TUGAS AKHIR
STUDI ANALISIS PENGARUH HARMONISA TERHADAP TRANSFORMATOR DISTRIBUSI
(Aplikasi Pada PT. PLN (Persero) Cabang Medan, Rayon Medan Kota)
O L E H
ROY HAKIM PERANGINANGIN NIM : 05 0402 099
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
STUDI ANALISIS PENGARUH HARMONISA TERHADAP TRANSFORMATOR DISTRIBUSI
(Aplikasi Pada PT. PLN (Persero) Cabang Medan ,Rayon Medan Kota)
OLEH
ROY HAKIM PERANGINANGIN NIM : 05 0402 099
Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Teknik Elektro
Disetujui oleh Dosen Pembimbing
IR. THALIB PASARIBU NIP. 19471110197902 1 001
Diketahui oleh
Pelaksana Harian, Ketua Departemen Teknik Elektro
PROF.DR.IR.USMAN S. BAAFAI NIP. 19461022197302 1 001
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
Harmonisa adalah suatu kondisi dimana tegangan atau arus yang sinusoidal dengan frekuensi yang merupakan kelipatan dari frekuensi fundamental dari sistem tenaga. Banyaknya pemakaian peralatan elektronik dan elektronika daya, berupa komputer, UPS, Printer, baterecharger, dan lampu hemat energi yaitu lampu fluorescent dengan elektronika ballast yang merupakan beban tidak linear yang dapat menimbulkan harmonisa. Peralatan beban tidak linear ini pada proses kerjanya, berlaku sebagai saklar yang bekerja pada setiap siklus gelombang dari sumber tegangan.
Adanya harmonisa ini pada jaringan distribusi, ternyata memberi pengaruh pada Transformator Distribusi sebagai komponen tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan beban yaitu adanya peningkatan rugi eddy current dan rugi belitan.
Setelah melakukan pengukuran dan penganalisaan kandungan harmonisa pada lima transformator distribusi berdasarkan jenis pelanggan PLN cabang Medan, diketahui adanya harmonisa arus dan harmonisa tegangan pada setiap transformator. Harmonisa arus (dalam %THDI) pada setiap transformator melebihi standard yang ditetapkan IEEE 519 (8%), yaitu 9.0%, 9.7%, 12.82%, 20.56%, 15.79%; sedangkan harmonisa tegangannya (dalam %THDV) tidak melebihi standar (5%), yaitu 1.9%, 1.66%, 2.2%, 2.2%, 2.33%. Akibat adanya harmonisa arus pada trafo menyebabkan bertambahnya rugi eddy current pada setiap transformator. Pertambahan rugi-rugi terbesar terjadi pada trafo 250kVA di Pusat Perbelanjaan, Petisah ( Pembebanan 73.33%), yaitu 1.04%.
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Hormat serta Kemuliaan bagi Allah Tri Tunggal yang
telah memberkati dan memberi kekuatan sehingga Penulis dapat menyelesaikan
studi dan mengerjakan Tugas Akhir ini sampai selesai.
Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat bagi Penulis untuk
memperoleh gelar Sarjana Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera
Utara.
Adapun judul tugas akhir ini adalah :
STUDI ANALISIS PENGARUH HARMONISA TERHADAP TRANSFORMATOR DISTRIBUSI
( Aplikasi Pada PT.PLN (PERSERO) Cabang Medan, Rayon Medan Kota)
Selama masa kuliah sampai masa penyelesaian tugas akhir ini, Penulis
banyak memperoleh bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dengan penuh ketulusan hati, Penulis mengucapkan banyak terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Wali saya, Kak R. Peranginangin dan Silih J. Sembiring serta bebereku
dan juga Ayahanda S.Peranginangin dan Ibunda T.Tarigan yang selalu
memberikan dukungan, perhatian dan doa yang tidak ada henti-hentinya
selama hidup penulis.
2. Kakak & Abang saya : K’Tepty dan Lae, B’Adil dan B’Gunung serta Kak
Ipar yang di Batam, Bang Terbeluh Peranginangin di Jakarta dan bang
Dani Peranginangin di Perawang yang selalu memberi dukungan dan cinta
yang tulus selalu.
3. Bapak Prof.Dr.Ir Usman Baafai. selaku Ketua Departemen Teknik Elektro,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Rahman Faudzi ST,MT selaku Sekretaris Departemen Teknik
Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Ir. Thalib Pasaribu selaku Dosen Pembimbing Penulis yang telah
meluangkan waktu dan tempat untuk membimbing dan membantu Penulis
6. Bapak Ir. Soeharwinto ST.MT selaku Dosen Wali Penulis selama
menyelesaikan pendidikan di Universitas Sumatera Utara yang juga
banyak memberi inspirasi, masukan, dan dorongan spiritual kepada
penulis dalam menyelesaikan studi di Departemen Teknik Elektro
FT-USU.
7. Seluruh Staff Pengajar dan Pegawai Departemen Teknik Elektro FT-
USU.
8. Teman satu Kelompok Tumbuh Bersama-ku Bezallel ( B’Mue, K’Martha,
Bastana, Budi, Christina, Lemuel) dan Adik Kelompokku Aholiab (
Assyer, Andrew, Jhon, Ivan, Rocky dan Setia) dan juga sahabatku Hans
Tua Sinaga, yang banyak memberi dukungan Doa.
9. Teman-teman Koordinasi UKM KMK USU periode 2008-2009 ( K’Lita,
K’henny, Riama, K’Gohana, K’ Monic, B’Heri dan B’ Jhon)
10. Semua rekan-rekan di Fakultas Teknik, Teknik Elektro USU terutama
angkatan 2005 yang telah banyak memberi warna dalam hidup Penulis.
11.Teman/Abang satu Kos Marakas 55 ( B’Gandi, Josep, Freddy, Daniel,
Niki, Hendra, dan Patar) yang telah banyak menemani hari-hariku.
12. Teman-teman di UKM KMK USU dan KMK USU UP FT dan juga di
PD/PA FILIPI.
13.Pihak PT. PLN ( Persero ) Cabang Medan , Pak Simatupang, Kak Elli,
Bang Habibi, Pak Ferry yang membantu Penulis dalam menyelesaikan
Tugas Akhir ini.
14. Semua orang yang tidak dapat disebutkan satu persatu, Penulis
mengucapkan banyak Terimakasih.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan
isi dan analisa yang disajikan.
Akhir kata , semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Oktober 2009
Penulis
05 0402 099
DAFTAR ISI
Abstrak...i
Kata Pengantar...ii
Daftar Isi...iv
Daftar Gambar...vii
Daftar Tabel...ix
BAB I PENDAHULUAN I.1 LatarBelakang...1
I.2 Rumusan Masalah...2
I.3 Tujuan Masalah...2
I.4 Batasan Masalah...2
I.5 Metode Penulisan...3
I.6 Sistematika Penulisan...4
BAB II TRANSFORMATOR II.1 Umum...6
II.2 Kontruksi transformator...7
II.3 Prinsip Kerja Transformator...9
II.3.1 Keadaan Transformator tanpa Beban...10
II.3.2 Keadaan Transformator Berbeban...13
II.4 Rangkaian Ekivalen Transformator...15
II.4.1 Pengukuran Beban Nol...18
II.4.2 Pengukuran Hubung singkat...20
II.5 Rugi-rugi pada Transformator...20
II.5.1 Rugi Tembaga...21
II.5.2 Rugi Besi...21
II.6 Transformator Tiga Phasa...22
II.6.2 Kontruksi Transformator Tiga Phasa...21
II.6.3 Hubungan Tiga Phasa pada Transformator...24
II.7 Sistem Pendinginan Transformator...30
II.8 Transformator Distribusi...30
II.8.1. Umum...30
II.8.2. Klasifikasi BebanTransformatorDistribusi...33
BAB III HARMONISA III.1 Umum ...38
III.2 Karakteristik Beban...39
III.3 Defenisi Harmonisa...41
III.4 Jenis-Jenis harmonisa... 50
III.5 Sumber-Sumber Harmonisa...51
III.6 Indeks Harmonisa...53
III.6.1 Total Harmonic Distortion...53
III.6.2 Individual Harmonic Distortion...54
III.7 Standard Harmonisa...54
III.8 Pengaruh Harmonisa Pada Trafo Distribusi...55
BAB IV ANALISA PENGARUH HARMONISA PADA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI IV.1 Umum...58
IV.2 Persamaan yang digunakan dalam Perhitungan...59
IV.2.1 Perhitungan Arus Beban dan Arus Hubung Singkat.... 59
IV.2.2 Perhitungan Pembebanan Pada Transformator...59
IV.2.3 Perhitungan Analisa THD...60
IV.2.4 Perhitungan Analisa PLL(Load Loss)...60
IV.2.5 Perhitungan Rugi –rugi Transformator... 61
IV.3 Metode Pengambilan Data harmonisa Pada Transformator Distribusi...61
IV.3.1 Data Teknis Alat Ukur... .62
