• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Rencana Penambahan Jurusan Gardu Distribusi I.598 pada Penyulang Apel di PT PLN Rayon Rivai Palembang - POLSRI REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Rencana Penambahan Jurusan Gardu Distribusi I.598 pada Penyulang Apel di PT PLN Rayon Rivai Palembang - POLSRI REPOSITORY"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

6

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik111

Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah:

 Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat

(pelanggan), dan

 Merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan

dengan pelanggan.

Hal ini disebabkan karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi. Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik besar dengan tegangan dari 11 kV sampai 24 kV dinaikkan tegangannya oleh gardu induk dengan transformator penaik tegangan menjadi 70 kV, 154 kV, 220 kV atau 500 kV kemudian disalurkan melalui saluran transmisi. Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada saluran transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya adalah sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir (I2.R).

Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan transformator penurun tegangan pada gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh saluran distribusi primer. Dari saluran distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi mengambil tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan transformator distribusi menjadi sistem tegangan rendah, yaitu 220/380 Volt. Selanjutnya disalurkan oleh saluran distribusi sekunder ke konsumen-konsumen. Hal ini membuktikann bahwa sistem distribusi merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga listrik secara keseluruhan.

(2)

Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu digunakan tegangan setinggi mungkin, dengan menggunakan transformator step-up. Nilai tegangan yang sangat tinggi ini (HV, UHV, EHV) menimbulkan beberapa konsekuensi antara lain: berbahaya bagi lingkungan dan mahalnya harga perlengkapan-perlengkapannya, selain menjadi tidak cocok dengan nilai tegangan yang dibutuhkan pada sisi beban. Maka pada daerah-daerah pusat beban tegangan saluran yang tinggi ini diturunkan kembali dengan menggunakan transformator step-down. Akibatnya, bila ditinjau nilai tegangannya, maka mulai dari titik sumber hingga di titik beban, terdapat bagian-bagian saluran yang memiliki nilai tegangan berbeda-beda.

2.1.1 Pengelompokan jaringan distribusi tenaga listrik

Untuk kemudahan dan penyederhanaan, lalu diadakan pembagian serta pembatasan-pembatasan seperti pada Gambar 2.1:

Daerah I : Bagian pembangkitan (Generation)

Daerah II : Bagian penyaluran (Transmission), bertegangan tinggi (HV, UHV, EHV)

Daerah III : Bagian distribusi primer, bertegangan menengah (6 atau 20 kV).

Daerah IV : (Di dalam bangunan pada beban/konsumen), Instalasi, bertegangan rendah.

Berdasarkan pembatasan-pembatasan tersebut, maka diketahui bahwa porsi materi Sistem Distribusi adalah Daerah III dan IV, yang pada dasarnya dapat diklasifikasikan menurut beberapa cara, bergantung dari segi apa klasifikasi itu dibuat. Dengan demikian ruang lingkup Jaringan Distribusi adalah:

a. SUTM : terdiri dari tiang dan peralatan kelengkapannya, konduktor dan peralatan perlengkapannya, serta peralatan

pengaman dan pemutus.

b. SKTM : terdiri dari kabel tanah, indoor dan outdoor termination, batu bata, pasir dan lain-lain.

(3)

tempat transformator, LV panel, pipa-pipa pelindung, Arrester, kabel-kabel, peralatan grounding, dan lain-lain. d. SUTR :terdiri dari perlengkapan/ material yang sama yang

terda-pat pada SUTM dan SKTM. Yang membedakan hanya dimensinya.

(4)

2.1.2 Pembangkit tenaga listrik22

Pembangkit Tenaga Listrik adalah salah satu bagian dari sistem tenaga listrik, pada Pembangkit Tenaga Listrik terdapat peralatan elektrikal, mekanikal, dan bangunan kerja. Terdapat juga komponen-komponen utama pembangkitan yaitu generator, turbin yang berfungsi untuk mengkonversi energi (potensi) mekanik menjadi energi (potensi) listrik. Ada beberapa jenis pembangkit tenaga listrik yakni:

1. Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) 2. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

3. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 4. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)

5. Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) 6. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) 7. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) 8. Pembangkit Litrik Tenaga Nuklir (PLTN) 2.1.3 Saluran transmisi12

Saluran Transmisi merupakan media yang digunakan untuk mentransmisikan tenaga listrik dari Generator Station/ Pembangkit Listrik sampai distribution station hingga sampai pada konsumer pengguna listrik. Tenaga listrik di transmisikan oleh suatu bahan konduktor yang mengalirkan tipe Saluran Transmisi Listrik.

Berdasarkan sistem transmisi dan kapasitas tegangan yang disalurkan terdiri:

1. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 200kV-500kV 2. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 30kV-150kV

3. Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 30kV-150kV

2 Insya Ansyori.

(5)

2.1.4 Jaringan pada sistem distribusi primer3232

Jaringan Pada Sistem Distribusi tegangan menengah (Primer 20kV) dapat dikelompokkan menjadi lima model, yaitu Jaringan Radial, Jaringan hantaran penghubung (Tie Line), Jaringan Lingkaran (Loop), Jaringan Spindel dan Sistem Gugus atau Kluster.

1. Sistem radial

Merupakan jaringan sistem distribusi primer yang sederhana dan ekonomis. Pada sistem ini terdapat beberapa penyulang yang menyuplai beberapa gardu distribusi secara radial.

Gambar 2.2 Skema Saluran Sistem Radial

Namun keandalan sistem ini lebih rendah dibanding sistem lainnya. Kurangnya keandalan disebabkan kareana hanya terdapat satu jalur utama yang menyuplai gardu distribusi, sehingga apabila jalur utama tersebut mengalami gangguan, maka seluruh gardu akan ikut padam. Kerugian lain yaitu mutu tegangan pada gardu distribusi yang paling ujung kurang baik, hal ini dikarenakan jatuh tegangan terbesar ada di ujung saluran.

2. Jaringan hantaran penghubung (Tie line)

Sistem distribusi Tie Line seperti Gambar 2.3 digunakan untuk pelanggan penting yang tidak boleh padam (Bandar Udara, Rumah Sakit, dan lain-lain.)

(6)

Gambar 2.3 Skema Saluran Tie Line

3. Sistem loop

Tipe ini merupakan jaringan distribusi primer, gabungan dari dua tipe jaringan radial dimana ujung kedua jaringan dipasang PMT. Pada keadaan normal tipe ini bekerja secara radial dan pada saat terjadi gangguan PMT dapat dioperasikan sehingga gangguan dapat terlokalisir. Tipe ini lebih handal dalam penyaluran tenaga listrik dibandingkan tipe radial namun biaya investasi lebih mahal.

