• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Perhitungan Susut Teknis Dengan Pendekatan Kurva Beban Pada Jaringan Distribusi PT. PLN (PERSERO) Rayon Medan Kota

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Perhitungan Susut Teknis Dengan Pendekatan Kurva Beban Pada Jaringan Distribusi PT. PLN (PERSERO) Rayon Medan Kota"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PERHITUNGAN

BEBAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI

Diajukan untuk memenuhi

menyelesaikan pendidikan sarjana Departemen Teknik Elektro Sub K

BAYU PRADANA PUTRA

DEPARTEME

UNIVERSITAS

ANALISA PERHITUNGAN SUSUT TEKNIS DENGAN PENDEKATAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI PT. PLN (PERSERO)

RAYON MEDAN KOTA

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada

Departemen Teknik Elektro Sub Konsentrasi Teknik Energi Listrik

Oleh:

NIS DENGAN PENDEKATAN KURVA

PT. PLN (PERSERO)

(2)

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

ANALISA PERHITUNGAN SUSUT TEKNIS DENGAN PENDEKATAN KURVA BEBAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI PT. PLN (PERSERO)

RAYON MEDAN KOTA Oleh :

BAYU PRADANA PUTRA PURBA 080402089

Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Sidang pada Tanggal 9 Bulan Oktober Tahun 2013 di depan penguji : 1. Ketua Penguji : Ir. Syamsul Amien, M.Si.

2. Anggota Penguji : Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si.

Disetujui Oleh: Pembimbing Tugas Akhir

(Ir. Eddy Warman, M.T.) NIP : 19541220 198003 1 001

Diketahui Oleh:

(3)

ABSTRAK

Dalam pendistribusian energi listrik dari pembangkit hingga ke konsumen

terjadi hilangnya energi atau susut energi (losses). Susut energi pada suatu sistem kelistrikan pasti selalu ada. Hal ini disebabkan adanya kandungan tahanan pada

penghantar yang bersifat permanen dan sifat alamiah jaringan itu sendiri.

Berdasarkan standar nasional , losses pada saluran transmisi dan distribusi idealnya adalah sekitar 8% - 10%. Pada tugas akhir ini akan dilihat pengaruh dari

pertambahan beban daya listrik terhadap susut teknis pada jaringan. Semakin

besar beban yang dilayani, maka akan menghasilkan susut teknis yang semakin

membesar pula. Pada bulan Juni tahun 2013 total susut teknis pada Gardu Induk

Glugur TD II mencapai 350690.76 kWH yang terdiri dari susut pada penyulang

JTM sebesar 64194.97 kWH dan susut pada transformator distribusi sebesar

286495.79 kWH.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul

“ANALISA PERHITUNGAN SUSUT TEKNIS DENGAN PENDEKATAN KURVA BEBAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI PT. PLN (PERSERO) RAYON MEDAN KOTA”. Adapun penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikan

Sarjana Strata Satu di Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Sumatera Utara.

Tugas Akhir ini dipersembahkan kepada kedua orang tua penulis yang

telah membesarkan dengan kasih sayang yang tak ternilai harganya, yaitu

Waspada Purba dan Waty br. Sembiring, dan saudara kandung penulis,

Rehngenana br. Purba, Wenina br. Purba dan Andyko Ferdinando Putra Purba

atas seluruh perhatian doa dan dukungannya selama ini.

Selama penulis menjalani pendidikan di kampus hingga diselesaikannya

Tugas Akhir ini, penulis memperoleh banyak sekali bantuan, bimbingan serta

dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan setulus hati penulis hendak

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Eddy Warman, M.T. selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang

telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bantuan,

bimbingan, dan pengarahan kepada penulis selama penyusunan Tugas Akhir

(5)

2. Bapak Ir. Hendra Zulkarnain selaku Dosen Wali penulis yang senantiasa

memberikan bimbingan selama perkuliahan.

3. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si dan Rachmad Fauzi, ST, MT selaku

Ketua Departemen dan Sekretaris Departemen Teknik Elektro, Fakultas

Teknik, Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh Staf Pengajar yang telah memberi bekal ilmu kepada penulis dan

seluruh Pegawai Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Sumatera Utara atas bantuan administrasinya.

5. Seluruh keluarga dan saudara yang selalu memberikan bimbingan, motivasi

dan doa untuk penulis semasa menjalani perkuliahan dari awal hingga selesai.

6. Sahabat-sahabat Terbaik pemberi saran, motivasi dan dukungan yang sangat

sering membantu penulis selama pengerjaan Tugas Akhir : Rizky Ferdinan,

Army Frans Tampubolon, Eykel Boy Suranta Ginting, Wenly Andalenta

Sinulingga, Christian Daniel Simanjuntak, Darminton Yordanus Sinulingga,

Parulian Sibarani, Doly Damanik, Elis Feronika Hutasoit, Junaidy Sipayung,

Eka Rahmat Surbakti, William Steven Sijabat, Marco Van Basten Hutajulu,

Mayhendra Panjaitan, Raja Putra Sitepu, dan Elvis Sinaga,

7. Seluruh teman-teman mahasiswa Departemen Teknik Elektro FT-USU yang

juga memberikan banyak motivasi dan pengalaman bersama semasa kuliah,

khususnya angkatan 2008.

8. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna,

(6)

pembelajaran dan penyempurnaan isi dan analisa yang disajikan. Penulis juga

berharap Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak

yang membutuhkannya. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Oktober 2013

Penulis,

Bayu Pradana Putra Purba

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR……… ii

DAFTAR ISI……….. v

DAFTAR GAMBAR………. viii

DAFTAR TABEL……….. x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………. 1

1.2 Rumusan Masalah…………...………. 2

1.3 Batasan Masalah………... 2

1.4 Tujuan………….……….. 3

1.5 Manfaat……….……… 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum…..………..……….. 3

2.2 Jaringan Distribusi Primer……….. 6

2.2.1 Jaringan Radial..……….………. 6

2.2.2 Jaringan Hantaran Penghubung (Tie Line)……... 7

2.2.3 Jaringan Lingkaran (Loop)….……… 8

2.2.4 Jaringan Spindel……….…. 8

2.2.5 Sistem Gugus (Kluster)……….……….. 9

(8)

2.4 Transformator……… 12

2.4.1 Jenis-jenis Transformator………. . 14

2.4.2 Rugi-rugi Transformator………...… 15

2.5 Transformator Distribusi……….. . 17

2.6 Susut Energi………..………. 22

2.7 Jenis-jenis Susut Energi…...………. 23

2.7.1 Susut Energi Ditinjau dari Tempat Terjadinya ….. 23

2.7.2 Susut Energi Ditinjau dari Sisi Sifatnya………...… 23

2.7.3 Susut Energi Ditinjau dari Sisi Penyebabnya....…. 24

2.8 Penyebab Terjadinya Susut Energi……….. 26

2.9 Susut Teknis Pada Jaringan Distribusi……… 27

2.10 Pengaruh Susut Teknis Terhadap Kerugian PT PLN (PERSERO)……… 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pengumpulan Data……… 34

3.2 Pengolahan Data……….……….. 34

3.2.1 Pengolahan Data pada JTM……….. 35

3.2.2 Pengolahan Data pada Transformator Distribusi.… 36 BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Data……… 38

(9)

4.2.2 Perhitungan Susut Teknis pada Transformator

Distribusi………... 49

4.2.3 Komposisi Susut Teknis Pada TD GI Glugur... 56

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan……… 59

5.2 Saran……….. 59

DAFTAR PUSTAKA………... 60

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambaran Umum Distribusi Tenaga Listrik………... 5

Gambar 2.2 Konfigurasi Jaringan Radial……... 6

Gambar 2.3 Konfigurasi Tie Line ………..……... 7

Gambar 2.4 Konfigurasi Jaringan Loop………... 8

Gambar 2.5 Konfigurasi Jaringan Spindel ……… 9

Gambar 2.6 Konfigurasi Jaringan Kluster ………..……….. 10

Gambar 2.7 Jaringan Distribusi Sekunder ………... 11

Gambar 2.8 Transformator……… 12

Gambar 2.9 Prinsip Kerja Transformator ………. 13

Gambar 2.10 Konstruksi Transformator Distribusi...……….. 19

Gambar 2.11 Gardu Transformator Distribusi………. 21

Gambar 3.1 Blok Diagram Langkah Kerja Penelitian ……..……… 39

Gambar 4.1 Single One Diagram GI Glugur……….……… 39

Gambar 4.2 Grafik Kurva Beban Bulanan TD II GI Glugur ……… 40

(11)

Gambar 4.4 Grafik Susut Teknis pada Trafo Distribusi TD II GI

Glugur………... 55

Gambar 4.5 Grafik Komposisi Susut Teknis pada TD II Glugur …….… 57

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Penyulang pada TD II GI Glugur ……… 34

Tabel 4.1 Beban Bulanan pada TD II Glugur ……….. 40

Tabel 4.2 kWH input pada TD II GI Glugur .……….. 41

Tabel 4.3 Parameter-parameter pada Penyulang JTM……….. 42

Tabel 4.4 Parameter-parameter pada Transformator Distribusi….….. 42

Tabel 4.5 Susut Teknis pada Jaringan Tegangan Menengah….…….. 48

Tabel 4.6 Susut Teknis pada Transformator Distribusi….………….. 54

(13)

ABSTRAK

Dalam pendistribusian energi listrik dari pembangkit hingga ke konsumen

terjadi hilangnya energi atau susut energi (losses). Susut energi pada suatu sistem kelistrikan pasti selalu ada. Hal ini disebabkan adanya kandungan tahanan pada

penghantar yang bersifat permanen dan sifat alamiah jaringan itu sendiri.