IV.4 Data Hasil Pengukuran Harmonisa pada Transformator
Distribusi...66
IV.5 Analisa Data Pengaruh Harmonisa pada Transformator
Distribusi...74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan...85
V.2 Saran...86
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Konstruksi transformator tipe inti (core form)...7
Gambar 2.2 Konstruksi lempengan logam inti transformator bentuk L dan U ...8
Gambar 2.3 Transformator tipe cangkang (shell form)...8
Gambar 2.4 Konstruksi lempengan logam inti transformator bentuk E, I dan F ...8
Gambar 2.5 Transformator dalam keadaan tanpa beban...10
Gambar 2.6 Rangkaian ekivalen transformator dalam keadaan tanpa beban ...10
Gambar 2.7 Gambar vektor transformator dalam keadaan tanpa beban... 10 Gambar 2.8 Gambar gelombang Io tertinggal 90o dari V1...11
Gambar 2.9 Gambar gelombang e1 tertinggal 90o dari Φ...12
Gambar 2.10 Transformator dalam keadaan berbeban ...13
Gambar 2.11 Rangkaian ekivalen transformator dalam keadaan berbeban...14
Gambar 2.12 Gambar rangkaian transformator ideal...15
Gambar 2.13 Diagram vektor model rangkaian transformator ideal ...16
Gambar 2.14 Gambar rangkaian ekivalen transformator ...17
Gambar 2.15 Penyederhanaan Rangkaian Ekivalen Transformator ...17
Gambar 2.16 Diagram vektor parameter sekunder pada rangkaian primer ...17
Gambar 2.17 Hasil akhir penyederhanaan rangkaian ekivalen transformator ...18
Gambar 2.18 Rangkaian pengukuran beban nol ...18
Gambar 2.19 Rangkaian Pengukuran hubung singkat ...19
Gambar 2.20 Rangkaian Ekivalen Pengukuran Hubung Singkat ...20
Gambar 2.21 Blok diagram rugi – rugi pada transformator...21
Gambar 2.22 Konstruksi transformator tiga fasa tipe inti...23
Gambar 2.23 Transformator tiga fasa tipe cangkang ...23
Gambar 2.24 Transformator Hubungan-Y...24
Gambar 2.25 Transformator Hubungan Delta ...25
Gambar 2.26 Transformator Hubungan YY ...26
Gambar 2.27 Transformator Hubungan YΔ,………...27
Gambar 2.28 Transformator hubungan ΔY... ..28
Gambar 2.30 Gambaran Umum Distribusi Tenaga Listrik...31
Gambar 3.1 Gelombang Arus dan Tegangan...38
Gambar 3.2 Karakteristik beban Penerangan...39
Gambar 3.3 Karakteristik beban harian Industri Besar...40
Gambar 3.4 Karakteristik beban harian Industri Kecil ...40
Gambar 3.5 karakteristik Beban pada Komersial ...41
Gambar 3.6 karakteristik Beban pada Rumah Tangga...41
Gambar 3.7 Gelombang Pada Frekuensi Fundamental/Dasar ...42
Gambar 3.8. Bentuk Gelombang Non Sinusiodal...42
Gambar 3.9 Gelombang Pada Harmonik Ketiga...42
Gambar 3.10 Hasil Kali Dari Gelombang Frekuensi Fundamental Dengan Harmonik Yang ketiga...43
Gambar 3.11 Fundamental Phasor ...50
Gambar 3.12 Phasor harmonik 5...50
Gambar 3.13 Phasor Harmonik 3...51
Gambar 3.14 Skema Jaringan sederhana Beban linear ...51
Gambar 3.15 Skema jaringan sederhana beban non linear ...52
Gambar 3.16a One Line Diagram mengalirnya Harmonisa...56
Gambar 3.16b Rangkaian ekivalen mengalirnya Harmonisa...56
Gambar 4.1 Power Quality Analyzer Fluke 435...62
Gambar 4.2 Transformator Tiang ...65
Gambar 4.3 Pengukuran kandungan Harmonisa pada sisi sekunder trafo tiang ...65
Gambar 4.4 Rangkaian Pengukuran pada transformator 3 phasa ...66
Gambar 4.5 Contoh Hasil Pengukuran Harmonisa dengan alat Fluke 435...66
Gambar 4.6 Grafik Perbandingan THD arus dan Tegangan pada masing- masing trafo... 78
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Beban Pelanggan Listrik PLN ...33
Tabel 2.2 Nilai Daya Pengenal Transformator Distribusi...37
Tabel 2.3 Nilai Rugi-rugi Transformator Distribusi ...37
Table 3.1 Standar Distorsi Arus Untuk Sistem Distribusi...55
Tabel 3.2 Standar Distorsi Tegangan...55
Tabel 4.1 Nilai dari PEC_R ...61
Tabel 4.2 Tehnical data Volt/Amps/Herz ...63
Tabel 4.3 Tehnical data Harmonics ...64
Tabel 4.4 Data Hasil pengukuran pada Transformator ...67
Tabel 4.5 Data Kandungan Harmonisa Arus pada Transformator...67
Tabel 4.6 Data Hasil pengukuran Harmonisa Tegangan pada Transformator...68
Tabel 4.7 Data Hasil pengukuran pada Transformator ...68
Tabel 4.8 Data Kandungan Harmonisa Arus pada Transformator...69
Tabel 4.9 Data Hasil pengukuran Harmonisa Tegangan pada Transformator...69
Tabel 4.10 Data Hasil pengukuran pada Transformator ...69
Tabel 4.11 Data Kandungan Harmonisa Arus pada Transformator...70
Tabel 4.13 Data Hasil pengukuran pada Transformator ...70
Tabel 4.14 Data Kandungan Harmonisa Arus pada Transformator...71
Tabel 4.15 Data Hasil pengukuran Harmonisa Tegangan pada Transformator...71
Tabel 4.16 Data Hasil pengukuran pada Transformator ...71
Tabel 4.17 Data Kandungan Harmonisa Arus pada Transformator...72
Tabel 4.18 Data Hasil pengukuran Harmonisa Tegangan pada Transformator...73
Tabel 4.19 Nilai Arus Hubung Singkat dan Arus Beban ...74
Tabel 4.20 Analisa Pembebanan Pada Masing-Masing Transformator...75
Tabel 4.21 Analisa THD Arus pada masing-masing Transformator ...76
Tabel 4.22 Analisa THD Tegangan Pada masing-masing Transformator ...77
Tabel 4.23 Ringkasan PLL pada Transformator 1...80
ABSTRAK
Harmonisa adalah suatu kondisi dimana tegangan atau arus yang sinusoidal dengan frekuensi yang merupakan kelipatan dari frekuensi fundamental dari sistem tenaga. Banyaknya pemakaian peralatan elektronik dan elektronika daya, berupa komputer, UPS, Printer, baterecharger, dan lampu hemat energi yaitu lampu fluorescent dengan elektronika ballast yang merupakan beban tidak linear yang dapat menimbulkan harmonisa. Peralatan beban tidak linear ini pada proses kerjanya, berlaku sebagai saklar yang bekerja pada setiap siklus gelombang dari sumber tegangan.
Adanya harmonisa ini pada jaringan distribusi, ternyata memberi pengaruh pada Transformator Distribusi sebagai komponen tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan beban yaitu adanya peningkatan rugi eddy current dan rugi belitan.
Setelah melakukan pengukuran dan penganalisaan kandungan harmonisa pada lima transformator distribusi berdasarkan jenis pelanggan PLN cabang Medan, diketahui adanya harmonisa arus dan harmonisa tegangan pada setiap transformator. Harmonisa arus (dalam %THDI) pada setiap transformator melebihi standard yang ditetapkan IEEE 519 (8%), yaitu 9.0%, 9.7%, 12.82%, 20.56%, 15.79%; sedangkan harmonisa tegangannya (dalam %THDV) tidak melebihi standar (5%), yaitu 1.9%, 1.66%, 2.2%, 2.2%, 2.33%. Akibat adanya harmonisa arus pada trafo menyebabkan bertambahnya rugi eddy current pada setiap transformator. Pertambahan rugi-rugi terbesar terjadi pada trafo 250kVA di Pusat Perbelanjaan, Petisah ( Pembebanan 73.33%), yaitu 1.04%.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan beban listrik pada masa sekarang ini merupakan dampak
dan pengaruh dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan beban listrik dapat
dikatakan dua kali dari pertumbuhan ekonominya suatu daerah. Dengan
pertumbuhan ekonomi ini maka kebutuhan atau daya beli masyarakat terhadap
beban listrik semakin meningkat pula, hal ini dapat dilihat semakin meningkatnya
pemakaian peralatan elektronik atau elektronika daya yang semakin meningkat,
seperti : komputer, printer, UPSs(Uninterruptible power supplies), peralatan elektronik yang menggunakan suplay tenaga dengan mengkonvert dari AC ke
DC, lampu fluorescent dengan elektronik ballast, batere charger dan lain-lain.