(7)

4. Sistem spindel

Sistem spindle menggunakan express feeder pada bagian tengah yang langsung terhubung dari gardu induk ke gardu hubung, sehingga sistem ini

tergolong sistem yang handal. dalam pembangunannya, sistem ini sudah memperhitungkan perkembangan beban atau penambahan jumlah konsumen sampai beberapa tahun ke depan, sehingga dapat digunakan dalam waktu yang cukup lama, hanya saja investasi pembangunannya juga lebih besar. proteksinya masih sederhana, mirip dengan sistem loop. pada bagian tengah penyulang biasanya dipasang gardu tengah yang berfungsi sebagai titik manufer ketika terjadi gangguan pada jaringan tersebut.

Gambar 2.5 Skema Saluran Sistem Spindel

5. Sistem cluster

(8)

Gambar 2.6 Skema Saluran Sistem Cluster

2.1.5 Jaringan sistem distribusi sekunder

Sistem distribusi sekunder seperti pada Gambar 2.7 merupakan salah satu bagian dalam sistem distribusi, yaitu mulai dari gardu transformator sampai pada pemakai akhir atau konsumen.

(9)

Melihat letaknya, sistem distribusi ini merupakan bagian yang langsung berhubungan dengan konsumen, jadi sistem ini berfungsi menerima daya listrik dari sumber daya (transformator distribusi), juga akan mengirimkan serta mendistribusikan daya tersebut ke konsumen. mengingat bagian ini berhubungan langsung dengan konsumen, maka kualitas listrik selayaknya harus sangat diperhatikan.

Sistem penyaluran daya listrik pada Jaringan tegangan rendah dapat dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut :

1. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) Jenis penghantar yang dipakai adalah kabel telanjang (tanpa isolasi) seperti kabel AAAC, kabel ACSR.

2. Saluran Kabel Udara Tegangan Rendah (SKUTR) Jenis penghantar yang dipakai adalah kabel berisolasi seperti kabel LVTC (Low Voltage Twisted Cable).ukuran kabel LVTC adalah : 2x10mm2, 2x16mm2, 4x25mm2, 3x 35mm2, 3x50mm2, 3x70mm2.

Penyambungan JTR menurut SPLN No.74 tahun 1987 yaitu sambungan JTR adalah sambungan rumah (SR) penghantar di bawah tanah atau di atas tanah termasuk peralatannya mulai dari titik penyambungan tiang JTR sampai alat

pembatas dan pengukur (APP)”.

Jaringan ini menggunakan tegangan rendah. Sebagaimana halnya dengan ditribusi primer, terdapat pula pertimbangan perihal keadaan pelayanan dan regulasi tegangan, distribusi sekunder yaitu jaringan tenaga listrik yang menyalurkan daya listrik dari gardu distribusi ke konsumen. Jaringan ini sering jaringan tegangan rendah. (Abdul Kadir, 2006)

(10)

1. Papan pembagi pada transformator distribusi;

2. Hantaran tegangan rendah (saluran distribusi sekunder); 3. Saluran Layanan Pelanggan (SLP) (ke konsumen/pemakai);

4. Alat Pembatas dan pengukur daya (kWH. meter) serta fuse atau pengaman pada pelanggan.

2.2 Gardu Distribusi

Yang dimaksud dengan Gardu Distribusi adalah suatu tempat/ bangunan instalasi listrik yang didalamnya terdapat alat-alat : Pemutus, penghubung, pengaman dan transformator distribusi untuk mendistribusikan tenaga listrik sesuai dengan kebutuhan tegangan konsumen.

Peralatan-peralatan ini adalah untuk menunjang mencapai pendistribusian tenaga listrik secara baik yang mencakup kontinuitas pelayanan yang terjamin, mutu yang tinggi dan menjamin keselamatan bagi manusia.

Fungsi Gardu Distribusi adalah sebagai berikut :

1. Menyalurkan/ meneruskan tenaga listrik tegangan menengah ke konsumen tegangan rendah;

2. Menurunkan tegangan menengah menjadi tegangan rendah selanjutnya disalurkan kekonsumen tegangan rendah;

3. Menyalurkan/ meneruskan tenaga listrik tegangan menengah ke gardu distribusi lainnya dan ke gardu hubung.

Gardu listrik pada dasarnya adalah rangkaian dari suatu perlengkapan hubung bagi :

a. PHB tegangan menengah; b. PHB tegangan rendah.

Masing-masing dilengkapi gawai-gawai kendali dengan komponen proteksinya. Jenis-jenis gardu listrik atau gardu distribusi didesain berdasarkan maksud dan tujuan penggunaannya sesuai dengan peraturan Pemda setempat, yaitu:

(11)

3. Gardu Distribusi tipe tiang portal, dan Distribusi tipe tiang cantol (Gardu Tiang);

4. Gardu Distribusi mobil tipe kios, dan Gardu Distribusi mobil tipe trailer (Gardu Mobil).

Komponen-komponen gardu : a. PHB sisi tegangan rendah; b. PHB pemisah saklar daya; c. PHB pengaman transformator; d. PHB sisi tegangan rendah; e. Pengaman tegangan rendah; f. Sistem pembumian;

g. Alat-alat indikator.

Instalasi perlengkapan hubung bagi tegangan rendah berupa PHB TR atau rak TR terdiri atas 3 bagian, yaitu :

1. Sirkit masuk + sakelar; 2. Rel pembagi;

3. Sirkit keluar + pengaman lebur maksimum 8 sirkit.

Spesifikasi mengikuti kapasitas transformator distribusi yang dipakai. Instalasi kabel daya dan kabel kontrol, yaitu KHA kabel daya antara kubikel ke transformator minimal 125 % arus beban nominal transformator. Pada beban konstruksi memakai kubikel TM single core Cu: 3 x 1 x 25 mm2 atau

3x1x35mm2. Antara transformator dengan rak TR memakai kabel daya dengan

(12)

Gambar 2.8 Contoh Gambar Monogram Gardu Distribusi

2.2.1 Gardu tipe tiang

Gardu Tiang, yaitu gardu distribusi yang bangunan pelindungnya/ penyangganya terbuat dari tiang. Dalam hal ini transformator distribusi terletak dibagian atas tiang. Karena transformator distribusi terletak pada bagian atas tiang, maka gardu tiang hanya dapat melayani daya listrik terbatas, mengingat berat transformator yang relatif tinggi, sehingga tidak mungkin menempatkan transformator berkapasitas besar di bagian atas tiang (± 5 meter di atas tanah). Untuk gardu tiang dengan transformator satu fasa kapasitas yang ada maksimum 50 KVA, sedang gardu tiang dengan transformator tiga fasa kapasitas maksimum 160 KVA (200 kVA). Transformator tiga fasa untuk gradu tiang ada dua macam, yaitu transformator 1x3 fasa dan transformator 3x1fasa.

