan
Bayi baru lahir dilahirkan dengan nilai konsentrasi hematokrit/hemoglobin yang
tinggi. Konsentrasi hemoglobin normal memiliki rentang dari 13,7-20gr/dl.
2.2.3. Thermoregulasi
Suatu tugas penting lain infant adalah berhubungan dengan thermoregulasi,
mempertahankan suhu tubuh. Neonati harus memproduksi dan mempertahankan panas
yang cukup untuk mencegah stres dingin, dimana hal ini dapat merupakan efek serius dan
fatal. Proses kehilangan panas dapat terjadi dengan cara evaporasi, konduksi, konveksi
dan radiasi. Pada BBL thermoregulasi dengan menggigil tidak efektif sehingga untuk
memproduksi panas ada oksidasi lemak coklat (brown fat) yaitu jaringan coklat adiposa
yang digunakan pada minggu-minggu pertama kehidupan dan tidak ada lagi pada infant
yang lebih tua.
Suhu normal lingkungan pada untuk perawatan bayi baru lahir adalah 32-340C.
2.2.4. Adaptasi sistem gastrointestinal
Bayi baru lahir (BBL/newborns) harus memulai untuk memasukkan, mencerna dan
mengabsorbsi makanan setelah lahir, sebagaimana plasenta telah melakukan fungsi ini
(Gorrie,et al, dikutip dari majalah Rufaidah, 2004).
a. Lambung
Kapasitas lambung BBL sekitar 6 ml/kg BB saat lahir, atau rata-rata sekitar 50-60
cc, tetapi segera bertambah sampai sekitar 90 ml selama beberapa hari pertama
kehidupan. Lambung akan kosong dalam 3 jam untuk pemasukan makanan dan kosong
sempurna dalam 2 sampai 4 jam. Bising usus dalam keadaan normal dapat di dengar pada
4 kuadran abdomen dalam jam pertama setelah lahir akibat bayi menelan udara saat
Saat lahir saluran cerna steril, sekali bayi terpapar dengan lingkungan luar dan
cairan mulai masuk, bakteri masuk ke dalam saluran cerna. Flora normal usus akan
terbentuk dalam beberapa hari pertama kehidupan, sehingga meskipun saluran cerna
steril saat lahir, pada kebanyakan bayi bakteri dapat dikultur dalam 5 jam setelah lahir.
Bakteri ini penting untuk pencernaan dan untuk sintesa vitamin K (Olds,et al., dikutip
dari majalah Rufaidah, 2004).
b. Enzim-enzim pencernaan
Enzim-enzim penting untuk mencerna karbohidrat, protein, lemak sederhana ada
pada minggu ke 36-38 usia gestasi. Lemak yang ada dalam Asi lebih bisa dicerna dan
lebih sesuai untuk bayi dari pada lemak yang terdapat pada susu formula, meskipun
protein dan laktosa yang terdapat dalam susu bayi, keduanya dapat dicerna dengan baik
(Gorrie et al., dikutip dari majalah Rufaidah, 2004).
c. Feses (Stools)
Feses pertama yang diekskresi oleh bayi disebut mekonium, berwarna gelap,
hitam kehijauan, kental, konsistensinya seperti aspal, lembut, tidak berbau setelah lahir,
jika tidak keluar dalam 36-48 jam bayi harus diperiksa patensi anus, bising usus dan
distensi abdomen dan kemungkinan dicurigai obstruksi (Gorrie et al., dikutip dari
majalah Rufaidah, 2004).
2.3. Perawatan Bayi Baru Lahir
Lingkup perawatan bayi baru lahir yang digunakan acuan dalam penelitian ini
diperoleh dari berbagai literatur. Menurut Mc.Kinney., et al (2000) lingkup perawatan
mandiri dikelompokkan dalam 6 kategori yaitu: perawatan kulit, memandikan, perawatan
tali pusat, mengganti popok, menyusui, dan imunisasi.
2.3.1. Perawatan kulit
Pada kulit bayi baru lahir dapat terjadi ruam kecil / ruam popok yang
menyerupai seperti gigitan serangga. Ruam popok dikenal dengan sebutan diaper rash
karena gangguan kulit ini timbul di daerah yang tertutup popok yaitu sekitar alat kelamin,
bokong, serta pangkal paha bagian dalam. Tanda-tanda ruam popok adalah kulit di sekitar
daerah tersebut meradang, berwarna kemerahan kadang lecet. Biasanya, ruam kulit ini
membuat bayi merasa gatal dan tidak nyaman. Penyebab ruam popok biasanya karena
kulit bayi lembab dan terpapar cukup lama oleh urine atau kotoran atau kulit teriritasi
oleh detergen atau bahan kimia yang terdapat pada popok. Ruam kecil tersebut bisa
menghilang tanpa diberi pengobatan. Ruam tersebut sebaiknya tidak perlu diberikan
lotion atau cream karena dapat menimbulkan iritasi pada kulit ( Mc.Kinney, et al. 2000).