Tetapi di sisi lain dengan meningkatnya pemakaian peralatan elektronik tersebut
memberi dampak atau memberi pengaruh yang tidak baik pada sistem
ketenagalistrikan. Peralatan computer, UPS, Printer yang disebutkan di atas
dikenal sebagai beban non linear. Beban non linear ini dapat mengakibatkan
munculnya harmonisa pada sistem ketenagalistrikan dalam sistem distribusi
tenaga listrik.
Salah satu komponen dalam sistem ketenagalistrikan dalam sistem
distribusi adalah TRANSFORMATOR DISTRIBUSI, transformator distribusi
apabila terjadi harmonisa pada transformator distribusi ini maka sangat
mempengaruhi kinerja dan kualitas dari transformator distribusi tersebut .
Oleh karena itu, diperlukan suatu analisa yang memberikan hasil
seberapa besar pengaruh dari harmonisa terhadap Transformator Distribusi.
1.2 Rumusan Masalah
Dari Latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan antara lain :
1. Apakah Harmonisa itu?
2. Dari manakah Sumber harmonisa tersebut?
3. Apa saja parameter dan standar yang dilihat pada Harmonisa ini?
4. Bagaimana hasil analisis pengaruh harmonisa terhadap
Transformator Distribusi?
1.3 Tujuan Masalah
Adapun tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mempelajari dan
memahami mengenai pengaruh harmonisa terhadap Transformator Distribusi yang
meliputi Pembebanan Transformator dan Rugi-Rugi Transformator.
1.4 Batasan Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, maka penulis akan
membatasi Tugas Akhir ini dengan hal-hal sebagi berikut :
1. Transformator distribusi yang dibahas merupakan Trafo Tiang.
3. Model yang ditinjau dalam pengukuran harmonisa ini adalah Pengukuran
langsung ke lapangan.
4. Tidak membahas analisis harmonisa transformator dengan menggunkan
Deret fourier dan cara mengurangi harmonisa pada trafo.
5. Pembahasan analisis pengaruh harmonisa terhadap Transformator hanya
sebatas Pembebanan dan rugi-rugi pada Transformator.
1.5 Metode Penulisan
Metode Penulisan yang dilakukan dalam pengerjaan Tugas Akhir ini
meliputi :
1. Studi literatur
Mengambil teori dari buku – buku referensi, jurnal, internet ,dll
2. Studi bimbingan
Diskusi dengan dosen pembimbing yang telah ditunjuk oleh pihak
Departemen Teknik Elektro mengenai masalah – masalah yang timbul
selama penulisan Tugas Akhir berlangsung.
3. Metode pengukuran
Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah data yang
diperoleh dengan melakukan pengukuran langsung pada transformator
tiang di lapangan.
4. Analisa Data
1.6 Sistematika Penulisan
Penulisan Tugas Akhir ini disajikan dengan sistematika penulisan sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latarbelakang
masalah rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, metode penulisan,
dan sistematika penulisan dari Tugas Akhir ini.
BAB II TRANSFORMATOR
Bab ini menjelaskan tentang transformator secara umum, kontruksi, prinsip
kerja, rangkaian ekivalen, keadaan berbeban dan tidak berbeban, sistem
pendingin transformator, rugi-rugi dan efesiensi. Serta menjelaskan tentang
transformator distribusi dan spesifikasnya, dan jenis-jenis pelanggan/konsumen
PLN.
BAB III HARMONISA
Bab ini menguraikan teori mengenai harmonisa yaitu defenisi harmonisa,
sumber harmonisa, pengaruh harmonisa, jenis harmonisa, indeks harmonisa dan
standard harmonisa.
BAB IV ANALISA PENGARUH HARMONISA PADA
TRANSFORMATOR DISTRIBUSI
Bab ini menjelaskan tentang data-data pengukuran dan analisa pengaruh
harmonisa pada transformator distribusi serta rugi-rugi yang ditimbulkannya,
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil analisa
data-data pengukuran
BAB II
TRANSFORMATOR
II.1 UMUM
Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang mampu mengubah
maupun untuk menyalurkan energi listrik arus bolak-balik dari satu atau lebih
rangkaian listrik ke rangkaian listrik arus bolak-balik yang lain, melalui suatu
gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik yang dapat
menaikkan /menurunkan tegangan/arusdengan frekuensi yang sama.
Pada umumnya transformator terdiri dari atas sebuah inti, yang terbuat dari
besi belapis, dan dua buah kumparan, yaitu kumparan primer dan kumparan
sekunder . Rasio perubahan tegangan akan tergantung dari rasio jumlah lilitan
pada kedua kumparan tersebut, pada umumnya kumparan tersebut terbuat dari
kawat tembaga yang dibelit pada sekeliling “ kaki” inti transformator.
Penggunaan transformator yang sangat sederhana dan andal merupakan
salah satu alasan penting dalam pemakaiannya dalam penyaluran tenaga listrik
arus bolak-balik, karena arus bolak-balik snagat banyak dipergunakan untuk
pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik. Pada penyaluran tenaga listrik arus
bolak-balik terjadi kerugian sebesar I R watt. Kerugian ini akan akna banyak
berkurang apabila tegangan dinaikkan setinggi mungkin. Dengan demikian maka
saluran-saluran transmisi tenaga listrik senantiasa mempergunakan tegangan yang
lebih tinggi. Hal ini dilakukan terutama untuk mengurangi kerugian energi yang
terjadi, dengan cara mempergunakan transformator untuk menaikan tegangan
listrik di pusat listrik dari tegangan generator yang berkisar antara 6 kV samapai
20 kV pada awal transmisi ke tegangan saluran transmisi antara 100 kV sampai
1000 kV, kemudian menurunkannya lagi pada ujung akhir saluran ke teganagn
yang lebih rendah.
2
Dalam bidang tenaga listrik pada umumnya pemakain transformator dapat
1. Transformator Daya, transformator ini biasanya digunakan di pembangkit
tenaga listrik, untuk menaikkan tegangan pembangkit menjadi tegangan
transmisi.
2. Transformator distribusi, transformator ini pada umumnya digunakan pada
sub distribusi tenaga listrik, yaitu untuk menurunkan tegangan transmisi
menjadi tegangan distribusi.
3. Transformator Instrument,transformator ini gunanya digunakan sebagai alat instrument pengukuran yang terdiri dari transformator arus ( current transformer) dan transformator tegangan (potential transformer).
II.2 KONTRUKSI TRANSFORMATOR.
Pada dasrnya transformator terdiri dari kumparan primer dan sekunder
yang dibelitkan pada inti ferromagnetik. Berdasarkan letak kumparan terhadap
inti, transformator terdiri dari dua macam kontruksi yaitu tipe inti ( core type) dan
tipe cangkang ( shell type). Kedua tipe ini menggunakan inti yang berlaminasi
yang terisolasi satu sama lainnya dengan tujuan untuk mengurangi rugi-rugi dan
arus eddy.
Tipe Inti.
Tipe inti ini dibentuk dari lapisan besi berisolasi berbentuk persegi dan
kumparan transformatornya dibelitkan pada dua sisi persegi. Pada kontruksi tipe
inti, lilitan mengelilingi inti besi yang disebut dengan kumparan, seperti yang
ditunjukakn pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 Konstruksi transformator tipe inti (core form)
Sedangkan kontruksi tipe intinya pada umumnya berbentuk L atau huruf U, dapat
Gambar 2.2 Konstruksi lempengan logam inti transformator bentuk L dan U
Tipe Cangkang (Shell From)
Jenis kontruksi yang kedua ini ini yaitu tipe cangkang yang dibentuk dari
lapisan inti berisolasi, dan kumparan dibelitkan di pusat inti, dapat dilihat paga
Gambar 2.3
Gambar 2.3 Transformator tipe cangkang (shell form)
Pada transformator ini, kumparan atau belitan transformator dikelilingi
oleh inti. Sedangakan kontruksinya intinya pada umumnya berbentuk huruf E,
huruf I, atau huruf F. Seperti terlihat pada Gambar 2.4
Gambar 2.4 Konstruksi lempengan logam inti transformator bentuk E, I dan F
II.3 PRINSIP KERJA TRANSFORMATOR
Transformator meiliki dua buah kumparan yaitu kumparan primer dan
kumparan sekunder, dan kedua kumparan ini bersifat induktif. Kedua kumparan
memiliki reluktansi ( reluctance ) rendah. Apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik maka fluks bolak-balik akan muncul di
dalam inti yang dilaminasi, karena kumparan tersebut membentuk jaringan
tertutup maka mengalirlah arus primer. Akibat adanya fluks di kumparan primer
maka di kumparan primer terjadi induksi ( self induction ) dan terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena pengaruh induksi dari kumparan primer atau disebut
sebagai induksi bersama ( mutual induction ) yang menyebabkan timbulnya fluks magnet di kumparan sekunder, maka mengalirlah arus sekunder jika rangkaian
sekunder di bebani, sehingga energi listrik dapat ditransfer keseluruhan (secara
magnetisasi ).
dt d N
e() (Volt) ……….( 2.1 )
Dimana : e = gaya gerak listrik (Volt)
N = jumlah lilitan (turn)
dt d
= perubahan fluks magnet (weber/sec)
Perlu diingat bahwa hanya tegangan listrik arus bolak-balik yang dapat
ditransformasikan oleh transformator, sedangkan dalam bidang elektronika,
transformator digunakan sebagai gandengan impedansi antara sumber dan beban
untuk menghambat arus searah sambil tetap melakukan arus bolak-balik antara
rangkaian.