2.2.2 Gardu tiang portal

(13)

Gambar 2.9 Gardu Tiang Tipe Portal

(14)

Gambar 2.11 Konstruksi Gardu Portal

2.2.3 Peralatan listrik pada gardu tiang

1. Peralatan hubung : - Fuse Cut Out 20 kv - Saklar pada rak TR 2. Peralatan proteksi

- Fuse Cut Out 20 kv - Lightning Arrester - NH Fuse

3. Kabel / penghantar

- Kawat penghubung dari jaring ke FCO

(15)

4. Pentanahan

- pentanahan kerangka / body peralatan

- pentanahan netral sisi tegangan rendah transformator - pentanahan arrester

2.2.4 Peralatan yang digunakan (komponen utama) pada gardu distribusi GTT

Secara umum komponen utama GTT adalah sebagai berikut :

1. Transformator : berfungsi sebagai transformator daya merubah tegangan menengah (20 kV) menjadi tegangan rendah (380/200) Volt; 2. Fuse Cut Out (CO): sebagai pengaman penyulang, bila terjadi

gangguan di gardu (transformator) dan melokalisir gangguan di transformator agar peralatan tersebut tidak rusak. CO di pasang pada sisi tegangan menengah (20 kV);

3. Arrester: sebagai pengaman transformator terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh sambaran petir dan switching (SPLN se.002/PST/73).

4. NH Fuse: sebagai pengaman transformator terhadap arus lebih yang terpasang di sisi tegangan rendah (220 Volt), untuk melindungi transformator terhadap gangguan arus lebih yang disebabkan karena hubung singkat dijaringan tegangan rendah maupun karena beban lebih; 5. Grounding Arrester: untuk menyalurkan arus ke tanah yang

disebabkan oleh tegangan lebih karena sambaran petir dan switching; 6. Graunding Transformator: untuk menghindari terjadi tegangan lebih

pada fasa yang sehat bila terjadi gangguan satu fasa ke tanah maupun yang disebutkan oleh beban tidak seimbang;

7. Grounding LV Panel: sebagai pengaman bila terjadi arus bocor yang mengalir di LV panel.

2.3 Transformator

(16)

tegangan tinggi ke tegangan rendah dan sebaliknya. Atau dapat juga diartikan mengubah tegangan arus bolak-balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip-prinsip induksi elektromagnet. Transformator terdiri atas sebuah inti, yang terbuat dari besi berlapis dan dua buah kumparan, yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder.

Transformator digunakan secara luas, baik dalam bidang tenaga listrik maupun elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem tenaga listrik memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap-tiap keperluan, misalnya kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya listrik jarak jauh.

Dalam bidang tenaga listrik pemakaian transformator dikelompokkan menjadi:

1. Transformator daya, yang biasa digunakan untuk menaikkan tegangan pembangkit menjadi tegangan transmisi;

2. Transformator distribusi, yang biasa digunakan untuk menurunkan tegangan transmisi menjadi tegangan distribusi;

3. Transformator pengukuran (transformator arus dan transformator tegangan).

2.3.1 Prinsip kerja transformator

(17)

maka mengalirlah arus sekunder jika rangkaian sekunder dibebani, sehingga energi listrik dapat ditransfer keseluruhan (secara magnetisasi).

Transformator dapat digunakan untuk menaikkan dan menurunkan tegangan. Turun dan naiknya tegangan pada sisi sekunder tergantung pada perbandingan jumlah lilitan kumparan.

N2 : Jumlah lilitan pada kumparan sekunder

N1 : Jumlah lilitan pada kumparan primer

V1 : Tegangan pada kumparan primer

V2 : Tegangan pada kumparan sekunder timbulGaya Gerak Listrik

E1 : Tegangan induksi pada kumparan primer

E2 : Tegangan induksi pada kumparan sekunder

a : Perbandingan transformator Dengan rumus persamaan:

………. (2.1)234

2.3.2 Jenis transformator (transformator distribusi)

Transformator yang umum dipergunakan untuk sistem distribusi adalah transformator 3 fasa dan satu fasa sedangkan transformator tiga fasa merupakan transformator yang paling banyak dipakai hal ini dikarenakan :

1. Untuk daya yang sama tidak memerlukan ruang yang besar; 2. Mempunyai nilai ekonomis;

3. Pemeliharaan persatuan barang lebih murah dan mudah. Menurut jenisnya transformator dibedakan :

 Over head transformator;  Underground transformator.

Over head Transformator terdiri dari : 1. Konvensional;

2. CSP(Completely Self Protection).

(18)

2.4 Pengertian Beban

Beban adalah suatu sirkuit akhir pemanfaatan dari suatu jaringan tenaga listrik, yang berarti tempat terjadinya suatu perubahan energi dari energi listrik menjadi energi lainnya, seperti cahaya, panas, gerakan, magnet, dan sebagainya. Tetapi beban dapat pula berupa suatu sirkuit yang bukan pemanfaatan akhir dari suatu jaringan tenaga listrik, tetapi berupa jaringan listrik yang lebih kecil dan sederhana, seperti beban dari jaringan tegangan tinggi adalah suatu gardu induk, dimana gardu induk belum berupa sirkit akhir dari pemanfaatan energy listrik. Juga untuk jaringan distribusi primer, bebannya adalah setiap transformator distribusi tetapi untuk pembahasan laporan ini bebannya adalah sirkit akhir dari pemanfaatan, karena pembahasan dititik beratkan pada transformator distribusi jenis tiang portal. Beban dari transformator distribusi ini berupa feeder – feeder satu fasa tegangan rendah yang secara langsung dapat dihubungkan dengan sirkit akhir pemanfaatan seperti rumah tinggal, pertokoan, dan industri kecil.

Beban merupakan sirkit akhir pemanfaatan dari jaringan tenaga listrik yang harus dilayani oleh sumber tenaga listrik tersebut untuk diubah menjadi bentuk energi lain. Oleh karena itu, pelayanan terhadap beban haruslah terjamin kontinuitasnya untuk menjaga kehandalan dari sistem tenaga listrik.

Untuk mencapai keadaan yang handal tersebut, suatu sistem tenaga listrik haruslah dapat mengatasi semua gangguan yang terjadi tanpa melakukan pemadaman terhadap bebannya.

2.4.1 Karakteristik beban

Dari pengelompokan beban tersebut secara periodik dapat dicatat besar-kecilnya beban setiap saat berdasarkan jenis beban pada tempat-tempat tertentu, sehingga dapat dibuat karakteristiknya.

1. Karakteristik beban untuk industri besar.

(19)

operasional industri. Selebihnya hampir kontinyu, selama 24 jam. Gambar 2.12 memperlihatkan karakteristik beban harian untuk industri besar yang umumnya, bekerja selama 24 jam.

