• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH TEGANGAN PADA PT. PLN (PERSERO) RAYON MEDAN KOTA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar sarjana sains

ELFRIDA SIANIPAR

060801033

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERSETUJUAN

Judul : STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH TEGANGAN PADA PT. PLN (PERSERO) RAYON MEDAN KOTA

Kategori : SKRIPSI

Nama : ELFRIDA SIANIPAR

Nomor Induk Mahasiswa : 060801033

Program Studi : SARJANA (S1) FISIKA Program Studi : FISIKA

Departemen : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Juni 2011

Diketahui

Departemen Fisika FMIPA USU Pembimbing

Dr. MARHAPOSAN SITUMORANG Dr. BISMAN P, M.ENG,Sc

(3)

STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH TEGANGAN PADA PT. PLN (PERSERO) RAYON MEDAN KOTA

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2011

(4)

PENGHARGAAN

Segala Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, kasih karunia dan penyertaanNya selama penulis melaksanakan studi hingga terselesaikannya skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

Selama kuliah sampai penyelesain Skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan sepenuh hati, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Bisman Perangin–angin M.Eng,Sc selaku Dosen Pembimbing pada penyelesaian skripsi ini yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan kepercayaan kepada penulis dalam menyempurnakan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Marhaposan Situmorang selaku Ketua Departemen Fisika, dan Ibu Drs. Justinon MS selaku Sekretaris Departemen Fisika, FMIPA USU, Kak Tini dan Kak Yuspa selaku staf Departemen Fisika yang telah membantu penulis dalam urusan administrasi.

3. Orang Tua tercinta, baik kepada ibunda yang telah dipanggil Bapa ke surga yaitu Ibunda saya N. Butar-butar (alm) maupun yang sedang bersama saya saat ini ayahanda AP Sianipar dan Ibunda L. Manurung yang telah menjadi sumber inspirasi dan kekuatan penulis dan yang selalu memberikan dorongan spritual, dukungan daya, dana, perhatian dan doa yang tak henti-hentinya selama penulis hidup.

4. Kakakku tercinta, Rini Sianipar, Nenti M Sianipar, Susanti Tiodora Sianipar, dan abang Tumpal Riado Sianipar, Orlando Sianipar, dan adik-adikku Benni Sianipar, Mega Sianipar, Veronica Sianipar, Daniel Sianipar, dan Amelia Priskila Sianipar yang begitu mengasihi penulis dan yang telah memberikan dukungan Doa, dana, dan perhatian dengan setulus hati, yang mengajari tentang arti ketekunan.

5. Teman Terdekat yang terkasih, Ramli Sitorus yang telah menjadi sahabat Doa, yang telah memberikan arahan, motivasi, semangat dan perhatian yang begitu besar selama perkuliahan dan pengerjaan skripsi.

6. Bapak Haji Selamat selaku Pengurus Bag.Distribusi PT. PLN (Persero) Cabang Medan yang mengizinkan saya untuk melakukan Riset di PT.PLN Rayon Kota Medan, Bapak Budi Aritonang selaku Pejabat Harian Sementara di PT. PLN (Persero) Rayon Kota Medan yang telah banyak memberikan masukan berupa analisa data dan data-data yang dibutuhkan selama pengerjaan skripsi berlangsung dan kepada Bapak Mushin selaku mentor pembimbing lapangan penulis di PT. PLN (Persero) Rayon Kota Medan yang telah banyak mengajari penulis tentang kesabaran dalam studi, dan mengarahkan serta membimbing penulis selama pengerjaan penelitian berlangsung.

7. Sahabat Segerakan GMKI FMIPA-USU, Doddi Tampubolon, Chandra Napitupulu, Espol siburian, Pengurus Komisariat GMKI Masa Bakti 2008-2009, PK GMKI FMIPA-USU Masa Bakti 2009-2010 dan teman-teman GMKI Komisariat FMIPA-USU yang telah memberikan masukan, arahan serta semangat kepada penulis selama keperiodean dalam melayani dan selama perkuliahan.

(5)

tahun 2009 - 2011 (Posma Silitonga, Chandra Napitupulu, Masro Damaiyanti Ambarita, Leothamrin Gultom, Deddi Sagala, Ita Pasaribu, Irma Girsang) yang saling mendukung didalam laboratorium, dan yang membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat terdekat Novriana Sianipar, Masro Damaiyanti Ambarita, Elisda Siboro, dan teman-teman Fisika stambuk 2006, Laosmaria Nababan, Rianto Nadapdap, , Kiki simamora, Erini afza dan teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu, yang selalu memberikan masukan dan semangat kepada penulis selama perkuliahan, semoga persahabatan ini tidak sampai disini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan isi dan analisa yang disajikan. Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat bagi Pembaca.

Medan, Juni 2011

(6)

ABSTRAK

Sistem distribusi adalah sistem tenaga listrik yang menyalurkan energi listrik dari pembangkit sampai ke konsumen dalam sekala tegangan menengah sampai dengan tegangan rendah. Dimana dalam penyaluran energi listrik diperlukan jarak yang cukup jauh dari GI (Gardu Induk) untuk sampai pada konsumen atau pelanggan, ditambah dengan dalam penyalurannya diperlukan arus yang cukup besar, sehingga terdapat regulasi tegangan yang cukup besar sepanjang saluran sampai menuju konsumen.

Pada kenyataannya terdapat transformator distribusi yang jaraknya cukup jauh dari GI (Gardu Induk) sehingga terjadi tegangan jatuh (drop voltage) yang sampai pada sisi primer transformator distribusi lebih dari yang diijinkan. Oleh sebab itu diperlukan penataan ulang dari segi panjang saluran sistem distribusi primer dengan mengatur penempatan transformator distribusi agar kinerja transformator menjadi lebih baik. Pada tugas akhir ini metode yang dipakai adalah dengan menganalisa dan menghitung persentase jatuh tegangan (drop voltage) pada suatu feeder yang disesuaikan dengan perhitungan jatuh tegangan yang diijinkan PLN.

(7)

PLACEMENT STUDY OF TRANSFORMER DISTRIBUTION BASED DROP VOLTAGE AT PT. PLN (PERSERO) KOTA MEDAN

ABSTRACT

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Abstrak vi

2.1.1 Jenis Transformator 6

2.1.2 Rugi-rugi Transformator 8

2.1.3 Efisiensi Transformator Distribusi 10 2.2 Sistem Distribusi Tenaga Listrik 10

2.3 Sistem Distribusi Primer 14

2.3.1 Macam-macam Konfigurasi Distribusi Primer 15 2.3.1.1 Jaringan Distribusi Primer

Menurut Susunan Rangkaian 15 2.3.1.2 Jaringan Distribusi Primer

Menurut Bahan Konduktornya 19 2.3.1.3 Jaringan Distribusi Primer

Berdasarkan Susunan Peletakkannya 20 2.3.1.3.1 Korelasi Jatuh Tegangan dan Losses

Terhadap Standar Distribusi Primer 22 2. 4 Sistem Distribusi Sekunder 25 2.4.1 Pelayanan Dengan Transformator Sendiri 26 2.4.2 Penggunaan Satu Transformator

Untuk Sejumlah Pemakai 26

2.4.3 Jaringan Sekunder 27

2.7 Persamaan-persamaan yang digunakan untuk menganalisa kualitas kinerja transformator

(9)

2.7.2 Perhitungan Resistansi Dan Induktansi Keseluruhan

Dari Saluran Primer Menuju Transformator 33 2. 8 Rugi-Rugi Jaringan Distribusi 34

2.8.1 Rugi-Rugi Saluran 34

2.8.2 Rugi-Rugi Pada Penghantar Phasa 36 2.8.3 Rugi-rugi Akibat Beban Tak Seimbang 36 2.8.4 Rugi-Rugi Pada Sambungan Tidak Baik 37

2.9 Sifat Beban Listrik 38

2.9.1 Beban Resitif 38

2.9.2 Beban Induktif 38

2.9.3 Beban Kapasitif 39

Bab III Peninjauan Transformator Distribusi Pada Sistem Distribusi

3. 1 Peralatan dan Perlengkapan Pada Gardu Induk Denai 41

3.1.1 Transformtor Daya 42

3.1.2 Peralatan Pengaman 36

3.2 Data Hasil Ukur KVA Dan Dimensi Saluran Distribusi Primer yang Disalurkan Dari

Gardu Induk Denai Menuju PT.PLN Rayon Medan Kota 36 3.3 Rangkaian Pengukuran Tranformator Distribusi 44 Bab IV Analisa Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan

Jatuh Tegangan Pada Sisi 20 KV 45

4.1 Analisa Data Tegangan Jatuh Pada Sisi Primer Transformator

Pada Saat Beban Puncak 41

4.2 Data Tegangan Jatuh Pada Sisi Primer Transformator

Yang Lebih Dari 5% Sebelum Mengalami Perbaikan 48 4.3 Analisa Data Tegangan Jatuh Pada Sisi Primer Transformator