2.3.2. Memandikan bayi
Memandikan bayi adalah membersihkan tubuh bayi dari segala kotoran dengan
menggunakan air dan sabun. Memandikan bayi dapat dilakukan dengan mandi rendam
dan mandi dengan dilap. Adapun tujuannya adalah supaya kulit bayi bersih, bayi merasa
nyaman dan dapat mencegah terjadinya infeksi kulit.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memandikan bayi menurut Johnson (2005)
adalah :
a. Memandikan bayi bisa dilakukan setelah suhu tubuh bayi stabil yaitu sedikitnya 4
sampai 6 jam setelah kelahiran.
c. Penggunaan parfum, lotion, bedak dan bahan kimia lain harus dihindari karena dapat
menyebabkan ruam di kulit.
Berikut adalah langkah-langkah memandikan bayi yang bisa dijadikan pedoman bagi
ibu menurut Corol dan Theodora (2003) yaitu:
a. Isi ember mandi bayi dengan air hangat dengan suhu 36.5- 38 0C. Periksakehangatan
air adalah dengan cara mencelupkan pergelangan tangan ibu ke dalam ember mandi
tersebut.
b. Buka pakaian bayi di atas kasur atau matras.
c. Tutup bayi dengan handuk dengan cara menyilangkan handuk diatas tubuh bayi
antara satu sisi dengan sisi lainnya.
d. Basuh muka bayi secara perlahan dengan lap muka, bersihkan matanya dengan lap
bersih.
e. Cucilah rambutnya perlahan-lahan dengan shampo bayi dan cuci bersih dengan
waslap.
f. Sabuni seluruh tubuh bayi, secara perlahan-lahan balikkan tubuh bayi hingga tangan
anda mengenai dagunya, lalu sabuni punggung bayi dan bilas perlahan-lahan.
g. Pastikan semua sabun telah terbilas bersih saat anda mengangkat bayi, dan
perlahan-lahan letakkan bayi diatas handuk bersih, keringkan dan senyaman mungkin pastikan
ibu sudah mengeringkan bagian-bagian lipatan tubuhnya.
2.3.3. Merawat Tali Pusat
Perawatan tali pusat diperlukan untuk mencegah tali pusat menjadi media
berkembangnya mikroorganisme patogen, seperti staphylococcus aureus atau clostridia.
kasa steril, lalu membersihkan bagian sekeliling pangkal tali pusat dengan menggunakan
kasa steril yang dibasahi alkohol 70%, setelah itu tali pusat dibungkus dengan kasa
steril yang kering (Suririnah, 2009). Tali pusat sebaiknya tidak dibungkus dengan
balutan yang basah atau balutan yang kedap udara karena dapat menjadi media
pertumbuhan kuman (Rudolf, 2006)
2.3.4.Mengganti popok
Frekuensi berkemih dan buang air besar bayi baru lahir lebih sering. Oleh karena
itu popok harus diganti sesegera mungkin bila kotor, baik karena air kemih maupun
kotoran. Kulit yang terkena air kemih dan kotoran harus segera dibersihkan baik dengan
air, maupun lap (baby wipe). Sisa urine yang mengenai kulit dapat menimbulkan ruam
terutama bila ada organisme dari feses yang memecah urea menjadi amonia. Ruam pada
kulit biasanya timbul dalam bulan pertama.
Menurut Johnson (2005), alat-alat yang perlu dipersiapkan untuk mengganti
popok bayi adalah popok bersih, baskom kecil / kapas cebok / lap, tempat popok kotor /
keranjang, krim pelindung (jika ada). Setelah alat tersedia ibu mencuci tangan. Bila
tempat yang aman dan datar misalnya di atas kasur atau matras dan bila perlu letakkan
handuk di bawah bayi. Buka pakaian bayi seperlunya untuk dapat membuka popok,
setelah itu buka popok yang kotor dan letakkan di satu sisi. Dengan tangan nondominan,
pegang pergelangan kaki bayi secara hati-hati, angkat sampai kakinya lurus dan bokong
terangkat agar dapat dilakukan pembersihan pada area genitalia. Dengan tangan
dominan, bersihkan genitalia dengan kapas cebok atau lap yang dibasahi dengan air dari
arah depan ke belakang sebelum daerah perineum untuk mengurangi resiko infeksi.
Buang kapas cebok atau lap, kemudian lakukan hal yang sama pada sisi lain, sampai
daerah genitalia benar-benar bersih. Bersihkan lipatan pangkal paha dan paha kemudian
bokong. Bila menggunakan air, tepuk-tepuk area tersebut dengan handuk sampai kering.
Bila memakai krim pelindung, oleskan di area genitalia dan bokong. Letakkan popok di
bawah bayi, kemudian pasang popok tersebut, kemudian pakaikan kembali pakaian bayi.
2.3.4. Menyusui Bayi
Secara alamiah menyusui bayi adalah cara yang terbaik dalam memenuhi
kebutuhan gizi bayi, hal ini menimbulkan hubungan yang sangat penting untuk
pertumbuhan psikologis bayi yang sehat. Keunggulan ASI perlu ditunjang oleh cara
pemberian yang benar, misalnya persiapan dan tehnik menyusui yang tepat, posisi
menyusui, lama dan frekuensi menyusui. Sehingga diperlukan usaha-usaha / pengelolaan
(manajemen laktasi) yang benar agar setiap ibu dapat menyusui sendiri bayinya
(Soetjiningsih, 1997).