Berdasarkan standar nasional , losses pada saluran transmisi dan distribusi idealnya adalah sekitar 8% - 10%. Pada tugas akhir ini akan dilihat pengaruh dari

pertambahan beban daya listrik terhadap susut teknis pada jaringan. Semakin

besar beban yang dilayani, maka akan menghasilkan susut teknis yang semakin

membesar pula. Pada bulan Juni tahun 2013 total susut teknis pada Gardu Induk

Glugur TD II mencapai 350690.76 kWH yang terdiri dari susut pada penyulang

JTM sebesar 64194.97 kWH dan susut pada transformator distribusi sebesar

286495.79 kWH.

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT PLN (Persero) adalah penyedia listrik Negara yang ada di Indonesia.

Dalam penyaluran daya listrik, tidak seluruhnya dapat disalurkan kepada

konsumen, karena akan hilang dalam bentuk susut energi. Susut pada sistem

distribusi tenaga listrik yang biasanya diukur pada kurun waktu tertentu,

merupakan salah satu ukuran efisien atau tidaknya suatu pengoperasian sistem

tenaga listrik.

Munculnya susut diakibatkan oleh sebab-sebab yang sifatnya teknis dan

yang bersifat non teknis. Penyebab susut yang bersifat teknis pada jaringan

distribusi adalah semata-mata akibat adanya kandungan tahanan dalam penghantar

yang sifatnya permanen. Selain itu kemungkinan penyebab besarnya susut

jaringan distribusi antara lain keadaan alamiah jaringan itu sendiri, seperti

panjang jaringan yang cenderung terus bertambah. Beban yang melebihi

standardnya diduga lebih memperburuk lagi kinerja penyulang itu dilihat dari

aspek susut teknis jaringan.

Hal inilah yang melatarbelakangi saya untuk mengadakan penelitian besar

susut teknis pada jaringan distribusi PT PLN (Persero) Rayon Medan TD II GI

Glugur Dengan diketahuinya nilai susut teknik maka diharapkan akan lebih

(15)

1.2 Rumusan Masalah

Susut teknis yang terjadi pada jaringan distribusi akan cenderung

bertambah setia tahunnya. Hal ini diakibatkan oleh dua hal penting yaitu

konsumen yang semakin bertambah dan panjang jaringan yang juga cenderung

bertambah. Keadaan konsumen dan panjang jaringan yang terus cenderung

bertambah akan menyebabkan beban yang dilayani juga akan semakin besar, dan

menyebabkan susut teknis pada jaringan semakin besar. Pada Tugas akhir ini akan

dibahas besarnya susut teknis yang terjadi dalam interval waktu tertentu

berdasarkan beban yang disalurkan kepada konsumen.

1.3 Batasan Masalah

Agar isi dan pembahasan tugas akhir ini menjadi terarah dan dapat

mencapai hasil yang diharapkan, maka penulis perlu membuat batasan masalah

yang akan dibahas. Adapun batasan masalah pada penulisan tugas akhir ini adalah

sebagai berikut :

1. Wilayah penelitian adalah saluran distribusi pada PT PLN (Persero)

Rayon Medan TD II GI Glugur.

2. Analisa perhitungan susut teknik dengan menggunakan pendekatan

kurva beban.

3. Hanya membahas susut teknis pada jaringan tegangan menengah dan

transformator distribusi.

(16)

1.4 Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besar susut

teknis yang terjadi pada saluran distribusi pada PT PLN (Persero) Rayon Medan

TD II GI Glugur dalam periode waktu tertentu.

1.5 Manfaat

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk menjadi salah satu cara

untuk memperkirakan besar susut teknis pada jaringan distribusi sehingga dasar

pertimbangan bagi PT PLN (Persero) dalam melaksanakan program penurunan

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

Tenaga listrik dibangkitkan dari pusat-pusat pembangkit seperti PLTA

(Pembangkit Listrik Tenaga Air), PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap), PLTG

(Pembangkit Listrik Tenaga Gas) ataupun PLTGU (Pembangkit Listrik Tenaga

Gas Uap). Tenaga listrik ini kemudian disalurkan melalui saluran transmisi,

dimana tegangan penyalurannya dinaikkan dahulu oleh transformator penaik

tegangan (step up transformator). Penaikan tegangan ini berfungsi untuk mengurangi besarnya rugi-rugi daya saat penyalurannya. Saluran transmisi yang

ada di Indonesia pada umumnya memiliki tegangan 150 kV dan 500 kV.

Setelah tenaga listrik disalurkan melalui saluran transmisi, maka akan

sampai pada Gardu Induk (GI) dimana tegangannya akan diturunkan oleh

transformator penurun tegangan (step down transformator). Disini tegangannya akan berubah menjadi tegangan menengah. Jaringan inilah yang disebut dengan

Jaringan Tegangan Menengah (JTM). Sistem distribusi primer di kota biasanya

terdiri atas 2 jenis, yaitu saluran udara (overhead lines) dan kabel-kabel tanah yang tertanam di jalan sehingga tidak terlihat (underground cable). Tegangan distribusi yang umum digunakan di Indonesia adalah 20 kV.

Setelah energi listrik disalurkan melalui jaringan distribusi primer, maka

tenaga listrik akan diturunkan lagi tegangannya pada gardu-gardu distribusi

(18)

salurkan melalui Jaringan Tegangan Rendah (JTR) menuju ke rumah-rumah

pelanggan melalui Sambungan Rumah (SR).

(19)

2.2 Jaringan Distribusi Primer

Jaringan pada sistem distribusi tegangan menengah (20kV) dapat

dikelompokkan menjadi lima model, yaitu Jaringan Radial, Jaringan Hantaran

Penghubung (Tie Line), Jaringan Lingkaran (Loop), Jaringan Spindeldan Sistem Gugus atau Kluster.

2.2.1 Jaringan Radial

Sistem distribusi dengan pola Radial seperti Gambar 2.2 sdalah sistem

distribusi yang paling sederhana dan ekonomis. Pada sistem ini terdapat beberapa

penyulang yang menyuplai beberapa gardu distribusi secara radial.

Dalam penyulang tersebut dipasang gardu-gardu distribusi untuk

konsumen. Gardu distribusi adalah tempat dimana trafo untuk konsumen

dipasang. Bisa dalam bangunan beton atau diletakan diatas tiang. Keuntungan

dari sistem ini adalah sistem ini tidak rumit dan lebih murah dibanding dengan

sistem yang lain.

(20)

Namun keandalan sistem ini lebih rendah dibanding dengan sistem

lainnya. Kurangnya keandalan disebabkan karena hanya terdapat satu jalur utama

yang menyuplai gardu distribusi, sehingga apabila jalur utama tersebut mengalami

gangguan, maka seluruh gardu akan ikut padam. Kerugian lain yaitu mutu

tegangan pada gardu distribusi yang paling ujung kurang baik, hal ini dikarenakan

jatuh tegangan terbesar ada diujung saluran.

2.2.2 Jaringan Hantaran Penghubung (Tie Line)

Sistem Distribusi Tie Line seperti Gambar 2.3 di bawah ini digunakan untuk pelanggan penting yang tidak boleh padam seperti Bandara, Rumah Sakit,

dan lain-lain. Sistem ini memiliki minimal dua penyulang sekaligus dengan

tambahan Automatic Change Over Switch / Automatic Transfer Switch. Setiap penyulang terkoneksi ke gardu pelanggan khusus tersebut sehingga bila salah

satu penyulang mengalami gangguan maka pasokan listrik akan di pindah ke

penyulang lain.