Gambar 2.12 Karakteristik Beban untuk Industri Besar

2. Karakteristik beban untuk industri kecil.

Untuk beban harian pada industri kecil yang umumnya hanya bekerja pada siang hari saja perbedaan pemakaian tenaga listrik antara siang dan malam hari sangat mencolok, karena pada malam hari listrik hanya untuk keperluan penerangan malam. Gambar 2.13 memperlihatkan karakteristik beban harian untuk industri kecil yang hanya bekerja pada siang hari.

Gambar 2.13 Karakteristik Beban Harian untuk Industri Kecil yang Hanya Bekerja pada Siang Hari

3. Karakteristik beban daerah komersil.

(20)

Gambar 2.14 Karakteristik Beban Harian untuk Daerah Komersil

4. Karakteristik beban untuk rumah tangga

Pemakaian beban untuk keperluan rumah tangga dalam gambar 2.15 ialah karakteristik beban untuk rumah tangga yang mana tenaga listrik sudah merupakan kebutuhan. Misalnya penggunaan kompor listrik, seterika listrik, mesin cuci, kulkas, pemanas air listrik (heater), oven listrik, AC dan lain-lain. Rumah tangga yang pemakaian listriknya seperti tersebut diatas ialah rumah tangga dengan tarif R3 dan R4.

Gambar 2.15 Karakteristik Beban Harian Rumah Tangga

5. Karakteristik beban untuk penerangan jalan

Pemakaian beban untuk keperluan penerangan jalan adalah yang paling sederhana, karena pada umumnya tenaga listrik hanya digunakan mulai pukul 18.00 sampai dengan pukul 06.00. Gambar 2.16 memperlihatkan kurva beban harian penerangan jalan umum.

(21)

2.4.2 Pembebanan transformator

Menurut PT.PLN (Persero), transformator distribusi diusahakan agar tidak dibebani lebih dari 80 % atau dibawah 40 %. Jika melebihi atau kurang dari nilai tersebut transformator bisa dikatakan overload atau underload. Diusahakan agar transformator tidak dibebani keluar dari range tersebut. Bila beban transformator terlalu besar maka dilakukan penggantian transformator atau penyisipan transformator atau mutasi transformator. Rumus berikut dapat digunakan untuk melihat besar kapasitas transformator yang ada.

kVA beban = (IRx VR-N) + (ISx VS-N) + (ITx VT-N) ... (2.2)175

% Persentase beban Transformator = x 100 % ... (2.3)17

2.4.3 Pengukuran arus dan tegangan pada gardu distribusi

Pengukuran adalah suatu pembandingan antara suatu besaran dengan besaran lain yang sejenis secara eksperimen dan salah satu besaran dianggap sebagai standar. Dalam pengukuran listrik terjadi juga pembandingan, dalam pembandingan ini digunakan suatu alat Bantu (alat ukur). Alat ukur ini sudah dikalibrasi, sehingga dalam pengukuran listrikpun telah terjadi pembandingan. Sebagai contoh pengukuran tegangan pada jaringan tenaga listrik dalam hal ini tegangan yang akan diukur diperbandingkan dengan penunjukkan dari Voltmeter.

Pada pengukuran listrik dapat dibedakan dua hal, yaitu Pengukuran besaran listrik, seperti arus (Ampere), tegangan (Volt), daya listrik (Watt), dll. Dan Pengukuran besaran nonlistrik, seperti suhu, luat cahaya, tekanan, dll.

Dalam melakukan pengukuran, pertama harus ditentukan cara pengukurannya. Cara dan pelaksanaan pengukuran itu dipilih sedemikian rupa sehingga alat ukur yang ada dapat digunakan dan diperoleh hasil dengan ketelitian seperti yang dikehendaki. Juga cara itu harus semudah mungkin, sehingga diperoleh efisiensi setinggi-tingginya. Jika cara pengukuran dan alatnya sudah ditentukan, penggunaannya harus dengan baik pula. Setiap alat harus diketahui dan diyakini cara kerjanya. Dan harus diketahui pula apakah alat-alat yang akan

(22)

digunakan dalam keadaan baik dan mempunyai klas ketelitian sesuai dengan keperluannya. Jadi jelas pada pengukuran listrik ada tiga unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu cara pengukuran, orang yang melakukan pengukuran, alat yang digunakan.

Lalu, pada pengukuran arus dan tegangan di sebuah transformator, pengukuran dapat terlaksana dengan menggunakan langkah kerja yang tepat dan alat yang digunakan adalah alat yang sesuai kebutuhan.

2.4.4 Alat ukur pengukuran arus dan tegangan56

Alat ukur tang ampere atau dikenal juga dengan sebutan Ampere meter jepit bekerja dengan prinsip, yang sama dengan inti primer sebuah transformator arus. Dengan alat ukur tang ampere ini, pengukuran arus dapat dilakukan tanpa memutuskan suplai listrik terlebih dahulu. Konstruksi dari alat ukur tang ampere ini diperlihatkan pada Gambar 2.17

Gambar 2.17 Konstruksi dan Cara Kerja Tang Ampere

2.4.5 Langkah-langkahmeeting gardu distribusi

Pengukuran arus dan tegangan atau disebut meeting merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui besar arus dan tegangan pada setiap jurusan di gardu distribusi, serta pada rel busbar utamanya.

Untuk mengukur besarnya arus listrik ada berbagai macam alat yang digunakan, tetapi alat yang paling mudah untuk digunakan yaitu memakai tang ampere karena kita tidak perlu melakukan pengkabelan dan fleksibel bisa dipakai dimana saja.

Adapun langkah-langkah penggunaan tang ampere, yaitu sebagai berikut:

(23)

1. Posisikan switch pada posisi Amperemeter (A), karena selain untuk mengukur arus, tang ampere juga bisa di pakai untuk mengukur tahanan dan tegangan;

2. Adjusttang ampere sehingga menunjukan Angka nol;

3. Pilih skala yang paling besar dulu, bila hasil pengukuran lebih kecil maka pindahkan ke skala yang lebih kecil untuk hasil pengukuran yang lebih akurat;

4. Pilihlah jenis pengukuran yang akan kita lakukan, AC atau DC. Tapi, ada juga tang ampere yang hanya untuk mengukur AC saja, biasanya tang ampere jenis analog;

5. Kalungkan tang ampere ke salah satu kabel. Hasil pengukuran akan segera terlihat;

6. Geser html tahan untuk menahan hasil pengukuran ini;

7. Matikan posisi menahan, untuk melakukan pengukuran kembali. 2.5 Jaringan Tegangan Rendah

Sistem Distribusi Tenaga Listrik untuk Tegangan Rendah yang dikembangkan adalah sitem tegangan 220/380 Volt menggunakan penghantar Twisted Cable(TC).

Dalam desain Jaringan Tegangan Rendah (JTR) beberapa kriteria yang dipertimbangkan adalah :

a. Tegangan Jatuh. b. Susut Jaringan. c. Kerapatan Beban.

d. Keandalan pasokan tenaga listrik.