Cara terbaik dalam mempersiapkan pemberian ASI adalah keadaan kejiwaan ibu
yang sedapat mungkin tenang dan tidak menghadapi banyak permasalahan. Kecemasan,
ketakutan, perasaan tidak aman atau ketegangan dapat menghambat produksi ASI.
Faktor-faktor tersebut merangsang hipotalamus untuk mengeluarkan epinefrin dan
norepinefrin yang selanjutnya akan menghambat transportasi oksitosin ke dalam
payudara akibatnya produksi ASI menurun (Farrer, 1999).
b. Tehnik menyusui
Tehnik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi
lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya bayi
enggan menyusui. Untukl itu diperlukan pengetahuan mengenai tehnik menyusui yang
benar (Hamilton, 1995).
Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting dan
di sekitar areola. Cara tersebut bermanfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban
puting susu (Soetjiningsih, 1997). Ibu duduk dengan santai dan nyaman pada kursi yang
mempunyai sandaran punggung, gunakan bantal untuk mengganjal bokong bayi. Mulai
menyusui dari payudara kanan dengan meletakkan kepala bayi pada siku kanan bagian
dalam dengan posisi badan bayi menghadap badan ibunya. Tangan kanan memegang
bokong dan paha bayi (Manuaba, 1999).
Sangga payudara kanan dengan tangan kiri, tetapi tidak di bagian areola. Sentuh
mulut bayi dengan puting susu untuk memberi rangsangan. Bila bayi membuka mulut
masukkan seluruh puting sebanyak mungkin sampai daerah areola tertutupi. Dekap bayi
hingga ujung hidung bayi menyentuh payudara, ibu menekan sedikit payudara sehingga
Setelah selesai menyusui kurang lebih 10-15 menit, lepaskan hisapan bayi dengan
menekan sedikit dagunya atau memasukkan jari kelingking yang bersih ke sudut mulut
bayi. Sebelum menyusui dengan payudara yang satu lagi, sendawakan bayi untuk
mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah (Jumiarni, 1994).
Bayi disendawakan dengan cara menggendong bayi dalam keadaan tegak,
bersandar ke pundak ibu, lalu tepuk-tepuk punggung bayi perlahan-lahan atau
telungkupkan bayi diatas pangkuan ibu, lalu gosok-gosok punggung bayi (Bobak,
Lowdermilk, Jensen, 1994).
c. Posisi menyusui
Ada beberapa posisi yang digunakan dalam menyusui. Ibu harus menemukan
posisi yang paling sesuai baginya. Bayi harus berada dalam posisi yang nyaman untuk
mempermudah keadaan dan tidak harus memutar kepala tau meregangkan lehernya untuk
dapat menjangkau puting (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 1994).
Posisi menyusui yang biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau
berbaring. Pada ASI yang memancar (penuh), posisi ibu saat menyusui dengan berbaring,
bayi ditengkurapkan di atas dada ibu, dan tangan sedikit menahan kepala bayi. Dengan
posisi tersebut, bayi harus menghisap ASI melawan gaya berat sehingga mengurangi
pancaran ASI yang deras dan bayi terhindar dari tersedak saat menyusui (Soetjiningsih,
1997).
d. Lama dan frekuensi menyususi
Bayi baru lahir harus diberi ASI setiap 2 sampai 3 jam dengan jumlah total 8
sampai 12 kali dalam 24 jam atau sesuai dengan permintaan bayi. Sebaiknya menyusui
Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, dan
sebagainya). Lama menyusui biasanya kurang lebih 10-15 menit. Bayi yang sehat dapat
mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan Asi dalam lambung bayi akan kosong
dalam waktu 2 jam (Farrer, 1999).
2.3.5. Imunisasi
Setiap bayi yang lahir harus diimunisasi untuk meningkatkan kekebalan tubuh
terhadap penyakit tertentu dan mencegah terjadinya penyakit infeksi.. Imunisasi adalah
suatu usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap penyakit tertentu. Ada 2
jenis kekebalan yang bekerja dalam tubuh yaitu kekebalan aktif dan kekebalan pasif.
Ada 5 jenis imunisasi dasar yang harus diberikan pada bayi yaitu BCG, DPT, Polio,
Campak dan Hepatitis B. Jadwal pemberian imunisasi pada bayi yaitu BCG diberikan 1
kali pada umur 0-11 bulan, DPT diberikan 3 kali pada umur 2-11 bulan dengan interval
minimal 4 minggu, Polio diberikan 4 kali pada umur 0-11 bulan dengan interval
minimal4 minggu, Campak diberikan 1 kali pada umur 9-11 bulan, Hepatitis B diberikan
3 kali pada umur 0-11 bulan. Imunisasi yang seharusnya diberikan kepada bayi baru lahir
BAB 3
Skema 1. Kerangka konsep penelitian
Penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan dan tindakan ibu primipara dalam
merawat bayi baru lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun. Ada 2 faktor
yang mempengaruhi pembentukan perilaku yaitu : faktor internal dan eksternal. Faktor
lingkungan, ekonomi, kebudayaan dan informasi. Peneliti akan meneliti variabel
pengetahuan dan tindakan mengenai perawatan bayi baru lahir. Pengetahuan yang harus
diketahui oleh ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir meliputi: perawatan kulit,
memandikan, perawatan tali pusat, mengganti popok, menyusui dan imunisasi pada bayi
baru lahir sedangkan tindakan yang harus diketahui oleh ibu primipara dalam merawat
bayi baru lahir adalah mengganti popok, memandikan, perawatan tali pusat dan
menyusui. dalam merawat bayi baru lahir adalah keseluruhan pengetahuan dan tindakan ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir.