(21)

2.2.3 Jaringan Lingkaran (Loop)

Pada Jaringan Tegangan Menengah Struktur Lingkaran (Loop) seperti Gambar 2.4 dimungkinkan pemasokannya berasal dari beberapa gardu induk,

sehingga dengan demikian tingkat keandalannya relatif lebih baik.

Gambar 2.4 Konfigurasi Jaringan Loop

2.2.4 Jaringan Spindel

Sistem Spindel seperti pada Gambar 2.5 di bawah ini adalah suatu pola kombinasi jaringan dari pola Radial dan Ring. Spindel terdiri dari beberapa penyulang (feeder) yang tegangannya diberikan dari Gardu Induk dan tegangan tersebut berakhir pada sebuah Gardu Hubung (GH).

Pada sebuah spindel biasanya terdiri dari beberapa penyulang aktif dan sebuah penyulang cadangan yang akan dihubungkan melalui gardu hubung. Pola

spindel biasanya digunakan pada jaringan tegangan menengah (JTM) yang menggunakan kabel tanah/saluran kabel tanah tegangan menengah (SKTM).

(22)

Di dalam sebuah penyulang aktif terdiri dari gardu distribusi yang berfungsi untuk

mendistribusikan tegangan kepada konsumen baik konsumen tegangan rendah

(TR) atau tegangan menengah (TM).

Gambar 2.5 Konfigurasi Jaringan Spindel

2.2.5 Sistem Gugus (Kluster)

Konfigurasi Gugus seperti pada Gambar 2.6 di bawah ini banyak

digunakan untuk kota besar yang mempunyai kerapatan beban yang tinggi. Dalam

sistem ini terdapat saklar pemutus beban dan penyulang cadangan. Penyulang ini

berfungsi bila ada gangguan yang terjadi pada salah satu penyulang konsumen.

Artinya penyulang cadangan inilah yang menggantikan fungsi suplai daya ke

(23)

Gambar 2.6 Konfigurasi Jaringan Kluster

2.3 Jaringan Distribusi Sekunder

Sistem jaringan distribusi sekunder atau sering disebut jaringan distribusi

tegangan rendah (JDTR) merupakan jaringan yang berfungsi sebagai penyalur

tenaga listrik dari gardu-gardu pembagi (gardu distribusi) ke pusat-pusat beban

(konsumen tenaga listrik). Besarnya standar tegangan untuk jaringan ditribusi

sekunder ini adalah 127/220 V untuk sistem lama, dan 220/380 V untuk sistem

baru, serta 440/550 V untuk keperluam industri.

Besarnya tegangan maksimum yang diizinkan adalah 3 sampai 4 % lebih

besar dari tegangan nominalnya. Penetapan ini sebanding dengan besarnya nilai

tegangan jatuh (voltage drop) yang telah ditetapkan berdasarkan PUIL 661 F.1, bahwa rugi-rugi daya pada suatu jaringan adalah 15 %. Dengan adanya

pembatasan tersebut stabilitas penyaluran daya ke pusat-pusat beban tidak

(24)

Sistem distribusi ini merupakan bagian yang langsung berhubungan

dengan konsumen. Jadi sistem ini selain berfungsi menerima daya listrik dari

sumber daya (trafo distribusi), juga akan mengirimkan serta mendistribusikan

daya tersebut ke konsumen. Mengingat bagian ini berhubungan langsung dengan

konsumen, maka kualitas listrik selayaknya harus sangat diperhatikan.

(25)

2.4 Transformator

Salah satu penyebab mengapa arus AC (bolak-balik) banyak di pakai

adalah karena kemungkinan mentransformasikannya amat mudah, baik dalam

menaikkan tegangan maupun menurunkan tegangan. Alat yang digunakan untuk

menaikkan atau menurunkan tegangan disebut transformator.

Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan

mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik

yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi

elektromagnet. Transformator dapat digunakan secara luas, baik dalam bidang

tenaga listrik maupun dalam bidang elektronika. Penggunaan transformator dalam

bidang sistem tenaga memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai dan

ekonomis untuk tiap-tiap keperluannya, misalnya keperluan akan tegangan tinggi

dalam pengiriman daya listrik untuk jarak yang jauh.

(26)

Prinsip kerja transformator adalah berdasarkan Hukum Amperedan Hukum Faraday, yaitu arus listrik dapat menimbulkan medan magnet dan sebaliknya medan magnet dapat menimbulkan arus listrik. Transformator terdiri atas dua

buah kumparan (primer dan sekunder) yang bersifat induktif. Kedua kumparan ini

terpisah secara elektris namun berhubungan secara magnetis melalui jalur yang

memiliki reluktansi (reluctance) rendah. Apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik maka fluks bolak-balik akan muncul di

dalam inti yang dilaminasi. Karena kumparan tersebut membentuk jaringan

tertutup maka mengalirlah arus primer.

Akibat adanya fluks di kumparan primer maka di kumparan primer terjadi

induksi (self induction) dan terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena pengaruh induksi dari kumparan primer atau disebut sebagai induksi bersama

(mutual induction). Inilah yang menyebabkan timbulnya fluks magnet di kumparan sekunder dan mengalirlah arus sekunder jika rangkaian sekunder di

bebani, sehingga energi listrik dapat ditransfer keseluruhan (secara magnetisasi).

(27)

2.4.1 Jenis-jenis Transformator

Transformator dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis tergantung

dilihat dari aspeknya.

a). Transformator berdasarkan fungsinya

 Transformator step up, yaitu transformator yang digunakan untuk

menaikkan tegangan. Transformator ini memiliki lilitan sekunder

yang lebih banyak daripada lilitan primernya.

 Transformator step down, yaitu transformator yang digunakan untuk

menurunkan tegangan. Transformator ini memiliki lilitan sekunder

yang lebih sedikit daripada lilitan primernya.

b). Transformator untuk pengukuran

 Transformator arus, yaitu transformator digunakan untuk pengukuran

arus yang besarnya ratusan ampere dari arus yang mengalir dalam

jaringan tegangan tinggi. Disamping untuk penguran arus, trafo arus

juga digunakan untuk pengukuran daya dan energi, pengukuran jarak

jauh dan relay proteksi.

 Transformator tegangan, yaitu transformator satu fasa step downyang

mentransformasi tegangan tinggi atau tegangan menengah ke suatu

tegangan rendah yang layak untuk perlengkapan indikator, alat ukur,

relay, dan alat sinkronisasi serta berfungsi untuk merubah tegangan

tinggi menjadi tegangan rendah sehingga dapat diukur dengan

Voltmeter. Hal ini dilakukan atas pertimbangan harga dan bahaya

(28)

c). Transformator berdasarkan pemakaian

 Transformator mesin, yaitu transformator yang digunakan pada

mesin-mesin listrik.

 Transformator Gardu Induk, yaitu transformator yang digunakan pada

gardu induk.

 Transformator distribusi, yaitu transformator yang digunakan pada

saluran distribusi untuk menyalurkan energy listrik ke konsumen.

2.4.2 Rugi-rugi Transformator

Transformator memiliki beberapa rugi-rugi sebagai berikut :

a). Rugi-rugi Tembaga (Pcu)

Rugi-rugi tembaga merupakan rugi-rugi yang diakibatkan oleh adanya

tahanan resistif yang dimiliki oleh tembaga yang digunakan pada bagian lilitan

trafo, baik pada bagian primer maupun sekunder.

= ( ) (2.1)

Formula ini merupakan perhitungan untuk pendekatan. Karena arus beban

berubah–ubah, rugi tembaga juga tidak konstan bergantung pada beban. Dan perlu

(29)

b). Rugi Besi (Pi)

Rugi besi di peroleh dari percobaan beban nol dari suatu transformator.

Dari percobaan, dapat diketahui bahwa arus penguat I0 terdiri dari 2 komponen,

yaitu komponen arus pemagnetan (Im) dan komponen rugi inti dari arus penguat

Ic, yang menyatakan arus yang terpakai akibat adanya arus hysteresis dan arus

Eddy. Besar rugi besi adalah penjumlahan dari rugi hysteresis dengan rugi Eddy.

(Pi = P h+ Pe).

1). Rugi-rugi Eddy Current(Pe)

Rugi-rugi arus eddy merupakan rugi-rugi panas yang terjadi pada

bagian inti trafo. Perubahan fluks menyebabkan induksi tegangan pada bagian

inti besi trafo dengan cara yang sama seperti pada kawat yang

mengelilinginya. Tegangan tersebut menyebabkan arus berputar pada bagian

inti trafo. Arus eddy akan mengalir pada bagian inti trafo yang bersifat

resistif. Arus eddy akan mendisipasikan energi ke dalam inti besi trafo yang

kemudian akan menimbulkan panas.