2.5.1 Jenis konstruksi saluran udara tegangan rendah (SUTR)167 a. Konstruksi tiang penyangga (TR-1)

Pada jaringan tegangan rendah yang lurus atau dengan sudut belok maksimum 15 derajat, dipakai konstruksi tiang penyangga atau penggantung kabel.

(24)

Gambar 2.18Single LineTR-1 Keterangan:

1)Suspension Clam Bracket 2)Suspension Clamp

3)Stainless Steel Strip0,75 Meter 4)Stopping Buckle

5)Plastic Strap

6)Protektip Plastic Strap0,5 Meter Gambar 2.19 Konstruksi Tiang Penyangga TR-1

b. Konstruksi tiang sudut (TR-2)

Jaringan dengan sudut belok lebih besar dari 15 derajat sampai dengan 90 derajat, dipakai konstruksi TR-2 ini.

Gambar 2.20Single LineTR-2 Keterangan: 1)Tension Bracket 2)Strain Clamp

3)Stainless Steel Strip0,75 Meter 4)Stopping Buckle

5)Plastic Strap

6)Protektip Plastic Strap0,5 Meter Gambar 2.21 Konstruksi Tiang Penyangga TR-2

c. Konstruksi tiang awal/akhir (TR-3)

(25)

A B

Gambar 2.22Single LineTR-3 di awal (A)/akhir (B)

Keterangan: 1.Tension Bracket 2.Strain Clamp

3.Stainless Steel Strip0,75 Meter 4.Stopping Buckle

5.Plastic Strap

6. PVC 2” –50 Cm 7.Link

8.Dead and tubes

9.Protektip Plastic Strap0,5 Meter Gambar 2.23 Konstruksi tiang awal/akhir (TR3)

d. Konstruksi tiang penegang (TR-5)

Secara umum pada setiap 5 gawang panjang jaringan lurus diperlukan konstruksi penegang, yang dikenal sebagai konstruksi TR-5.

Gambar 2.24 Konstruksi Tiang Penegang (TR-5)

Keterangan: 1.Tension Bracket 2.Strain Clamp

3.Stainless Steel Strip0,75 Meter 4.Stopping Buckle

5.Plastic Strap

(26)

2.5.2 Kabel twisted saluran udara tegangan rendah

Konfigurasi jaringan secara umum adalah radial, hanya pada kasus khusus dipergunakan sistem tertutup (loop). Saluran Udara Tegangan Rendah memakai penghantar jenis kabel pilin / Twisted Cable (NFAAX-T) dengan penampang berukuran luas penampang 35 mm2, 50 mm2dan 70 mm2serta penghantar tak

berisolasiAll Aluminium Conductor(AAC), All Aluminium Alloy Conductor(AAAC) dengan penampang 25 mm2, 35 mm2dan 50 mm2.

Kabel udara yang dipergunakan pada JTR merupakan kabel berinti tunggal dengan bentuk konduktor dipilin bulat, instalasi kabel ini sedemikian rupa sehingga hantaran kabel membentuk kabel pilin dimana beberapa kabel berinti tunggal saling dililitkan sehingga saling membentuk suatu kelompok kabel yang disebut dengantwisted cable.

Kabel pilin dipasang pada tiang saluran distribusi sekunder dengan peralatannya kira– kira 20 cm dibawah puncak tiang dengan kabel netral sebagai penyangganya, sehingga dengan demikian beban kabel pilin dipikul oleh kabel netral tersebut. Kabel pilin yang digunakan pada proyek kelistrikan terdiri atas enam buah kabel berinti tunggal dengan perincian sebagai berikut:

1. Kabel utama, terdiri atas tiga kabel fasa dan satu kabel netral 2. Dua kabel lainnya untuk hantaran lampu penerangan jalan

Terdapat 2 jenis konstruksi jaringan distribusi Tegangan Rendah sesuai dengan sistemnya.

1. Konfigurasi fasa 3 menggunakan kabel Pilin (twisted cable) dengan 3 penghantar fasa + 1 netral.

2. Konfigurasi fasa 2 menggunakan kabel Pilin (twisted cable) dengan 2 penghantar fasa + 1 netral atau penghantar BC atau AAAC.

(27)

2.6 Daya Listrik

Daya listrik didefinisikan sebagai laju hantaran energi listrik dalam sirkuit listrik. Dalam sistem listrik AC/Arus Bolak-Balik ada tiga jenis daya yang dikenal, yaitu:

2.6.1 Daya semu

Daya semu merupakan daya listrik yang melalui suatu penghantar transmisi atau distribusi. Daya ini merupakan hasil perkalian antara tegangan dan arus yang melalui penghantar.

V : Tegangan antar saluran (V) I : Arus Saluran (A)

2.6.2 Daya aktif

Daya aktif (daya nyata) merupakan daya listrik yang digunakan untuk keperluan menggerakkan mesin-mesin listrik atau peralatan lainnya. Daya aktif ini merupakan pembentukan dari besar tegangan yang kemudian dikalikan dengan besaran arus dan faktor dayanya.

Untuk 1 fasa : P = V x I x Cos Ø... (2.6)18

Untuk 3 fasa : P =√3 x VLx ILx Cos Ø...(2.7)18

Dimana:

P : Daya Nyata (Watt)

V : Tegangan antar saluran (V) I : Arus Saluran (A)

Cos Ø : Faktor Daya (standar PLN 0,85)

(28)

2.6.3 Daya reaktif

Daya reaktif merupakan selisih antara daya semu yang masuk pada penghantar dengan daya aktif pada penghantar itu sendiri, dimana daya ini terpakai untuk daya mekanik dan panas. Daya reaktif ini adalah hasil kali antara besarnya arus dan tegangan yang dipengaruhi oleh faktor daya.

Untuk 1 fasa : S = VLx ILx SinØ... (2.8)189

Untuk 3 fasa : S =√3VLx ILSinØ... (2.9)18

P : Daya Nyata (Watt)

V : Tegangan antar saluran (V) I : Arus Saluran (A)

Sin Ø : Faktor Daya

2.6.4 Segitiga daya

Dari bermacam daya diatas maka daya listrik digambarkan sebagai segitiga siku, yang secara vektoris adalah penjumlahan daya aktif dan reaktif dan sebagai resultannya adalah daya semu.

Gambar 2.26 Segitiga daya

2.7 Resistansi Penghantar

Resistansi adalah tahanan suatu penghantar baik itu pada saluran transmisi maupun distribusi yang menyebabkan kerugian daya. Maka besarnya resistansi pada jaringan listrik dapat dicari dengan rumus persamaan berikut:

18Ibid

P

(29)

R =

ρ

... (2.10)8410

Dimana :

R : Resistansi (Ω ),

l : Panjang kawat penghantar (m), A : Luas penampang kawat (m2), ρ : Tahanan jenis (Ω m).