1.Pengetahuan ibu primipara dalam merawat
bayi baru lahir adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah ibu primipara melakukan penginderaan dalam merawat bayi baru lahir.
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Desain
ini digunakan untuk mendapatkan gambaran perilaku ibu primipara dalam merawat bayi
baru lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun.
4.2. Populasi dan Sampel
4.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu primipara yang memiliki bayi dan
bertempat tinggal di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun.
4.2.2. Sampel
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode
purposive sampling, dimana pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas ciri-ciri atau
sifat-sifat tertentu yang ada sangkut pautnya dengan penelitian (Nursalam, 2003). Peneliti
menyusun kriteria responden yaitu: ibu primipara yang memiliki bayi yang berumur di
bawah 1 tahun, dapat berbahasa Indonesia serta bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini.
Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara total sampling,
dimana seluruh anggota populasi menjadi sampel penelitian (Arikunto, 2006). Jumlah
4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun. Dengan
pertimbangan bahwa penduduk di daerah tersebut merupakan masyarakat urban yang
memiliki tingkat ekonomi yang rendah dan tempat tinggal dengan bangunan yang semi
permanen serta tingkat pendidikan yang masih rendah. Selain itu daerah ini terdapat di
tengah kota Medan yang merupakan salah satu kota metropolitan sehingga daerah ini
dapat menjadi representatif dan belum pernah dilakukan penelitian dengan judul yang
sama di daerah tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan pada November 2009.
4.4. Pertimbangan Etik
Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapat rekomendasi dari Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara kemudian mengajukan surat permohonan
kepada Lurah Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun untuk mendapatkan
persetujuan penelitian. Setelah mendapat persetujuan, peneliti memulai penelitian dengan
menekankan masalah etik. Kepada responden yang memenuhi kriteria sampel, peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang mungkin terjadi selama
dan sesudah pengumpulan data. Jika responden menolak untuk diteliti, maka peneliti
tidak memaksa dan tetap menghormati haknya. Untuk menjaga kerahasiaan identitas
responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan
data, hanya nomor kode yang digunakan sehingga kerahasiaan semua informasi yang
4.5. Instrumen Penelitian
4.5.1. Kuesioner Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang dibuat
sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada tinjauan kepustakaan tentang perawatan
bayi baru lahir.
Kuesioner tentang perilaku ibu primipara mengenai perawatan bayi baru lahir
terdiri dari dua bagian yaitu pengetahuan dan tindakan. Kuesioner ini terstruktur, jenis
kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup (closed-ended) menggunakan
dichotomy question (Nursalam, 2003) yaitu jenis kuesioner tertutup dengan pilihan
jawaban ya dan tidak.
Kuesioner untuk menilai pengetahuan terdiri dari 20 pernyataan dikotomi,untuk
pernyataan positif jika ibu menjawab benar maka diberi nilai satu (skor ═ 1), sedangkan
jika menjawab salah diberi nilai nol (skor = 0). Sedangkan untuk pernyataan negatif jika
ibu menjawab benar diberi nilai nol (skor = 0) dan jika menjawab salah diberi nilai satu
(skor = 1).
Kuesioner tindakan terdiri atas 36 pernyataan. Jika ibu melakukan tindakan yang
sesuai dengan pernyataan maka diberi nilai 1 (skor = 1) sedangkan jika ibu tidak
melakukan yang sesuai dengan pernyataan maka diberi nilai nol (skor = 0).
4.5.2. Validitas dan Reliabilitas instrumen
Peneliti terlebih dahulu melakukan uji validitas dan reliabilitas pada instrumen
penelitian. Validitas instrumen diuji oleh orang yang ahli di bidangnya. Instrumen
anak Fakultas Keperawatan USU dan telah dinyatakan valid. Selain itu instrumen
penelitian ini juga telah diperiksa oleh praktisi kesehatan yang bekerja di Puskesmas
sebagai penanggung jawab MTBS (Manajemen Terpadu Bayi Sakit) dan dinyatakan
valid. Uji reliabilitas instrumen bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau
kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur.
Dalam penelitian ini digunakan uji reliabilitas konsistensi internal karena memiliki
kelebihan yaitu pemberian instrumen kepada satu subyek studi (Dempsey & Dempsey,
2002). Menurut Polit & Hungler (1995) kuesioner akan reliabel jika memiliki nilai
reliabilitas lebih dari 0,7. Instrumen penelitian telah diuji dengan menggunakan bantuan
komputer dengan chrombach alfa. Hasil uji reliabilitas instrumen yaitu 0,789 yang
berarti kuesioner reliabel.
4.6. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Setelah mendapatkan surat ijin melakukan penelitian dari Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara, peneliti mengajukan surat kepada Lurah Kelurahan
Sukaraja Kecamatan Medan Maimun.
2) Setelah mendapatkan ijin dari Lurah Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun,
peneliti melakukan pendekatan dengan calon responden untuk mendapatkan
persetujuannya sebagai sampel penelitian.
3) Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui wawancara pada responden yang
4) Peneliti menanyakan apakah calon responden bersedia dalam penelitian ini.
5) Calon responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani surat persetujuan.
6) Responden menjawab pernyataan yang terdapat pada lembaran kuesioner sesuai
dengan petunjuk pada masing-masing bagian.
7) Mengingatkan responden untuk mengisi kuesioner sesuai dengan apa yang dirasakan/
dialami/ dilakukan oleh responden.
8) Setelah diisi, kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa
kelengkapannya. Apabila ada yang tidak lengkap, telah diselesaikan saat itu juga.
4.7. Analisa Data
Setelah semua data pada kuesioner terkumpul, maka dilakukan analisa data
melalui beberapa tahap. Pertama mengecek kelengkapan identitas dan data responden
serta memastikan bahwa jawaban telah diisi, kemudian data yang sesuai diberi kode
untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Selanjutnya
memasukkan data ke dalam komputer dan dilakukan pengolahan data dengan
menggunakan program SPSS versi 15.0.
Untuk menganalisa variabel perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir
akan dianalisis dengan menggunakan skala ordinal dan akan ditampilkan dalam distribusi
frekuensi dan persentase dengan nilai terendah adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 56.
Berdasarkan rumus statistika p =rentang dibagi dengan banyak kelas (Sudjana, 1992).
Dimana p merupakan panjang kelas, dengan rentang ( nilai tertinggi dikurang nilai
terendah) sebesar 56 dibagi atas tiga kategori kelas yaitu perilaku yang mendukung
kesehatan BBL (cukup dan kurang baik) maka diperoleh panjang kelas sebesar sembilan
belas (19).
Dengan p = 19, dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas pertama, perilaku
dikategorikan atas kelas interval sebagai berikut :
0 – 19 = perilaku kurang baik
20 – 38 = perilaku cukup
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai perilaku ibu primipara dalam
merawat bayi baru lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun.
Pengumpulan data dilakukan pada bulan November 2009 dan jumlah seluruh responden
dalam penelitian ini sebanyak 20 orang.
Berikut ini dijabarkan deskripsi dan persentase karakteristik responden dan
perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan
Medan Maimun.
5.1.1. Deskripsi karakteristik responden
Pada tabel 5.1 dapat dilihat data tentang karakteristik responden yang meliputi
usia, suku, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan dan penghasilan. Data yang diperoleh
menunjukkan mayoritas responden berada pada kelompok usia 20-22 tahun (n=7, 35%).
Separuh responden suku Jawa (n=10, 50%), mayoritas responden beragama Islam (n=18,
90%), berpendidikan SMU/Sederajat (n=16, 80%), dan pekerjaannya sebagai ibu rumah
tangga (n=17, 85%). Pendapatan keluarga separuhnya berada pada kisaran Rp.800.000 -
Rp.1.600.000 (n=10, 50%).
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden (n=20)
Usia :
5.1.2. Deskripsi perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir
Hasil penelitian pada tabel 5.2 menunjukkkan bahwa sebagian besar responden
10%). Perilaku baik ini didukung oleh tindakan yang baik dari ibu primipara dalam
merawat bayi baru lahir tetapi tidak didukung oleh pengetahuan yang memadai.
Tabel 5.2. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan perilaku ibu primipara dalam
merawat bayi baru lahir
Perilaku ibu primipara dalam merawat BBL Frekuensi Persentase
Pengetahuan : Baik 6 30
Cukup 14 70
Tindakan : Baik 20 100
Cukup 0 0
Perilaku : Baik 18 90
Cukup 2 10
5.1.3. Kategori perilaku responden berdasarkan karakteristik responden
Dari hasil penelitian pada tabel 5.3 diketahui bahwa sebagian besar responden
yang memiliki perilaku baik berada dalam rentang usia 20-35 tahun (n=16,80%)
berpendidikan SMU/Sederajat (n=16, 80%) dan bekerja sebagai ibu rumah tangga (n=15,
75%).
Tabel 5.3. Distribusi kategori perilaku responden berdasarkan karakteristik responden
Karakteristik responden Perilaku
Cukup Baik
Usia: <20 tahun 1 2
20-35 tahun 1 16
SMU/Sederajat 0 16
SLTP 0 1
SD 2 0
Pekerjaan : IRT 2 15
Wiraswasta 0 3
5.2. Pembahasan
Dalam pembahasan ini dijabarkan hasil penelitian tentang perilaku ibu primipara
dalam merawat bayi baru lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki
perilaku baik dalam merawat bayi baru lahir (n=18, 90%) dan perilaku cukup (n=2,
10%). Dari hasil penelitian terhadap tindakan ibu primipara dalam merawat bayi baru
lahir terlihat bahwa hampir seluruh tindakan dilaksanakan dengan benar, namun tindakan
tersebut tidak didukung oleh pengetahuan yang memadai. Dapat dilihat bahwa sebagian
besar responden memiliki skor pengetahuan dalam merawat bayi baru lahir rendah
Tindakan yang tidak didukung oleh pengetahuan yang memadai dapat
menimbulkan perilaku yang tidak menetap. Berdasarkan catatan lapangan peneliti
dijumpai hampir sebagian besar responden tinggal bersama dengan orang tua/mertua.