= ( ) (2.2)

Dimana :

Ke = Konstanta arus pusar

Bmaks= Fluks maksimum (Wb)

(30)

2). Rugi-rugi Hysteresis(Ph)

Rugi-rugi hysteresis merupakan rugi-rugi yang berhubungan dengan pengaturan daerah magnetik pada bagian inti trafo. Dalam pengaturan daerah

magnetik tersebut dibutuhkan energi. Akibatnya akan menimbulkan rugi-rugi

terhadap daya yang melalui trafo. Rugi-rugi tersebut menimbulkan panas

pada bagian inti trafo.

= . . . ( ) (2.3)

Dimana :

Kh = Konstanta Hysteresis

Bmaks= Fluks maksimum (Wb)

2.5 Transformator Distribusi

Transformator distribusi yang umum digunakan adalah transformator step down20kV/400V. Tegangan fasa ke fasa sistem jaringan tegangan rendah adalah 380 V. Karena terjadi drop tegangan, maka pada tegangan rendahnya dibuat diatas

380V agar tegangan pada ujung penerima tidak lebih kecil dari 380V.

Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang mampu mengubah

maupun untuk menyalurkan energi listrik arus bolak-balik dari satu atau lebih

rangkaian listrik ke rangkaian listrik arus bolak-balik yang lain, melalui suatu

(31)

umumnya transformator terdiri atas sebuah inti, yang terbuat dari besi berlapis,

dan dua buah kumparan, yaitu kumparan primer, dan kumparan sekunder. Rasio

perubahan tegangan akan tergantung dari rasio jumlah lilitan pada kedua

kumparan itu. Hubungan transformasinya adalah sebagai berikut :

=

=

(2.4)

dimana :

E1= ggl pada sisi primer (volt)

E2= ggl pada sisi sekunder (volt)

N1= jumlah belitan pada sisi primer (turn)

N2= jumlah belitan pada sisi sekunder (turn)

Transformator distribusi pada dasarnya adalah tiga transformator satu fasa

yang bekerja bersama dan dilayani oleh suatu sistem tiga fasa dan dapat melayani

beban tiga fasa atau beban satu fasa pada masing-masing fasanya. Suatu

transformator distribusi berkualitas baik, jika transformator tersebut mempunyai

(32)

Gambar 2.10 Konstruksi Transformator Distribusi

Transformator distribusi yang terpasang pada tiang dapat dikategorikan

menjadi :

1. Conventional transformers. Tidak memiliki peralatan proteksi terintegrasi terhadap petir, gangguan dan beban lebih sebagai bagian

dari trafo. Oleh karena itu dibutuhkan fuse cut out untuk menghubungkan conventional transformersdengan jaringan distribusi primer. Lightning arrester juga perlu ditambahkan untuk trafo jenis ini.

2. Completely self-protecting ( CSP ) transformers. Memiliki peralatan proteksi terintegrasi terhadap petir, baban lebih, dan hubung singkat.

Lightning arrester terpasang langsung pada tangki trafo sebagai proteksi terhadap petir. Untuk proteksi terhadap beban lebih,

(33)

hubungan proteksi internal yang dipasang antara beliran primer

dengan bushingprimer.

3. Completely self-protecting for secondary banking (CSPB) transformers. Mirip dengan CSP transformers, tetapi pada trafo jenis ini terdapat sebuah circuit breakerpada sisi sekunder. Circuit breaker ini akan membuka sebelum weak linkmelebur.

Gardu trafo distribusi berlokasi dekat dengan konsumen. Transformator

dipasang pada tiang listrik dan menyatu dengan jaringan listrik. Untuk

mengamankan transformator dan sistemnya, gardu dilengkapi dengan unit-unit

pengaman. Karena tegangan yang masih tinggi belum dapat digunakan untuk

mencatu beban secara langsung, kecuali pada beban yang didisain khusus, maka

digunakan transformator penurun tegangan ( step down) yang berfungsi untuk menurunkan tegangan menengah 20 kV ke tegangan rendah 400/230 Volt.

Gardu trafo distribusi ini terdiri dari dua sisi, yaitu sisi primer dan sisi

sekunder. Sisi primer merupakan saluran yang akan mensuplay ke bagian sisi

sekunder. Unit peralatan yang termasuk sisi primer adalah :

a). Saluran sambungan dari SUTM ke unit transformator (primer trafo)

(34)
(35)

2.6 Susut Energi

Saluran Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Saluran

distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber Gardu Induk

sampai ke konsumen. Dalam penyalurannya energi yang sampai ke konsumen

tidak akan sama dengan energi yang dikirimkan. Hal ini dikarenakan timbulnya

susut energi di sepanjang saluran distribusi. Susut energi merupakan kerugian

energi akibat beberapa masalah. Pada umumnya disebabkan oleh kualitas daya

hantar listrik. Semakin bagus kualitas daya hantar listrik semakin rendah susut

yang terjadi. Selain itu ada juga yang diakibatkan oleh rusaknya instalasi di

jaringan maupun dalam rumah yang tidak standar, akibat pencurian, maupun

menggunakan peralatan yang tidak sesuai.

Seiring pesatnya pertumbuhan beban, susut teknis yang disebabkan oleh

adanya resistansi pada penghantar akan semakin meningkat seiring dengan

besarnya beban akan menyebabkan kenaikan susut daya yang signifikan. Hal ini

dikarenakan susut berbanding lurus dengan resistansi penghantar dan kuadrat arus

beban. Pada sistem 3 fasa dimana jaringan tegangan rendahnya menggunakan

penghantar netral, susut pada jaringan tegangan rendah akan semakin bertambah

dengan adanya kontribusi susut penghantar netral. Bahkan pada pembebanan

sistem yang tidak seimbangnya besarnya arus yang mengalir pada penghantar fasa

(resistansi lebih besar) akan mengkontribusikan susut teknis yang juga lebih

besar.

Salah satu cara menurunkan untuk susut teknis pada jaringan tegangan

rendah adalah dengan melakukan pemecahan beban dan pemerataan beban.

(36)

penghantar fasa dengan cara membangun gardu portal atau memindahkan beban

dan jurusan yang terbebani berat ke jurusan yang pembebanannya ringan.

Sementara pemerataan beban bertujuan untuk mengurangi besar arus yang

mengalir pada penghantar netral sehingga diharapkan susut teknis jaringan

tegangan rendah akibat pembebanan atau ketidakseimbangan dapat dikurangi

2.7 Jenis-Jenis Susut Energi

Susut energi dapat diklasifikasi lagi dengan cara meninjau dari beberapa

aspeknya. Susut energi dapat ditinjau dari tempat terjadi, sifat dan penyebabnya.

2.7.1 Susut Energi Ditinjau dari Tempat Terjadinya

Berdasarkan tempat terjadinya, susut energi dibagi menjadi 2 bagian yaitu

susut transmisi dan susut distribusi.

1. Susut Transmisi, yaitu hilangnya energi listrik yang di bangkitkan pada

saat disalurkan melalui jaringan transmisi ke gardu induk.

2. Susut Distribusi, yaitu hilangnya energi listrik yang didistribusikan dari

gardu induk melalui jaringan distribusi ke pelanggan.

2.7.2 Susut Energi Ditinjau dari Sisi Sifatnya

Berdasarkan sifatnya, susut energi dibagi menjadi 2 bagian yaitu susut

konstan dan susut variabel.

1. Susut konstan, yaitu susut yang timbul secara konstan (terus-menerus)

(37)

rugi-rugi besi trafo, rugi-rugi pada kwh meter, kebocoran isolasi dan

sebagainya.

2. Susut variabel, yaitu susut yang timbul secara variabel (berubah-ubah)

pada sistim distribusi tenaga listrik yang dipengaruhi oleh fluktuasi beban

(naik-turunnya beban). Contoh susut variabel yaitu rugi-rugi penghantar

(I2R), rugi-rugi pada titik sambung/titik kontak, dan sebagainya.

2.7.3 Susut Energi Ditinjau dari Sisi Penyebabnya

Berdasarkan penyebabnya, susut energi dibagi menjadi 2 bagian yaitu

susut teknis dan susut nonteknis.