Setelah Mengalami Perbaikan 49

Bab V Penutup

5.1 Kesimpulan 54

5.2 Saran 55

Daftar Pustaka 56

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3. 1

Konstanta Jaringan / SPLN 64 Tahun 1985

Yang digunakan pada Penyulang Denai 42 Tabel 3. 2 Data Saluran Penyulang Gardu Induk Denai 42 Tabel 3. 3 Data Hasil Ukur Transformator Distribusi

Pada Gardu Induk Denai 43

Tabel 4.1 Analisa Data Tegangan Jatuh Pada Saluran Distribusi Primer Dari Gardu Induk Denai Sampai Pada

Transformator Distribusi (Rayon Medan Kota)

Pada Saat Beban Puncak 47

Tabel 4. 2 Analisa Data Tegangan Jatuh Pada Sisi Primer

Transformator Yang Lebih Dari 5% Sebelum Mengalami Perbaikan 48

Tabel 4.3 Data Panjang Saluran Transformator

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Prinsip Kerja Transformator dengan Kumparan

Primer (N1) dan Kumparan Sekunder (N2) 6 Gambar 2.2 Blok Diagram Rugi-rugi Pada Transformator 8

Gambar 2.3 Sistem Tenaga Listrik 13

Gambar 2.4 Bagian-bagian Sistem Distribusi Primer 14 Gambar 2.5 Jaringan Distribusi Sistem Radial 15 Gambar 2.6 Jaringan Distribusi Sistem Loop 16 Gambar 2.7 Jaringan Distribusi Sitem Tertutup/Ring 17 Gambar 2.8 Jaringan Sistem Distribusi Spindle 17 Gambar 2.9 Jaringan Distribusi Sistem Cluster 18 Gambar 2.10 Bentuk Gelomang pada Sistem Tiga Phasa 20 Gambar 2.11 Sistem Y dan Sistem Delta 21 Gambar 2.12 Diagram Saluran Distribusi Tenaga Listrik 23

Gambar 2.13 Diagram Vektor 24

Gambar 2.14 Sambungan Pemakai Besar Dengan

Gardu Distribusi Tersendiri 26

Gambar 2.15 Penggunaan Satu Distribusi Untuk Sejumlah Pemakai 26 Gambar 2.16 Jaringan Sekunder Tegangan Rendah 27

Gambar 2.17 Faktor Daya Tertinggal 31

Gambar 2.18 Faktor Daya Mendahului 31

Gambar 2. 18 Sambungan Kabel 37

Gambar 2.20 Arus dan Tegangan Pada Beban Resistif 38 Gambar 2.21 Arus, Tegangan dan GGL Induksi-diri

Pada Beban Induktif 39

Gambar 2.22 Arus, Tegangan dan GGL Induksi-diri

(12)

ABSTRAK

Sistem distribusi adalah sistem tenaga listrik yang menyalurkan energi listrik dari pembangkit sampai ke konsumen dalam sekala tegangan menengah sampai dengan tegangan rendah. Dimana dalam penyaluran energi listrik diperlukan jarak yang cukup jauh dari GI (Gardu Induk) untuk sampai pada konsumen atau pelanggan, ditambah dengan dalam penyalurannya diperlukan arus yang cukup besar, sehingga terdapat regulasi tegangan yang cukup besar sepanjang saluran sampai menuju konsumen.

Pada kenyataannya terdapat transformator distribusi yang jaraknya cukup jauh dari GI (Gardu Induk) sehingga terjadi tegangan jatuh (drop voltage) yang sampai pada sisi primer transformator distribusi lebih dari yang diijinkan. Oleh sebab itu diperlukan penataan ulang dari segi panjang saluran sistem distribusi primer dengan mengatur penempatan transformator distribusi agar kinerja transformator menjadi lebih baik. Pada tugas akhir ini metode yang dipakai adalah dengan menganalisa dan menghitung persentase jatuh tegangan (drop voltage) pada suatu feeder yang disesuaikan dengan perhitungan jatuh tegangan yang diijinkan PLN.

(13)

PLACEMENT STUDY OF TRANSFORMER DISTRIBUTION BASED DROP VOLTAGE AT PT. PLN (PERSERO) KOTA MEDAN

ABSTRACT

(14)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pusat-pusat pembangkit listrik berada jauh dari pusat beban, hal ini mengakibatkan kerugian yang cukup besar dalam penyaluran daya listrik. Kerugian tersebut disebabkan oleh saluran yang cukup panjang. Sehingga dalam penyaluran daya listrik melalui transmisi, subtransmisi, maupun distribusi akan mengalami tegangan jatuh sepanjang saluran yang dilalui.

Ditinjau dari segi panjang saluran distribusi dari gardu induk menuju transformator distribusi maupun dari transformator distribusi ke beban dapat juga menyebabkan tegangan jatuh yang cukup besar. Selain tegangan jatuh yang seakin besar menyebabkan juga kinerja transformator distribusi kurang maksimal. Dengan adanya kondisi tersebut diperlukan evaluasi dan perencanaan kembali yang memperhatikan kriteria-kriteria perencanaan seperti jatuh tegangan (drop voltage) yang diijinkan dan kelangsungan pelayanan listrik sehingga muncul optimasi pada jaringan yang dipakai.

Pada tugas akhir ini metode yang dipakai adalah dengan menganalisa dan menghitung nilai losses (rugi-rugi ) daya dan jatuh tegangan (drop voltage) pada suatu feeder. Lalu disesuaikan dengan perhitungan jatuh tegangan yang diijinkan PLN. Maka untuk mendapatkan tegangan jatuh yang cukup kecil dan sesuai dengan yang diijinkan PLN, diperlukan suatu jarak yang sesuai dalam penempatan transformator distribusi.

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan dari penulisan tugas akhir adalah :

1. Untuk mengetahui Presentase Tegangan Jatuh (Drop Voltage) pada sisi primer transformator pada saat beban puncak

(15)

1.3 Batasan Masalah

Agar tujuan penulisan tugas akhir ini sesuai dengan yang diharapkan serta terarah pada judul, maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas sebgai berikut :

1. Menganalisa tegangan jatuh pada saluran sistem distribusi primer hanya dilihat panjang saluran distribusi primer dari gardu induk sampai pada transformator distribusi.

2. Membahas tegangan jatuh pada sisi primer transformator distribusi 3. Transformator yang digunakan adalah transformator tiga phasa

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yanga dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui penyebab terjadinya jatuh tegangan (drop voltage)

2. Mengetahui pengaruh panjang saluran transformator dengan tegangan jatuh pada saluran distribusi

3. Mengetahui cara untuk mengurangi tegangan jatuh pada saluran ditribusi primer.

1.5 Metode Penelitian 1. Studi Literatur

Membaca teori-teori yang berhubungan dengan judul tugas akhir dari buku-buku, refrensi, jurnal, artikel-artikel, dan lain-lain.

2. Studi Bimbingan

Diskusi dengan dosen pembimbing yang telah ditunjuk oleh pihak Departemen Fisika FMIPA-USU mengenai tugas akhir ini.

3. Metode Pengukuran

Data diperoleh dengan melakukan pengukuran langsung pada transformator distribusi dan mencatat data-data lain yang diperlukan.

4. Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh dianalisis sehingga diperoleh Presentase Tegangan Jatuh (Drop Voltage) pada sisi primer transformator pada saat beban puncak dan

(16)

1.6 Sistematikan Penulisan BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini memberikan penjelasan mengenai gambaran sistem disribusi secara umum. Jenis – jenis saluran distribusi baik saluran primer maupun saluran sekunder. Serta losses yang terjadi pada saluran distribusi.

BAB III : PENINJAUAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI PADA SISTEM DISTRIBUSI

Bab ini menjelaskan data-data yang digunakan dalam penelitian, peralatan transformator, dan data transformator yang diukur dan pengukur pada transformator distribusi.

BAB IV : ANALISA PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

BERDASARKAN JATUH TEGANGAN PADA SISI 20 KV.

Bab ini menjelaskan pengolahan data yaitu menentukan presentase tegangan jatuh pada sisi primer transformator pada saat beban puncak dan menentukan panjang saluran tegangan jatuh yang sebenarnya pada saluran distribusi dari Gardu Induk Denai sampai transformator distribusi yang menjadi kawasan PT.PLN Rayon Medan

BAB V : PENUTUP

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Transformator

Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah tegangan

arus bolak-balik dari satu tingk ketingkat at yang lain melalui gandengan magnet dan

berdasarkan prinsip induksi elektromagnet. Transformator digunakan secara luas, baik

dalam bidang tenaga listrik maupun elektronika. Penggunaannya dalam sistem tenaga

memungkinkan dipilihnya tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap-tiap keperluan,

misalnya untuk kebutuhan tegangan tinggi dalam pengiriman daya listrik jarak jauh.