Kemampuan responden merawat bayi baru lahir dalam penelitian ini diajarkan oleh orang
tua. Hanya saja kemampuan tersebut tidak didukung oleh pengetahuan yang baik. Hal ini
dapat terlihat bahwa sebagian besar ibu primipara memiliki skor pengetahuan dalam
merawat bayi baru lahir yang rendah (lihat tabel 5.2). Hal ini menunjukkan bahwa
perilaku ibu primipara bisa menjadi tidak menetap karena tidak didukung oleh
pengetahuan yang memadai. Suatu penelitian mengatakan bahwa perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan mampu bertahan lama dari pada yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan (kognitif) merupakan faktor
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Tindakan responden yang baik dalam perawatan bayi baru lahir dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Dalam penelitian ini salah satu faktor yang mungkin mempengaruhi
tindakan responden yang baik tersebut adalah faktor kondisi. Berdasarkan survei yang
dilakukan oleh peneliti, dijumpai bahwa sebagian besar responden tinggal bersama
dengan orang tuanya. Terkait dalam penelitian ini, jika responden tidak tinggal lagi
bersama dengan orang tuanya, kemungkinan responden akan cenderung tidak melakukan
hal seperti yang telah diajarkan oleh orang tuanya. Hal ini nantinya dapat menyebabkan
perubahan dalam perawatan bayi selanjutnya.
Menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003), rendahnya pengetahuan ibu
primipara dalam merawat bayi baru lahir dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
dari orang tua, petugas kesehatan, dan media massa). Terkait dalam penelitian ini
responden mendapatkan informasi kesehatan dari sarana pelayanan kesehatan dimana
mereka bersalin. Dari hasil wawancara peneliti mendapatkan informasi bahwa sebagian
besar responden bersalin di klinik bersalin yang terdekat dengan tempat tinggal mereka.
Dalam Notoatmodjo (1993) dikatakan bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi
pembentukan perilaku yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu
pendidikan, motivasi, persepsi, pengalaman dan faktor eksternal yaitu lingkungan,
ekonomi, kebudayaan dan informasi. Terkait dengan penelitian ini lingkungan
mempengaruhi perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir. Ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sahreni (2006), bahwa lingkungan mempengaruhi
perilaku ibu primipara dalam merawat tali pusat bayinya.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, dengan tindakan merawat bayi baru
lahir yang tidak didasari oleh pengetahuan yang memadai diperlukan adanya upaya
peningkatan pengetahuan. Upaya tersebut dapat dicapai melalui berbagai cara
diantaranya yaitu melalui petugas kesehatan yang seharusnya memberikan informasi-
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai perilaku ibu primipara dalam
merawat bayi baru lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun, maka didapat
kesimpulan dan saran sebagai berikut :
6.1. Kesimpulan
Responden dalam penelitian ini adalah seluruh ibu primipara yang bertempat
tinggal di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun sejumlah 20 orang. Dengan
kriteria responden yaitu memiliki bayi berusia dibawah 1 tahun, dapat berbahasa
Indonesia dengan baik serta telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Dari
penelitian yang dilakukan di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun diketahui
bahwa mayoritas responden memiliki perilaku baik dalam merawat bayi baru lahir dan
sebagian kecilnya memiliki perilaku cukup. Hampir seluruh tindakan merawat bayi baru
lahir dilaksanakan oleh responden, namun tindakan tersebut tidak didukung oleh
pengetahuan yang memadai. Pengetahuan yang tidak memadai tersebut dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor diantaranya adalah usia, pendidikan, pekerjaan dan sumber
informasi. Terlihat bahwa dalam penelitian ini usia, pendidikan dan pekerjaan
mempengaruhi perilaku responden dalam merawat bayi baru lahir.
6.2. Saran
a. Bagi institusi pelayanan
• Pihak institusi pelayanan seperti rumah sakit, puskesmas, tempat praktek dokter,
yang komprehensif meliputi upaya promotif, preventif seperti memberikan
penyuluhan kepada ibu hamil trimester II tentang perawatan bayi baru lahir
karena masa perawatan saat ini singkat.
• Pihak institusi pelayanan juga diharapkan dapat meningkatkan pelayanan
kesehatannya dengan membuat program edukasi antenatal untuk memberikan
dukungan atau informasi pada ibu hamil. Diharapkan juga dilakukan kunjungan
rumah untuk memantau kondisi ibu dan bayi setelah pulang dari perawatan.
b. Bagi institusi pendidikan
• Dengan hasil penelitian ini diharapkan akan dapat menambah kepustakaan,
khususnya yang berkaitan dengan perilaku ibu primipara dalam merawat bayi
baru lahir.
c. Bagi penelitian selanjutnya.
• Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menggali beberapa hal lagi secara
lebih mendalam seperti faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku
seseorang.
• Penelitian ini dilakukan pada 20 orang ibu primipara, hal ini disebabkan karena
penelitian ini hanya dilakukan pada satu kelurahan saja. Penelitian selanjutnya
terkait dengan penelitian ini sebaiknya mencakup populasi yang lebih luas.