Tahanan penghantar mempunyai suhu maksimum yang telah distandarkan oleh pabrik pembuatnya (maksimum 30°C untuk Indonesia), perubahan suhu sebesar 1°C dapat menaikkan tahanan penghantar. Perubahan tahanan nilai tahanan ini disebut koefisien temperatur dari tahanan yang diberi simbol α, nilai αdapat dilihat pada tabel di bawah ini. Perubahan nilai tahanan terhadap suhu, dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :

Rt2 = Rt1[1 + αtl(t2–t1)] ... (2.11)811

Dimana T0= Temperatur pada penghantar aluminium (0C )

R

t2

= R

tl ... (2.12)8

Dimana:

Rt2= resistan pada suhu t2 ( Ω / km)

Rt1= resistan pada suhu t1 ( Ω / km)

αt1 = koefisien temperature dari tahanan pada suhu 0,03931 untuk Cu pada suhu 12345ºC

0,03931 untuk Al pada suhu 12345ºC

t1 = suhu normal penghantar ( °C )

(30)

t2 = suhu yang ditentukan ( °C )

To = konstanta untuk penghantar tertentu : a. 234,5 untuk tembaga 100% Cu b. 241,0 untuk tenbaga 97% Cu c. 228 untuk aluminium 61 % Al

2.8 Model Saluran Distribusi

Saluran distribusi digambarkan melalui suatu model ekivalen dengan mengambil parameter rangkaian pada suatu basis per fasa. Tegangan terminal digambarkan dari saluran ke netral, arus dari satu fasa saluran sehingga sistem distribusi tiga fasa berkurang menjadi ekivalen sistem distribusi fasa tunggal.

Model saluran distribusi digunakan untuk menghitung tegangan, arus dan aliran daya daya yang dipengaruhi oleh panjang saluran. Model saluran distribusi diperoleh dengan mengalikan impedansi saluran persatuan panjang dengan panjang saluran.

Z = (r + jωL).l ... (2.13)1012 Z = R + jX ... (2.14)10

Dimana R dan X merupakan resistansi dan induktansi perfasa per satuan panjang, dan l merupakan panjang saluran.

Gambar 2.27 Rangkaian ekivalen saluran distribusi

Oleh karena arus rangkaian saluran distribusi merupakan hubungan seri maka arus ujung pengirim dan ujung penerima adalah sama

IS= IR... (2.15)10

(31)

Hal tersebut berbeda dengan model saluran dengan beban terhubung sepanjang saluran yaitu :

Gambar 2.28 Saluran Distribusi dengan Beban Terhubung Sepanjang Saluran

Berdasarkan gambar diatas maka didapatkan persamaan arus sesuai Hukum Kirchoff I yaitu

∑Imasuk=∑Ikeluar ... (2.16)1013

Sehingga didapatkan besar arus :

Is = I1+ (Ir1+ I2) = I1+ (Ir1+ Ir2+….. +In)... (2.17)10

2.9 Rugi Tegangan (Drop Voltage)

Salah satu kriteria yang dipertimbangkan dalam mendesain Jaringan Tegangan Rendah adalah tegangan jatuh, berdasarkan SPLN No.72 : 1987 batas drop tegangan yang diijinkan untuk Jaringan Tegangan Rendah (JTR) maksimum 4 % dari tegangan kerja.

Untuk mendapatkan besaran tegangan jatuh dalam batas tersebut maka pemilihan penghantar yang digunakan harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Jenis Penghantar

b. Luas penampang penghantar. c. Panjang Jaringan

d. Kerapatan beban

(32)

Selain pemilihan penghantar yang digunakan harus dibatasi besar arus beban yang mengalir sesuai dengan KHA (Kemampuan Hantar Arus) dari jenis penghantar agar batas tegangan jatuh yang diijinkan dapat tercapai.

Jenis penghantar untuk JTR ada dua macam menurut kontruksinya yaitu Open Wire (telanjang) danInsulated (berisolasi) sedang ditinjau dari bahan yang digunakan ada dua jenis yang umum digunakan yaitu dari bahan Tembaga (CU) dan dari bahan Aluminium (Al).

Untuk keandalan dan keamanan dalam penyaluran tenaga listrik penghantar JTR yang paling banyak digunakan saat ini dari jenis Insulated dibandingkan dengan kabel telanjang.

Jenis bahan penghantar berisolasi yang banyak digunakan adalah dari bahan aluminium (Al) karena lebih ringan namun daya hantarnya lebih rendah dibandingkan dengan dari bahan Tembaga (Cu).

Jenis, Luas dan panjang penghantar yang digunakan untuk JTR akan mempengaruhi besarnya Impedansi (Z) dari JTR, perkalian impedansi Z dengan arus yang mengalir akan didapatkan besarnya drop voltage pada JTR dan Berdasarkan rangkaian ekivalen saluran pada gambar (2.27) besarnya drop voltageyang terjadi pada saluran tersebut dapat dirumuskan :

(33)

Karena faktor panjang saluran (L) mempengaruhi impedansi saluran (Z) maka persamaan menjadi :

Δ V= I (R cosθ +jXsin θ). L... (2.22)1015 Maka untuk saluran distribusi pada saluran distribusi 3 fasa adalah :

Δ V = I . (R cosθ + jX sinθ). L ... (2.23)10 Keterangan :

Δ V = Drop tegangan (V) I = Arus saluran (A) Vs = Tegangan pengiriman (V) IR = Arus aktif

Vr = Tegangan penerimaan (V) IX = Arus reaktif

R =Resistansi saluran(Ω ) L = Panjang Saluran (km) X = Reaktansi saluran (Ω )

Dan berdasarkan model saluran pada gambar 2.28 untuk beban yang terhubung sepanjang saluran maka persamaandrop voltagedidapatkan :

Gambar 2.29Drop VoltageSaluran dengan Beban Terhubung Sepanjang Saluran

Δ V= I1(R1cosθ +jX1sin θ).L + I2(R2cosθ +jX2sin θ).L+ …… +

In(Rncosθ +jXnsin θ).L ... (2.24)10 Δ V=Δ V1+Δ V2+ …….+ Δ Vn... (2.25)10

Dandrop voltagedalam persentase :

%Δ V = x 100 % ... (2.26)10

(34)

2.10 Rugi Daya

Dalam mendesain JTR maka hal yang sangat penting diperhitungkan adalah batas maksimun susut yang akan terjadi pada jaringan tersebut. Untuk mencapai range losses tersebut maka desain JTR juga harus mempertimbangkan hal hal yang sama seperti pada saat menekan tegangan jatuh yaitu:

a. Jenis Penghantar yang digunakan b. Panjang Jaringan Tegangan Rendah c. Luas penampang

d. Pembatasan Jumlah beban yang tersambung sesuai dengan KHA penghantar

Berdasarkan gambar 2.27 rugi daya saluran timbul karena adanya komponen resistansi dan reaktansi saluran dalam bentuk rugi daya aktif dan reaktif. Rugi daya aktif yang timbul pada komponen resistansi saluran distribusi akan terdisipasi dalam bentuk energi. Sedangkan rugi daya reaktif akan dikembalikan ke sistem dalam bentuk medan magnet atau medan listrik.

