• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Ibu Primipara dalam Merawat Bayi Baru Lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perilaku Ibu Primipara dalam Merawat Bayi Baru Lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU IBU PRIMIPARA DALAM MERAWAT BAYI

BARU LAHIR di KELURAHAN SUKARAJA KECAMATAN

MEDAN MAIMUN

SKRIPSI

Oleh

Erpinaria Saragih 081121040

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Judul : Perilaku Ibu Primipara dalam Merawat Bayi Baru Lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun. Nama Mahasiswa : Erpinaria Saragih

Nim : 081121040

Fakultas : Keperawatan

Tahun : 2009

Tanggal Lulus :

Pembimbing Penguji I

Erniyati, S.Kp, MNS Siti Saidah, S.Kp,M.Kep.Sp.Mat

NIP 19671208 199903 2001 NIP 19750327 200012 2001

Penguji II

Ellyta Aizar, SKp

NIP 19741013 200012 2001

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Medan, Desember 2009 Pembantu Dekan I FKep USU

Erniyati, S.Kp, MNS

(3)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas

segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul “Perilaku Ibu Primipara dalam Merawat Bayi Baru Lahir di Kelurahan Sukaraja

Kecamatan Medan Maimun ”.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya

kepada ibu Erniyati, S.Kp.MNS selaku dosen pembimbing dan sekaligus sebagai

Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran dan sumbangan pikiran sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapat masukan dan

dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapakn terima kasih

kepada Bapak dr.Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara, dan Bapak Wan Azmi AP selaku Lurah Kelurahan Sukaraja Kecamatan

Medan Maimun beserta seluruh staf pegawai Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan

Maimun yang telah memberikan waktu dan tempat melaksanakan penelitian ini dan

kepada Seluruh dosen dan staf pengajar serta civitas akademika Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara. Terkhusus buat Ibunda tercinta Mantaria br Sipayung, yang

telah memberikan dorongan moril dan semangat yang tidak ternilai, terima kasih yang tak

terhingga atas segala doa dan kasih sayang yang telah diberikan. Istimewa buat pacarku

tercinta Sudarsono Purba, SP yang telah memberikan dukungan baik moril maupun

(4)

memberi dorongan dalam menghadapi semua permasalahan dan yang menjadi alasan

bagi saya untuk terus maju dan berusaha, terima kasih yang tak terhingga atas segala doa,

cinta dan kasih sayang yang telah diberikan. Kepada kakak dan abangku yang tersayang

yang memberikan dukungan dan motivasinya. Sahabat-sahabat terbaikku “ Leli, Dame,

Ratna dan Sr. Benedicta beserta seluruh teman-temanku mahasiswa Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara Jalur B stambuk 2008 yang telah memberikan

semangat dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.

Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat nantinya demi kemajuan ilmu

pengetahuan khususnya ilmu keperawatan.

Medan, Desember 2009

Penulis,

(5)

DAFTAR ISI

BAB 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Perilaku ... 6

2.1.1. Defenisi Perilaku ... 6

2.1.2. Klasifikasi Perilaku ... 6

2.1.3. Faktor-faktor yang Berperan dalam Pembentukan Perilaku ... 8

2.2.4. Adaptasi sistem Gastrointestinal ... 15

2.3.Perawatan Bayi Baru Lahir ... 17

BAB 3. Kerangka Konsep Penelitian 3.1Kerangka Konsep Penelitian ... 25

(6)

BAB 4. Metodologi Penelitian

4.1. Desain Penelitian ... 27

4.1. Populasi dan Sampel ... 27

4.2.1 Populasi ... 27

4.2.2 Sampel ... 27

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

4.4. Pertimbangan Etik ... 28

4.5. Instrumen Penelitian ... 29

4.5.1. Kuesioner Penelitian ... 29

4.5.2. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 30

4.6.Pengumpulan Data ... 30

4.7.Analisa data ... 31

BAB 5. Hasil dan Pembahasan 5.1. Hasil Penelitian ... 33

5.2. Pembahasan ... 37

BAB 6. Kesimpulan dan Saran 6.1. Kesimpulan ... 40

6.2. Saran ... 41

Daftar Pustaka... 43

Lampiran-lampiran 1.Lembar persetujuan menjadi responden... ... 46

2.Jadwal Penelitian... ... 47

3.Taksasi Dana... 48

4.Instrumen Penelitian... . 49

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden

(n=20) 34

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan perilaku

Ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir 35

Tabel 5.3. Distribusi kategori perilaku responden berdasarkan karakteristik

(8)

DAFTAR SKEMA

(9)

Judul : Perilaku Ibu Primipara dalam Merawat Bayi Baru Lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun.

Peneliti : Erpinaria Saragih Program : S1 Keperawatan Tahun Akademik : 2008/2009

ABSTRAK

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.Perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir adalah keseluruhan pengetahuan dan tindakan ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2009 dengan desain penelitian deskriptif dengan tehnik pengambilan sampel total sampling yaitu bahwa yang menjadi responden adalah ibu primipara yang memiliki bayi yang berusia dibawah 1 tahun sebanyak 20 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas ibu primipara memiliki perilaku baik dalam merawat bayi baru lahir (90%). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan, khususnya yang berkaitan dengan perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir.

(10)

Judul : Perilaku Ibu Primipara dalam Merawat Bayi Baru Lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun.

Peneliti : Erpinaria Saragih Program : S1 Keperawatan Tahun Akademik : 2008/2009

ABSTRAK

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.Perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir adalah keseluruhan pengetahuan dan tindakan ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2009 dengan desain penelitian deskriptif dengan tehnik pengambilan sampel total sampling yaitu bahwa yang menjadi responden adalah ibu primipara yang memiliki bayi yang berusia dibawah 1 tahun sebanyak 20 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas ibu primipara memiliki perilaku baik dalam merawat bayi baru lahir (90%). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan, khususnya yang berkaitan dengan perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir.

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara

berkembang lainnya. Angka kematian bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam

usia 28 hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup (Hincllif, 1999). Angka ini

merupakan salah satu indikator derajat kesehatan bangsa. Tingginya angka kematian bayi

ini dapat menjadi petunjuk bahwa pelayanan maternal dan neonatal kurang baik, untuk

itu dibutuhkan upaya untuk menurunkan angka kematian bayi tersebut.

SUSENAS (2005) menunjukkan bahwa AKB di Indonesia adalah 35 bayi per 1000

kelahiran hidup, sedangkan AKB di propinsi Sumatera Utara mencapai 44 bayi per 1000

kelahiran hidup. Ini menunjukkan bahwa AKB di propinsi Sumatera Utara masih di atas

angka rata-rata nasional. Padahal pada tahun 2015 Indonesia telah menargetkan AKB

menurun menjadi 17 bayi per 1000 kelahiran hidup (Syafei, dikutip dari kompas 2008).

Rencana strategi nasional Making Pregnancy Safer (MPS) Indonesia 2001-2010,

dalam konteks rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010,

mempunyai visi “ Kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman dan bayi

yang dilahirkan hidup sehat”. Sedangkan salah satu misi MPS adalah mempromosikan

kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Perlu adanya program kesehatan ibu dan bayi baru

lahir (BBL) yang dapat menurunkan AKB (Syafei, dikutip dari kompas 2008).

Periode BBL (neonatal) adalah masa 28 hari pertama kehidupan manusia. Pada masa

(12)

ekstra uteri. Masa ini adalah masa yang perlu mendapatkan perhatian karena pada masa

ini terdapat mortalitas paling tinggi (Rudolf, 2006). Penyebab kematian bayi ini adalah

berat badan lahir rendah, asfiksia, tetanus, infeksi dan masalah pemberian Asi (Syafei,

dikutip dari kompas 2008).

Bayi normal yang dilahirkan di rumah sakit maupun di klinik bersalin biasanya hanya

mendapat perawatan selama 2-3 hari. Perawatan selanjutnya di rumah sepenuhnya

dilakukan oleh ibu. Bagi ibu yang pertama kali melahirkan, merawat bayi baru lahir

merupakan hal yang tidak mudah. Walaupun demikian setiap ibu harus mengetahui cara

perawatan bayi secara benar dan sehat karena hal tersebut merupakan syarat mutlak

sebagai orangtua (Pudjiaji, 1992). Perilaku ibu dalam melakukan perawatan bayi baru

lahir dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki oleh ibu yang didapat dari orangtuanya

(tradisi), tenaga kesehatan dan media cetak. Dengan demikian perilaku ibu dalam

merawat bayi baru lahir sangat menentukan kesehatan bayinya.