Tujuan utama menggunakan inti pada transformator adalah untuk
mengurangi reluktansi ( tahanan magnetis ) dari rangkaian magnetis ( common magnetic circuit )
II.3.1 Keadaan transformator tanpa beban
Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber
tegangan V1 yang sinusoidal, akan mengalirkan arus primer I0 yang juga
900 dari V1. Arus primer I0 menimbulkan fluks (Ф) yang sefasa dan juga
berbentuk sinusoid.
Gambar 2.5 Transformator dalam keadaan tanpa beban
Gambar 2.6 Rangkaian ekivalen transformator dalam keadaan tanpa beban
Gambar 2.8 Gambar gelombang Io tertinggal 90o dari V1
maxsin
t (weber)... (2.2)Fluks yang sinusoid ini akan menghasilkan tegangan induksi е1 (Hukum
Faraday):
dt d N e1 1
dt t d
N
e ( max sin )
1 1
t N
e1 1
maxcos
(Volt)... (2.3)) 90 sin(
max 1
1N wt
e
(tertinggal 90
o
dari Φ)
Dimana :
e
1 = gaya gerak listrik (Volt)N1 = jumlah belitan di sisi primer (turn)
ω
= kecepatan sudut putar (rad/sec)Φ = fluks magnetik (weber)
Gambar 2.9 Gambar gelombang
e
1 tertinggal 90o dari ΦHarga efektif :
2
max 1 1
N
2 2 max
1 1
N f
E 2 14 , 3 2 max 1 1
N x f
E 2 28 , 6 max 1 1
N f
E
max 1 14,44N f
E (volt) ... (2.4)
Pada rangkaian sekunder, fluks (Φ) bersama tadi juga menimbulkan :
dt d N e2 2
t N
e2 2
maxcos
(Volt)Harga efektifnya :
max 2 2 4,44N f
E (volt)
Bila rugi tahanan dan adanya fluksi bocor diabaikan, maka akan terdapat
hubungan : a N N V V E E 2 1 2 1 2
1 ... (2.5)
Dimana : E1 = ggl induksi di sisi primer (Volt)
E2 = ggl induksi di sisi sekunder (Volt)
V1 = tegangan terminal sisi primer (Volt)
V2 = tegangan terminal sisi sekunder (Volt)
N1 = jumlah belitan sisi primer (turn)
N2 = jumlah belitan sisi sekunder (turn)
a
= faktor transformasiApabila kumparan sekunder di hubungkan dengan beban ZL, I2 mengalir
pada kumparan sekunder, dimana
L Z V
I 2
2 .
Gambar 2.10 Transformator dalam keadaan berbeban
Gambar 2.11 Rangkaian ekivalen transformator dalam keadaan berbeban
Arus beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N2 I2 yang
cenderung menentang fluks (Ф) bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan.
Agar fluks bersama itu tidak berubah nilainya, pada kumparan primer harus
mengalir arus I2', yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus beban I2,
hingga keseluruhan arus yang mengalir pada kumparan primer menjadi:
'
2 0
1 I I
I (Ampere) ……….. (2.6)
Bila komponen arus rugi inti (Ic) diabaikan, maka I0 = Im , sehingga:
'
2
1 I I
I m (Ampere) ... (2.7)
Dimana: I1 = arus pada sisi primer (Amp)
I'2 = arus yg menghasilkan Φ'2 (Amp)
Im = arus pemagnetan (Amp)
Ic = arus rugi-rugi inti (Amp)
Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah sebesar ggm yang dihasilkan
oleh arus pemagnetan IM, maka berlaku hubungan :
= M I
N1 N1I1N2I2
= M I
N1 N1
IM I2'
N2 I2=
' 2 1I
N N2 I2
Karena IM dianggap kecil, maka I2' I1. Sehingga :
=
1 1I
N N2 I2
=
1 1 I
V V2 I2
II.4 RANGKAIAN EKIVALEN TRANSFORMATOR
Fluks yang dihasilkan oleh arus pemagnetan Im tidak seluruhnya
merupakan fluks bersama (ФM), sebagian mencakup kumparan pimer (Ф1) atau
mencakup kumparan sekunder saja (Ф2) dalam model rangkaian ekivalen yang
dipakai untuk menganalisis kerja suatu transformator, adanya fluks bocor Ф1
dengan mengalami proses transformasi dapat ditunjukan sebagai reaktansi X1 dan
fluks bocor Ф2 dengan mengalami proses transformasi dapat ditunjukan sebagai
reaktansi X2 sedang rugi tahanan ditunjukan dengan R1 dan R2, dengan demikian
model rangkaian dapat dituliskan seperti Gambar 2.12 dan untuk diagram vektor
untuk rangkaian transformator ideal ditunjukkan pada Gambar 2.13
Gambar 2.13 Diagram vektor model rangkaian transformator ideal
Dari diagram vektor diatas dapat pula diketahui hubungan penjumlahan vektor
yaitu :
V1 = I1R1 + I1X1 + E1
)
2
2 2
.8)
ator dapat disederhanakan menjadi seperti gambar yang
ditunjukkan pada Gambar 2.14 E2 = I2R2 + I2X2 + V2
E1/E2 = N1/N2 = a atau E1 = a E2 , hingga
E1 = a (I2R2 + I2X2 + V2)
Maka :
V1 = I1R1 + I1X1 + a (I2R2 + I2X2 + V2
V1 = I1R1 + I1X1 + a I2R2 + a I2X2 + a V
Karena I'2/I2 = N2/N1 = 1/a atau I2= aI'2
Maka:
V1 = I1R1 + I1X1 + a (a I'2R2) + a (a I'2X2) + a V
V1 = I1R1 + I1X1 + a2 I'2R2 + a2 I'2X2 + a V
V1 = I1R1 + I1X1 + I'2 (a2 R2 + a2 X2) + a V2 (Volt)...
(2
Dari rangkaian transformator ideal diatas, apabila semua nilai parameter
sekunder dinyatakan pada sisi rangkaian primer, harganya perlu dikalikan dengan
faktor a2, dimana X'2 = X2 a2 , R'2 = R2 a2 , dan I'2 = I2 a maka rangakian
Gambar 2.14 Gambar rangkaian ekivalen transformator
Untuk memudahkan perhitungan, model rangkaian ekivalen transformator
tersebut dapat diubah menjadi seperti Gambar 2.15 :
Gambar 2.15 Penyederhanaan Rangkaian Ekivalen Transformator
Pada gambar 2.15 di atas dapat di sederhanakan dengan
menggunakan Rek dan Xek yang dapat dihitung dengan persamaan di
bawah ini :
Rek = R1 + a2R2 (Ohm)...(2.9)
Xek = X1 + a2X2 (Ohm)...(2.10)
Sehingga rangkaian di atas dapat diubah seperti Gambar 2.17 di bawah ini :
Gambar 2.17 Hasil akhir penyederhanaan rangkaian ekivalen transformator
Untuk menentukan parameter- parameter transformator yang terdapat pada
model rangkaian (rangkaian ekivalen) yaitu Rc, Xm,Rek dan Xek dapat ditentukan
besarnya dengan dua macam pengukuran yaitu dengan pengukuran beban nol dan
pengukuran hubungan singkat.
II.4.1 Pengukuran beban nol
Bentuk sederhana rangkaian pengukuran beban nol atau tanpa beban dari
suatu transformator dapat ditunjukkan pada Gambar 2.18. Umumnya untuk
pengukuran beban nol semua instrumen ukur diletakkan di sisi tegangan rendah
(walaupun instrumen ukur terkadang diletakkan di sisi tegangan tinggi), dengan
maksud agar besaran yang diukur cukup besar untuk dibaca dengan mudah.
Dalam keadaan tanpa beban bila kumparan primer di hubungkan dengan
sumber tegangan V1, maka akan mengalir arus penguat I0. Dengan pengukuran
daya yang masuk (P0), arus penguat I0 dan tegangan V1 maka akan diperoleh
harga :
0 2 1 P V
Rc (Ohm) ... (2.11)
m c
c m
jX R
R jX I
V Z
0 1
0 (Ohm)... (2.12)
Dimana :
Z0 = impedansi beban nol (Ohm)
Rc = tahanan beban nol (Ohm)
Xm = reaktansi beban nol (Ohm)
II.4.2 Pengukuran hubung singkat
Bentuk sederhana rangkaian pengukuran hubung singkat dari suatu
transformator dapat ditunjukkan pada Gambar 2.19. Hubungan singkat berarti
terminalnya dihubung singkatkan, sehingga hanya impedansi Zek = Rek + j Xek
yang membatasi arus.