1. Susut teknis, yaitu susut yang timbul pada sistim distribusi tenaga listrik

yang disebabkan oleh faktor teknis yang sangat dipengaruhi oleh fluktuasi

dan sifat beban, antara lain seperti ukuran konduktor, panjang jaringan,

sistim tegangan yang dipakai, tingkat isolasi yang ada, dan lain sebagainya

( berkaitan langsung dengan I2R )

2. Susut nonteknis, yaitu susut yang timbul pada sistim distribusi tenaga

listrik yang disebabkan oleh faktor nonteknis, antara lain seperti kesalahan

administrasi data pelanggan, kesalahan dalam pembacaan dan pencatatan

meter listrik, adanya kasus pelanggaran (pencurian listrik) dan lain

(38)

Sedangkan menurut Keputusan Direksi PT. PLN (Persero) No: 217-1.K/DIR/2005 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Neraca Energi (kWH), susut (Losses) diperinci sebagai berikut :

1. Susut Energi, adalah jumlah energi kWH yang hilang atau menyusut

terjadi karena sebab-sebab teknik maupun non teknik pada waktu

penyediaan dan penyaluran energi.

2. Susut Teknik, adalah susut yang terjadi karena alasan teknik dimana energi

menyusut berubah menjadi panas pada saluran.

3. Susut Non Teknik, adalah selisih antara susut energi dan susut teknik.

4. Susut Transmisi, adalah susut teknik yang terjadi pada jaringan transmisi,

yang meliputi susut pada Jaringan Tegangan Tinggi (JTT) dan pada Gardu

Induk (GI).

5. Susut Distribusi, adalah susut teknik dan non teknik yang terjadi pada

jaringan distribusi yang meliputi susut pada Jaringan Tegangan Menengah

(JTM), Gardu Distribusi (GD), Jaringan Tegangan Rendah (JTR),

Sambungan Rumah (SR) serta Alat Pembatas dan Pengukur (APP) pada

pelanggan TT, TM dan TR. Bila terdapat Jaringan Tegangan Tinggi yang

berfungsi sebagai jaringan distribusi maka susut jaringan ini dimasukkan

sebagai Susut Distribusi.

6. Susut TT, adalah susut teknik dan non teknik yang terjadi pada sisi TT,

yang merupakan penjumlahan susut pada JTT (Jaringan Tegangan Tinggi),

GI (Gardu Induk), dan APP (Alat Pembatas dan Pengukur).

(39)

Menengah), GD ( Gardu Distribusi), dan APP (Alat Pembatas dan

Pengukur).

8. Susut TR, adalah susut teknik dan non teknik yang terjadi pada sisi TR,

yang merupakan penjumlahan susut pada JTR (Jaringan Tegangan

Rendah), SR (Sambungan Rumah) dan APP (Alat Pembatas dan

Pengukur).

9. Susut Jaringan, adalah jumlah energi dalam kWH yang hilang pada

jaringan transmisi dan distribusi, atau merupakan penjumlahan antara

Susut Transmisi dan Susut Distribusi.

2.8 Penyebab Terjadinya Susut Energi

Penyebab terjadinya susut energi bisa ditinjau dari 2 segi, yaitu dari segi

teknis dan dari segi non teknis. Dari segi teknis, yang menjadi penyebab susut

energi adalah sebagai berikut :

1. Ukuran penghantar yang kurang optimum (yang dipengaruhi oleh Faktor

Beban dan Faktor Distribusi Beban).

2. Jaringan yang terlalu panjang.

3. Tingkat isolasi yang telah menurun dibawah batas minimal (pada isolator,

minyak trafo, kabel, arrester).

4. Pembebanan yang tidak seimbang (timbulnya I0).

5. Faktor Daya (Cos Q) yang rendah (timbulnya daya reaktif)

(40)

7. Titik sambung / kontak yang kurang sempurna (timbulnya panas yang

berlebihan sehingga mengurangi energi).

8. Pengawatan alat ukur yang salah pada urutan fasa/polaritas (timbulnya

selisih ukur).

9. Pengaruh harmonisa (Power Quality) sehingga mempengaruhi pengukuran

10.Kebocoran arus melalui pepohonan atau sisa benang laying-layang yang

menyentuh jaringan (timbulnya kebocoran energi).

Sedangkan dari segi non teknis yang menjadi penyebab susut energi adalah

sebagai berikut :

1. Data Induk Langganan (DIL) yang tidak akurat.

2. Pembacaan/pencatatan angka stand kWh meter yang tidak tepat/benar

(waktu, angka, penafsiran, faktor kali dan lain-lain).

3. Pencurian aliran listrik oleh pelanggan maupun non pelanggan.

4. Pemakaian sendiri yang tidak terukur / tercatat.

5. Cara perhitungan yang tidak benar.

2.9 Susut Teknis Pada Jaringan Distribusi

Susut teknis adalah merupakan susut yang disebabkan oleh sifat daya

hantaran material atau peralatan listrik itu sendiri yang sangat tergantung dari

kualitas bahan dari material atau peralatan listrik tersebut serta jaringan, maka

(41)

tegangan menengah (JTM) yaitu susut pada penghantar fasa dan susut pada

penghantar netral.

Susut daya dipengaruhi oleh dua hal penting yaitu arus beban dan tahanan

penghantar. Arus beban sangat dipengaruhi oleh dua pola konsumsi energi listrik

pelanggan. Pada pelanggan perumahan flukstuansi konsumsi energi listrik sangat

besar dengan perbedaan yang signifikan antara konsumsi energi listrik pada siang

hari dan malam hari, sedangkan pada sektor industri flukstuansi konsumsi energi

sepanjang hari akan hampir sama, sehingga perbandingan beban puncak terhadap

beban rata-rata hampir mendekati 1 (satu).

Pada sistem tiga fasa yang memiki penghantar netral, susut pada jaringan

menjadi susut pada penghantar fasa dan susut pada penghantar netral. Pada

kondisi pembebanan seimbang arus netral yang merupakan penjumlahan vektor

masing-masing arus fasanya akan berharga nol. Sedangkan pada kondisi

pembebanan tidak seimbang arus yang mengalir pada penghantar netral dapat

berharga sama dengan arus yang mengalir pada penghantar fasa. Dengan diameter

yang lebih kecil atau resistansi yang lebih besar dibandingkan dengan resistansi

fasanya, susut penghantar netral akan menjadi lebih besar dari susut pada

penghantar fasanya.

Faktor lain yang mempengaruhi susut pada jaringan tegangan rendah

adalah panjang jaringan tegangan rendah dan luas penampang konduktornya,

dimana semakin panjang jaringan dengan penampang konduktor yang lebih kecil,

(42)

2.10 Pengaruh Susut Teknis Terhadap Kerugian PT PLN (PERSERO) Dalam konteks kenaikan tarif listrik, indeks efisiensi berupa tinggi

rendahnya angka susut, sebab angka susut identik dengan biaya atau pendapatan

yang hilang. PT. PLN (Persero) sebagai perusahaan yang menyediakan

ketenagalistrikan setiap tahunnya selalu mengalami kesusutan (kehilangan

pendapatan). Oleh karena itu PT. PLN (Persero) dituntut untuk menekan angka

susut energi listrik sesuai dengan yang diperkenankan dalan Surat Keputusan Menteri Keuanganbahwa PT. PLN (Persero) harus dapat menekan susut sebesar sepuluh persen (10%). Dengan demikian apabila PT. PLN (Persero) dapat

menekan angka kesusutan sampai pada level ideal sebesar 10% maka akan ada

peningkatan pendapatan. Dengan adanya pendapatan tambahan tersebut maka PT.

PLN (Persero) tidak perlu menaikan harga jual atau TDL (Tarif Dasar Listrik)

kepada konsumen. Pemerintah tidak perlu memberikan subsidi kepada PT. PLN

(Persero) sehingga subsidi tersebut dapat dialokasikan ke sektor lain yang lebih

membutuhkan seperti sektor pendidikan dan kesehatan. Selain itu PT. PLN

(Persero) dapat melakukan investasi baru disektor ketenagalistrikan, khususnya di

pembangkitan yang selanjutnya dapat meningkatkan kecukupan pelayanan kepada

masyarakat. Menurut Muhamad Tasrif, seorang pengamat kelistrikan, mengatakan bahwa semakin bagus kualitas daya hantarnya, semakin rendah susut yang terjadi.

Jika terjadi penurunan susut, hal itu akan berdampak pada peningkatan

pendapatan penjualan energi listrik.

Maka dari pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa susut

(43)

yang diterima oleh perusahaan dan PT. PLN (Persero) akan selalu menderita

kerugian. Semakin rendah angka susut (losses) distribusi maka akan semakin besar pendapatan yang diterima oleh perusahaan, begitu sebaliknya jika semakin

tinggi angka susut (losses) maka akan semakin kecil pendapatan yang diterima oleh perusahaan tesebut.

Menurut hasil audit yang dilakukan oleh Arthur Andersen dan UMS Group dari Australia (AA/UMS), terdapat inefisiensi pada PLN. Audit efisiensi ini merupakan audit khusus yang tidak sama dengan audit keuangan yang biasanya

dilakukan oleh kantor akuntan publik. Tujuan audit efisiensi ini adalah:

1). Meneliti secara independen efisiensi PLN dibandingkan dengan tolok ukur

World Best Practices Standart.