Salah satu akses untuk mengatasi masalah perawatan bayi baru lahir adalah melalui

pelayanan-pelayanan kesehatan yang banyak dijangkau oleh masyarakat pengguna yang

mengadakan program peningkatan perilaku ibu tentang perawatan yang aman dan tepat

bagi bayi baru lahir. Fenomena yang terlihat di kota Medan bahwa masyarakat ekonomi

menengah ke bawah untuk kebutuhan pelayanan persalinan dan perawatan bayi baru lahir

banyak menggunakan klinik bersalin. Program yang dapat mengkondisikan perilaku ibu

untuk dapat melakukan perawatan bayi baru lahir yang aman dan tepat seharusnya sudah

menjadi salah satu kebijakan pemerintah untuk menjamin terwujudnya perilaku sehat dan

peningkatan derajat kesehatan bayi baru lahir (Barbara, 2002). Keberhasilan program

(13)

diubah tentang perawatan BBL sehingga perlu diketahui bagaimana gambaran perilaku

ibu dalam perawatan BBL.

Dengan mengintegrasikan defenisi perilaku menurut Notoatmodjo (2003) dapat

diketahui bahwa perilaku ibu dalam perawatan bayi baru lahir dapat dipelajari. Perilaku

ibu dalam perawatan BBL merupakan perilaku ibu untuk mempertahankan kesehatan

bayinya. Perilaku ibu dalam perawatan BBL yang kurang baik dapat mengganggu

pertumbuhan dan perkembangan bayi, selain itu dapat juga menyebabkan kesakitan dan

bahkan kematian pada bayi. Dengan demikian perilaku ibu yang baik dalam perawatan

bayi diharapkan dapat membantu mengurangi angka kesakitan pada bayi sehingga dapat

menurunkan angka kematian bayi. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh Sahreni (2006) bahwa pendidikan kesehatan efektif terhadap perubahan

perilaku ibu primipara dalam perawatan tali pusat bayinya.

Medan merupakan ibukota propinsi Sumatera Utara yang masih memiliki daerah

kumuh. Diantaranya adalah pemukiman di wilayah pinggiran sungai Deli yang mencakup

Kelurahan Sukaraja yang terdapat di tengah kota Medan. Berdasarkan survei awal yang

dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa sebagian besar penduduknya adalah masyarakat

urban yang memiliki tingkat ekonomi yang rendah dan tempat tinggal dengan bangunan

yang semi permanen serta tingkat pendidikan yang masih rendah. Akses pelayanan

kesehatan yang terdekat yang sering digunakan oleh penduduk di daerah ini adalah klinik

bersalin Sam, klinik bersalin Wina dan klinik bersalin Dona.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti merasa perlu untuk melakukan suatu

penelitian untuk mendapatkan gambaran perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru

(14)

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran

tentang pengetahuan dan tindakan ibu primipara dalam merawat BBL di Kelurahan

Sukaraja Kecamatan Medan Maimun.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana pengetahuan dan tindakan ibu primipara dalam merawat BBL di

Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun?

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Riset Keperawatan

Hasil penelitian dapat menjadi informasi untuk penelitian selanjutnya yang

berhubungan dengan pengetahuan dan tindakan ibu primipara dalam

merawat BBL.

1.4.2. Praktek dan Pendidikan Keperawatan Maternitas

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan tambahan

pengetahuan mengenai pengetahuan dan tindakan ibu primipara dalam

merawat bayi baru lahir sehingga akan memperkaya pengetahuan

(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

2.1.1. Defenisi Perilaku

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau

lingkungan (Depdiknas, 2005). Dari pandangan biologis perilaku merupakan suatu

kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan.

Robert Kwick (1974), menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan

suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. (dikutip dari

Notoatmodjo, 2003).

Skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi

seseorang terhadap stimulus/ rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi

melalui proses adanya organisme. Dan kemudian organisme tersebut merespon, maka

teori Skinner ini disebut “S-O-R” atau stimulus-organisme-respon.

2.1.2. Klasifikasi perilaku

Menurut Skinner (1938), dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus maka

perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

a). Perilaku tertutup

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon

atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan,

kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum

(16)

b). Perilaku terbuka

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.

Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek yang

dengan mudah dapat diamati atau dengan mudah dipelajari.

Menurut Notoatmodjo (1993) bentuk operasional dari perilaku dapat

dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu:

1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi atau

rangsangan dari luar.

2. Perilaku dalam bentuk sikap yaitu tanggapan batin terhadap keadaan atau

rangsangan dari luar. Dalam hal ini lingkungan berperan dalam membentuk

perilaku manusia yang ada di dalamnya. Sementara itu lingkungan terdiri dari,

lingkungan pertama adalah lingkungan alam yang bersifat fisik dan akan

mencetak perilaku manusia sesuai dengan sifat dan keadaaan alam tersebut.

Sedangkan lingkungan yang kedua adalah lingkungan sosial budaya yang bersifat

non fisik tetapi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembentukan perilaku

manusia.

3. Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit, yakni berupa perbuatan atau

action terhadap situasi atau rangsangan dari luar.

Klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health related behaviour)

menurut Becker (1979, dikutip dari Notoatmodjo, 2003) sebagai berikut:

1. Perilaku kesehatan, yaitu tindakan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan

(17)

2. Perilaku sakit, yakni segala tindakan seseorang yang merasa sakit untuk merasakan

dan mengenal keadaan kesehatannya termasuk juga pengetahuan individu untuk

mengidentifikasi penyakit, serta usaha mencegah penyakit tersebut.

3. Perilaku peran sakit, yakni segala tindakan seseorang yang sedang sakit untuk

memperoleh kesembuhan.

2.1.3. Faktor-faktor yang berperan dalam pembentukan perilaku

Menurut Notoatmodjo (1993) faktor-faktor yang berperan dalam pembentukan

perilaku dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu:

1. Faktor internal

Faktor yang berada dalam diri individu itu sendiri yaitu berupa kecerdasan,

persepsi, motivasi, minat, emosi dan sebagainya untuk mengolah pengaruh-pengaruh dari

luar. Motivasi merupakan penggerak perilaku, hubungan antara kedua konstruksi ini

cukup kompleks, antara lain dapat dilihat sebagai berikut:

a. Motivasi yang sama dapat saja menggerakkan perilaku yang berbeda demikian pula

perilaku yang sama dapat saja diarahkan oleh motivasi yang berbeda.

b. Motivasi mengarahkan perilaku pada tujuan tertentu.

c. Penguatan positif/ positive reinforcement menyebabkan satu perilaku tertentu

cenderung untuk diulang kembali.

d. Kekuatan perilaku dapat melemah akibat dari perbuatan itu bersifat tidak

(18)

2. Faktor eksternal

Faktor-faktor yang berada diluar individu yang bersangkutan yang meliputi objek,

orang, kelompok dan hasil-hasil kebudayaan yang disajikan sasaran dalam mewujudkan

bentuk perilakunya.

Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep dari

Lawrence Green (1980), dalam Notoatmodjo (2003) menurut Lawrence Green perilaku

dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni :

1. Faktor predisposisi (predisposing faktor).

Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan,

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan,

sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dfan

sebagainya.

2. Faktor pemungkin (enabling faktor)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

bagi masyarakat.

3. Faktor penguat (reinforcing faktor)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama

dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan, suami dalam memberikan

dukungannya kepada ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir.

2.1.4. Domain Perilaku

Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat

luas. Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku dalam tiga

(19)

perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk pengukuran hasil maka

ketiga domain ini diukur dari pengetahuan, sikap dan tindakan (Dikutip dari

Notoatmodjo, 1993). Tetapi dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti domain kognitif

dan domain psikomotor.

a). Pengetahuan (Kognitif)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia yaitu penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan suatu domain yang

sangat penting untuk terbentuknya suatu tindakan seseorang. Suatu penelitian

mengatakan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan mampu bertahan lama

dari pada yang tidak didasari oleh pengetahuan ( Notoatmodjo, 1993).