Karena harga Rek dan Xek ini relatif kecil maka harus dijaga agar
tegangan masuk (Vsc) cukup kecil, sehingga arus yang dihasilkan tidak melebihi
arus nominal. Harga I0 akan relatif sangat kecil bila dibandingkan dengan arus
nominal, sehingga pada pengukuran ini dapat diabaikan. Rangkaian Ekivalen
pengukuran hubungsingkat dapat ditunjukkan pada Gambar 2.20
Gambar 2.20 Rangkaian Ekivalen Pengukuran Hubung Singkat
Dengan mengukur tegangan Vsc, arus Isc dan daya Psc, akan dapat dihitung
parameter :
2 ) ( sc
sc ek
I P
R (Ohm) ... (2.13)
ek ek
sc sc
ek R jX
I V
Z (Ohm) ... (2.14)
2 2
ek ek ek Z R
X (Ohm) ... (2.15)
II.5 RUGI-RUGI PADA TRANSFORMATOR
Secara umum rugi-rugi yang terjadi pada transformator dapat digambarkan dalam
sebuah blok digram, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.21
Rugi Tembaga Rugi Tembaga
Rugi Besi Histeresis
Dan Eddy Current Kumparan
primer
Fluks Bersama
Kumparan Sekunder
Out Put Sumber
1I.5.1 Rugi tembaga ( Pcu )
Rugi yang disebabkan arus mengalir pada kawat tembaga yang terjadi
pada kumparan sekunder dapat ditulis sebagai berikut :
Pcu = I2 R (Watt)... (2.16)
Formula ini merupakan perhitungan untuk pendekatan. Karena arus beban
berubah – ubah, rugi tembaga juga tidak konstan bergantung pada beban. Dan
perlu diperhatikan pula resistansi disini merupakan resistansi AC.
II.5.2 Rugi besi ( Pi )
Rugi besi terdiri atas :
Rugi histerisis (Ph), yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak – balik pada inti besi yang dinyatakan sebagai :
Ph = kh f Bmaks1.6 watt ... (2.17)
Kh = konstanta
Bmaks = Fluks maksimum ( weber )
Rugi arus eddy (Pe) , yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada inti besi.
Dirumuskan sebagai :
Pe = ke f2 B2maks (Watt) ... (2.18) Kh = konstanta
Bmaks = Fluks maksimum ( weber )
Jadi, rugi besi ( rugi inti ) adalah :
II.6 TRANSFORMATOR TIGA PHASA
II.6.1 Umum
Tiga transformator berfasa satu dapat dihubungkan untuk membentuk
bank-3 fasa (susunan 3 fasa = 3 phase bank) dengan salah satu cara dari berbagai cara menghubungkan belitan transformator. Pada tiga buah transformator satu fasa
yang dipakai sebagai transformator tiga fasa setiap kumparan primer dari satu
transformator dijodohkan dengan kumparan sekundernya. Hendaknya dicatat
bahwa pada transformator tiga fasa ini besar tegangan antar fasa (VL-L) dan daya
transformator (KVA) tidak tergantung dari hubungan belitannya. Akan tetapi
tegangan fasa netral (VL-N) serta arus dari masing-masing transformator
tergantung pada hubungan belitannya.
II.6.2 Konstruksi transformator tiga fasa
Untuk mengurangi kerugian yang disebabkan oleh arus pusar di dalam
inti, rangkaian magnetik itu biasanya terdiri dari setumpuk laminasi tipis.
Bentuk sederhana dari kontruksi transformator tiga fasa ditunukkan pada
[image:33.595.148.476.434.565.2]Gamabar 2.22
Salah satu jenis konstruksi yang biasa dipergunakan diperlihatkan pada Gambar
[image:34.595.193.410.136.432.2]2.23 :
Gambar 2.23 Transformator tiga fasa tipe cangkang
Dalam jenis inti (core type) kumparan dililitkan disekitar dua kaki inti magnetik persegi. Dalam jenis cangkang (shell type) kumparan dililitkan sekitar kaki tengah dari inti berkaki tiga dengan laminasi silikon-steel. Umumnya
digunakan untuk transformator yang bekerja pada frekuensi dibawah beberapa
ratus Hz. Silikon-steel memiliki sifat-sifat yang dikehendaki yaitu murah, rugi inti
rendah dan permeabilitas tinggi pada rapat fluks tinggi. Inti transformator yang
dipergunakan dalam rangkaian komunikasi pada frekuensi tinggi dan tingkat
energi rendah, kadang-kadang dibuat dari campuran tepung ferromagnetik yang
dimanfaatkan sebagai permalloy.
II.6.3 Hubungan tiga fasa dalam transformator
Secara umum hubungan belitan tiga fasa terbagi atas dua jenis, yaitu
hubungan wye (Y) dan hubungan delta (Δ). Masing-masing hubungan belitan ini
memiliki karakteristik arus dan tegangan yang berbeda-beda, selanjutnya akan
dihubungkan wye ataupun delta. Kedua hubungan ini dapat dijelaskan secara
terpisah, yaitu :
1. Hubungan wye (Υ)
Hubungan ini dapat dilakukan dengan menggabungkan ketiga belitan
transformator yang memiliki rating yang sama dengan mempertemukan
[image:35.595.230.417.241.397.2]ujung-ujungnya pada satu titik seperti terlihat pada Gambar 2.24 di bawah ini.
Gambar 2.24 Transformator Hubungan-Y
Dalam hubungan-Y dengan memakai kawat netral dalam keadaan
seimbang dapat kita ketahui sebagai berikut :
ph T S
R V V V
V (Volt) ... (2.20)
ph TR
ST
RS V V V
V 3 (Volt) ... (2.21)
ph T S R
L I I I I
I (Amp)... (2.22)
Dimana: VL = Tegangan line to line (Volt)
Vph = Tegangan phasa (Volt)
IL = Arus line to line (Amp)
Iph = Arus phasa (Amp)
Hubungan delta ini juga mempunyai tiga buah belitan dan masing-masing
memiliki rating yang sama dengan menghubungkannya berbentuk segitiga, seperti
terlihat pada Gambar 2.25.
Dalam hubungan delta pada keadaan seimbang dapat kita ketahui sebagai
[image:36.595.193.439.204.336.2]berikut :
Gambar 2.25 Transformator Hubungan Delta
ph T S
R R I I
I (Amp) ... (2.23)
ph L
S T T S T
R I I I I I I I
I 3 (Amp) ... (2.24)
ph TR ST
RS V V V
V (Volt) ... (2.25)
Dimana : VL = Tegangan line to line (Volt)
Vph = Tegangan phasa (Volt)
IL = Arus line to line (Amp)
Iph = Arus phasa (Amp)
Pada transformator tiga phasa selain terdapat dua hubungan belitan utama
yaitu hubungan delta dan hubungan bintang. Ada empat kemungkinan lain
1. Hubungan YY Transformator tiga phasa
Hubungan YY pada transformator tiga phasa dapat dilihat pada Gambar
[image:37.595.225.391.149.402.2]2.26 :
Gambar 2.26 Transformator Hubungan YY
Pada hubungan Y-Y , tegangan primer pada masing-masing phasa adalah :
3 / LP P V
V (Volt) .………( 2. 26 )
Tegangan phasa primer sebanding dengan tegangan phasa sekunder dan
perbandingan belitan transformator. Maka diperoleh perbandingan tegangan pada
transformator adalah :
a V V V
V
S P
LS
LP
3 3
………..( 2. 27 )
Pada hubungan Y-Y ini jika beban transformator tidak seimbang maka
2. Hubungan YΔ Transformator tiga phasa
Hubungan YΔ pada transformator tiga phasa dapat dilihat pada Gambar
[image:38.595.227.498.149.429.2]2.27 berikut ini :
Gambar 2.27 Transformator Hubungan YΔ
Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat primer sebanding dengan
tegangan phasa primer VLP 3VP dan tegangan kawat ke kawat sekunder sama dengan tegangan phasa VLS = VΦS. Sehingga diperoleh perbandingan tegangan
pada hubungan ini adalah sebagai berikut :
a V
V V
V
S P
LS LP
3 3
…………..( 2. 28 )
Hubungan ini lebih stabil dan tidak ada masalah dengan beban tidak
3. Hubungan ΔY Transformator tiga phasa
Hubungan ΔY pada transformator tiga phasa ditunjukkan pada Gambar
[image:39.595.204.508.167.458.2]2.28 berikut ini :
Gambar 2.28 Transformator hubungan ΔY
Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat primer sama dengan tegangan
phasa primer VLP = VΦP dan tegangan sisi sekunder VLS 3VS. Maka perbandingan tegangan pada hubungan ini adalah :
a V
V V
V
S P
LS
LP 3
3
………( 2. 29 )
Hubungan ini memberikan keuntungan yang sama dan beda phasa yang
4. Hubungan ΔΔ Transformator tiga phasa
[image:40.595.215.498.121.429.2]Hubungan ini dapat dilihat pada Gambar 2.29 berikut ini :
Gambar 2.29 Transformator hubungan ΔΔ
Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat dan tegangan phasa sama
untuk primer dan sekunder transformator VLP = VΦP dan VLS = VΦS. Maka
hubungan tegangan primer dan sekunder transformator adalah sebagai berikut :
a V V V V
S P
LS
LP
………..( 2. 30 )
Perbedaan phasa pada hubungan ini tidak ada dan stabil terhadap beban
II.7 SISTEM PENDINGIN TRANSFORMATOR a. Pendingin Alamiah
1. Air Nutarul Cooling (AN) yaitu pendingin dengan tidak menggunakan
bantuan apapun kecuali udara biasa.