Prinsip kerja transformator adalah berdasarkan Hukum Ampere dan Hukum Faraday,

yaitu Arus listrik dapat menimbulkan medan magnet dan sebaliknya medan magnet dapat

menimbulkan arus listrik. Transformator terdiri atas dua buah kumparan (primer dan

sekunder) yang bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektris namun

berhubungan secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi (reluctance) rendah.

Apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik maka fluks

bolak-balik akan muncul di dalam inti yang dilaminasi, karena kumparan tersebut

membentuk jaringan tertutup maka mengalirlah arus primer.

Akibat adanya fluks di kumparan primer maka di kumparan primer terjadi induksi (self

induction) dan terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena pengaruh induksi dari

kumparan primer atau disebut sebagai induksi bersama (mutual induction) yang

menyebabkan timbulnya fluks magnet di kumparan sekunder, maka mengalirlah arus

sekunder jika rangkaian sekunder di bebani, sehingga energi listrik dapat ditransfer

(18)

Gambar 2.1 Pinsip Kerja Transformator dengan Kumparan - kumparan Primer (N1)dan

Kumparan Sekunder (N2).

dt d N

e=− Φ (Volt) (2.1)

Dimana :

e = gaya gerak listrik (Volt)

N = jumlah lilitan (turn)

dt dΦ

= perubahan fluks magnet (weber/sec)

Perlu diingat bahwa hanya tegangan listrik arus bolak-balik yang dapat ditransformasikan oleh transformator, sedangkan dalam bidang elektronika, transformator digunakan sebagai gandengan impedansi antara sumber dan beban untuk menghambat arus searah sambil tetap melakukan arus bolak-balik antara rangkaian. Tujuan utama menggunakan inti pada transformator adalah untuk mengurangi reluktansi (tahanan magnetis) dari rangkaian magnetis (common magnetic circuit).

2.1.1 Jenis Transformator

Berdasarkan pasangan lilitannya, trafo dibedakan atas: a. Trafo 1 belitan

(19)

Pada trafo 1 belitan, lilitan primer merupakan bagian dari lilitan sekundernya atau sebaliknya. Trafo belitan ini sering dikenal sebagai autotrafo. Trafo 2 belitan mempunyai dua belitan, yaitu sisi tegangan tinggi dan sisi tegangan rendah, dimana primer dan sekunder berdiri sendiri. Sedangkan trafo 3 belitan memiliki belitan primer, sekunder, dan tertier, masing-masing berdiri sendiri pada tegangan yang berbeda.

Berdasarkan fungsinya, trafo dibedakan atas 3, yaitu: a. Trafo Daya

b. Trafo Distribusi

c. Trafo Pengukuran, yang terdiri dari transformator arus dan transformator tegangan

Berdasarkan jumlah fasa, trafo dibedakan atas 2, yakni : a. Trafo 1 Fasa

b. Trafo 3 fasa

Berdasarkan kontruksinya, trafo dibedakan atas 2 jenis, yakni : a. Trafo tipe inti oleh satu kumparan.

b. Trafo tipe Cangkang

(20)

2.1.2 Rugi-rugi Transformator

Gambar 2.2 Blok Diagram Rugi-rugi Pada Transformator

Dalam untuk kerjanya, trafo memiliki rugi-rugi yang harus diperhatikan. Rugi-rugi tersebut adalah:

a. Rugi-rugi Tembaga (Pcu)

Rugi-rugi tembaga merupakan rugi-rugi yang diakibatkan oleh adanya tahanan resistif yang dimiliki oleh tembaga yang digunakan pada bagian lilitan trafo, baik pada bagian primer maupun sekunder.

R

Pcu =Ι2 (Watt) (2.2)

Formula ini merupakan perhitungan untuk pendekatan. Karena arus beban berubah–

ubah, rugi tembaga juga tidak konstan bergantung pada beban. Dan perlu diperhatikan pula

resistansi disini merupakan resistansi AC.

b. Eddy Current (Arus Eddy)

(21)

yang bersifat resistif. Arus eddy akan mendisipasikan energi ke dalam inti besi trafo yang kemudian akan menimbulkan panas.

maks B f k Pe e

2 2

= (Watt) (2.3)

Dimana:

Kh = konstanta

Bmaks = Fluks maksimum ( weber )

Jadi, rugi besi ( rugi inti ) adalah :

Pi = Ph + Pe (Watt) (2.4)

c. Rugi-rugi Hysteresis

Rugi-rugi hysteresis merupakan rugi-rugi yang berhubungan dengan pengaturan daerah magnetik pada bagian inti trafo. Dalam pengaturan daerah magnetik tersebut dibutuhkan energi. Akibatnya akan menimbulkan rugi-rugi terhadap daya yang melalui trafo. Rugi-rugi tersebut menimbulkan panas pada bagian inti trafo.

Ph = kh f Bmaks1.6 Watt (2.5)

Dimana : Kh = konstanta

Bmaks = Fluks maksimum (weber)

d. Fluks Bocor

(22)

2.1.3 Efisiensi Transformator Distribusi

Efisiensi transformator distribusi dinyatakan sebagai :

rugi

2.2 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Secara umum sistem tenaga listrik tersusun atas tiga subsistem pokok yaitu: 1. Subsistem pembangkit,

2. Subsistem transmisi, 3. Subsistem distribusi.

(23)

Dalam perencanaan sistem tenaga listrik, sistem pembangkit dan sistem transmisi saling berhubungan secara ekonomis dalam pemilihan lokasi, desain, dan hubungan skala ekonomi. Namun sistem distribusi berdiri sendiri. Penyaluran daya dalam sistem distribusi dapat melalui saluran udara atau saluran bawah tanah. Pemilihan saluran udara dan saluran bawah tanah tergantung pada beberapa faktor yang berlainan. Yaitu faktor kontinuitas pelayanan, arah perkembangan daerah, biaya pemeliharaan tahunan, biaya modal, segi estetis, dan umur manfaat sistem tersebut. Gabungan kedua saluran ini sering kali diperlukan.

Sistem Distribusi tenaga listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan energi listrik dari gardu induk bertegangan menengah ke konsumen. Fungsi utama sistem distribusi adalah menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya ke konsumen. Sumber daya tersebut dapat berupa :

a. Pusat pembangkit listrik yang langsung berhubungan dengan jaringan distribusi. b. Gardu induk, yaitu gardu yang disuplai melalui pembangkit listrik melalui

jaringan transmisi dan sub transmisi. Salah satu fungsi dari gardu induk adalah mensuplai tenga listrik kekonsumen yang terletak jauh dari pusat pembangkit tenaga listrik.

Baik buruknya suatu sistem distribusi dinilai dari beberapa faktor, yaitu : a. Regulasi tegangan (Jatuh Tegangan)

b. Kontinuitas pelayanan c. Efisiensi

d. Harga sistem

Suatu sistem distribusi harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut : a. Regulasi tegangan tidak terlalu besar

b. Gangguan terhadap pelayanana tidak boleh terlalu lama c. Biaya sistem tidak terlalu mahal

(24)

1. Sistem distribusi primer, yaitu sistem tenaga listrik dari gardu induk transmisi ke gardu induk subtransmisi. Jaringan ini merupakan tegangan menegah (TM) 2. Sistem distribusi sekunder, yaitu sistem tenaga listrik yang menyalurkan daya

listrik dari subtransmisi ke gardu induk distribusi. Jaringan ini merupakan tegangan rendah (TR)

Pada umumnya daya yang sampai ke titik-titik beban pada sistem distribusi primer lebih kecil dibandingkan daya yang dibangkitkan. Hal ini disebabkan karena adanya rugi-rugi daya sepanjang jaringan yang disebabkan oleh pemakaian beban oleh konsumen, panjang saluran yang dipakai, dan luas penghantar. Rugi-rugi daya ini akan berbeda pada setiap penyulang, tergantung dari besar pemakaian dan luas daerah pelayanan dari masing-masing penyulang. Dari rugi-rugi daya inilah yang akan mempengaruhi berapa nilai efisiensi penyaluran untuk menentukan berapa besar energi itu sampai kepada konsumen.

Setelah saluran transmisi mendekati pusat pemakaian tenaga listrik, yang dapat merupakan suatu daerah industri atau suatu kota. Tegangan melalui gardu induk (GI) diturunkan menjadi tegangan menengah (TM) 20kV. Setiap gardu induk (GI) sesungguhnya merupakan pusat beban untuk suatu daerah pelanggan tertentu, bebannya berubah-ubah sepanjang waktu sehingga daya yang di bangkitkan dalam pusat-pusat listrik harus selalu berubah. Perubahan daya yang dilakukan di pusat pembangkit ini bertujuan untuk mempertahankan tenaga listrik tetap pada frekuensi 50Hz. Proses perubahan ini dikoordinasikan dengan Pusat Pengaturan Beban (P3B).