Sebelum orang berperilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berurutan yang dimulai dari kesadaran adanya stimulus kemudian ada rasa tertarik.

Setelah itu terjadi pertimbangan dalam batin bagaimana dampak negatif positif dari

stimulus. Hasil pemikiran yang positif akan membawa subyek untuk memulai mencoba

dan akhirnya dalam dirinya sudah terbentuk suatu perilaku baru. Adopsi perilaku yang

didasari pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif terhadap stimulus akan

membentuk perilaku baru yang mampu bertahan lama (Notoatmodjo, 1993).

Menurut Notoatmodjo (1993) domain kognitif pengetahuan dibagi menjadi enam

(20)

1.Tahu (Know)

Yaitu mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tingkat tahu ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa

orang tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

2.Memahami ( Comprehension)

Yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Kata kerja yang

biasa dipakai menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap suatu objek

dan sebagainya.

3.Aplikasi (Aplication)

Yaitu sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada

situasi atau kondisi yang nyata. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

Misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah.

4.Analisis (Analysis)

Yaitu suatu kemampuan untuk untuk menjabarkan materi atau objek kedalam

komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur tersebut dan masih ada kaitannya satu

sama lain. Misalnya dapat menggambarkan atau membuat bagan, membedakan,

mengelompokkan dan sebagainya.

5.Sintetis (Syntetis)

Sintetis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

(21)

menyusun, dapat merencanakan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah

ada.

6.Evaluasi

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap

materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang telah ada.

b). Tindakan (Practice)

Tindakan atau praktek adalah respon atau reaksi konkret seseorang terhadap

stimulus atau objek. Respon ini sudah dalam bentuk tindakan (action) yang melibatkan

aspek psikomotor atau seseorang telah mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapi (

Notoatmodjo, 1993).

Tindakan atau perilaku kesehatan terjadi setelah seseorang mengetahui stimulus

kesehatan, kemudian mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahui dan

memberikan respon batin dalam bentuk sikap. Proses selanjutnya diharapkan subjek akan

melaksanakan apa yang diketahui atau disikapinya (Notoatmodjo, 2003).

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk terbentuknya

sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu

kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga

diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain.

Adapun tingkatan-tingkatan dalam tindakan atau praktek adalah:

1. Persepsi (Percepion)

Yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang

akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

(22)

Yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan

contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat kedua.

3. Mekanisme (Mechanism)

Yaitu apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis,

atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat

tiga.

4. Adopsi (Adoption)

Yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.Artinya

tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.2. Adaptasi Kehidupan Ekstra Uteri

Neonatus adalah bayi baru lahir, khususnya bayi yang berusia dibawah 1 bulan.

Periode neonatal adalah periode 28 hari pertama setelah bayi dilahirkan, selama periode

ini bayi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan ekstra uteri. Periode neonatal

merupakan saat yang paling berbahaya bagi bayi (Hinchliff, 1999). Bayi harus berupaya

agar fungsi-fungsi tubuhnya menjadi efektif sebagai individu yang unik. Respirasi,

pencernaan dan kebutuhan untuk regulasi harus bisa dilakukan sendiri (Gorrie et al,

dikutip dari majalah Rufaidah, 2004).

Masa transisi dari periode fetus ke kehidupan baru lahir merupakan periode kritis

karena mereka harus beradaptasi terhadap lingkungan baru. Mekanisme hemodinamik

dan thermoregulasi mendukung keberhasilan beradaptasi dengan lingkungan ekstra uteri

(Simpson & Creehan, dikutip dari majalah Rufaidah, 2004).

(23)

Pernafasan awal memungkinkan terjadi karena adanya perangsangan pada pusat nafas

di medula oblongata oleh faktor kimia, thermal/ sensori dan mekanis. Saat lahir infant

berpindah dari lingkungan yang hangat, dari dalam cairan amnion uterus ke lingkungan

yang suhunya sekitar 20 0F lebih dingin. Serabut saraf sensori yang ada dikulit berespon

terhadap perubahan suhu yang mendadak ini dengan mengirimkan impuls ke otak untuk

menstimuli pernafasan. Respirasi selanjutnya ( setelah RR awal) dipertahankan dengan

adanya surfaktan, cairan sisa yang masih ada di dalam paru (alveoli), berpindah kedalam

rongga interstitial ( paru), dan akan diabsorbsi kedalam sistem sirkulasi & limfatik.

Absorbsi terjadi dalam beberapa jam sampai paling lama 24 jam. Pada BBL yang lahir

dengan SC jumlah cairan sisa mungkin lebih banyak terutama pada 6 jam pertama

kelahiran dibanding BBL yang lahir pervaginam.

2.2.2. Perubahan sirkulasi

Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat diklem. Tindakan ini

meniadakan suplai oksigen plasenta dan menyebabkan terjadinya serangkaian reaksi

selanjutnya. Efek yang segera terjadi setelah tali pusat diklem adalah peningkatan

tahanan pembuluh darah sistemik. Oksigen dari nafas pertama tersebut menyebabkan

sistem pembuluh darah paru terbuka. Kombinasi tekanan yang meningkat dalam sirkulasi

sistemik, tetapi menurun dalam sirkulasi paru menyebabkan perubahan tekanan aliran

darah dalam jantung. Tekanan akibat peningkatan aliran darah di sisi kiri jantung

menyebabkan foramen ovale menutup. Duktus arteriosus yang mengalirkan darah

plasenta teroksigenasi ke otak dalam kehidupan janin sekarang tidak lagi diperlukan.

Dalam 48 jam duktus itu mengecil dan secara fungsional menutup akibat penurunan

(24)

Bayi baru lahir dilahirkan dengan nilai konsentrasi hematokrit/hemoglobin yang

tinggi. Konsentrasi hemoglobin normal memiliki rentang dari 13,7-20gr/dl.

2.2.3. Thermoregulasi

Suatu tugas penting lain infant adalah berhubungan dengan thermoregulasi,

mempertahankan suhu tubuh. Neonati harus memproduksi dan mempertahankan panas

yang cukup untuk mencegah stres dingin, dimana hal ini dapat merupakan efek serius dan

fatal. Proses kehilangan panas dapat terjadi dengan cara evaporasi, konduksi, konveksi

dan radiasi. Pada BBL thermoregulasi dengan menggigil tidak efektif sehingga untuk

memproduksi panas ada oksidasi lemak coklat (brown fat) yaitu jaringan coklat adiposa

yang digunakan pada minggu-minggu pertama kehidupan dan tidak ada lagi pada infant

yang lebih tua.

Suhu normal lingkungan pada untuk perawatan bayi baru lahir adalah 32-340C.

2.2.4. Adaptasi sistem gastrointestinal

Bayi baru lahir (BBL/newborns) harus memulai untuk memasukkan, mencerna dan

mengabsorbsi makanan setelah lahir, sebagaimana plasenta telah melakukan fungsi ini

(Gorrie,et al, dikutip dari majalah Rufaidah, 2004).

a. Lambung

Kapasitas lambung BBL sekitar 6 ml/kg BB saat lahir, atau rata-rata sekitar 50-60

cc, tetapi segera bertambah sampai sekitar 90 ml selama beberapa hari pertama

kehidupan. Lambung akan kosong dalam 3 jam untuk pemasukan makanan dan kosong

sempurna dalam 2 sampai 4 jam. Bising usus dalam keadaan normal dapat di dengar pada

4 kuadran abdomen dalam jam pertama setelah lahir akibat bayi menelan udara saat

(25)

Saat lahir saluran cerna steril, sekali bayi terpapar dengan lingkungan luar dan

cairan mulai masuk, bakteri masuk ke dalam saluran cerna. Flora normal usus akan

terbentuk dalam beberapa hari pertama kehidupan, sehingga meskipun saluran cerna

steril saat lahir, pada kebanyakan bayi bakteri dapat dikultur dalam 5 jam setelah lahir.