2. Oil-Immersed Natural Cooling (ON) yaitu transformator dimasukkan ke
dalam minyak transformator.
3. Oil-Immersed Forced-oil circulation With Natural Cooling (OFN) yaitu
transformator dimasukkan ke dalam minyak yang dialirkan.
b. Pendingin Buatan (udara)
1. Oil-Immersed Forced-Oil Circulation With Air Blast Cooling (OFB) yaitu
transformator dimasukkan ke dalam minyak yang dialirkan dengan udara yang
dihembuskan.
2. Oil-Immersed Air Blast Cooling (OB) yaitu transformator dimasukkan dalam
minyak dengan udara yang dihembuskan.
3. Air Blast Cooling (AB) yaitu pendingin dengan udara yang dihembuskan.
c. Pendingin Buatan (air)
1. Oil Immersed Water Cooling (OW) yaitu transformator dimasukkan dalam
minyak dan pendingin juga dibantu dengan air.
2. Oil Immersed Forced-Oil-Circulation With Water Cooling (OFW) yaitu
transformator dimasukkan dalam minyak yang dialirkan, pendingin juga
dibantu dengan air.
II.8 TRANSFORMATOR DISTRIBUSI II.8.1 UMUM
Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama : pusat
pembangkit listrik, saluran transmisi , dan sistem distribusi. Pemakaian energi
yang diberikan kepada para pelanggan bukanlah menjadi tanggung jawab PLN.
Suatu sistem distribusi yang menghubungkan semua beban terjadi pada stasiun
pembantu atau substation, dimana dilaksanakan transformasi tegangan.
Pada umumnya pusat pembangkit tenaga listrik berada jauh dari pengguna
tenaga listrik. Untuk mentransmisikan tenaga listrik dari pembangkit ini, maka
diperlukan penggunaan tegangan tinggi 150 kV atau tegangan ekstra tinggi 500
dapat merupakan suatu daerah industri atau suatu kota, tegangan melalui gardu
induk diturunkan menjadi tegangan menengah 20 kV.
Tegangan menengah dari gardu induk ini melalui saluran distribusi primer
untuk disalurkan ke gardu-gardu distribusi atau pemakai tegangan menengah. Dari
saluran distribusi primer, tegangan menengah diturunkan menjadi tegangan
rendah 400/230 V melalui gardu distribusi. Tegangan rendah dari gardu distribusi disalurkan melalui saluran tegangan rendah ke komsumen tegangan rendah.
Bentuk sederhana dari sistem distem distribusi tenaga listrik dapat ditunjukkan
[image:42.595.217.492.266.663.2]pada Gambar 2.30
Gambar 2.30 Gambaran Umum Distribusi Tenaga Listrik
380 V. Karena terjadi drop tegangan, maka pada rak tegangan rendah dibuat di atas 380 V agar tegangan pada ujung penerima tidak lebih kecil dari 380 V. Pada kumparan primer akan mengalir arus jika kumparan primer dihubungkan ke
sumber tegangan bolak-balik, sehingga pada inti tansformator yang terbuat dari
bahan ferromagnet akan terbentuk sejumlah garis-garis gaya magnet (fluks = ). Karena arus yang mengalir merupakan arus bolak-balik, maka fluks yang
terbentuk pada inti akan mempunyai arah dan jumlah yang berubah-ubah. Jika
arus yang mengalir berbentuk sinusoidal, maka fluks yang terjadi akan berbentuk
sinusoidal pula. Karena fluks tersebut mengalir melaui inti yang mana pada inti
tersebut terdapat belitan primer dan sekunder, maka pada belitan primer dan
sekunder tersebut akan timbul ggl (gaya gerak listrik) induksi, tetapi arah ggl
induksi primer berlawanan dengan arah ggl induksi sekunder. Sedangkan
frekuensi masing-masing tegangan sama dengan frekuensi sumbernya. Hubungan
transformasi tegangan adalah sebagai berikut :
a N N E
E
2 1
2
1 ...(2.31)
Dimana : E1 = ggl induksi di sisi primer (volt)
= ggl induksi di sisi sekunder (volt)
2
E
= jumlah belitan sisi primer (turn)
1
N
= jumlah belitan sisi sekunder (turn)
2
N
II.8.2 KLASIFIKASI BEBAN PADA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI.
Tujuan utama dari adanya alat Transformator Distribusi dalam sistem
tenaga listrik adalah untuk mendistribusikan tenaga listrik dari gardu induk ke
sejumlah pelanggan atau konsumen. Pada Tabel 2.1 berikut ini adalah klasifikasi
pelanggan listrik yang dilayani oleh PLN :
Tabel 2.1 Klasifikasi Beban Pelanggan Listrik PLN
Beban Yang Dilayani No Golongan Tarif Batas Daya
1 S-1 / TR 220 VA
450 VA
900 VA
1300 VA
2200 VA TARIF S
( Sosial )
2
3
4
5
6
S-2 / TR
S-2 / TR
S-2 / TR
S-2 / TR
S-2 / TR > 2200 VA s/d 200 KVA
S-3 / TM > 200 KVA
1 R-1 / TR s/d 450 VA
2 R-1 / TR 900 VA
3 R-1 / TR 1300 VA
4 R-1 / TR 2200 VA
5 R-2 / TR > 2200 VA – 6600 VA TARIF R
( Perumahan )
6 R-3 / TR > 6600 VA
1 B-1 / TR s/d 450 VA
2 B-1 / TR 900 VA
3 B-1 / TR 1300 VA
4 B-1 / TR 2200 VA
5 B-2 / TR > 2200 VA s/d 200 KVA TARIS B
( Bisnis )
6 B-3 / TM > 200 KVA
1 I-1 / TR s/d 450 VA
2 I-1 / TR 900 VA
3 I-1 / TR 1300 VA
TARIF I
5 I-1 / TR > 2200 VA s/d 14 KVA
6 I-2 / TR > 14 KVA s/d 200 KVA
7 I-3 / TM > 200 KVA
8 I-4 / TT > 30000 KVA
TARIF P
( Perkantoran )
1
2
3
4
5
P-1 / TR
P-1 / TR
P-1 / TR
P-1 / TR
P-1 / TR
s/d 450 VA
900 VA
1300 VA
2200 VA
> 2200 VA s/d 200 KVA
P-2 / TM > 200 KVA
P-3 / TR LPJU
Keterangan :
S = Pelanggan Listrik Sosial
R = Pelanggan Listrik Perumahan
B = Pelanggan Listrik Bisnis
I = Pelanggan Listrik Insdustri
P = Pelanggan Listrik Perkantoran
TR = Tegangan Rendah
TM = Tegangan Menengah
TT = Tegangan Tinggi
LPJU = Lampu Penerangan Jalan Umum
Berikut ini jenis-jenis /spesifikasi umum dari Transformator Distribusi
yang sering digunakan :
Tegangan primer sesuai dengan tegangan nominal sistem pada jaringan
tegangan menengah (JTM) yang berlaku dilingkungan ketenagalistrikan yaitu 6
KV dan 20 KV. Dengan demikian ada dua macam transformator distribusi yang
dibedakan oleh tegangan primernya, yaitu :
a. Transformator distibusi bertegangan primer 6 KV
b. Transformator distribusi betegangan primer 20 KV
Catatan :
Pada sistem distribusi tiga phasa, 4 kawat, maka transformator
phasa
tunggal yang dipasang tentunya mempunyai tegangan pengenal
KV
KV 12
3
20
Spesifikasi Umum Tegangan Sekunder Transfomator Distribusi
Tegangan sekunder ditetapkan tanpa disesuaikan dengan tegangan nominal
sistem jaringan tegangan rendah (JTR) yang berlaku dilingkungan PLN (127 V &
220 V untuk sistem phasa tunggal dan 127/220 V dan 220/380 V untuk sistem tiga
phasa), yaitu 133/231 V dan 231/400 V (pada keadaan tanpa beban). Dengan
demikian ada empat macam transformator distribusi yang dibedakan oleh
tegangan sekundernya, yaitu :
a. Transformator distribusi bertegangan sekunder 133/231 V
b. Transformator distribusi bertegangan sekunder 231/400 V
c. Transformator distribusi bertegagan sekunder 133/231 V dan 231/400
V yang dapat digunakan secara serentak (simultan).
Bilamana dipakai tidak serentak maka dengan bertegangan
sekunder 231/400 V daya transformator tetap 100 % daya
pengenal, sedang dengan tegangan sekunder 133/231 V dayanya
hanya 75 % daya pengenal.
d. Transformator distribusi bertegangan sekunder 133/231 V dan 231/400
V yang digunakan terpisah.