(25)

Gambar 2.3 Skema Sistem Tenaga Listrik

Keterangan Gambar 2.3 : TR = Tegangan Rendah TM = Tegangan Menengah TT = Tegangan Tinggi TET = Tegangan Ekstra Tinggi GI = Gardu Induk

GD = Gardu Distribusi

(26)

2.3 Sistem Distribusi Primer

Bagian-bagian sistem distribusi primer terdiri dari :

1. Transformator daya, Berfungsi utnuk menurunkan tegangan dari tegangan tinggi ke tegangan menegah atau sebaliknya.

2. Pemutus tegangan, berfungsi sebagai pengaman yaitu pemutus daya 3. Penghantar, berfungsi sebagai penghubung daya

4. Gardu Hubung, berfungsi menyalurkan daya ke gardu-gardu distribusi tanpa mengubah tegangan

5. Gardu Distribusi, berfungsi untuk menurunkan tegangan menegah menjadi tegangan rendah.

Berikut adalah gambar bagian-bagian distribusi primer secara umum.

Gambar 2.4 Bagian-bagian Sistem Distribusi Primer

Keterangan :

(27)

2.3.1 Macam – macam Konfigurasi Distribusi Primer

Di dalam merencanakan sistem distribusi tenaga listrik sangat diperlukan adanya pedoman untuk menentapkan suatu kriteria bagi perencanaan Saluran Udara Tegangan Menegah (SUTM) dan tegangan rendah.

Jaringan tegangan menengah adalah jaringan tenaga listrik yang berfungsi untuk menghubungkan gardu induk sebagai suplai tenaga listrik dengan gardu-gardu distribusi maupun ke pelanggan yang memakai tegangan menengah seperti industri.

2.3.1.1Jaringan Distribusi Primer menurut Susunan Rangkaian

Susunan Rangakain Sistem jaringan distribusi ada beberapa macam, yaitu : a) Sistem Radial

b) Sistem Loop

c) Sistem Tertutup/Ring d) Sistem Spindel e) Sistem Cluster f) Sistem Grid/Network

(28)

Gambar 2.5 Jaringan Distribusi Sistem Radial

Sistem radial ini merupakan suatu sistem distribusi tegangan menengah yang paling sederhana, murah, banyak digunakan terutama untuk sistem yang kecil, kawasan pedesaan. Umumnya digunakan pada SUTM, proteksi yang digunakan tidak rumit dan keandalannya paling rendah.

Keuntungan / Kerugian : 1. Mudah mengoperasikannya 2. Mudah mencari tegangan

3. Cocok untuk sistem yang sederhana

4. Tidak dapat dimanipulasi bila terjadi gangguan.

B. Sistem Loop

Pada sistem lup terbuka, bagian-bagian fider tersambung melalui alat pemisah (disconnectors), dan kedua ujung fider tersambung pada sumber energi. Pada suatu

tempat tertentu pada fider, alat pemisah sengaja dibiarkan dalam keadaan terbuka. Pada asasnya, sistem ini terdiri atas dua fider yang dipisahkan oleh suatu pemisah, yang dapat berupa sekring, alat pemisah, saklar daya. Terlihat pada Gambar 2.6 bila terjadi gangguan, bagian saluran dari fider yang terganggu dapat dilepas dan menyambungnya pada fider yang tidak terganggu. Sistem demikian biasanya dioperasikan secara manual dan dipakai pada jaringan yang relatif kecil.

(29)

gangguan.

Gambar 2.6 Jaringan Distribusi Sistem Loop Keuntungan/Kerugian :

1. Secara teknis lebih baik dari sistem radial

2. Biaya sedikit lebih mahal karena harus dibangun dua feeder pada jalur yang sama 3. Bisa dimanipulasi bila terjadi gangguan

C. Sistem Tertutup/Ring

Gambar 2.7 Jaringan Distribusi Sitem Tertutup/Ring

Keuntungan/Kerugian :

1. Jumlah konsumen yang besar bisa dijangkau

2. Gangguan salah satu sisi penghantar harus sanggup menampung seluruh beban yang terpasang pada sistem, disini erat hubungannya dengan rugi tegangan.

3. Mudah operasi

(30)

Gambar 2.8 Jaringan Sistem Distribusi Spindle

Sistem Spindle merupakan sistem yang relatif handal karena disediakan satu buah express feeder yang merupakan feeder/penyulang tanpa beban dari gardu induk sampai gardu hubung / GH refleksi, banyak digunakan pada jaringan SKTM. Sistem ini relatif mahal karena biasanya dalam pembangunannya sekaligus untuk mengatasi perkembangan beban dimasa yang akan datang. Proteksinya relatif sederhana hampir sama dengan sistem open loop. Biasanya ditiap-tiap feeder dalam sistem spindel disediakan gardu tengah (middle point) yang berfungsi untuk titik manufer apabila terjadi gangguan pada jaringan tersebut.

E. Sistem Cluster

Gambar 2.9 Jaringan Distribusi Sistem Cluster

(31)

cluster tersebut. Proteksi yang diperlukan untuk sistem yang relatif sama dengan sistem open loop atau sistem spindle.

Dalam beberapa wilayah sistem jaringan distribusi tersebut juga dikontrol dari jarak jauh (remot control) oleh Unit Pengatur Distribusi (UPD).

Dengan membuat topologi jaringan yang baik akan didapat performance jaringan yang handal dan optimal dalam arti akan diperoleh kerugian energi jaringan yang lebih kecildan pelayanan kepelanggan yang lebih baik.

Dalam membuat dan menentukan topologi jaringan perlu dilakukan perhitungan-perhitungan analisa teknis pada jaringan yang meliputi :

1. Analisa airan daya 2. Analisa Hubung Singkat 3. Analisa Drop tegangan

4. Pengaturan beban agar optimal

Keuntungan / Kerugian :

1. Sistem opersai lebih mudah dibandingkan sistem spindle 2. Tidak diperlukan tempat swiching (GH) dalam satu tempat 3. Panjang jaringan bisa lebih pendek untuk kawasan yang sama 4. Swiching bisa dilakukan disepanjang express feeder.

2.3.1.2 Jaringan Distribusi Primer Menurut Bahan konduktornya

Jaringan distribusi SUTM 20 KV pada umumnya menggunakan jenis kawat yaitu saluran yang konduktornya tidak dilapisi isolasi sebagai pelindung luar (telanjang). Tipe demikian dipergunakan pada pasangan luar yang diharapkan terbebas dari sentuhan misalnya untuk jenis kabel yaitu saluran yang konduktornya dilindungi (dibungkus) lapisan isolasi.

(32)

aluminium karena konduktivitas dan kuat tariknya lebih tinggi. Tetapi kelemahannya ialah untuk besar tahanan yang sama, tembaga lebih berat dari aluminium, dan juga lebih mahal. Oleh karena itu kawat penghantar aluminium telah menggantikan kedudukan tembaga. Untuk memperbesar kuat tarik dari kawat aluminium digunakan campuran aluminium (aluminium alloy). Oleh karena itu ada beberapa macam jenis konduktor, yaitu :

a. AAC (All-Aluminium Conduktor)

Kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari aluminium b. AAAC (All-Aluminium-Alloy Conduktor)

Kawat penghantar yang terbuat dari campuran aluminium c. ACSR (All Conduktor, Stell-Reinforce)

Kawat penghantar aluminium berinti kawat baja d. ACAR (Aluminium Conduktor, Alloy- Reinforced)

Kawat penghantar aluminium yang diperkuat dengan logam campuran

2.3.1.3 Jaringan Distribusi Primer berdasarkan Susunan Peletakannya

(33)

Gambar 2.10 Bentuk Gelomang pada Sistem Tiga Phasa

Pada Gambar 2.10 nampak bahwa antara tegangan phasa satu dengan yang lainnya mempunyai perbedaan phasa sebesar 120o atau 2/3.

Pada umumnya phasa dengan sudut phasa 0o disebut dengan phasa R, phasa dengan sudut phasa 120o disebut phasa S dan phasa dengan sudut phasa 240o disebut dengan phasa T. Perbedaaan sudut phasa tersebut pada pembangkit dimulai dari adanya kumparan yang masing-masing tersebar secara terpisah dengan jarak 120o.

A. Konfigurasi Vertikal

Yaitu bila diantar tiga saluran fasa pada sistem tiga fasa (R,S,T)

saling membentuk garis vertikal (tegak lurus bidang tanah, sejajar dengan posisi tiangnya.

B. Konfigurasi Horizontal

Yaitu bila diantara tiga saluran fasanya saling membentuk garis

lurus horizontal, terbagi dalam dua macam yaitu : konfigurasi horizontal tanpa perisai pelindung dan konfigurasi horizontal dengan perisai pelindung.