Bakteri ini penting untuk pencernaan dan untuk sintesa vitamin K (Olds,et al., dikutip

dari majalah Rufaidah, 2004).

b. Enzim-enzim pencernaan

Enzim-enzim penting untuk mencerna karbohidrat, protein, lemak sederhana ada

pada minggu ke 36-38 usia gestasi. Lemak yang ada dalam Asi lebih bisa dicerna dan

lebih sesuai untuk bayi dari pada lemak yang terdapat pada susu formula, meskipun

protein dan laktosa yang terdapat dalam susu bayi, keduanya dapat dicerna dengan baik

(Gorrie et al., dikutip dari majalah Rufaidah, 2004).

c. Feses (Stools)

Feses pertama yang diekskresi oleh bayi disebut mekonium, berwarna gelap,

hitam kehijauan, kental, konsistensinya seperti aspal, lembut, tidak berbau setelah lahir,

jika tidak keluar dalam 36-48 jam bayi harus diperiksa patensi anus, bising usus dan

distensi abdomen dan kemungkinan dicurigai obstruksi (Gorrie et al., dikutip dari

majalah Rufaidah, 2004).

2.3. Perawatan Bayi Baru Lahir

Lingkup perawatan bayi baru lahir yang digunakan acuan dalam penelitian ini

diperoleh dari berbagai literatur. Menurut Mc.Kinney., et al (2000) lingkup perawatan

(26)

mandiri dikelompokkan dalam 6 kategori yaitu: perawatan kulit, memandikan, perawatan

tali pusat, mengganti popok, menyusui, dan imunisasi.

2.3.1. Perawatan kulit

Pada kulit bayi baru lahir dapat terjadi ruam kecil / ruam popok yang

menyerupai seperti gigitan serangga. Ruam popok dikenal dengan sebutan diaper rash

karena gangguan kulit ini timbul di daerah yang tertutup popok yaitu sekitar alat kelamin,

bokong, serta pangkal paha bagian dalam. Tanda-tanda ruam popok adalah kulit di sekitar

daerah tersebut meradang, berwarna kemerahan kadang lecet. Biasanya, ruam kulit ini

membuat bayi merasa gatal dan tidak nyaman. Penyebab ruam popok biasanya karena

kulit bayi lembab dan terpapar cukup lama oleh urine atau kotoran atau kulit teriritasi

oleh detergen atau bahan kimia yang terdapat pada popok. Ruam kecil tersebut bisa

menghilang tanpa diberi pengobatan. Ruam tersebut sebaiknya tidak perlu diberikan

lotion atau cream karena dapat menimbulkan iritasi pada kulit ( Mc.Kinney, et al. 2000).

2.3.2. Memandikan bayi

Memandikan bayi adalah membersihkan tubuh bayi dari segala kotoran dengan

menggunakan air dan sabun. Memandikan bayi dapat dilakukan dengan mandi rendam

dan mandi dengan dilap. Adapun tujuannya adalah supaya kulit bayi bersih, bayi merasa

nyaman dan dapat mencegah terjadinya infeksi kulit.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memandikan bayi menurut Johnson (2005)

adalah :

a. Memandikan bayi bisa dilakukan setelah suhu tubuh bayi stabil yaitu sedikitnya 4

sampai 6 jam setelah kelahiran.

(27)

c. Penggunaan parfum, lotion, bedak dan bahan kimia lain harus dihindari karena dapat

menyebabkan ruam di kulit.

Berikut adalah langkah-langkah memandikan bayi yang bisa dijadikan pedoman bagi

ibu menurut Corol dan Theodora (2003) yaitu:

a. Isi ember mandi bayi dengan air hangat dengan suhu 36.5- 38 0C. Periksakehangatan

air adalah dengan cara mencelupkan pergelangan tangan ibu ke dalam ember mandi

tersebut.

b. Buka pakaian bayi di atas kasur atau matras.

c. Tutup bayi dengan handuk dengan cara menyilangkan handuk diatas tubuh bayi

antara satu sisi dengan sisi lainnya.

d. Basuh muka bayi secara perlahan dengan lap muka, bersihkan matanya dengan lap

bersih.

e. Cucilah rambutnya perlahan-lahan dengan shampo bayi dan cuci bersih dengan

waslap.

f. Sabuni seluruh tubuh bayi, secara perlahan-lahan balikkan tubuh bayi hingga tangan

anda mengenai dagunya, lalu sabuni punggung bayi dan bilas perlahan-lahan.

g. Pastikan semua sabun telah terbilas bersih saat anda mengangkat bayi, dan

perlahan-lahan letakkan bayi diatas handuk bersih, keringkan dan senyaman mungkin pastikan

ibu sudah mengeringkan bagian-bagian lipatan tubuhnya.

2.3.3. Merawat Tali Pusat

Perawatan tali pusat diperlukan untuk mencegah tali pusat menjadi media

berkembangnya mikroorganisme patogen, seperti staphylococcus aureus atau clostridia.

(28)

kasa steril, lalu membersihkan bagian sekeliling pangkal tali pusat dengan menggunakan

kasa steril yang dibasahi alkohol 70%, setelah itu tali pusat dibungkus dengan kasa

steril yang kering (Suririnah, 2009). Tali pusat sebaiknya tidak dibungkus dengan

balutan yang basah atau balutan yang kedap udara karena dapat menjadi media

pertumbuhan kuman (Rudolf, 2006)

2.3.4.Mengganti popok

Frekuensi berkemih dan buang air besar bayi baru lahir lebih sering. Oleh karena

itu popok harus diganti sesegera mungkin bila kotor, baik karena air kemih maupun

kotoran. Kulit yang terkena air kemih dan kotoran harus segera dibersihkan baik dengan

air, maupun lap (baby wipe). Sisa urine yang mengenai kulit dapat menimbulkan ruam

terutama bila ada organisme dari feses yang memecah urea menjadi amonia. Ruam pada

kulit biasanya timbul dalam bulan pertama.

Menurut Johnson (2005), alat-alat yang perlu dipersiapkan untuk mengganti

popok bayi adalah popok bersih, baskom kecil / kapas cebok / lap, tempat popok kotor /

keranjang, krim pelindung (jika ada). Setelah alat tersedia ibu mencuci tangan. Bila

(29)

tempat yang aman dan datar misalnya di atas kasur atau matras dan bila perlu letakkan

handuk di bawah bayi. Buka pakaian bayi seperlunya untuk dapat membuka popok,

setelah itu buka popok yang kotor dan letakkan di satu sisi. Dengan tangan nondominan,

pegang pergelangan kaki bayi secara hati-hati, angkat sampai kakinya lurus dan bokong

terangkat agar dapat dilakukan pembersihan pada area genitalia. Dengan tangan

dominan, bersihkan genitalia dengan kapas cebok atau lap yang dibasahi dengan air dari

arah depan ke belakang sebelum daerah perineum untuk mengurangi resiko infeksi.

Buang kapas cebok atau lap, kemudian lakukan hal yang sama pada sisi lain, sampai

daerah genitalia benar-benar bersih. Bersihkan lipatan pangkal paha dan paha kemudian

bokong. Bila menggunakan air, tepuk-tepuk area tersebut dengan handuk sampai kering.

Bila memakai krim pelindung, oleskan di area genitalia dan bokong. Letakkan popok di

bawah bayi, kemudian pasang popok tersebut, kemudian pakaikan kembali pakaian bayi.

2.3.4. Menyusui Bayi

Secara alamiah menyusui bayi adalah cara yang terbaik dalam memenuhi

kebutuhan gizi bayi, hal ini menimbulkan hubungan yang sangat penting untuk

pertumbuhan psikologis bayi yang sehat. Keunggulan ASI perlu ditunjang oleh cara

pemberian yang benar, misalnya persiapan dan tehnik menyusui yang tepat, posisi

menyusui, lama dan frekuensi menyusui. Sehingga diperlukan usaha-usaha / pengelolaan

(manajemen laktasi) yang benar agar setiap ibu dapat menyusui sendiri bayinya

(Soetjiningsih, 1997).

(30)

Cara terbaik dalam mempersiapkan pemberian ASI adalah keadaan kejiwaan ibu

yang sedapat mungkin tenang dan tidak menghadapi banyak permasalahan. Kecemasan,

ketakutan, perasaan tidak aman atau ketegangan dapat menghambat produksi ASI.