2). Merekomendasikan peningkatan efisiensi kinerja PLN.

Temuan utama dari audit efisiensi tersebut adalah belum ada upaya

optimal dalam operasional dan investasi PLN sehingga timbul biaya inefisiensi

rata-rata Rp 5,6 triliun per tahun. Audit ini menemukan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi inefisiensi tersebut adalah :

1). Inefisiensi dalam fungsi pembangkitan. Hal ini disebabkan oleh:

a). Pasokan gas yang melebihi kebutuhan, sehingga terdapat gas yang

tidak dipakai tetapi tetap harus dibayar. Hal ini disebabkan adanya

(44)

c). Biaya pengadaan spare parts yang terlalu tinggi. Biaya yang terlalu tinggi ini menandakan bahwa proses pengadaan tidak berjalan secara

normal sesuai prosedur.

2). Inefisiensi dalam fungsi transmisi, distribusi dan retail. Faktor yang

mempengaruhi adalah:

a). Biaya pengadaan spare parts yang terlalu tinggi. Biaya yang terlalu tinggi ini memberi tanda adanya proses pengadaan yang tidak berjalan

normal sesuai prosedur.

b). Produktivitas tenaga kerja rendah.

3). Inefisiensi dalam fungsi penunjang. Faktor yang mempengaruhi adalah:

a). Ketrampilan tenaga kerja belum memadai.

b). Kurang pemanfaatan sistem dan teknologi informasi yang ada.

4). Inefisiensi dalam perencanaan investasi. Hal ini disebabkan:

a). Perencanaan yang konservatif dan belum sepenuhnya berdasarkan

manajemen risiko (risk-based), menyebabkan beberapa sistem kelistrikan memiliki cadangan terlalu besar dan hal ini diperburuk

keadaannya oleh krisis.

b). Penggunaan dana pinjaman yang bersyarat ketat dan berkepanjangan

(45)

c). Kurang terpadunya sistem manajemen administrasi utang luar negeri

yang seharusnya diharapkan menjadi pengendali pengeluaran biaya

investasi.

d). Adanya kewajiban untuk menyediakan tenaga listrik sektoral dan

regional mempengaruhi nilai efisiensi dan ekonomi PLN.

5). Inefisiensi dalam pengadaan dan pelaksanaan konstruksi yang diakibatkan

oleh:

a). Lemahnya program pengawasan dan pengendalian proyek (total project management).

b). Pengendalian proyek tidak optimal karena kurangnya koordinasi

internal maupun campur tangan pihak luar, seperti pemberi pinjaman

non-multilateral(tied loan) dan intervensi Pemerintah.

c). OE (Owner’s Estimate) atau HPS (harga perhitungan sendiri) yang tidak ditetapkan secara benar. OE jarang dipakai sebagai pedoman PLN dalam tender/evaluasi/negosiasi pengadaan proyek, sehingga

harga perolehan lebih tinggi dari harga wajar internasional.

d). Keterlambatan proyek dan menumpuknya klaim karena lemahnya

(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang dilakukan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah metode

pengumpulan data dan pengolahan data. Metode pengumpulan data dilakukan

pada PT PLN (PERSERO) Rayon Medan. Data yang di kumpulkan adalah data

penyulang pada TD II GI Glugur. Metode pengolahan data dilakukan secara

perhitungan manual.

Penelitian Tugas Akhir ini dilakukan dengan langkah kerja sebagai berikut:

Gambar 3.1 Blok Diagram Langkah Kerja Penelitian Pengumpulan Data

Menghitung Susut JTM

Menghitung Susut Trafo Distribusi

(47)

3.1 Pengumpulan Data

Pada tahap pengumpulan data, penulis melakukan kunjungan ke PT PLN

(PERSERO) Rayon Medan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan untuk

penyusunan tugas akhir ini. Data tersebut terdiri atas penyulang pada TD II GI

Glugur sebagai berikut.

Tabel 3.1 Penyulang pada TD II GI Glugur

Kode Nama Penyulang Daerah Pelayanan

GG 1 Gagak Jl. Sei Deli, Jl. H. Adam Malik

GG 2 Garuda Lr.XIV, Jl. Kl. Y. Sudarso, PLN Wilsu, Jl. P. Brayan, Jl. Bilal, Jl. B. Kemuliaan

GG 3 Elang Jl. Sei Deli, Jl. Sekambing, Jl. Waringin, Jl. Nibung, GH. Petisah

GG 4 Rajawali Stand By Plaza Carrefour

GG 5 Angsa

Jl. Kl. Y. Sudarso sebagian, Jl. Putri Hijau,

Gardu Ped Mounted Lurah Kesawan, Kantor

PLN Wil. Sumut, Rumkit, UPB

GG 6 Kaswari

Jl. H. Said ( POLRESTA ), Perum Jati Mas, Perg

Methodist, Jl. Sutomo Ujg, Jl. Adi Negoro

Poltabes, Jl. PHM. Yamin, Jl. Sentosa Lama, Jl.

Wahidin

GG 7 Merak Gardu PT. Sukarela, PT. Sinabung, PT. Golgon

GG 8 Merpati By Pass ke GH. Helvetia

3.2 Pengolahan Data

Pada tahap pengolahan data, penulis melakukan perhitungan susut teknis

pada jaringan distribusi secara manual. Perhitungan dilakukan secara berurutan

(48)

3.2.1 Pengolahan Data pada Jaringan Tegangan Menengah

Dalam tahap ini dilakukan langkah-langkah untuk mendapatkan susut

teknis pada penyulang 20 kV Jaringan Tegangan Menengah. Tahapan-tahapannya

adalah sebagai berikut :

\

a). Mencari kWH input per penyulang (EJTM) dengan rumus :

= ℎ

b). Mencari banyak transformator per penyulang dengan rumus :

= ℎ

c). Menghitung beban puncak per penyulang (Ein) dengan rumus :

=

d). Menghitung beban puncak per transformator (Eout) dengan cara :

=

e). Menghitung beban penyulang ekivalen (Eeq) dengan cara :

= + + /3

(49)

g). Menghitung rugi beban puncak per penyulang (PJTM) dengan cara :

=

1000 1.732 20

h). Menghitung faktor rugi pada JTM (LLFJTM) dengan cara :

= 0.3 + 0.7

i). Menghitung susut total pada JTM dengan cara :

= ℎ

3.2.1 Pengolahan Data pada Transformator Distribusi

Dalam tahap ini dilakukan langkah-langkah untuk mendapatkan susut

teknis pada transformator distribusi 20kV/380V. Tahapan-tahapannya adalah

sebagai berikut :

a). Mencari kWh input trafo (kWHin) dengan cara mengurangkan kWH input pada

JTM dengan susut yang terjadi pada JTM.

b). Menghitung kWH input per trafo (ETrafo) dengan cara :

=

c). Menghitung kapasitas rata-rata trafo (STrafo) dengan cara :

= ℎ

(50)

d). Menghitung beban puncak per trafo (kVATrafo) dengan cara :

=

e). Menghitung faktor rugi beban trafo (LLFTrafo)dengan cara :

= 0.3 + 0.7

f). Menghitung rugi beban trafo (PTrafo) dengan cara :

=

g). Menghitung susut total pada trafo dengan cara :

(51)

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS

4.1 Data

Data yang di ambil dalam penyelesaian tugas akhir ini adalah pada PT PLN

(PERSERO) Rayon Medan, daerah pelayanan TD II GI Glugur. Pada daerah

pelayanan ini, terdiri dari 8 buah penyulang 20 KV. Penyulang-penyulang tersebut

adalah :

a). Penyulang Gagak (GG1)

b). Penyulang Garuda (GG2)

c). Penyulang Elang (GG3)

d). Penyulang Rajawali (GG4)

e). Penyulang Angsa (GG5)

f). Penyulang Kaswari (GG6)

g). Penyulang Merak (GG7)

(52)
(53)

Data pertama yang diperoleh adalah data beban bulanan pada TD II GI

Glugur. Pada data ini diketahui besarnya daya yang diperlukan setiap bulannya.