C. Sistem Y dan Delta

(34)

titik pertemuan antara tiga garis pembentuk huruf. Sistem Y dapat digambarkan dengan skema pada Gambar 2.14.

Gambar 2.11 Sistem Y da Sistem Delta

Sistem hubungan atau sambungan Y, sering juga disebut sebagai hubungan bintang. Sedangkan pada sistem yang lain yang disebut sebagai sistem Delta, hanya menggunakan phasa R, S dan T untuk hubungan dari sumber ke beban terlihat pada Gambar 2.11. Tegangan efektif antar phasa umumnya adalah 380 V dan tegangan efektif phasa dengan netral adalah 220 V.

2.3.1.3.1 Korelasi Jatuh Tegangan dan Losses terhadap Standar Distribusi Primer

Panjang sebuah Jaringan Tegangan Menengah (JTM) dapat didesain dengan mempertimbangkan jatuh tegangan (Drop Voltage) dan susut teknis jaringan.

Jatuh tegangan adalah perbedaan tegangan antara tegangan kirim dan tegangan terima karena adanya impedansi pada penghantar. Maka pemilihan penghantar (penampang penghantar) untuk tegangan menengah harus diperhatikan. Berdasarkan SPLN 72:1987 sebuah jaringan Tegangan Menegah dengan kriteria Jatuh Tegangan yang diijinkan tidak boleh lebih dari 5% (ΔV ≥ 5%).

Jatuh tegangan pada sistem distribusi mencakup jatuh tegangan pada: 1. Penyulang Tegangan Menengah (TM)

(35)

3. Penyulang Jaringan Tegangan Rendah

4. Sambungan Rumah

5. Instalasi Rumah

Adapun penyebab Jatuh Tegangan (Drop Tegangan) adalah :

1. Jauhnya jaringan, jauhnya jarak transformator dari Gardu Induk

2. Rendahnya tegangan yang diberikan GI atau rendahnya tegangan transformator distribusi

3. Sambungan penghantar yang tidak baik, penjamparan disaluran distribusi tidak tepat sehingga bermasalah di sisi Tegangan Menegah dan Tegangan Rendah. 4. Jenis penghantar atau konektor yang digunakan

5. Arus yang dihasilkan terlalu besar.

Untuk mendapatkan nilai Drop tegangan dan susut yang dikehendaki perlu memasukkan parameter – parameter antara lain :

1. Ukuran (Luas Penampang) dan jenis Penghantar 2. Beban Nominal Penghantar

3. Panjang Jaringan

Perhitungan Jatuh Tegangan Pada Jaringan Distribusi Primer

Maka untuk saluran distribusi primer besar jatuh tegangan pada saluran distribusi primer adalah berdasarkan gambar dibawah ini:

Gambar 2.12 Diagram saluran distribusi tenaga listrik

Dengan :

(36)

VR = tegangan pada sisi penerima (Volt)

R = resistansi saluran (Ω)

X = reaktansi saluran (Ω)

Zsal = Impedansi saluran (Ω)

RL = resistansi beban (Ω)

XL = Reaktansi beban (Ω)

ZL = impedansi beban (Ω) I = arus beban (A)

∆V = susut tegangan (volt)

Impedansi masing-masing bagian :

Z = R + jX Ω/Km (2.11)

Dari rangkaian yang ditunjukkan dalam Gambar 2.13 diperoleh :

I = Vs /( Zsal + ZL ) atau Vs = I Zsal + I ZL (2.12)

VR = I ZL adalah susut tegangan sepanjang ZL atau tegangan beban, dan I Zsal adalah susut tegangan sepanjang Zsal atau ∆V.

Penurunan persamaan jatuh tegangan dapat ditentukan dari gambar diagram fasor transmisi daya pada gambar 2.15:

(37)

Pada Gambar 2.17 dapat diperhatikan bahwa persamaan tegangan yang mendasari diagram vector tersebut adalah :

Vs = VR + I R cosϕ + I X sinϕ (2.13) Karena faktor (I R cosϕ + I X sinϕ) pada Gambar 2.14 sama dengan IZ, maka persamaan menjadi :

Vs = VR + IZ atau Vs - VR = IZ

Maka untuk saluran distribusi primer perhitungan besar jatuh tegangan pada saluran distribusi primer untuk sistem tiga fasa adalah:

(2.15)

Besar persentase drop voltage pada saluran distribusi primer dapat dihitung dengan :

%

Dari persamaan terlihat, nilai jatuh tegangan ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu daya aktif (P), resistansi dan reaktansi saluran (R dan X) serta daya reaktif (Q).

(

) (

)

{

cosϕ sinϕ

}

3 R X

V = ×Ι× +

(38)

Pengaturan daya aktif erat kaitannya dengan pengaturan frekuensi sistem. Sedangkan pengaturan daya reaktif akan mempengaruhi nilai tegangan. Oleh karena itu dengan melakukan pengaturan nilai daya reaktif kita dapat mengatur nilai tegangan.

2.4 Sistem Distribusi Sekunder

Distribusi sekunder mempergunakan tegangan rendah. Sebagaimana halnya dengan distribusi primer, terdapat pula pertimbangan-pertimbangan perihal kehandalan pelayanan dan regulasi tegangan. Sistem sekunder dapat terdiri atas empat jenis umum :

1. Pelayanan Dengan Transformator Tersendiri

2. Penggunaan Satu Transformator Untuk Sejumlah Pemakai 3. Bangking Sekunder

4. Jaringan Sekunder

2.4.1 Pelayanan dengan Tranformator Sendiri

Pelayanan dengan transformator tersendiri dilakukan untuk pemakai yang agak besar atau bila para pemakai terletak agak berjauhan terutama di daerah luar kota, sehingga saluran tegangan rendahnya akan menjadi terlampau panjang.

Gambar 2.10 Sambungan Pemakai Besar Dengan Gardu Distribusi Tersendiri Keterangan :

(39)

2.4.2 Penggunaan Satu Transformator Untuk Sejumlah Pemakai

Yang mungkin terbanyak dipakai adalah sistem yang mempergunakan satu transformator dengan saluran tegangan rendah yang melayani sejumlah pemakai. Sistem ini memperhatikan beban dan keperluan pemakai yang berbeda-beda sifatnya.

Gambar 2.14 Penggunaan Satu Distribusi untuk Sejumlah Pemakai

2.4.3 Jaringan Sekunder

(40)

Gambar 2.15 Jaringan Sekunder Tegangan Rendah

Keterangan :

GD = Gardu Distribusi PO = Proteksi Otomatik TM = Tegangan Menengah

TR = Jaringan Sekunder Tegangan Rendah

Sistem jaringan sekunder yang baik pada saat ini memberikan taraf keandalan pada jaringan tegangan rendah di daerah dengan kepadatan beban yang tinggi, sehingga biayanya yang tinggi dapat dipertanggungjawabkan dan tingkat keandalan ini dipandang diperlukan. Pada keadaan tertentu dapat terjadi bahwa satu pelanggan tunggal mendapat penyediaan tenaga listrik dengan jenis sistem ini yang dikenal dengan nama jaringan spot (spot networks).

(41)

proteksi otomatik gagal, sekring akan bekerja dan melepaskan transformator dari jaringan sekunder.

Jumlah pengisi primer pada sisi tegangan menengah adalah penting. Bila misalnya ada hanya dua fider, dapat terjadi bahwa satu fider terganggu, maka akan perlu adanya kapasitas cadangan transformator yang cukup agar sistem yang masih bekerja tidak mengalami kelebihan beban. Jenis jaringan ini sering dinamakan jaringan kesiapan pertama (single-contingency network).

Jaringan sekunder tegangan rendah mendapat pengisian terbanyak dari tiga atau lebih fider, sehingga bilamana salah satu fider primer terganggu, sisa jaringan sekunder akan dapat dengan mudah menampung beban dari fider yang terganggu itu. Sistem demikian dinamakan jaringan kedua (second-contingency network). Jaringan sekunder tegangan rendah harus didesain sedemikian rupa hingga terdapat pembagian beban dan pengaturan tegangan (voltage regulation) yang baik pada semua transformator, juga dalam keadaan salah satu pengisi tegangan menengah terganggu.

2.5 Daya Listrik

Ada beberapa jenis daya listrik yang dibahas pada bab ini, yaitu :

2.5.1 Daya Semu

(42)

Untuk 1 phasa yaitu :

2.5.2 Daya aktif

Daya aktif (daya nyata) adalah daya yang dipakai untuk menggerakkan berbagai macam seperti : gerakan motor listrik atau mekanik, daya aktif ini merupakan pembentukkan dari besar tegangan yang kemudian dikalikan dengan besaran arus dan faktor dayanya. Untuk 1 phasa :

2.5.3 Daya reaktif

(43)

ϕ

2.5.1 Faktor Daya

Faktor daya adalah perbandingan antara daya nyata dalam satuan watt dan daya reaktif dalam satuan VoltAmpere Reaktif (VAR) dari daya yang disalurkan oleh pusat-pusat pembangkit ke beban. Nilai faktor daya inimempengaruhi jumlah arus yang mengalir pada saluran untuk suatu beban yang sama.