Rugi daya yang dapat dicari menggunakan rumus :

Δ P =I2x R x L... (2.27)1216 Dan berdasarkan gambar 2.26 dengan beban terhubung pada sepanjang Saluran didapatkan persamaan rugi daya :

Δ P = I12x R1x L + I22x R2x L +…+ In2x Rnx L ... (2.28)1217

Maka untuk saluran distribusi pada saluran distribusi 3 fasa adalah :

Δ P =3 x I2x R x L... (2.29)12 Δ P = 3 x (I12x R1x L + I22x R2x L +…+ In2x Rnx L) ... (2.30)12

Dimana :

Δ P = Rugi daya (kw)

I = Arus yang mengalir (Ampere) R = Resistansi saluran (ohm)

(35)

2.11 Sistem Informasi Manajemen

Dalam perkembangan era teknologi, PT. PLN (Persero) juga turut andil dalam memanfaatkan teknologi tersebut. Salah satu teknologi yang diterapkan pada bidang distribusi adalah Sistem Informasi Manajemen. Sistem Informasi Manajemen adalah suatu perangkat lunak yang dapat digunakan untuk mengolah data setiap transaksi yang dilakukan. Berikut ini beberapa sistem informasi manajemen yang digunakan:

2.11.1 Geographic information system(GIS)118

Pada pemetaan jaringan di bidang distribusi PT. PLN (Persero), banyak proses untuk mengolah data agar jaringan dan aset perusahaan dapat terdata dengan baik. Geographic Information System adalah salah satu perangkat lunak untuk mengumpulkan, menyimpan, menampilkan, dan mengkorelasikan data spatial dari fenomena geografis untuk dianalisis, dan hasilnya dikomunikasikan kepada pemakai data, bagi keperluan pengambilan keputusan. Apalagi, Geographic Information System mempunyai kelebihan yaitu data Geographic Information System pada penggunaan lahan akan dapat disajikan dalam bentuk batas-batas luasan yang masing-masing mempunyai atribut penjelasan dalam bentuk tulisan maupun angka.

Gambar 2.30 Salah satu aplikasi GIS, ArcView GIS 3.3

(36)

Geographic Information System pada bidang distribusi PT. PLN digunakan pada sistem perencanaan dan dokumentasi pada suatu jaringan distribusi listrik yang merupakan teknik penyimpanan data spasial (lokasi) dan atribut secara sistematis, mengenai komponen jaringan baik yang sudah ada maupun yang sedang direncanakan. Serta kegunaan utama dari sistem informasi ini adalah untuk mendukung pengelolaan sistem distribusi berupa fungsi-fungsi perencanaan, operasi dan pemeliharaan. Secara sederhana, Geographic Information System bisa dikatakan sebagai pemetaan jaringan dan juga aset-aset PT. PLN (Persero).

Informasi yang disajikan oleh Geographic Information System bukan hanya dalam bentuk data teks yang statis, tetapi merupakan data spasial (keruangan) yang dinamis. Database Geographic Information System ini pada akhirnya akan membentuk sebuah Data Induk Jaringan (DIJ) yang merupakan database jaringan dan asset. Sebagai database jaringan dan asset, serta monitoring terhadap perpindahan lokasi asset. Data Induk Jaringan memegang peran penting dalam proses pengambilan keputusan di bidang distribusi. Data Induk Jaringan ini akan menjadi acuan bagi proses perencanaan, pemeliharaan dan operasi bidang distribusi.

Geographic Information System dalam bidang kelistrikan terkhusus distribusi mempunyai tujuan, yaitu:

1. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja yang ditunjang oleh data yang akurat, yang bukan saja merupakan data teks, tetapi juga didukung dengan data keruangan (spasial);

2. Meningkatkan kecepatan dalam hal pengambilan keputusan;

(37)

2.11.2 Sistem informasi manajemen trafo dan app2219

Aplikasi Sistem Informasi Manajemen yang digunakan oleh PT PLN (Persero) terbagi menjadi dua, yaitu Sistem Informasi Manajemen Trafo (SIM TRAFO) dan Sistem Informasi Manajemen APP/Pelanggan (SIM APP).

SIM TRAFO berisi informasi data-data beban Gardu Distribusi seperti data beban induk dan beban jurusan gardu distribusi, sehingga dapat memudahkan mengontrol beban agar tidak melebihi batas beban pada gardu distribusi PT PLN (Persero). Pengolahan data yang dilakukan untuk SIM TRAFO meliputi proses identifikasi Gardu Distribusi, proses data pengukuran beban yang dilakukan meliputi perhitungan jumlah pembebanan dan persentase pembebanan, kemudian pengolahan dan penyimpanan data-data pengolahan pada form yang disediakan. Penggunaan SIM TRAFO dapat dilihat pada prosedur yang terlampir.

Gambar 2.31 Aplikasi SIM TRAFO

SIM APP berisi informasi data-data pelanggan yang dilayani oleh gardu distribusi PT PLN (Persero), untuk SIM APP meliputi proses input data pelanggan, nomor ID pelanggan, alamat pelanggan, daya dan tarif pelanggan, hingga nomor gardu dan tiang yang melayani pelanggan. SIM APP dapat membantu pencatat meter mengambil data seperti memudahkan proses mutasi pelanggan. Penggunaan SIM APP dapat dilihat pada prosedur yang terlampir.

(38)

Gambar 2.32 Aplikasi SIM APP

Dengan menerapkan Aplikasi Sistem Informasi Manajemen sebagai perangkat lunak yang dapat mengolah seluruh data yang diinginkan, diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam melakukan proses pengolahan data, dan memudahkan pengontrolan pengelolaan data Gardu Distribusi dan data Pelanggan oleh petugas administrasi maupun petugas teknik.

2.12 ETAP (Electrical Transient Analysis Program) 2.12.1 Definisi ETAP620

ETAP (Electric Transient and Analysis Program) merupakan suatu perangkat lunak yang mendukung sistem tenaga listrik. Perangkat ini mampu bekerja dalam keadaan offline untuk simulasi tenaga listrik, online untuk pengelolaan data real-time atau digunakan untuk mengendalikan sistem secara real-time. Fitur yang terdapat di dalamnya pun bermacam-macam antara lain fitur yang digunakan untuk menganalisa pembangkitan tenaga listrik, sistem transmisi maupun sistem distribusi tenaga listrik.

Analisa tenaga listrik yang dapat dilakukan ETAP antara lain : a. Analisa aliran daya

b. Analisa hubung singkat c.Arc Flash Analysis

d. Analisa kestabilan transien, dll.