Faktor-faktor tersebut merangsang hipotalamus untuk mengeluarkan epinefrin dan

norepinefrin yang selanjutnya akan menghambat transportasi oksitosin ke dalam

payudara akibatnya produksi ASI menurun (Farrer, 1999).

b. Tehnik menyusui

Tehnik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi

lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya bayi

enggan menyusui. Untukl itu diperlukan pengetahuan mengenai tehnik menyusui yang

benar (Hamilton, 1995).

Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting dan

di sekitar areola. Cara tersebut bermanfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban

puting susu (Soetjiningsih, 1997). Ibu duduk dengan santai dan nyaman pada kursi yang

mempunyai sandaran punggung, gunakan bantal untuk mengganjal bokong bayi. Mulai

menyusui dari payudara kanan dengan meletakkan kepala bayi pada siku kanan bagian

dalam dengan posisi badan bayi menghadap badan ibunya. Tangan kanan memegang

bokong dan paha bayi (Manuaba, 1999).

Sangga payudara kanan dengan tangan kiri, tetapi tidak di bagian areola. Sentuh

mulut bayi dengan puting susu untuk memberi rangsangan. Bila bayi membuka mulut

masukkan seluruh puting sebanyak mungkin sampai daerah areola tertutupi. Dekap bayi

hingga ujung hidung bayi menyentuh payudara, ibu menekan sedikit payudara sehingga

(31)

Setelah selesai menyusui kurang lebih 10-15 menit, lepaskan hisapan bayi dengan

menekan sedikit dagunya atau memasukkan jari kelingking yang bersih ke sudut mulut

bayi. Sebelum menyusui dengan payudara yang satu lagi, sendawakan bayi untuk

mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah (Jumiarni, 1994).

Bayi disendawakan dengan cara menggendong bayi dalam keadaan tegak,

bersandar ke pundak ibu, lalu tepuk-tepuk punggung bayi perlahan-lahan atau

telungkupkan bayi diatas pangkuan ibu, lalu gosok-gosok punggung bayi (Bobak,

Lowdermilk, Jensen, 1994).

c. Posisi menyusui

Ada beberapa posisi yang digunakan dalam menyusui. Ibu harus menemukan

posisi yang paling sesuai baginya. Bayi harus berada dalam posisi yang nyaman untuk

mempermudah keadaan dan tidak harus memutar kepala tau meregangkan lehernya untuk

dapat menjangkau puting (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 1994).

Posisi menyusui yang biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau

berbaring. Pada ASI yang memancar (penuh), posisi ibu saat menyusui dengan berbaring,

bayi ditengkurapkan di atas dada ibu, dan tangan sedikit menahan kepala bayi. Dengan

posisi tersebut, bayi harus menghisap ASI melawan gaya berat sehingga mengurangi

pancaran ASI yang deras dan bayi terhindar dari tersedak saat menyusui (Soetjiningsih,

1997).

d. Lama dan frekuensi menyususi

Bayi baru lahir harus diberi ASI setiap 2 sampai 3 jam dengan jumlah total 8

sampai 12 kali dalam 24 jam atau sesuai dengan permintaan bayi. Sebaiknya menyusui

(32)

Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, dan

sebagainya). Lama menyusui biasanya kurang lebih 10-15 menit. Bayi yang sehat dapat

mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan Asi dalam lambung bayi akan kosong

dalam waktu 2 jam (Farrer, 1999).

2.3.5. Imunisasi

Setiap bayi yang lahir harus diimunisasi untuk meningkatkan kekebalan tubuh

terhadap penyakit tertentu dan mencegah terjadinya penyakit infeksi.. Imunisasi adalah

suatu usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap penyakit tertentu. Ada 2

jenis kekebalan yang bekerja dalam tubuh yaitu kekebalan aktif dan kekebalan pasif.

Ada 5 jenis imunisasi dasar yang harus diberikan pada bayi yaitu BCG, DPT, Polio,

Campak dan Hepatitis B. Jadwal pemberian imunisasi pada bayi yaitu BCG diberikan 1

kali pada umur 0-11 bulan, DPT diberikan 3 kali pada umur 2-11 bulan dengan interval

minimal 4 minggu, Polio diberikan 4 kali pada umur 0-11 bulan dengan interval

minimal4 minggu, Campak diberikan 1 kali pada umur 9-11 bulan, Hepatitis B diberikan

3 kali pada umur 0-11 bulan. Imunisasi yang seharusnya diberikan kepada bayi baru lahir

(33)

BAB 3

Skema 1. Kerangka konsep penelitian

Penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan dan tindakan ibu primipara dalam

merawat bayi baru lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun. Ada 2 faktor

yang mempengaruhi pembentukan perilaku yaitu : faktor internal dan eksternal. Faktor

(34)

lingkungan, ekonomi, kebudayaan dan informasi. Peneliti akan meneliti variabel

pengetahuan dan tindakan mengenai perawatan bayi baru lahir. Pengetahuan yang harus

diketahui oleh ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir meliputi: perawatan kulit,

memandikan, perawatan tali pusat, mengganti popok, menyusui dan imunisasi pada bayi

baru lahir sedangkan tindakan yang harus diketahui oleh ibu primipara dalam merawat

bayi baru lahir adalah mengganti popok, memandikan, perawatan tali pusat dan

menyusui. dalam merawat bayi baru lahir adalah keseluruhan pengetahuan dan tindakan ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir.

1.Pengetahuan ibu primipara dalam merawat

bayi baru lahir adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah ibu primipara melakukan penginderaan dalam merawat bayi baru lahir.

(35)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Desain

ini digunakan untuk mendapatkan gambaran perilaku ibu primipara dalam merawat bayi

baru lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun.

4.2. Populasi dan Sampel

4.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu primipara yang memiliki bayi dan

bertempat tinggal di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun.

4.2.2. Sampel

Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode

purposive sampling, dimana pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas ciri-ciri atau

sifat-sifat tertentu yang ada sangkut pautnya dengan penelitian (Nursalam, 2003). Peneliti

menyusun kriteria responden yaitu: ibu primipara yang memiliki bayi yang berumur di

bawah 1 tahun, dapat berbahasa Indonesia serta bersedia menjadi responden dalam

penelitian ini.

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara total sampling,

dimana seluruh anggota populasi menjadi sampel penelitian (Arikunto, 2006). Jumlah

(36)

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun. Dengan

pertimbangan bahwa penduduk di daerah tersebut merupakan masyarakat urban yang

memiliki tingkat ekonomi yang rendah dan tempat tinggal dengan bangunan yang semi

permanen serta tingkat pendidikan yang masih rendah. Selain itu daerah ini terdapat di

tengah kota Medan yang merupakan salah satu kota metropolitan sehingga daerah ini

dapat menjadi representatif dan belum pernah dilakukan penelitian dengan judul yang

sama di daerah tersebut.

Penelitian ini dilaksanakan pada November 2009.

4.4. Pertimbangan Etik

Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapat rekomendasi dari Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara kemudian mengajukan surat permohonan

kepada Lurah Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun untuk mendapatkan

persetujuan penelitian. Setelah mendapat persetujuan, peneliti memulai penelitian dengan

menekankan masalah etik. Kepada responden yang memenuhi kriteria sampel, peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang mungkin terjadi selama

dan sesudah pengumpulan data. Jika responden menolak untuk diteliti, maka peneliti

tidak memaksa dan tetap menghormati haknya. Untuk menjaga kerahasiaan identitas

responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan

data, hanya nomor kode yang digunakan sehingga kerahasiaan semua informasi yang

(37)

4.5. Instrumen Penelitian

4.5.1. Kuesioner Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang dibuat

sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada tinjauan kepustakaan tentang perawatan

bayi baru lahir.

Kuesioner tentang perilaku ibu primipara mengenai perawatan bayi baru lahir

terdiri dari dua bagian yaitu pengetahuan dan tindakan. Kuesioner ini terstruktur, jenis

kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup (closed-ended) menggunakan

dichotomy question (Nursalam, 2003) yaitu jenis kuesioner tertutup dengan pilihan

jawaban ya dan tidak.