Tabel 4.1 Beban Bulanan pada TD II GI Glugur

Bulan Beban Penyulang (MW) Total

GG1 GG2 GG3 GG4 GG5 GG6 GG7 GG8

Jul 12 2.98 5.20 5.03 0.00 1.06 2.42 1.58 5.76 24.15 Agu 12 0.95 8.06 4.72 0.00 0.99 2.35 0.99 5.72 23.77 Sep 12 0.87 8.00 4.80 0.00 0.93 2.35 1.30 5.34 23.59 Okt 12 0.99 0.82 4.78 0.00 1.02 2.33 1.31 5.62 24.08 Nov 12 0.88 7.83 4.66 0.00 0.74 2.32 1.16 5.58 23.17 Des 12 0.99 8.39 4.74 0.00 0.99 2.36 0.90 5.71 24.09 Jan 13 0.89 8.49 4.95 0.00 1.60 2.39 1.18 5.68 25.18 Feb 13 0.81 7.83 4.35 0.09 1.19 2.20 1.02 5.33 22.82 Mar 13 3.66 9.40 5.07 0.00 1.47 2.84 1.06 6.49 29.97 Apr 13 5.64 8.98 5.09 0.00 2.74 2.64 1.26 6.50 32.85 Mei 13 5.86 9.48 5.40 0.08 2.01 3.15 1.24 7.77 34.99 Jun 13 5.58 9.03 5.10 0.00 1.53 3.48 1.12 6.83 32.67

Dari tabel di atas dapat dibenntuk kurva beban sebagai berikut :

(54)

Dengan menggunakan pendekatan kurva beban, maka kWH input pada JTM

dapat kita tentukan. Caranya adalah dengan mengalikan daya total dengan interval

waktu dalam satu bulan, sehingga diperoleh kWH input sebagai berikut.

Tabel 4.2 kWH input pada TD II GI Glugur

Bulan Daya Total (MW) kWH input (kWH)

Jul 12 24.15 17388000

Agu 12 23.77 17114400

Sep 12 23.59 16984800

Okt 12 24.08 17337600

Nov 12 23.17 16682400

Des 12 24.09 17344800

Jan 13 25.18 18129600

Feb 13 22.82 16430400

Mar 13 29.97 21578400

Apr 13 32.85 23652000

Mei 13 34.99 25192800

(55)

Selain itu, ada beberapa parameter yang di peroleh yang nantinya akan

digunakan untuk perhitungan. Parameter-parameter tersebut seperti pada tabel

berikut ini.

Tabel 4.3 Parameter-parameter pada Penyulang JTM

Parameter Nilai

Jumlah Penyulang 8

Faktor Beban JTM (LFJTM) 0.63

Faktor Beban JTM (FKJTM) 0.85

Faktor Koreksi 1.00

Jumlah Transformator 187

Panjang JTM (km) 115.48

Tahanan penghantar (Ω /km) 0.098

Tabel 4.4 Parameter-parameter pada Transformator Distribusi

Parameter Nilai

Rugi Besi (Pbesi) 0.4

Rugi Tembaga(Pcu) 2.1

Faktor Beban Trafo (LFTrafo) 0.4

Faktor Kerja Trafo (FKTrafo) 0.8

Faktor Koreksi 1.00

Jumlah Transformator 187

(56)

4.2 Pengolahan Data

4.2.1 Perhitungan Susut Teknis pada JTM

Perhitungan susut teknis dilakukan dengan interval waktu per bulan. Secara

sistematis, maka susut teknis pada Jaringan Tegangan Menengah dapat dikerjakan

seperti berikut.

 Susut Teknis JTM Bulan Juli 2012

kWH input JTM (kWHin) : 17388000 kWH

Jumlah Penyulang : 8 buah

Faktor Beban JTM (LFJTM) : 0.63

Faktor Beban JTM (FKJTM) : 0.85

Jumlah Transformator : 187

Faktor Koreksi JTM : 1.00

Panjang JTM : 115.48 km

Tahanan Penghantar per km : 0.098 Ω /km

kWH input per penyulang (EJTM) :

= ℎ

ℎ =

17388000

8 = 2173500

Banyak Transformator per Penyulang :

= ℎ

(57)

Beban Puncak per Penyulang (Ein) :

= 2173500

= 2173631.88

24 30 0.63 0.85= 5637.25

Beban Puncak per Transformator (Eout) :

=

= 5637.25

23 1.00= 241.17

Beban penyulang ekivalen (Eeq) :

= + + /3

= (5637.25 + 5637.25 241.17 + 241.17 ) 3

= 3326.48

Panjang JTM per Penyulang (LJTM) :

=

ℎ =

115.48

8 = 14.44

Rugi Beban Puncak per Penyulang (PJTM)

=

(58)

= 14.44 0.098 1000

3326.48 1.732 20

= 13.05

Faktor Rugi JTM (LLFJTM) :

= 0.3 + 0.7

= 0.3 0.63 + 0.7(0.63) = 0.46683

Susut Total JTM :

= ℎ

= 24 30 8 13.05 0.46683

= 35078.18

 Susut Teknis JTM Bulan Agustus 2012

kWH input JTM (kWHin) : 17114400 kWH

Jumlah Penyulang : 8 buah

Faktor Beban JTM (LFJTM) : 0.63

Faktor Beban JTM (FKJTM) : 0.85

Jumlah Transformator : 187

Faktor Koreksi JTM : 1.00

Panjang JTM : 115.48 km

(59)

kWH input per penyulang (EJTM) :

= ℎ

ℎ =

17114400

8 = 2139300

Banyak Transformator per Penyulang :

= ℎ

=187

8 = 23.375≈23

Beban Puncak per Penyulang (Ein) :

= 2139300

= 2173631.88

24 30 0.63 0.85= 5548.55

Beban Puncak per Transformator (Eout) :

=

= 5548.55

23 1.00= 237.37

Beban penyulang ekivalen (Eeq) :

= + + /3

(60)

Panjang JTM per Penyulang (LJTM) :

=

ℎ =

115.48

8 = 14.44

Rugi Beban Puncak per Penyulang (PJTM)

=

1000 1.732 20

= 14.44 0.098 1000

3274.13 1.732 20

= 12.64

Faktor Rugi JTM (LLFJTM) :

= 0.3 + 0.7

= 0.3 0.63 + 0.7(0.63) = 0.46683

Susut Total JTM :

= ℎ

= 24 30 8 12.64 0.46683

(61)

Untuk perhitungan pada bulan lainnya, sama seperti di atas. Sehingga hasil

susut teknis pada JTM dapat ditunjukkan seperti tabel di bawah ini.

Tabel 4.5 Susut Teknis pada Jaringan Tegangan Menengah

Bulan kWHIn

Jul 12 17388000 2173500 3326.48 13.05 35078.18

Agu 12 17114400 2139300 3274.13 12.64 33982.95

Sep 12 16984800 2123100 3249.34 12.45 33470.22

Okt 12 17337600 2167200 3316.83 12.97 34875.12

Nov 12 16682400 2085300 3191.49 12.01 32289.02

Des 12 17344800 2168100 3318.21 12.98 34904.09

Jan 13 18129600 2266200 3468.35 14.18 38134.16

Feb 13 16430400 2053800 3143.28 11.65 31320.88

Mar 13 21578400 2697300 4128.14 20.09 54022.69

Apr 13 23652000 2956500 4524.83 24.14 64904.30

Mei 13 25192800 3149100 4819.60 27.38 73636.07

(62)

Dari tabel di atas dapat dibuat grafik susut teknis JTM per bulan sebagai

berikut.

Gambar 4.3 Grafik Susut Teknis pada JTM TD II GI Glugur

4.2.2 Perhitungan Susut Teknis pada Transformator Distribusi

Perhitungan susut teknis dilakukan dengan interval waktu per bulan. Secara

sistematis, maka susut teknis pada Transformator Distribusi dapat dikerjakan seperti

berikut.