Faktor daya salah satunya disebabkan oleh penggunaan peralatan pada pelanggan yang menyimpang dari syarat-syarat penyambungan yang telah di tetapkan, dapat mengakibatkan pengaruh balik terhadap saluran, antara lain faktor daya yang rendah dan ketidakseimbangan beban. Rendahnya faktor daya disebabkan karena melebarnya sudut fasa antara arus dan tegangan. Faktor daya yang terlalu rendah mengakibatkan rugi yang sangat besar pada saluran. Pergeseran sudut fasa antara arus dan tegangan di tentukan oleh sifat impedansi beban (resistif, induktif, kapasitif) yang dihubungkan dengan sumber arus bolakbalik tersebut. Apabila beban mempunyai impedansi yang bersifat resistif, maka arus dan tegangan sefasa atau besarnya pergeseran sudut fasa sama dengan nol. Dengan demikian faktor daya sama dengan satu (unity power factor).

(44)

dinamakan faktor daya mendahului (leading power factor), seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.17

Gambar 2.16 Faktor daya tertinggal

Rumus Faktor Daya Tertinggal yaitu :

ϕ

Gambar 2.17 Faktor daya mendahului

ϕ

2.6 Transformator Distribusi

Transformator distribusi merupakan salah satu alat yang memegan peranan penting /menyalurkan arus atau energi listrik dengan tegangan distribusi supaya jumlah energi yang tercecer dan hilang sia-sia diperjalanan tidak terlalu banyak.

(45)

Transformator distribusi dapat berfasa tunggal atau phasa tiga dan ukurannya berkisar dari kira-kira 5 kVA. Impedansi transformator distribusi ini pada umumnya sangat rendah, berkkisar dari 2% untuk unit-unit yang kurang dari dari 50kVA sampai dengan 4% untuk unit-unit yang lebih besar dari 100 KVA.

2.7 Persamaan-persamaan yang digunakan untuk menganalisa kualitas kinerja transformator distribusi dalam melayani beban adalah sebagai berikut :

2.7.1 Perhitungan Arus Beban Penuh Transformator Distribusi

Telah diketahui bahwa daya transformator distribusi bila ditinjau dari sisi tegangan tinggi ( sisi primer) maka dapat dirumuskan sebagai berikut :

I V

S =3× × (2.25)

Dengan :

S = daya transformator (Kva)

V = Tegangan sisi primer transfomator (V) I = Arus jala-jala (A)

Dengan demikian, untuk menghitung arus beban penuh (full load) dapat menggunakan rumus :

IFL = arus beban penuh transformator (A) Sin = Daya transformator saat beban (kVA)

VLL = Tegangan sisi primer transformator / Tegangan jala-jala (V)

(46)

a) Tahanan Total saluran distribusi primer dari gardu induk sampai pada sisi primer transformator adalah:

I V R

R LL

saluran = × (2.27)

Dengan :

R = Resistansi penghantar (Ω)

VLL = Tegangan sisi primer/ tegangan jala-jala(V) I = Arus pada penghantar (A)

b) Induktansi total saluran distribusi primer dari gardu induk sampai pada sisi primer transformator adalah:

I V X

X LL

saluran = × (2.28)

Dengan :

X = Reaktansi penghantar (Ω)

V = Tegangan sisi primer/ tegangan jala-jala(V)

Dimana :

∆S = Rugi daya Semu (VA)

∆P = Rugi daya Aktif (Watt)

∆Q = Rugi daya Reaktif (VAR) V = Tegangan Trafo (V) I = Arus pada Penghantar (I)

2.7 Rugi-rugi Pada Jaringan Distribusi

(47)

besar terhadap kualitas daya serta tegangan yang dikirimkan ke sisi pelanggan. Nilai tegangan yang melebihi batas toleransi akan dapat menyebabkan tidak optimalnya kerja dari peralatan listrik di sisi konsumen. Selain itu rugi-rugi daya yang besar akan menimbulkan kerugian finansial di sisi perusahaan pengelola listrik.

Yang dimaksud losses adalah perbedaan antara energi listrik yang disalurkan (Ps) dengan energi listrik yang terpakai (Pp).

%

Berikut adalah penjelasan mengenai rugi-rugi yang terjadi pada jaringan distribusi.

2.8.1 Rugi-rugi Saluran

Pemilihan jenis kabel yang akan digunakan pada jaringan distribusi merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam perencanaan dari suatu sistem tenaga listrik. Jenis kabel dengan nilai resistansi yang kecil akan dapat memperkecil rugi-rugi daya. Besar rugi-rugi daya pada jaringan distribusi dapat ditulis sebagai berikut:

R

Losses=3×Ι2 (2.33)

Dimana,

Losses = rugi-rugi pada saluran (Watt)

R = resistansi saluran per fasa (Ohm)

I = arus yang mengalir per fasa (Ampere)

Nilai resistansi dari suatu penghantar merupakan penyebab utama rugi-rugi daya yang terjadi pada jaringan distribusi. Nilai resistansi dari suatu penghantar dipengaruhi oleh beberapa parameter. Berikut adalah persamaan resistansi

penghantar:

A l

(48)

Dimana,

R = resistansi saluran (ohm)

r = resistivitas bahan penghantar (ohm-meter) l = panjang penghantar (meter)

A = luas penampang (m2)

Dari rumus di atas terlihat terdapat tiga parameter yang mempengaruhi nilai resistansi suatu penghantar, yaitu panjang penghantar, bahan penghantar dan luas permukaan penghantar.

Panjang dari suatu penghantar tergantung dari jarak distribusi ke pelanggan. Sehingga nilai tersebut tidak dapat diubah secara bebas. Sedangkan resistivitas bahan tergantung dari bahan penghantar yang digunakan. Parameter ini dapat diubah-ubah tergantung dari pemilihan bahan penghantar yang digunakan. Selain itu parameter yang dapat diubah-ubah secara bebas adalah luas penampang dari penghantar. Dimana semakin besar penampang dari suatu penghantar akan mengurangi nilai resistansi saluran.

Akan tetapi dalam pengubahan luas penampang penghantar harus memperhatikan faktor efisiensinya. Dengan demikian untuk mengurangi resistansi saluran pada jaringan distribusi, kita dapat mengganti jenis bahan penghantar yang digunakan dengan bahan yang nilai resistivitasnya rendah serta memperbesar luas permukaan penghantar.

2.8.2 Rugi Pada Penghantar Phasa

(49)

(

R X

)

L

Sedangkan jika beban terdistribusi merata di sepanjang saluran, maka rugi-rugi energi yang timbul adalah :

(

R X

)

L

I : Arus yang mengalir pada penghantar (Ampere) R : Tahanan pada penghantar (Ohm / km)

X : Reaktansi pada penghantar (Ohm / km) L : Panjang penghantar (Kms)

2.8.3 Rugi-Rugi Akibat Beban Tak Seimbang

Akibat pembebanan di tiap phasa yang tidak seimbang, maka akan mengalir arus pada hantaran netral. Jika di hantaran pentanahan netral terdapat nilai tahanan dan dialiri arus, maka kawat netral akan bertegangan yang menyebabkan tegangan pada trafo tidak seimbang.

Arus yang mengalir di sepanjang kawat netral, akan menyebabkan rugi daya di sepanjang kawat netral sebesar:

N

P = losses yang timbul pada konektor (watt)

(50)

RN = tahanan pada kawat netral (ohm)

2.8.4 Rugi-rugi Pada Sambungan Tidak Baik

Losses ini terjadi karena di sepanjang jaringan tegangan rendah terdapat beberapa

sambungan, antara lain :

1. Sambungan saluran jaringan tegangan rendah dengan kabel NYFGBY.

2. Percabangan saluran jaringan tegangan rendah.

3. Percabangan untuk sambungan pelayanan.

Gambar 2.18 Sambungan Kabel

Besarnya rugi-rugi daya Aktif pada sambungan untuk tiga fasa dalam sisi primer dirumuskan :

R P= ×Ι ×

∆ 2

3 (2.40)

Dimana :

P = losses yang timbul pada konektor (watt)

I = Arus yang mengalir melalui konektor (ampere) R = Tahanan konektor (ohm)

(51)

2.9 Sifat Beban Listrik

Dalam suatu rangkaian listrik selalu dijumpai suatu sumber dan beban. Bila sumber listrik DC, maka sifat beban hanya bersifat resistif murni, karena frekuensi sumber DC adalah nol.