Kuesioner untuk menilai pengetahuan terdiri dari 20 pernyataan dikotomi,untuk

pernyataan positif jika ibu menjawab benar maka diberi nilai satu (skor ═ 1), sedangkan

jika menjawab salah diberi nilai nol (skor = 0). Sedangkan untuk pernyataan negatif jika

ibu menjawab benar diberi nilai nol (skor = 0) dan jika menjawab salah diberi nilai satu

(skor = 1).

Kuesioner tindakan terdiri atas 36 pernyataan. Jika ibu melakukan tindakan yang

sesuai dengan pernyataan maka diberi nilai 1 (skor = 1) sedangkan jika ibu tidak

melakukan yang sesuai dengan pernyataan maka diberi nilai nol (skor = 0).

4.5.2. Validitas dan Reliabilitas instrumen

Peneliti terlebih dahulu melakukan uji validitas dan reliabilitas pada instrumen

penelitian. Validitas instrumen diuji oleh orang yang ahli di bidangnya. Instrumen

(38)

anak Fakultas Keperawatan USU dan telah dinyatakan valid. Selain itu instrumen

penelitian ini juga telah diperiksa oleh praktisi kesehatan yang bekerja di Puskesmas

sebagai penanggung jawab MTBS (Manajemen Terpadu Bayi Sakit) dan dinyatakan

valid. Uji reliabilitas instrumen bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau

kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur.

Dalam penelitian ini digunakan uji reliabilitas konsistensi internal karena memiliki

kelebihan yaitu pemberian instrumen kepada satu subyek studi (Dempsey & Dempsey,

2002). Menurut Polit & Hungler (1995) kuesioner akan reliabel jika memiliki nilai

reliabilitas lebih dari 0,7. Instrumen penelitian telah diuji dengan menggunakan bantuan

komputer dengan chrombach alfa. Hasil uji reliabilitas instrumen yaitu 0,789 yang

berarti kuesioner reliabel.

4.6. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1) Setelah mendapatkan surat ijin melakukan penelitian dari Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara, peneliti mengajukan surat kepada Lurah Kelurahan

Sukaraja Kecamatan Medan Maimun.

2) Setelah mendapatkan ijin dari Lurah Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun,

peneliti melakukan pendekatan dengan calon responden untuk mendapatkan

persetujuannya sebagai sampel penelitian.

3) Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui wawancara pada responden yang

(39)

4) Peneliti menanyakan apakah calon responden bersedia dalam penelitian ini.

5) Calon responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani surat persetujuan.

6) Responden menjawab pernyataan yang terdapat pada lembaran kuesioner sesuai

dengan petunjuk pada masing-masing bagian.

7) Mengingatkan responden untuk mengisi kuesioner sesuai dengan apa yang dirasakan/

dialami/ dilakukan oleh responden.

8) Setelah diisi, kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa

kelengkapannya. Apabila ada yang tidak lengkap, telah diselesaikan saat itu juga.

4.7. Analisa Data

Setelah semua data pada kuesioner terkumpul, maka dilakukan analisa data

melalui beberapa tahap. Pertama mengecek kelengkapan identitas dan data responden

serta memastikan bahwa jawaban telah diisi, kemudian data yang sesuai diberi kode

untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Selanjutnya

memasukkan data ke dalam komputer dan dilakukan pengolahan data dengan

menggunakan program SPSS versi 15.0.

Untuk menganalisa variabel perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir

akan dianalisis dengan menggunakan skala ordinal dan akan ditampilkan dalam distribusi

frekuensi dan persentase dengan nilai terendah adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 56.

Berdasarkan rumus statistika p =rentang dibagi dengan banyak kelas (Sudjana, 1992).

Dimana p merupakan panjang kelas, dengan rentang ( nilai tertinggi dikurang nilai

terendah) sebesar 56 dibagi atas tiga kategori kelas yaitu perilaku yang mendukung

(40)

kesehatan BBL (cukup dan kurang baik) maka diperoleh panjang kelas sebesar sembilan

belas (19).

Dengan p = 19, dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas pertama, perilaku

dikategorikan atas kelas interval sebagai berikut :

0 – 19 = perilaku kurang baik

20 – 38 = perilaku cukup

(41)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai perilaku ibu primipara dalam

merawat bayi baru lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun.

Pengumpulan data dilakukan pada bulan November 2009 dan jumlah seluruh responden

dalam penelitian ini sebanyak 20 orang.

Berikut ini dijabarkan deskripsi dan persentase karakteristik responden dan

perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan

Medan Maimun.

5.1.1. Deskripsi karakteristik responden

Pada tabel 5.1 dapat dilihat data tentang karakteristik responden yang meliputi

usia, suku, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan dan penghasilan. Data yang diperoleh

menunjukkan mayoritas responden berada pada kelompok usia 20-22 tahun (n=7, 35%).

Separuh responden suku Jawa (n=10, 50%), mayoritas responden beragama Islam (n=18,

90%), berpendidikan SMU/Sederajat (n=16, 80%), dan pekerjaannya sebagai ibu rumah

tangga (n=17, 85%). Pendapatan keluarga separuhnya berada pada kisaran Rp.800.000 -

Rp.1.600.000 (n=10, 50%).

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden (n=20)

(42)

Usia :

5.1.2. Deskripsi perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir

Hasil penelitian pada tabel 5.2 menunjukkkan bahwa sebagian besar responden

(43)

10%). Perilaku baik ini didukung oleh tindakan yang baik dari ibu primipara dalam

merawat bayi baru lahir tetapi tidak didukung oleh pengetahuan yang memadai.

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan perilaku ibu primipara dalam

merawat bayi baru lahir

Perilaku ibu primipara dalam merawat BBL Frekuensi Persentase

Pengetahuan : Baik 6 30

Cukup 14 70

Tindakan : Baik 20 100

Cukup 0 0

Perilaku : Baik 18 90

Cukup 2 10

5.1.3. Kategori perilaku responden berdasarkan karakteristik responden

Dari hasil penelitian pada tabel 5.3 diketahui bahwa sebagian besar responden

yang memiliki perilaku baik berada dalam rentang usia 20-35 tahun (n=16,80%)

berpendidikan SMU/Sederajat (n=16, 80%) dan bekerja sebagai ibu rumah tangga (n=15,

75%).

Tabel 5.3. Distribusi kategori perilaku responden berdasarkan karakteristik responden

Karakteristik responden Perilaku

Cukup Baik

Usia: <20 tahun 1 2

20-35 tahun 1 16

(44)

SMU/Sederajat 0 16

SLTP 0 1

SD 2 0

Pekerjaan : IRT 2 15

Wiraswasta 0 3

5.2. Pembahasan

Dalam pembahasan ini dijabarkan hasil penelitian tentang perilaku ibu primipara

dalam merawat bayi baru lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun.

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki

perilaku baik dalam merawat bayi baru lahir (n=18, 90%) dan perilaku cukup (n=2,

10%). Dari hasil penelitian terhadap tindakan ibu primipara dalam merawat bayi baru

lahir terlihat bahwa hampir seluruh tindakan dilaksanakan dengan benar, namun tindakan

tersebut tidak didukung oleh pengetahuan yang memadai. Dapat dilihat bahwa sebagian

besar responden memiliki skor pengetahuan dalam merawat bayi baru lahir rendah

(45)

Tindakan yang tidak didukung oleh pengetahuan yang memadai dapat

menimbulkan perilaku yang tidak menetap. Berdasarkan catatan lapangan peneliti

dijumpai hampir sebagian besar responden tinggal bersama dengan orang tua/mertua.

Kemampuan responden merawat bayi baru lahir dalam penelitian ini diajarkan oleh orang

tua. Hanya saja kemampuan tersebut tidak didukung oleh pengetahuan yang baik. Hal ini

dapat terlihat bahwa sebagian besar ibu primipara memiliki skor pengetahuan dalam

merawat bayi baru lahir yang rendah (lihat tabel 5.2). Hal ini menunjukkan bahwa

perilaku ibu primipara bisa menjadi tidak menetap karena tidak didukung oleh

pengetahuan yang memadai. Suatu penelitian mengatakan bahwa perilaku yang didasari

oleh pengetahuan akan mampu bertahan lama dari pada yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan (kognitif) merupakan faktor

yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Tindakan responden yang baik dalam perawatan bayi baru lahir dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor. Dalam penelitian ini salah satu faktor yang mungkin mempengaruhi

tindakan responden yang baik tersebut adalah faktor kondisi. Berdasarkan survei yang

dilakukan oleh peneliti, dijumpai bahwa sebagian besar responden tinggal bersama

dengan orang tuanya. Terkait dalam penelitian ini, jika responden tidak tinggal lagi

bersama dengan orang tuanya, kemungkinan responden akan cenderung tidak melakukan

hal seperti yang telah diajarkan oleh orang tuanya. Hal ini nantinya dapat menyebabkan

perubahan dalam perawatan bayi selanjutnya.

Menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003), rendahnya pengetahuan ibu

primipara dalam merawat bayi baru lahir dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

(46)

dari orang tua, petugas kesehatan, dan media massa). Terkait dalam penelitian ini

responden mendapatkan informasi kesehatan dari sarana pelayanan kesehatan dimana

mereka bersalin. Dari hasil wawancara peneliti mendapatkan informasi bahwa sebagian

besar responden bersalin di klinik bersalin yang terdekat dengan tempat tinggal mereka.

Dalam Notoatmodjo (1993) dikatakan bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi

pembentukan perilaku yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu

pendidikan, motivasi, persepsi, pengalaman dan faktor eksternal yaitu lingkungan,

ekonomi, kebudayaan dan informasi. Terkait dengan penelitian ini lingkungan

mempengaruhi perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir. Ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Sahreni (2006), bahwa lingkungan mempengaruhi

perilaku ibu primipara dalam merawat tali pusat bayinya.

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, dengan tindakan merawat bayi baru

lahir yang tidak didasari oleh pengetahuan yang memadai diperlukan adanya upaya

peningkatan pengetahuan. Upaya tersebut dapat dicapai melalui berbagai cara

diantaranya yaitu melalui petugas kesehatan yang seharusnya memberikan informasi-

(47)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai perilaku ibu primipara dalam

merawat bayi baru lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun, maka didapat

kesimpulan dan saran sebagai berikut :

6.1. Kesimpulan

Responden dalam penelitian ini adalah seluruh ibu primipara yang bertempat

tinggal di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun sejumlah 20 orang. Dengan

kriteria responden yaitu memiliki bayi berusia dibawah 1 tahun, dapat berbahasa

Indonesia dengan baik serta telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Dari

penelitian yang dilakukan di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun diketahui

bahwa mayoritas responden memiliki perilaku baik dalam merawat bayi baru lahir dan

sebagian kecilnya memiliki perilaku cukup. Hampir seluruh tindakan merawat bayi baru

lahir dilaksanakan oleh responden, namun tindakan tersebut tidak didukung oleh

pengetahuan yang memadai. Pengetahuan yang tidak memadai tersebut dapat dipengaruhi

oleh berbagai faktor diantaranya adalah usia, pendidikan, pekerjaan dan sumber

informasi. Terlihat bahwa dalam penelitian ini usia, pendidikan dan pekerjaan

mempengaruhi perilaku responden dalam merawat bayi baru lahir.

6.2. Saran

a. Bagi institusi pelayanan

• Pihak institusi pelayanan seperti rumah sakit, puskesmas, tempat praktek dokter,

(48)

yang komprehensif meliputi upaya promotif, preventif seperti memberikan

penyuluhan kepada ibu hamil trimester II tentang perawatan bayi baru lahir

karena masa perawatan saat ini singkat.

• Pihak institusi pelayanan juga diharapkan dapat meningkatkan pelayanan

kesehatannya dengan membuat program edukasi antenatal untuk memberikan

dukungan atau informasi pada ibu hamil. Diharapkan juga dilakukan kunjungan

rumah untuk memantau kondisi ibu dan bayi setelah pulang dari perawatan.

b. Bagi institusi pendidikan

• Dengan hasil penelitian ini diharapkan akan dapat menambah kepustakaan,

khususnya yang berkaitan dengan perilaku ibu primipara dalam merawat bayi

baru lahir.

c. Bagi penelitian selanjutnya.

• Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menggali beberapa hal lagi secara

lebih mendalam seperti faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku

seseorang.

• Penelitian ini dilakukan pada 20 orang ibu primipara, hal ini disebabkan karena

penelitian ini hanya dilakukan pada satu kelurahan saja. Penelitian selanjutnya

terkait dengan penelitian ini sebaiknya mencakup populasi yang lebih luas.

• Penelitian selanjutnya yang terkait dengan penelitian ini diharapkan dalam

meneliti tindakan agar menggunakan metode observasi supaya gambarannya

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta: PT Rineka Cipta

Azwar, Saifuddin. (1998). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar Azrul. (2000). Manajemen Laktasi. Jakarta : Depkes RI.

Barbara, R. S. (2002). Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. Edisi 3. Jakarta : EGC

Biro Pusat Statistika Indonesia. (2005). Survei Kesehatan Nasional. Dibuka 20 Februari 2009 dari http://www.menkokestra.go.id/content/view.php

Bobak, I. M. (et al, 1995). Maternity Nursing. Fourth Edition. St. Louis: Mosby- Year Book, Inc

Corol & Theodora. (2003). Perawatan Bayi Sehari-hari. Dibuka 7 Maret 2009 dari

Cunningham, F.G. (1995). Obstetri Williams. Edisi 18. Jakarta : EGC

Dempsey, P.A & Dempsey.A.D. (2002). Riset Keperawatan : Buku Ajar dan Latihan. Edisi 4. Jakarta :EGC

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus besar Bahasa Indonesia. Edisi 3. Jakarta : Balai Pustaka

Effendi, N. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Ellyta. A. (2004). Jurnal Keperawatan Rufaidah. Medan : USU Press.

Fakhrur. (2007). Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir (KIBBBLA). Dibuka pada 1 Mei 2009

dar

Farrer, Helen. (1999). Perawatan Maternitas. Edisi 2. Jakarta : EGC

Gorrie, Trula Myers, et al. (1998). Foundation of Maternal-Newborn Nursing. Second Edition. Philadelphia : WB. Saunder Company

(50)

Helen, Varney. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 2. Jakarta : EGC

Henderson, Christine. (2005). Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC

Hidayat, A. Azis Alimul. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi kedua. Jakarta: Salemba Medika

Hinchliff. (1999). Kamus Keperawatan. Edisi 17. Jakarta : EGC

Johnson, Ruth. (2005). Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta : EGC

Jumiarni, (1994). Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta : EGC

Kompas. (2008). Angka Kematian Bayi Masih Tinggi. Dibuka pada 14 Maret 2009 dari http://www.kompas.com.compascetak/ humaniora/ htm.

Mc. Kinney, et al. (2000). Maternal-Child Nursing. Philadelphia : WB Saunders

Manuaba, Ida Bagus Gde. (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan

Notoatmodjo,S. (1997). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta :PT Rineka Cipta

Notoatmodjo. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Olds, Sally B, et al. (1984). Maternal-Newborn Nursing. California: Menti Park

Polit & Hungler. (1995). Nursing Research 5th Edition: Principals and Methods.

Philedelphia: JB Lippincott

Pratiknya.W.Ahmad. (2008). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran &

Kesehatan. Jakarta :PT.Raja Grafindo Persada

Prawirohardjo, Sarwono. (2002). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal

dan Neonatal. Jakarta :YBP-SP

Pudjiaji, S. (1992). Bayiku Sayang. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta.

(51)

Rudolf, Abraham. (2006). Buku Ajar Pediatrik. Edisi 20. Jakarta : EGC

Sahreni. (2006). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku Ibu Primipara

Dalam Merawat Tali Pusat Bayinya. Medan : PSIK FK USU

Sherwen, L.N., et al. (1995). Nursing Care of the Childbering Family. Second edition. Norwalk: Connechout

Simkin, et al. (2007). Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan dan Bayi. Jakarta : Penerbit Arcan

Simpson & Creehan. (2001). Perinatal Care. Edisi 2. Philadelpia : Lippincott.