 Susut Teknis Transformator Distribusi Bulan Juli 2012

(63)

Faktor Beban Trafo (LFTrafo) : 0.4

Faktor Kerja Trafo (FKTrafo) : 0.8

Faktor Koreksi : 1

Jumlah Transformator : 187

Jumlah Kapasitas Terpasang : 23995 kVA

kWH input per Trafo (ETrafo) :

=

=17352921.82

187 = 92796.37

Kapasitas Rata-rata (STrafo) :

= ℎ

=23995

187 = 128.32

Beban Puncak per Trafo (kVATrafo) :

=

= 92796.37 24 30 0.4 0.8

(64)

Faktor Rugi Beban Trafo (LLFTrafo) :

= 0.3 + 0.7

= 0.3 0.4 + 0.7(0.4)

= 0.232

Rugi Beban Trafo (PTrafo) :

= +

= 0.4 + 402.76

128.32 2.1 0.232

= 5.20

Susut Transformator :

= ℎ

= 24 30 187 5.20 0.232 1

(65)

 Susut Teknis Transformator Distribusi Bulan Agustus 2012

kWh input Trafo (kWHin) : kWH input JTM – Susut JTM

: 17114400 – 33982.95

: 17080417.05 kWH

Rugi Besi (Pbesi) : 0.4 kW

Rugi Tembaga(Pcu) : 2.1 kW

Faktor Beban Trafo (LFTrafo) : 0.4

Faktor Kerja Trafo (FKTrafo) : 0.8

Faktor Koreksi : 1

Jumlah Transformator : 187

Jumlah Kapasitas Terpasang : 23995 kVA

kWH input per Trafo (ETrafo) :

=

=17080417.05

187 = 91339.13

Kapasitas Rata-rata (STrafo) :

= ℎ

=23995

(66)

Beban Puncak per Trafo (kVATrafo) :

=

= 91339.13 24 30 0.4 0.8

= 396.44

Faktor Rugi Beban Trafo (LLFTrafo) :

= 0.3 + 0.7

= 0.3 0.4 + 0.7(0.4)

= 0.232

Rugi Beban Trafo (PTrafo) :

=

= 0.4 + 396.44

128.32 2.1 0.232

= 5.05

Susut Transformator :

= ℎ

= 24 30 187 5.05 0.232 1

(67)

Untuk perhitungan pada bulan lainnya, sama seperti di atas. Sehingga hasil

susut teknis pada trafo distribusi dapat ditunjukkan seperti tabel di bawah ini.

Tabel 4.6 Susut Teknis pada Transformator Distribusi

Bulan kWHIn

Jul 12 17352921.82 92796.37 402.76 5.20 162431.35

Agu 12 17080417.05 91339.13 396.44 5.05 157759.21

Sep 12 16951329.78 90648.82 393.44 4.98 155571.80

Okt 12 17302724.88 92527.94 401.60 5.17 161565.16

Nov 12 16650110.98 89038.03 386.45 4.82 150532.12

Des 12 17309895.91 92566.29 401.76 5.18 161688.75

Jan 13 18091465.84 96745.81 419.90 5.62 175465.63

Feb 13 16399079.12 87695.61 380.62 4.69 146401.15

Mar 13 21524377.31 115103.62 547.46 7.79 243182.11

Apr 13 23587095.70 126134.20 547.46 9.27 289515.05

Mei 13 25119163.93 134327.08 583.02 10.46 326670.78

(68)

Dari tabel di atas dapat dibuat grafik susut teknis Trafo Distribusi per bulan

sebagai berikut.

(69)

4.2.3 Komposisi Susut Teknis pada TD II GI Glugur

Dari analisa data di atas, maka dapat kita lihat komposisi susut teknis pada

TD II Glugur adalah sebagai berikut :

Tabel 4.7 Komposisi Susut Teknis TD II Glugur

Bulan Jul 12 17388000 35078.18 162431.35 197509.53 0.20% 0.93% 1.13%

Agu 12 17114400 33982.95 157759.21 191742.16 0.20% 0.92% 1.12%

Sep 12 16984800 33470.22 155571.80 189042.02 0.20% 0.92% 1.12%

Okt 12 17337600 34875.12 161565.16 196440.28 0.20% 0.93% 1.13%

Nov 12 16682400 32289.02 150532.12 182821.14 0.19% 0.90% 1.09%

Des 12 17344800 34904.09 161688.75 196592.84 0.20% 0.93% 1.13%

Jan 13 18129600 38134.16 175465.63 213599.79 0.21% 0.97% 1.18%

Feb 13 16430400 31320.88 146401.15 177722.03 0.19% 0.89% 1.08%

Mar 13 21578400 54022.69 243182.11 297204.8 0.25% 1.13% 1.38%

Apr 13 23652000 64904.30 289515.05 354419.35 0.27% 1.22% 1.49%

Mei 13 25192800 73636.07 326670.78 400306.85 0.29% 1.30% 1.59%

(70)

Gambar 4.5 Grafik Komposisi Susut Teknis pada TD II Glugur

Dari grafik komposisi di atas dapat dilihat bahwa susut teknis yang terjadi

pada penyulang JTM jauh lebih kecil daripada susut teknis yang terjadi pada trafo

distribusi. Susut teknis pada penyulang JTM berkisar sekitar 0.2 % sampai 0.3 %.

Sedangkan susut teknis pada trafo distribusi berada pada kisaran 0.8 % sampai 1.4 %

(71)

Gambar 4.6 Grafik Jumlah Susut Total pada TD II Glugur

Dari grafik di atas dapat kita lihat persentase susut pada Gardu Induk TD II

Glugur dari bulan Juli 2012 sampai dengan bulan Juni 2013. Persentase susut total

terbesar terjadi pada bulan Mei 2013, yaitu sekitar 1.6 %. Sedangkan persentase

(72)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian disimpulkan sebagai berikut :

1. Semakin besar beban yang di pikul jaringan, maka susut teknis juga akan

semakin besar

2. Susut teknis pada penyulang (JTM) lebih kecil daripada susut teknis pada

transformator distribusi 20kV/380V.

3. Penggunaan daya listrik pelanggan yang meningkat bervariasi dari waktu

ke waktu.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian ini, penulis menyarankan beberapa saran ataupun

masukan untuk penelitian selanjutnya yaitu :

1. Pada penelitian selanjutnya, penulis menyarankan untuk melakukan

pengilahan data menggunakan simulasi, agar hasilnya lebih akurat.

2. Pada penelitian selanjutnya, penulis mengharapkan perhitungan susut

menjadi lebih detail sampai ke Jaringan Tegangan Rendah (JTR) dan

(73)

DAFTAR PUSTAKA

[1] Gonen, Turan.Electric Power Distribution System Engineering. Singapura: McGraw-Hill Book Co-Singapore.

[2] Arifin, Zainal. 2007. Panduan Pengendalian Susut. Bandung : PT PLN (Persero)

[3] Zuhal. 1988.Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya. Jakarta : Gramedia

[4] Fachturochman, Agam. (2005, 5 Juli). Penyakit Parah PLN Inefesiensi Akibat

KKN dan Listrik Swasta. [Online]. Tersedia : http://agamfat.wordpress.com/2005/

07/05/penyakit-parah-pln-inefisiensi-akibat-kkn-dan-listrik-swasta/

[5] Kersting, William H. 2002. Distribution System Modeling and Analysis.. CRC Press LLC

(74)

LAMPIRAN

Gambar situasi penyulang GI Glugur

1.

Penyulang Garuda (GG2)

Jl. Budi Kemenangan

Jl. Merdeka Jl. Budi Keadilan

Jl. Pertempuran

Jl. Pendidikan

Jl. Perwira I Jl. Jemadi

Jl. Jati

Jl. Perwira II

Universitas

(75)
(76)

3. Penyulang Angsa (GG5)

PMT

GD.Kitlur GD.Candika

Lap. Benteng GD. DPRD II

(77)

Gambar

Gambar 2.1  Gambaran Umum Distribusi Tenaga Listrik
Gambar 2.2 Konfigurasi Jaringan Radial
Gambar 2.3 Konfigurasi Tie Line
Gambar 2.4 Konfigurasi Jaringan Loop
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada kenyataannya terdapat transformator distribusi yang jaraknya cukup jauh dari GI (Gardu Induk) sehingga terjadi tegangan jatuh (drop voltage) yang sampai pada sisi

Akibat dari sistem distribusi tegangan rendah yang tidak seimbang tentunya akan berpengaruh terhadap banyak hal, seperti kinerja transformator, panas berlebih pada fasa beban

Hasil saat analisa terdapat gangguan jatuh tegangan dengan menggunakan simulasi ETAP 12.6 dengan drop tegangan paling besar pada nilai tegangan 19,857 KV dengan jatuh tegangan

Setelah transformator sisipan (PH.0731) dipasang didapatkan perbaikan hasil rugi daya (losses) serta drop tegangan pada gardu distribusi M.235 dengan

Setelah Pemasangan Gardu Sisipan PAA 659 65 Tabel 4.18 Persentase Pembebanan Transformator Gardu Distribusi I.845 66 Tabel 4.19 Hasil Perhitungan Gardu Distribusi Kode I.258 67

Laporan akhir ini bertujuan untuk menyelidiki besarnya rugi tegangan, rugi daya dan efisiensi penyaluran pada sistem distribusi primer 20 kV di Gardu Induk

Data yang diperoleh pada salah satu transformator distribusi di Kartasura bermerek Unindo dengan kapasitas daya trafo 200 kVA pada nomor gardu BCB 1026 atau

Tegangan pada jaringan distribusi primer umumnya adalah 20 kV setelah diturunkan dari 150 kV melalui jaringan Transmisi di gardu induk (GI). Jaringan distribusi primer