• Penelitian selanjutnya yang terkait dengan penelitian ini diharapkan dalam
meneliti tindakan agar menggunakan metode observasi supaya gambarannya
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta: PT Rineka Cipta
Azwar, Saifuddin. (1998). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar Azrul. (2000). Manajemen Laktasi. Jakarta : Depkes RI.
Barbara, R. S. (2002). Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. Edisi 3. Jakarta : EGC
Biro Pusat Statistika Indonesia. (2005). Survei Kesehatan Nasional. Dibuka 20 Februari 2009 dari http://www.menkokestra.go.id/content/view.php
Bobak, I. M. (et al, 1995). Maternity Nursing. Fourth Edition. St. Louis: Mosby- Year Book, Inc
Corol & Theodora. (2003). Perawatan Bayi Sehari-hari. Dibuka 7 Maret 2009 dari
Cunningham, F.G. (1995). Obstetri Williams. Edisi 18. Jakarta : EGC
Dempsey, P.A & Dempsey.A.D. (2002). Riset Keperawatan : Buku Ajar dan Latihan. Edisi 4. Jakarta :EGC
Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus besar Bahasa Indonesia. Edisi 3. Jakarta : Balai Pustaka
Effendi, N. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Ellyta. A. (2004). Jurnal Keperawatan Rufaidah. Medan : USU Press.
Fakhrur. (2007). Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir (KIBBBLA). Dibuka pada 1 Mei 2009
dar
Farrer, Helen. (1999). Perawatan Maternitas. Edisi 2. Jakarta : EGC
Gorrie, Trula Myers, et al. (1998). Foundation of Maternal-Newborn Nursing. Second Edition. Philadelphia : WB. Saunder Company
Helen, Varney. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 2. Jakarta : EGC
Henderson, Christine. (2005). Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC
Hidayat, A. Azis Alimul. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi kedua. Jakarta: Salemba Medika
Hinchliff. (1999). Kamus Keperawatan. Edisi 17. Jakarta : EGC
Johnson, Ruth. (2005). Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta : EGC
Jumiarni, (1994). Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta : EGC
Kompas. (2008). Angka Kematian Bayi Masih Tinggi. Dibuka pada 14 Maret 2009 dari http://www.kompas.com.compascetak/ humaniora/ htm.
Mc. Kinney, et al. (2000). Maternal-Child Nursing. Philadelphia : WB Saunders
Manuaba, Ida Bagus Gde. (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan
Notoatmodjo,S. (1997). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta :PT Rineka Cipta
Notoatmodjo. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Olds, Sally B, et al. (1984). Maternal-Newborn Nursing. California: Menti Park
Polit & Hungler. (1995). Nursing Research 5th Edition: Principals and Methods.
Philedelphia: JB Lippincott
Pratiknya.W.Ahmad. (2008). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran &
Kesehatan. Jakarta :PT.Raja Grafindo Persada
Prawirohardjo, Sarwono. (2002). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta :YBP-SP
Pudjiaji, S. (1992). Bayiku Sayang. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta.
Rudolf, Abraham. (2006). Buku Ajar Pediatrik. Edisi 20. Jakarta : EGC
Sahreni. (2006). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku Ibu Primipara
Dalam Merawat Tali Pusat Bayinya. Medan : PSIK FK USU
Sherwen, L.N., et al. (1995). Nursing Care of the Childbering Family. Second edition. Norwalk: Connechout
Simkin, et al. (2007). Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan dan Bayi. Jakarta : Penerbit Arcan
Simpson & Creehan. (2001). Perinatal Care. Edisi 2. Philadelpia : Lippincott.
Soetjiningsih. (1997). ASI : Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC
Suci (2007). Imunisasi Bayi 4 Bulan Pertama. Dibuka pada 15 Juni 2009 dari
Sudjana. (1992). Metode Statistika. Edisi 3. Bandung : Tarsito
Stevens, et al. (2005). Pengantar Riset: Pendekatan Ilmiah Untuk Profesi Kesehatan. Jakarta : EGC
Sutomo, A.H. (2003). Pedoman Praktis Safe Motherhood . Jakarta : EGC
Suririnah, (2009). Buku pintar merawat bayi 0-12 bulan. Jakarta : Gramedia pustaka utama.
Thompson, Elanor. (1995). Introduction to Maternity and Pediatric Nursing 2nd Edition.
USA: WB Saunders
Wahyuni, Arlinda. (2004). Statistik Kesehatan. Medan: FK USU
Weller. (2005). Kamus Saku Perawat. Edisi 22. Jakarta :EGC
Lampiran 1
LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN
Judul penelitian : Perilaku Ibu Primipara dalam Merawat Bayi Baru Lahir di
Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun.
Peneliti : Erpinaria Saragih
Saya telah diminta dan bersedia untuk berperan dalam penelitian yang berjudul”
Perilaku Ibu Primipara dalam Merawat Bayi Baru Lahir di Kelurahan Sukaraja
Kecamatan Medan Maimun”.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku ibu primipara
dalam merawat bayi baru lahir.
Saya mengerti bahwa resiko yang akan terjadi sangat kecil dan saya mempunyai
hak untuk mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa adanya sanksi atau paksaan.
Adapun catatan mengenai penelitian ini akan dirahasiakan dan semua berkas hanya
digunakan untuk keperluan pengolahan data dan akan dimusnahkan bila tidak
dipergunakan lagi.