(39)

Dalam menganalisa tenaga listrik, suatu diagram saluran tunggal (single line diagram) merupakan notasi yang disederhanakan untuk sebuah sistem tenaga listrik tiga fasa. Sebagai ganti dari representasi saluran tiga fasa yang terpisah, digunakanlah sebuah konduktor. Hal ini memudahkan dalam pembacaan diagram maupun dalam analisa rangkaian. Elemen elektrik seperti misalnya pemutus rangkaian, transformator, kapasitor, bus bar maupun konduktor lain dapat ditunjukkan dengan menggunakan simbol yang telah distandardisasi untuk diagram saluran tunggal. Elemen pada diagram tidak mewakili ukuran fisik atau lokasi dari peralatan listrik, tetapi merupakan konvensi umum untuk mengatur diagram dengan urutan kiri-ke-kanan yang sama, atas-ke-bawah, sebagai saklar atau peralatan lainnya diwakili.

2.12.2 Standar simbol ETAP

ETAP memiliki 2 macam standar yang digunakan untuk melakukan analisa kelistrikan, ANSI dan IEC. Pada dasarnya perbedaan yang terjadi di antara kedua standar tersebut adalah frekuensi yang digunakan, yang berakibat pada perbedaan spesifikasi peralatan yang sesuai dengan frekuensi tersebut. Simbol elemen

listrik yang digunakan dalam analisa dengan menggunakan ETAP pun berbeda.

2.12.3Langkah menjalankan program ETAP 1. Mempersiapkan plant

Persiapan yang perlu dilakukan dalam analisa / desain dengan bantuan ETAP PowerStationadalah :

a. Single line diagram

b. Data peralatan baik elektris maupun mekanis c. Library untuk mempermudah editing data

Single line diagramtersebut membutuhkan data peralatan sesuai dengan data peralatan baik elektris maupun mekanis sebagai berikut :

a. Power Grid b. Generator c. Bus

(40)

e. Circuit Breaker f. Disconect Switch g. Lumped Load h. Motor Sinkron i. Motor Induksi j. High Filter k. Capacitor

l. Over Current Relay

m.Variable Frequency Drive(VFD) n. Charger

2. Membuat proyek baru

a. Klik tombol New atau klik menu File lalu akan muncul kotak dialog sebagai berikut :

Gambar 2.33Create New Project File

b. Lalu ketik namafile project. Misalnya : Pelatihan. Lalu klik Ok atau tekan Enter.

c. Akan muncul kotak dialog User Information yang berisi data pengguna software.

(41)

Gambar 2.34User Information

d. Anda telah membuat file proyek baru dan siap untuk menggambar one-line diagram di layar. Lalu buat One-line diagram seperti pada gambar dibawah dan isikan data peralatan.

3. Menggambarsingle line diagram

Menggambar single line diagram dilakukan dengan cara memilih simbol peralatan listrik pada menu bar disebelah kanan layar. Klik pada simbol, kemudian arahkan kursor pada media gambar. Untuk menempatkan peralatan pada media gambar, klik kursor pada media gambar.

Untuk mempercepat proses penyusunan single line diagram, semua komponen dapat secara langsung diletakkan pada media gambar. Untuk mengetahui kontinuitas antar komponen dapat di-cek dengan Continuity Check pada menu bar utama.

Pemakaian Continuity Check dapat diketahui hasilnya dengan melihat warna komponen/branch. Warna hitam berarti telah terhubung, warna abu-abu berarti belum terhubung.

4. Editingdata peralatan

-Bus

-Generator

-Cable

(42)

a. Induction Machine b. Static Load

c. Circuit Breaker d. Fuse

Data Peralatan yang diperlukan oleh Power Station untuk analisa sangat detail sehingga kadang membuat beberapa pengguna kesulitan dalam memperoleh data tersebut. Untuk mempermudah memasukkan data, maka harus diidentifikasikan terlebih dahulu keperluan data. Sebagai contoh, analisa hubung singkat membutuhkan data yang lebih kompleks daripada analisa aliran daya. Jadi tidak perlu memasukkan semua parameter yang diminta pada menu editor komponen oleh ETAPPower Station.

5. Melakukan studi/analisa

Dengan ETAP Power Station dapat dilakukan beberapa analisa pada sistem kelistrikan yang telah digambarkan dalam single line diagram. Studi-studi tersebut adalah :

1.Load Flow Analysis(LF) 2.Short Circuit Analysis(SC) 3.Motor Starting Analysis(MS) 4.Transient Stability Analysis(TS)

5.Cable Ampacity Derating Analysis(CD) 6.Power Plot Interface

6. Menyimpan file project(save project)

Masuk menu bar File, pilih Save atau click toolbar

7. Membuka file project(open project)

a. Masuk menu bar File, pilih Open File lalu tentukan direktori tempat menyimpan filenya (browse) atau click toolbar

(43)

Gambar 2.35 Membuka File Project

8. Mengcopy / menyalin file project

a. Masuk menu bar File, pilih Copy Project To lalu tentukan direktori tempat menyimpan filenya (browse)

b. Beri nama File Project yang dicopy kemudian click Save

Gambar 2.36 Mengcopy / Menyalin File Project

9. Menutup project (close project)

Klik menu File lalu klik Close Project atau kill toolbar Close.

10. Keluar dari program (exit program)

Gambar

Gambar 2.1 Pembagian/Pengelompokan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik
Gambar 2.2 Skema Saluran Sistem Radial
Gambar 2.5 Skema Saluran Sistem Spindel
Gambar 2.6 Skema Saluran Sistem Cluster
+7

Referensi

Dokumen terkait

digunakan transformator penurun tegangan ( step down ) yang berfungsi untuk menurunkan tegangan menengah 20 kV ke tegangan rendah 400/230 Volt. Gardu trafo distribusi

Setelah transformator sisipan (PH.0731) dipasang didapatkan perbaikan hasil rugi daya (losses) serta drop tegangan pada gardu distribusi M.235 dengan

Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan kembali menjadi 220 kV dengan transformator penurun tegangan pada gardu induk distribusi, kemudian dengan

Tegangan pada jaringan distribusi primer umumnya adalah 20 kV setelah diturunkan dari 150 kV melalui jaringan Transmisi di gardu induk (GI). Jaringan distribusi primer

Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV menggunakan transformator penurun tegangan pada gardu induk distribusi yang kemudian dengan sistem

Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 KV dengan transformator penurun tegangan pada gardu distribusi, kemudian dengan sistem tegangan

Dari saluran transmisi, tegangan akan diturunkan menjadi 20 KV dengan tafo penurun tegangan yang terdapat pada gardu induk disfribusi, kemudian dengan menggunakan sistem

Monitoring Gardu induk dan Gardu Distribusi dilakukan dengan cara mengukur tegangan, arus dan suhu dari gardu induk/distribusi oleh suatu peralatan elektronik