Spesifikasi Umum Penyadapan (Taping) Transformator Distribusi
Ada tiga macam penyadapan tanpa beban (STB), yaitu :
a. Sadapan tanpa beban tiga langkah : 21 ; 20 ; 19 KV
b. Sadapan tanpa beban lima langkah : 22 ; 21 ; 20 ; 19 ; 18 KV
c. Sadapan tanpa beban lima langkah : 21 ; 20,5 ; 20 ; 19,5 ; 19 KV
Penyadapan dilakukan dengan pengubah sadapan (komutator) pada
keadaan tanpa beban pada sisi primer.
Catatan :
Nilai-nilai tegangan sadapan, khususnya penyadapan utama
(principle tapping), adalah nilai-nilai yang bersesuaian dengan
besaran-besaran pengenal (arus, tegangan, daya).
Spesifikasi Umum Daya Pengenal Transformator Distribusi
Nilai-nilai daya pengenal tranformator distribusi yang lebih banyak
dipakai dalam SPLN 8° : 1978 IEC 76 – 1 (1976) seperti pada Tabel 2.2, sedang
yang bertanda * adalah nilai-nilai standar transformator distribusi yang dipakai
Tabel 2.2 Nilai Daya Pengenal Transformator Distribusi
KVA KVA KVA
5 6,3 8 10 12,5 16* 20 25* 31,5 40 50* 63 80 100* 125 160* 200* 250* 315* 400* 500* 630* 800* 1000* 1250* 1600* dst
Spesifikasi Umum Rugi-rugi Transformator Distribusi
Berbagai nilai dari rugi-rugi transformator distribusi menurut SPLN 50
[image:48.595.176.475.111.280.2]tahun 1997 dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut ini :
Tabel 2.3 Nilai Rugi-rugi Transformator Distribusi
BAB III
HARMONISA
III.1. UMUM
Dalam sistem tenaga listrik bolak-balik di Indonesia yang merupakan
sistem listrik ideal dikatakan apabila bentuk gelombang tegangan dan arus yang
disalurkan dan bentuk gelombang yang dihasilkan adalah merupakan gelombang
sinus murni. Sistem tenaga listrik pada umumnya dirancang untuk beroperasi pada
frekuensi 50Hz atau 60Hz, khusus di Indonesia menggunakan standar IEC ( International Electrotechnical Commision ) yaitu menggunakan frekuensi 50Hz.
Dalam sistem tenaga listrik yang ideal, fungsi tegangan dan arus yang
bergantung pada pada waktu t dapat dinyatakan dalam persamaan berikut ini:
Fungsi tegangan, v(t) = V.sin( ωt )………..(3.1)
Fungsi arus,i(t) = I.sin( ωt ± φ ). ……….(3.2)
Dimana ω adalah kecepatan sudut dari gelombang periodik dan φ adalah beda
sudut fasa antara gelombang arus dan tegangan. Sudut φ akan bertanda positif (+)
jika arus mendahului tegangan dan negatif (-) jika arus tertinggal dari tegangan.
Gambar 3.1 menunjukkan bentuk arus dan tegangan yang berdasarkan persamaan
diatas.
Gambar 3.1 Gelombang Arus dan Tegangan.
Suatu kualitas daya listrik dikatakan baik bila frekuensi yang dihasilkan
berkembangnya produksi dan pemakaian peralatan-peralatan yang menggunakan
bahan-bahan yang terbuat dari bahan semikonduktor seperti komputer, baterre
charger, UPS, dan lain sebagainya peralatan-peralatan yang menggunakan dioda
dan thyristor, dapat memberikan dampak pada sistem tenaga listrik, yaitu adanya
adanya perubahan bentuk gelombangnya, yaitu gelombang arus dan tegangan
yang mengalami distorsi atau yang dikenal dengan cacat gelombang. Cacat
gelombang ini pada umumnya berupa adanya pelipatan frekuensi fundamental
pada gelombang keluaranya.
III.2. KARAKTERISTIK BEBAN
Alat-alat pemakaian tenaga listrik secara umum dapat dibagi dalam empat
kelompok besar : penerangan, tenaga, pemanasan/pendingin, dan elektronik.
Data kelompok penerangan termasuk lampu-lampu pijar dan flouresen,
neon, uap merkuri, uap sodium dan lampu metal halide. Beban Tenaga umumnya
terdiri atas berbagai jenis motor listrik dan untuk beban pemanasan banyak
terdapat pada industri sedangkan radio, televisi, sinar-x, peralatan laser, komputer,
peralatan digital , penyearah, osilator dan alat-alat lampu yang dioperasikan
dengan elektronik.
Secara umum dalam sistem ketenagalistrikan, pemakaian tenaga listrik
pada empat kelompok besar diatas tidak megkonsumsi tenaga listrik pada pada
waktu yang bersamaan. Pemakaian beban untuk keperluan penerangan adalah
yang paling sederhana, karena pada umunyatenaga listrik hanya digunakan mulai
pukul 18.00 sampai dengan pukul 06.00. Gambar 3.2 menunjukkan kurve beban
harian untuk penerangan.
Gambar 3.2 Karakteristik beban Penerangan.
Pemakaian beban untuk keperluan tenaga( industri kecil dan besar),
umumnya bekerja 24 jam untuk industri besar dan industri kecil hanya bekerja
pada saat pagi saja, dan nilainya sangat kecil, selebihnya hampir kontiniu,
sedangkan untuk industri kecil perubahan beban sangat mencolokanatara siang
dan malampada Gambar 3.3 menunjukkan karakteristik beban harian untuk
industri besar, dan Gambar 3.4 memnujukkan karakteristik beban harian untuk
industri kecil.
Gambar 3.3 Karakteristik beban harian Industri Besar.
Gambar 3.4 Karakteristik beban harian Industri Kecil
Pemakaian beban untuk daerah komersil dan untuk keperluan rumah
tangga bervariasi dan beban puncak terjadi pada antara pukul 17.00 sampai
dengan pukul 21.00. Gambar 3.5 memperlihatkan kurva beban untuk daerah
Gambar 3.5 karakteristik Beban pada Komersial
Gambar 3.6 karakteristik Beban pada Rumah Tangga
III.3 DEFENISI HARMONISA
Harmonisa didefenisikan sebagai cacat gelombang sinus yang terjadi
disebabkan oleh interaksi antara bentuk gelombang sinus sistem dengan
gelombang lain yang mempunyai frekuensi kelipatan integer ( bilangan bulat ) dari frekuensi fundamentalnya.( di Indonesia adalah 50 Hz).
Harmonisa merupakan suatu fenomena yang timbul dari pengoperasian
beban listrik yang sebagian besar diakibatkan dari beban non linear, dimana akan
terbentuk gelombang yang berfrekuensi tinggi yang merupakan kelipatan dari
frekuensi fundamentalnya, dalam hal ini 50Hz, sehingga bentuk gelombang arus
maupun tegangan yang idealnya adalah sinusiodal murni akan cacat akibat distorsi
harmonisa yang terjadi.
Jika frekuensi pada 50/60 Hz ( Indonesia menggunakan 50 Hz) dikatakan
sebagai frekuensi fundamental/ frekuensi dasar( f ), maka jika gelombang tersebut
mengalami distorsi atau harmonik dikatakan bila mengalami kelipatan frekuensi
150 Hz dan harmonisa ke-n memiliki frekuensi nf. Gelombang-gelombang ini
akan menumpang pada gelombang frekuensi dasarnya dan akan terbentuk
gelombang cacat yang merupakan penjumlahan antara gelombang murni dengan
gelombang harmoniknya. Gambar 3.7 menunjukkan gelombang pada frekunsi
fundamental/dasar(f) yang tidak terdistorsi, Gambar 3.8 menunjukkan
Gelombang yang tidak sinusiodal, Gambar 3.9 menunjukkan gelombang pada
harmonik ketiga(3f), dan pada Gambar 3.10 menunjukkan hasil kali dari
gelombang frekuensi fundamental dengan harmonik yang ketiga.
Gambar 3.7 Gelombang Pada Frekuensi Fundamental/Dasar.
Gambar 3.9 Gelombang Pada Harmonik Ketiga
Gambar 3.10 Hasil Kali Dari Gelombang Frekuensi Fundamental Dengan
Harmonik Yang Ketiga.
Pada Gambar 3.9 ditunjukkan bahwa gelombang harmonisa yang ketiga
terbentuk menjadi tiga periode gelombang yang berulang pada saat gelombang
yang berulang pada saat gelombang yang fundamentalnya masih berlangsung
dalam satu periode.Hal ini juga untuk gelombang yang lainnya, seperti gelombang
Harmonisa yang ke lima juga terbentuk menjadi lima periode gelombang yang
lebih kecil lagi amplitudonya saat gelombang harmonisa yang fundamental dari
gelombang tersebut masih berlangsung dalam satu periode.