Reaktansi induktif (XL) akan menjadi nol yang berarti bahwa induktor tersebut akan short circuit. Reaktansi kapasitif (XC) akan menjadi tak berhingga yang berarti bahwa

kapasitif tersebut akan open circuit. Jadi sumber DC akan mengakibatkan beban beban induktif dan beban kapasitif tidak akan berpengaruh pada rangkaian. Bila sumber listrik AC maka beban dibedakan menjadi 3 sebagai berikut :

2.9.1 Beban Resistif

Beban resistif yang merupakan suatu resistor murni, contoh : lampu pijar, pemanas. Beban ini hanya menyerap daya aktif dan tidak menyerap daya reaktif sama sekali. Tegangan dan arus se-fasa. Secara matematis dinyatakan : R = V / I

Gambar 2.19 Arus dan tegangan pada beban resistif

2.9.2 Beban Induktif

Beban induktif adalah beban yang mengandung kumparan kawat yang dililitkan pada sebuah inti biasanya inti besi, contoh : motor – motor listrik, induktor dan transformator. Beban ini mempunyai faktor daya antara 0 – 1 “lagging”. Beban ini menyerap daya aktif (kW) dan daya reaktif (kVAR). Tegangan mendahului arus sebesar φo

(52)

Gambar 2.20 Arus, tegangan dan GGL induksi-diri pada beban induktif

Untuk Sistem Tiga Phasa pada sistem distribusi primer, beban ini menyebabkan rugi daya aktif yang termanfaatkan yang mengalir dari sumber arus ke sisi beban.

Adapun Rumus Rugi daya beban Aktif adalah sebagai berikut :

total phasaR P=3Ι 2

∆ (2.41)

2.9.3 Beban Kapasitif

Beban kapasitif adalah beban yang mengandung suatu rangakaian kapasitor. Beban ini mempunyai faktor daya antara 0 – 1 “leading”. Beban ini menyerap daya aktif (kW) dan mengeluarkan daya reaktif (kVAR). Arus mendahului tegangan sebesar φo

(53)

Gambar 2.21 Arus, tegangan dan GGL induksi-diri pada beban kapasitif

Untuk Sistem Tiga Phasa pada sistem distribusi primer, beban ini menyebabkan rugi daya Induktif - kapasitif yang tidak begitu terbeban.manfaatkan dari sumber ke sisi beban.

Adapun Rumus Rugi daya Beban Kapasitif adalah sebagai berikut :

2

3 phasaXtotal Q= Ι

∆ (2.42)

Dimana :

Iphasa : Arus yang mengalir pada phasa (A) R : Resistansi (Ohm)

(54)

BAB III

PENINJAUAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI PADA SISTEM DISTRIBUSI

Gardu Induk Denai adalah gardu induk penurun tegangan, dimana tegangan 70 KV diturunkan menjadi tegangan menengah 20 KV dan 12 KV dengan menggunakan trafo penurunan tegangan (step down). Setelah tegangan diturunkan kemudian disalurkan ke gardu hubung dan gardu distribusi dan selanjutnya ke jaringan tegangan rendah dan rumah konsumen.

3.1 Peralatan dan Perlengkapan Pada Gardu Induk Denai

Pada umumnya perlengkapan yang terdapat pada GI Denai adalah sebagai berikut : 1. Transformator Tegangan

Pada Gardu Induk Denai Rayon Medan Kota menggunakan transformator penurun tegangan ( step down ), dimana tegangan diturunkan dari 150 KV menjadi 20 KV. Khusus di daerah kota Medan tegangan ini merupakan tegangan menengah. Kapasitas transformator daya dari Gardu Induk Denai Rayon Medan Kota yaitu :

Trafo Daya 150 KV / 20 KV

• Kapasitas Trafo : 15 MVA • Frekuensi : 50 Hz • Tegangan Primer : 20 KV • Tegangan Sekunder : 400 V • Tahun Pembuatan : 1991

2. Peralatan Pengaman

(55)

3.1.2 Peralatan Pengaman

Merupakan proteksi yang berfungsi sebagai pengaman, bila terjadi gangguan hubung singkat atau arus lebih maka alat pengaman tersebut bekerja atau berfungsi. Dengan adanya sistem pengaman yang baik diharapkan dapat memberikan pelayanan dengan kehandalan yang tinggi kepada konsumen terutama pihak PLN itu sendiri. Adapun peralatan pengaman yang digunakan di Gardu Induk Denai yaitu :

3.2 DATA HASIL UKUR KVA DAN DIMENSI SALURAN DISTRIBUSI

PRIMER YANG DISALURKAN DARI GARDU INDUK DENAI MENUJU PT. PLN

RAYON MEDAN KOTA

Untuk mengetahui besar tegangan jatuh sepanjang saluran distribusi primer, maka

diperlukan data-data mengenai saluran distribusi primer dan transformator yang terpasang

dan daya nya disalurkan dari Gardu Induk Denai.

Tabel 3.1 Konstanta Jaringan / SPLN 64 Tahun 1985 Yang digunakan pada Penyulang Denai

Jenis Bahan Penghantar Luas Penampang (mm2) Impedansi (Z) Ohm/Kms Arus(A)

AAAC 35 0,6452 + j0,3678 210

AAAC 70 0,4608 + j0,3572 155

AAAC 150 0,2162 + j0,3305 425

AAAC 240 0,1344 + j0,3158 585

Tabel 3.2 Data Saluran Penyulang Gardu Induk Denai

No. Kode Nama Penyulang Panjang Total Jaringan SUTM (Kms)

1 DA.1 BELUT 25,45

2 DA.2 PANDA 18,05

(56)

Tabel 3.3 Data Hasil Ukur Transformator Distribusi Pada Gardu Induk Denai

No. No.

(57)

3.3 Rangkaian Pengukuran Tranformator Distribusi

Rangkaian Pengukuran Pembebanan transformator distribusi dengan menggunakan Power Quality Analyzer. Yang diperlihatkan dari gambar dibwah ini.

Gambar 3.1 Rangkaian Pengukuran Trafo dengan Menggunakan Fluke 435

(58)

BAB IV

ANALISA PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH TEGANGAN PADA SISI 20 KV

4.1 Analisa Data Tegangan Jatuh Pada Sisi Primer Transformator Pada Saat Beban Puncak.

Untuk Data Trafo Distribusi MK 520 / Jl. Mandala By Pass

 Besar arus beban penuh pada sisi primer pada masing-masing transformator dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.26) :

LL

 Tahanan Total saluran distribusi primer dari gardu induk sampai pada sisi primer transformator dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.27) adalah:

I

(59)

 Perhitungan tegangan jatuh pada saluran distribusi primer dari gardu induk sampai pada sisi primer transformator dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.15) adalah :

(

cosϕ sinϕ

)

menggunakan persamaan (2.41) adalah :

total

 Perhitungan besar Rugi-rugi Daya Reaktif – Kapasitif adalah dihitung dengan menggunakan persamaan (2.42) adalah :

2

3 phasaXtotal Q= Ι

 Persentase tegangan jatuh pada saluran distribusi dari gardu induk sampai ke sisi primer transformator dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.16) adalah :

Maka peresentase jatuh tegangan pada Trafo Distribusi MK 520 / Jl. Mandala By Pass adalah sebesar 0,79% .

(60)

Tabel 4.1 Analisa Data Tegangan Jatuh Pada Saluran Distribusi Primer

Dari Gardu Induk Denai Sampai Pada Transformator Distribusi (Rayon Medan Kota) Pada Saat Beban Puncak

(61)

Dari hasil analisa data diperoleh 5 (lima) transformator distribusi yang besar persentase tegangan jatuh pada sisi primernya lebih 5%. Dimana menurut SPLN 72 : 1987 penurunan tegangan maksimum pada beban penuh, yang dibolehkan dibeberapa titik jaringan distribusi adalah :

a. SUTM = 5% dari tegangan kerja bagi sistem radial

b. SKTM = 2% dari tegangan kerja pada sistem spindel dan gugus c. Trafo Distribusi = 3% dari tegangan kerja

d. Saluran tegangan rendah = 4% dari tegangan kerja tergantung kepadatan beban

e. Sambungan Rumah = 1% dari tegangan nominal

4.2Analisa Data Tegangan Jatuh Pada Sisi Primer Transformator Yang Lebih Dari 5% Sebelum Mengalami Perbaikan

Tabel 4.2 Data Transformator Tegangan Jatuh Pada Sisi Primer Sebelum Mengalami Perbaikan ( > 5% )

No No.Gardu Alamat/Lokasi Panjang Saluran IFL ∆Vtotal ∆P ∆Q

(KMS) (A) (Volt) (Watt) (VAR)

1 MK 290 JL. SERDANG 10,35 49,63 1386,64 15410 42073,00

2 MK 272 JL. SERDANG 10,45 65,08 1792,40 20207 1975,20

3 MK 282 JL. PERINTIS

KEMERDEKAAN

12,40 49,08 1405,23 15239 41067,00

4 MK 247 JL. TANAH PUTIH 9,80 10,83 1325,44 122610,43 39868,48

(62)

4.3 Analisa Data Penempatan Tranformator Berdasarkan Tegangan Jatuh Pada Sisi Primer Transformator Setelah Mengalami Perbaikan

Dari Tabel 4.2 kita dapat memperbaiki tegangan jatuh pada sisi primer transformator distribusi dengan penempatan ulang lokasi transformator distribusi tersebut. Maka pada Tugas Akhir ini sibahas satu persatu dari transformator tersebut.