Dengan demikian, secara suka rela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun,
saya bersedia berperan serta dalam penelitian ini. Dan atas kerjasama yang baik saya
ucapkan terima kasih.
Medan, November 2009
Peneliti, Responden,
Lampiran 2
Taksasi Dana Penelitian
1. Fotocopy materi pembelian buku untuk literatur Rp 350.000
2. Pembelian 1 buah flashdisk Rp 80.000
3. Rental komputer dan print Rp 250.000
4. Biaya internet Rp 100.000
5. Transportasi Rp 400.000
6. Biaya tak terduga
Jumlah : Rp.1.360.000
Lampiran 3
INSTRUMEN PENELITIAN Bagian 1. Data Demografi
Kode Responden: Petunjuk pengisian:
1. Berilah tanda check list (√) pada salah satu tanda kurung sesuai dengan jawaban
responden.
2. Bila ada pertanyaan yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.
Bagian 2. Kuesioner perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir.
Pengetahuan
No Pernyataan Ya Tidak
1 Ruam pada kulit bayi baru lahir dapat menghilang tanpa
diberi pengobatan.
2 Memberi lotion atau cream pada ruam dapat menyebabkan
iritasi pada kulit.
3 Ruam pada kulit bayi baru lahir sebaiknya diberi cream
untuk menghindari infeksi.
4 Sewaktu memandikan bayi, bayi dijaga agar tetap hangat.
5 Menghindari penggunaan bedak setelah bayi dimandikan.
6 Rambut bayi baru lahir tidak perlu dicuci karena tidak
kotor.
7 Perawatan tali pusat diperlukan untuk mencegah tali pusat
menjadi tempat berkembangnya kuman.
8 Perawatan tali pusat yang baik yaitu membersihkannya
dengan menggunakan kasa steril yang di basahi larutan
alkohol 70%.
9 Sebaiknya tali pusat dibungkus dengan kasa steril yang
dibasahi dengan alkohol 70%.
10 Bayi baru lahir biasanya lebih sering berkemih dan buang
air besar.
11 Ruam popok dapat terjadi karena kulit kontak dengan sisa
urine atau kotoran.
12 Mengganti popok yang sudah kotor tidak dapat mencegah
lecet atau ruam pada kulit bayi baru lahir.
13 Menyusui bayi adalah cara yang terbaik dalam memenuhi
kebutuhan gizi bayi.
yang sehat.
15 Sebaiknya bayi baru lahir menyusui sesuai keinginan ibu.
16 Menyusui sebaiknya tanpa dijadwal atau sesuai keinginan
bayi (on demand).
17 Sebelum pulang dari RS / klinik bayi baru lahir harus
diberikan imunisasi BCG dan Hepatitis B.
18 Setiap bayi baru lahir harus diimunisasi untuk
meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu
dan mencegah terjadinya penyakit infeksi.
19 Bayi baru lahir perlu mendapatkan imunisasi BCG ulangan
pada bulan berilkutnya.
20 Imunisasi yang seharusnya diberikan pada bayi baru lahir
yaitu BCG, DPT, Polio dan Hepatitis B.
2.2. Tindakan
No Pernyataan Dilaksanakan
Ya Tidak
1 Mengganti popok bayi:
Menyiapkan alat-alat yaitu: popok bersih, baskom
kecil/kapas cebok/lap, air hangat, keranjang.
2 Mencuci tangan.
3 Membaringkan bayi di tempat yang aman dan datar
misal di atas kasur / matras.
4 Buka pakaian bayi seperlunya, setelah itu buka popok
yang kotor dan letakkan di keranjang.
5 Dengan tangan non dominan, pegang pergelangan kaki
bayi secara hati-hati, angkat sampai kakinya lurus dan
bokong terangkat agar dapat dilakukan pembersihan
pada alat genitalia.
kapas cebok atau lap yang dibasahi dengan air hangat
dengan arah depan ke belakang sebelum daerah
perineum.
7 Buang kapas cebok atau lap, kemudian lakukan hal
yang sama pada sisi lain, sampai daerah genitalia
bersih.
8 Bersihkan lipatan pangkal paha, paha dan bokong
kemudian lap sampai kering.
9. Letakkan popok di bawah bayi, kemudian pasang
popok tersebut dan pakaikan kembali pakaian bayi.
10. Memandikan bayi:
Menyiapkan alat-alat yaitu: pakaian bayi yang bersih
(bedong, baju, kaos kaki, sarung tangan, topi, popok),
ember mandi ,air hangat, sabun, shampo, handuk,
waslap.
11 Mengisi ember mandi dengan air hangat dengan suhu
36,5-380C.
12. Periksa kehangatan air dengan mencelupkan
pergelangan tangan ibu ke dalam ember mandi.
13 Membuka pakaian bayi di atas kasur / matras.
14 Menutup bayi dengan handuk dengan cara
menyilangkan handuk di atas tubuh bayi.
15 Membersihkan mata bayi dengan lap bersih, kemudian
membasuh mukanya secara perlahan.
16 Mencuci rambut bayi perlahan-lahan dengan shampo
dan melapnya bersih dengan waslap.
17 Sabuni seluruh tubuh bayi, secara perlahan-lahan
balikkan tubuh bayi lalu sabuni punggung bayi dan lap
dengan waslap.