III.3. JENIS-JENIS HARMONISA
Berdasarkan dari urutaan ordenya, Harmonisa dapat dibedakan menjadi
harmonisa ganjil dan harmonisa Genap. Sesuai dengan namanya harmonisa ganjil
adalah harmonisa ke 1, 5, 7, 9, dan seterusnya. Sedangkan Harmonisa Genap
merupakan harmonisa ke 2, 4, 6, 8 dan seterusnya. Namun harmonisa pertama
frekuensi fundamental dari gelomabang periodik. Sedangkan harmonisa 0
mewakili konstanta atau komponen DC dari gelombang.
Berdasarkan urutan fasanya, harmonisa dapat dibagi menjadi 3 bagian
yaitu :
1. Harmonisa urutan Positif
Harmonisa urutan positif ini mempunyai urutan fasa yang sama dengan
harmonisa dasarnya. Gambar 3.11 menunjukkan fundamental phasor,
merupakan harmonisa urutan positif.
Gambar 3.11 Fundamental Phasor
2. Harmonisa urutan Negatif
Harmonisa urutan negatif memilki urutan fasa yang berlawanan harmonisa
[image:55.595.229.419.259.388.2]dasarnya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.12 .
Gambar 3.12 Phasor harmonik 5
3. Harmonisa urutan Kosong/nol
Phasor harmonik 3 yang ditunjukkan pada Gambar 3.13 merupakan
phasor harmonisa urutan nol.
III.4. SUMBER-SUMBER HARMONISA
Pada sistem tenaga listrik ada dua jenis rangkaian yaitu rangkaian linear
dan rangkaian non-linear. Beban listrik yang mejadi sumber harmonisa dapat
dikelompokjan menjadi 2 macam yaitu :
1. Beban Linear.
Beban linear adalah beban yang memberikan bentuk gelombang keluran
yang linear, artinya arus yang mengalir sebanding dengan impendansi dan
perubahan tegangan.Pada beban yang linear, bentuk gelombang arus akan
mengikuti bentuk gelombang tegangannya. Kalau bentuk gelombang
tegangan sumbernya sinusiodal, maka gelombang arus yang mengalir juga
akan sinusiodal.
Pada Gambar 3.14 ditunjukkan bentuk sederhana rangkaian linear.
Gambar 3.14 Skema Jaringan sederhana Beban linear
2. Beban Non Linear.
Baban non linear adalah bentuk gelombang keluarnanya tidak sebanding
dengan tegangan dalam setengah siklus sehingga bentuk gelombang arus
maupun tegangan keluarannya tidak sama dengan gelombang
masukkannya( mengalami Distorsi).
Gambar 3.15 Rangkaian Non Linear
Dari dua macam beban diatas, yang paling mampu menjadi sumber Harmonisa
adalah beban non linear. Hal ini disebabkan karena adanya komponen
semikonduktor yang mana dalam proses kerjanya berlaku sebagai saklar yang
bekerja pada setiap siklus gelombang dari sumber tegangan. Selain itu harmonisa
dapat juga ditimbulkan oleh peralatan penyearah khususnya peralatan yang
menggunakan penyearah dioda dan thyristor. Dimana kita ketahui bahwa fungsi
penyearah secara umum adalah mengubah arus bolak-balik menjadi arus searah.
Dalam pemakaian konverter sebagai sumber daya listrik dapat membawa suatu
kerugian pada jaringan listrik yang merusak bentuk gelombang tegangan dan arus
bolak-balik sehingga tidak merupakan gelombang sinus murni.
Peralatan-Peralatan yang dapat menjadi sumber harmonisa :
Peralatan industri
Mesin Las, UPS( uninterruptible power suplies ), kontrol kecepatan motor
dan lain sebagianya.
Perlengkapan Kantor.
Komputer, Mesin fotocopy, mesin fax,air conditioning load, elevator,
drive, dan sebagainya.
Perlengkapan rumah tangga
III.5. INDEKS HARMONISA
Dalam menganalisa harmonik terdapat beberapa indeks yang penting
untuk menggambarkan efek dari harmonik pada komponen sistem tenaga.
III.5.1 Total Harmonic Distortion/ THD
THD didefenisikan sebagai persentase total komponen harmonik terhadap
komponen fundamentalnya . Indeks ini digunakan untuk mengukur deviasi bentuk
gelombang periodik yang mengandung harmonik dari gelombang sinus sempurna.
Pada saat terjadi gelombang sinus sempurna maka nilai THD adalah nol. Berikut
ini adalah rumus THD untuk tegangan dan arus.
THD tegangan :
2 2 2 1 V V THD h h V
... (3.3)
THD arus :
22 2 1 I I THD h h I
... ... . (3.4)
Vh ; Ih adalah komponen harmonik. V1 ; I1 adalah komponen
fundame
lah
total arus yang terdistorsi oleh harmonik terhadap frekuensi fundamentalnya. ntal
%VTHD adalah persentase jumlah total tegangan yang terdistorsi oleh
harmonik terhadap frekuensi fundamentalnya dan %ITHD adalah persentase jum
100 % x V V V s h
THD ... ... (3.5)
100 % x I I I s h
... . (3.6)
k
k THD
Dimana :
Vh : tegangan harmoni
Vs : Tegangan sistem
Is : arus sistem
III.5.2
ai rms arus fundamental adalah 60A. maka nilai IHD
ketiga dan kelima adalah :
Individual Harmonic Distortion/IHD
Individual Harmonic distortion merupakan rasio nilai rms dari harmonic individual terhadap nilai rms fundamental. Sebagai contoh, nilai rms arus harmonik ketiga pada beban non linier adalah 20 A. Nilai rms dari arus harmonik
kelima adalah 15 A, dan nil
60
3 IHD 20
= 33% = 0.333
60 5
IHD 15
atan
ini digunakan oleh Institude Of Electrical and Electronics Engineers (IEEE).
untuk harmonisa arus ( %ITHD) dan batasan
rmon
( Point of Common Coupling ), sedangkan IL adalah arus beban
omina
rekunsi fundamentalnya. %VTHD ditentukan oleh tegangan
istem
= 0.25
= 25 %
Dengan pengertian ini maka nilai IHD1 akan selalu 100%, kesepak
III.6. STANDAR HARMONISA
Standar harmonisa yang digunakan adalah standar IEEE 519 “ IEEE
Recommended Practices and Requiretment for harmonic Control in electric in
Electrical Power System “, ada dua kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi
distorsi harmonisa yaitu: batasan
ha isa tegangan (%VTHD).
%ITHD adalah persentase jumlah total arus yang terdistorsi oleh
harmonisa terhadap frekuensi fundamentalnya. Untuk menentukan %ITHD
tergantung dari besarnya rasio dari Isc/IL. Isc adalah arus hubng singkat yang ada pada PCC
n l.
%VTHD adalah persentase jumlah total tegangan yang terdistorsi oleh
harmonisa terhadap f
Pada Tabel 3.1 ditunjukkan batasan harmonisa arus berdasarkan IEEE
519, sedangkan
Table usi
M im r nt o %
Tabel 3.2 menunjukkan batasan harmonisa tegangan.
3.1 Standar Distorsi Arus Untuk Sistem Distrib
ax um ha monic curre dist rtion in IL
Individual harmonic order ( ODD harmonics)
Isc/IL <11 11 h<17 17 h<23 23 h<35 H ≥ 35 THD
<20 4 2 1.5 0.6 0.3 5
20 – 50 7 3.5 2.5 1 0.5 8
50 – 100 10 4.5 4 1.5 0.7 12
100 –1000 12 5.5 5 2 1 15
>1000 15 7 6 2.5 1.4 20
.2 S i T
System voltage
Tabel 3 tandar Distors egangan
Maximum distortion (in %)
Below 69 kV 69 – 138 kV >138 kV
Individual harmonic 3.0 1.5 1.0
Total harmonic 5.0 2.5 1.5
III.7. PENGARUH HARMONISA PADA TRAFO DISTRIBUSI
Transformator distribusi dirancang untuk menyalurkan daya yang
dibutuhkan ke beban dengan rugi-rugi minimum pada frekuensi fundamentalnya.
Pada Transformator, yang akan mengalami kerugian daya adalah kumparan
menambah kerugian daya berupa panas lebih. Ada 3 pengaruh yang ditimbulkan
itas transformator hanya untuk kVA beban yang dibutuhkan,
rus harmonik dapat mengakibatkan arus rms trafo menjadi lebih besar dari
rms menyebabkan rugi-rugi pada penghantar
juga be
bertambahnya rugi-rugi inti yang sebanding terhadap kuadrat arus beban rms
dan ku
eddy karena harmonik berpengaruh nyata
pada tem eratur kerja transformator . Hal ini akan dapat terlihat pada besar
rugi-rugi da at
aan :
PCE = ( Σ Ih 2
x h
2
) PEC-R... (3.7)
an
h = Arus rms harmonik ke_n
gi arus Eddy
c.Rugi-Rugi inti.
oleh panas lebih tersebut pada transformator yaitu :
a. Arus RMS.
Jika kapas
a
kapasitasnya. Meningkatnya arus
rtambah.
b. Rugi - Rugi Arus Eddy (Pce)
Rugi arus eddy perlu diamati karena