1. Gardu MK 290 / JL. SERDANG

Maka selisih tegangan jatuh yang harus dikurangi adalah :

diijinkan

Maka Besar Perubahan Jarak transformator yang diinginkan adalah :

total

Maka Jarak Transformator setelah mengalami perbaikan jarak adalah :

L L L2 = 1−∆ =10,35−0,28 L2 = 10,07 Kms

(63)

2. Gardu MK 272 / JL. SERDANG

Maka selisih tegangan jatuh yang harus dikurangi adalah :

diijinkan

Maka Besar Perubahan Jarak transformator yang diinginkan adalah :

total

Maka Jarak Transformator setelah mengalami perbaikan jarak adalah :

L L L2 = 1−∆

=10,45−0,44=10,01 Kms

Seharusnya penempatan transformator distribusi berdasarkan jatuh tegangan dari hasil perhitungan adalah terletak pada jarak 10,01 Kms tegak lurus bidang tanah dan sejajar dengan posisi tiangnya.

3. Gardu MK 282 / JL. PERINTIS KEMERDEKAAN

(64)

Maka selisih tegangan jatuh yang harus dikurangi adalah :

Maka Besar Perubahan Jarak transformator yang diinginkan adalah :

total

Maka Jarak Transformator setelah mengalami perbaikan jarak adalah :

L L L2 = 1−∆

=12,40−0,29=12,11 Kms

Seharusnya penempatan transformator distribusi berdasarkan jatuh tegangan dari hasil perhitungan adalah terletak pada jarak 12,11 Kms tegak lurus bidang tanah dan sejajar dengan posisi tiangnya.

4. Gardu MK 247 / JL. TANAH PUTIH

Maka selisih tegangan jatuh yang harus dikurangi adalah :

diijinkan

Maka Besar Perubahan Jarak transformator yang diinginkan adalah :

(65)

44

Maka Jarak Transformator setelah mengalami perbaikan jarak adalah :

L L L2 = 1−∆

=9,80−0,25=9,55 Kms

Seharusnya penempatan transformator distribusi berdasarkan jatuh tegangan dari hasil perhitungan adalah terletak pada jarak 9,55 Kms tegak lurus bidang dan tanah sejajar dengan posisi tiangnya.

5. Gardu MK 262 / PDAM TIRTANADI

Maka selisih tegangan jatuh yang harus dikurangi adalah :

diijinkan

Maka Besar Perubahan Jarak transformator yang diinginkan adalah :

total

Maka Jarak Transformator setelah mengalami perbaikan jarak adalah :

L L L2 = 1−∆

(66)

Seharusnya penempatan transformator distribusi berdasarkan jatuh tegangan dari hasil perhitungan adalah terletak pada jarak 9,46 Kms dari tegak lurus bidang tanah dan sejajar dengan posisi tiangnya.

Tabel 4.3 Data Panjang Saluran Transformator Distribusi pada Sisi Primer Setelah Mengalami Perbaikan No No.Gardu Alamat/Lokasi Panjang

Saluran (KMS)

IFL (A)

%∆V (%)

Panjang Saluran (L2)

(KMS)

1 MK 290 JL. SERDANG 10,35 49,63 6,93 10,07

2 MK 272 JL. SERDANG 10,45 65,08 8,96 10,01

3 MK 282 JL. PERINTIS KEMERDEKAAN

12,40 49,08 7,02 12,11

(67)

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa data-data yang ada, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa semakin panjang saluran transformator distribusi Primer dari GI sampai pada penempatan transformator maka semakin besar pula persentase tegangan yang dihasilkan.

2. Dari hasil perhitungan Pada Gardu Induk Denai terdapat transformator distribusi yang besar persentase tegangan jatuh pada sisi saluran distribusi primernya lebih dari 5 %. Yaitu Gardu MK 247 sebesar 6,63%, Gardu MK 290 sebesar 6,93%, Gardu MK 282 sebesar 7,02%, Gardu MK 262 sebesar 8,93%, dan Gardu MK 272 sebesar 8,96%.

(68)

5.2 SARAN

Setelah melakukan penelitian, diperoleh beberapa hal yang dapat dijadikan saran untuk dilakukan penelitian lebih lanjut, yaitu :

1. Memperhatikan sambungan penghantar yang digunakan pada saluran distribusi primer

(69)

DAFTAR PUSTAKA

Arismunandar, A. ”Teknik Tenaga Listrik”. Cetakan Ketujuh, Jilid III, PT. Pramadnya Paramita : Jakarta, 1993.

Berahim, Hamzah, ”Pengantar Tekhnik Tenaga Listrik”, Edisi Pertama, Andi Offset: Yogyakarta, 1991.

Diklat Profesi Distribusi, ”Kriteria Perencanaan Jaringan Distribusi”, PT.PLN Pusat Pendidikan dan Pelatihan : Jakarta Selatan, 2009.

Edminister, Joseph. ”Rangkaian Listrik”, Edisi Keempat. Erlangga : Jakarta, 2004.

Erlayas, Bastanna, ” Analisis Perhitungan Jatuh Tegangan”, Medan, 2009.

Hutauruk, T.S. ”Distribusi dan Utilasi Tenaga Listrik,. penerbit Universitas Indonesia(UI-Press) : Jakarta, 2000.

J, Duncan Glover, ”Power System Analysis and Design”, Fourth Edition, Thomson Learning:Australia, 2008.

Kadir, Abdul, ”Transformator”, Elex Media Computindo : Jakarta, 1989.

Kadir, Abdul, “Transmisi Tenaga Listrik”, Universitas Indonesia : Jakarta, 1998.

Kadir, Abdul, ”Distribusi Dan Utilasi Tenaga Listrik”, Universitas Indonesia : Jakarta, 2000.

Pabla, AS, Abdul Hadi, “Sistem Distribusi Daya Listrik”, Erlangga : Jakarta, 1994.

Rinanda, Niroyana. ”Analisis Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Terhadap Arus Netral dan Rugi-rugi(Losses) Pada Transformator Distribusi Di PT.PLN Cabang Medan”, Medan, 2009.

Stevenson, Jr.Wiliam D, ”Analisis Sistem Tegangan Listrik”, Edisi Keempat, Penerbit Erlangga : Jakarta, 1983.

Trevor, Linskey, ”Instalasi Listrik Dasar”, Edisi Ke-3, Erlangga:Jakarta, 2004.

Watkins, A, J, ”Perhitungan Instalasi Listrik”, Edisi Kelima, Erlangga : Jakarta, 2004.

Gambar

Gambar 2.1 Pinsip Kerja Transformator dengan Kumparan - kumparan Primer (N1)dan
Gambar 2.2  Blok Diagram Rugi-rugi Pada Transformator
Gambar 2.3  Skema Sistem Tenaga Listrik
Gambar 2.4  Bagian-bagian Sistem Distribusi Primer
+7

Referensi

Dokumen terkait

Akibat dari sistem distribusi tegangan rendah yang tidak seimbang tentunya akan berpengaruh terhadap banyak hal, seperti kinerja transformator, panas berlebih pada fasa beban

digunakan transformator penurun tegangan ( step down ) yang berfungsi untuk menurunkan tegangan menengah 20 kV ke tegangan rendah 400/230 Volt. Gardu trafo distribusi

STUDI TENTANG KUALITAS KINERJA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DALAM MELAYANI BEBAN DENGAN REGULASI TEGANGAN DAN.. EFISIENSI

Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan transformator penurun tegangan pada gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan

Adapun tujuan dari pembuatan tugas akhir ini adalah penanggulangan transformator berbeban lebih pada jaringan distribusi tegangan rendah dengan pemasangan

Berdasarkan hasil analisa terhadap ketiga gardu transformator distribusi yang rusak pada tahun 2014 maka penulis mengambil simpulan bahwa kerusakan transformator distribusi

Tegangan pada jaringan distribusi primer umumnya adalah 20 kV setelah diturunkan dari 150 kV melalui jaringan Transmisi di gardu induk (GI). Jaringan distribusi primer

Distribusi Primer melibatkan jaringan distribusi yang berasal dari jaringan transmisi, yang diturunkan tegangannya di Gardu Induk GI menjadi Tegangan Menengah TM dengan nominal tegangan