Soetjiningsih. (1997). ASI : Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC

Suci (2007). Imunisasi Bayi 4 Bulan Pertama. Dibuka pada 15 Juni 2009 dari

Sudjana. (1992). Metode Statistika. Edisi 3. Bandung : Tarsito

Stevens, et al. (2005). Pengantar Riset: Pendekatan Ilmiah Untuk Profesi Kesehatan. Jakarta : EGC

Sutomo, A.H. (2003). Pedoman Praktis Safe Motherhood . Jakarta : EGC

Suririnah, (2009). Buku pintar merawat bayi 0-12 bulan. Jakarta : Gramedia pustaka utama.

Thompson, Elanor. (1995). Introduction to Maternity and Pediatric Nursing 2nd Edition.

USA: WB Saunders

Wahyuni, Arlinda. (2004). Statistik Kesehatan. Medan: FK USU

Weller. (2005). Kamus Saku Perawat. Edisi 22. Jakarta :EGC

(52)

Lampiran 1

LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Judul penelitian : Perilaku Ibu Primipara dalam Merawat Bayi Baru Lahir di

Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun.

Peneliti : Erpinaria Saragih

Saya telah diminta dan bersedia untuk berperan dalam penelitian yang berjudul”

Perilaku Ibu Primipara dalam Merawat Bayi Baru Lahir di Kelurahan Sukaraja

Kecamatan Medan Maimun”.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku ibu primipara

dalam merawat bayi baru lahir.

Saya mengerti bahwa resiko yang akan terjadi sangat kecil dan saya mempunyai

hak untuk mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa adanya sanksi atau paksaan.

Adapun catatan mengenai penelitian ini akan dirahasiakan dan semua berkas hanya

digunakan untuk keperluan pengolahan data dan akan dimusnahkan bila tidak

dipergunakan lagi.

Dengan demikian, secara suka rela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun,

saya bersedia berperan serta dalam penelitian ini. Dan atas kerjasama yang baik saya

ucapkan terima kasih.

Medan, November 2009

Peneliti, Responden,

(53)

Lampiran 2

Taksasi Dana Penelitian

1. Fotocopy materi pembelian buku untuk literatur Rp 350.000

2. Pembelian 1 buah flashdisk Rp 80.000

3. Rental komputer dan print Rp 250.000

4. Biaya internet Rp 100.000

5. Transportasi Rp 400.000

6. Biaya tak terduga

Jumlah : Rp.1.360.000

(54)

Lampiran 3

INSTRUMEN PENELITIAN Bagian 1. Data Demografi

Kode Responden: Petunjuk pengisian:

1. Berilah tanda check list (√) pada salah satu tanda kurung sesuai dengan jawaban

responden.

2. Bila ada pertanyaan yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.

(55)

Bagian 2. Kuesioner perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir.

Pengetahuan

No Pernyataan Ya Tidak

1 Ruam pada kulit bayi baru lahir dapat menghilang tanpa

diberi pengobatan.

2 Memberi lotion atau cream pada ruam dapat menyebabkan

iritasi pada kulit.

3 Ruam pada kulit bayi baru lahir sebaiknya diberi cream

untuk menghindari infeksi.

4 Sewaktu memandikan bayi, bayi dijaga agar tetap hangat.

5 Menghindari penggunaan bedak setelah bayi dimandikan.

6 Rambut bayi baru lahir tidak perlu dicuci karena tidak

kotor.

7 Perawatan tali pusat diperlukan untuk mencegah tali pusat

menjadi tempat berkembangnya kuman.

8 Perawatan tali pusat yang baik yaitu membersihkannya

dengan menggunakan kasa steril yang di basahi larutan

alkohol 70%.

9 Sebaiknya tali pusat dibungkus dengan kasa steril yang

dibasahi dengan alkohol 70%.

10 Bayi baru lahir biasanya lebih sering berkemih dan buang

air besar.

11 Ruam popok dapat terjadi karena kulit kontak dengan sisa

urine atau kotoran.

12 Mengganti popok yang sudah kotor tidak dapat mencegah

lecet atau ruam pada kulit bayi baru lahir.

13 Menyusui bayi adalah cara yang terbaik dalam memenuhi

kebutuhan gizi bayi.

(56)

yang sehat.

15 Sebaiknya bayi baru lahir menyusui sesuai keinginan ibu.

16 Menyusui sebaiknya tanpa dijadwal atau sesuai keinginan

bayi (on demand).

17 Sebelum pulang dari RS / klinik bayi baru lahir harus

diberikan imunisasi BCG dan Hepatitis B.

18 Setiap bayi baru lahir harus diimunisasi untuk

meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu

dan mencegah terjadinya penyakit infeksi.

19 Bayi baru lahir perlu mendapatkan imunisasi BCG ulangan

pada bulan berilkutnya.

20 Imunisasi yang seharusnya diberikan pada bayi baru lahir

yaitu BCG, DPT, Polio dan Hepatitis B.

2.2. Tindakan

No Pernyataan Dilaksanakan

Ya Tidak

1 Mengganti popok bayi:

Menyiapkan alat-alat yaitu: popok bersih, baskom

kecil/kapas cebok/lap, air hangat, keranjang.

2 Mencuci tangan.

3 Membaringkan bayi di tempat yang aman dan datar

misal di atas kasur / matras.

4 Buka pakaian bayi seperlunya, setelah itu buka popok

yang kotor dan letakkan di keranjang.

5 Dengan tangan non dominan, pegang pergelangan kaki

bayi secara hati-hati, angkat sampai kakinya lurus dan

bokong terangkat agar dapat dilakukan pembersihan

pada alat genitalia.

(57)

kapas cebok atau lap yang dibasahi dengan air hangat

dengan arah depan ke belakang sebelum daerah

perineum.

7 Buang kapas cebok atau lap, kemudian lakukan hal

yang sama pada sisi lain, sampai daerah genitalia

bersih.

8 Bersihkan lipatan pangkal paha, paha dan bokong

kemudian lap sampai kering.

9. Letakkan popok di bawah bayi, kemudian pasang

popok tersebut dan pakaikan kembali pakaian bayi.

10. Memandikan bayi:

Menyiapkan alat-alat yaitu: pakaian bayi yang bersih

(bedong, baju, kaos kaki, sarung tangan, topi, popok),

ember mandi ,air hangat, sabun, shampo, handuk,

waslap.

11 Mengisi ember mandi dengan air hangat dengan suhu

36,5-380C.

12. Periksa kehangatan air dengan mencelupkan

pergelangan tangan ibu ke dalam ember mandi.

13 Membuka pakaian bayi di atas kasur / matras.

14 Menutup bayi dengan handuk dengan cara

menyilangkan handuk di atas tubuh bayi.

15 Membersihkan mata bayi dengan lap bersih, kemudian

membasuh mukanya secara perlahan.

16 Mencuci rambut bayi perlahan-lahan dengan shampo

dan melapnya bersih dengan waslap.

17 Sabuni seluruh tubuh bayi, secara perlahan-lahan

balikkan tubuh bayi lalu sabuni punggung bayi dan lap

dengan waslap.

Gambar

Tabel 5.3. Distribusi kategori perilaku responden berdasarkan karakteristik responden

Referensi

Dokumen terkait

(2) Dalam hal NPOP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf a sampai dengan huruf n tidak diketahui atau lebih rendah dari pada NJOP yang digunakan dalam pengenaan Pajak

Hasil penelitian ini adalah penerapan advance pricing agreement di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan bila dibandingkan dengan Singapura, faktor-faktor

dianggap relevan oleh peneliti dalam menganalisis objek penelitian mengenai perubahan perilaku sosial ekonomi masyarakat Desa Neknang terkait keberadaan PT GCM, yaitu

bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 tahun 2013

“Kampanye Pentingnya Doa Bagi Anak Usia 5- 12 Tahhun Melalui Pembelajaran Di Sekolah Minggu” juga terdapat berbagai pembelajaran yang diajarkan dan didalam kampanye tersebut juga

To create leadership processes to help produce changes needed to cope with a changing business environment.. Establishing direction ( vision,

Pola verba dasar triliteral bentuk perfek fa ḉ ala menjadi dasar pembentukan. bentuk imperfek dengan pola yafḉ ulu, yaf ḉ ilu dan yaf

Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui pengaruh pembiasaan shalat dhuha terhadap pembentukan