• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeliharaan Transformator Distribusi 1 Fase Di PT PLN (Persero) APJ Surakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemeliharaan Transformator Distribusi 1 Fase Di PT PLN (Persero) APJ Surakarta"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Kerja Praktek 1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang semakin pesat, memicu berkembangnya permintaan kebutuhan manusia akan tenaga listrik yang semakin besar. Baik dalam bidang industri, pembangunan, serta kebutuhan rumah tangga. Untuk itu diperlukan suatu pengelolaan sistem tenaga listrik yang baik dengan tujuan dapat mengoperasikan sistem secara ekonomis, dengan mutu dan keandalan yang memadai sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal.

Sebagai perusahaan penyuplai listrik yang membawahi sebelas rayon, PT PLN (Persero) APJ Surakarta selalu berusaha untuk terus meningkatkan kualitas dan kehandalan pasokan tenaga listrik serta mampu memberikan pelayanan yang optimal kepada pelanggan. Dalam mengoperasionalkan sistem kelistrikan tersebut, tentunya PT PLN (Persero) APJ Surakarta juga membutuhkan tenaga – tenaga dengan sumber daya manusia yang memiliki keahlian dan profesionalisme sebagaimana bidang yang ditekuni. Hal ini menjadi penting karena selain untuk menunjang kelancaran produksi juga diharapkan mampu melaksanakan pengelolaan dan pengembangan serta inovasi kedepan.

Dari tahun ke tahun beban yang disuplai oleh PT PLN (Persero) APJ Surakarta semakin meningkat. Dengan meningkatnya jumlah beban maka keandalan sistem distribusi beserta peralatan pendukungnya perlu diperhatikan. Salah satu langkah yang dilaksanakan oleh PT PLN (Persero) APJ Surakarta untuk menangani hal tersebut adalah dengan diadakannya pemeliharaan jaringan distribusi. Pada hakekatnya pemeliharaan jaringan distribusi merupakan suatu pekerjaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan jaminan bahwa suatu sistem atau peralatan akan berfungsi secara optimal, umur teknisnya meningkat dan aman baik bagi personil maupun bagi masyarakat umum.

Salah satu komponen penting dalam penyaluran jaringan distribusi tersebut adalah transformator. Kerusakan pada transformator distribusi menyebabkan kontinuitas pelayanan terhadap konsumen akan terganggu (terjadi pemutusan aliran

(2)

Laporan Kerja Praktek 2 listrik atau pemadaman). Pemadaman tersebut merupakan kerugian bagi PLN yang mengakibatkan banyak energi listrik yang hilang dan tidak tejual kepada konsumen.

Dalam kaitannya, Diploma Teknik Elektro, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta menjembatani mahasiswanya untuk melaksanakan kerja praktek sebagai penunjang kelengkapan teori (khususnya dalam bidang keahlian) yang sudah dipelajari di bangku perkuliahan, yang selanjutnya diharapkan dapat berperan secara professional sebagaimana bidang keahliannya. Dalam kesempatan ini kami selaku mahasiswa Diploma Teknik Elektro, Universitas Gadjah Mada melaksanakan kerja praktek di PT PLN (Persero) APJ Surakarta. Materi yang kami khususkan dalam pelaksanaan kerja praktek ini adalah pemeliharaan transformator distribusi 1 fasa secara offline di PT PLN (Persero) APJ Surakarta.

1.2 Tujuan Kerja Praktek

Memperhatikan keterkaitan terhadap hal-hal tersebut diatas, maka kerja praktek di PT PLN (Persero) APJ Surakarta ini memiliki tujuan yang antara lain : 1.2.1 Tujuan Umum :

1. Mempelajari lebih dalam dan membandingkan antara teori yang telah didapatkan di bangku perkuliahan dengan penerapannya di dunia kerja, serta hubungannya dengan teknologi yang berkembang dalam bidang industri.

2. Mengaplikasikan teori yang telah didapat di perkuliahan dan menerapkannya dalam dunia industri.

3. Sebagai sarana untuk belajar bersosialisasi di dalam dunia kerja yang berkaitan dengan perindustrian.

4. Melatih kerjasama dan kedisiplinan dalam dunia kerja. 5. Melihat secara langsung kegiatan di perusahaan atau industri. 1.2.2 Tujuan Khusus :

1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada jurusan Diploma Teknik Elektro Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada.

2. Mempelajari secara khusus mengenai pemeliharaan trafo distribusi 1 fasa secara offline di PT PLN (Persero) APJ Surakarta

(3)

Laporan Kerja Praktek 3 1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka rumusan masalah yang akan diangkat dalam laporan kerja praktek antara lain :

1. Faktor apakah yang menyebabkan diharuskannya dilakukan pemeliharaan transformator 1 fasa?

2. Bagaimanakah cara pemeliharaan yang dilakukan terhadap transformator 1 fasa dengan metode offline?

1.4 Batasan Masalah

Agar masalah yang dibahas pada penelitian ini tidak menyimpang dari maksud dan tujuannya maka dilakukan pembatasan masalah, yaitu :

1. Mengetahui secara umum pengertian dan bagian - bagian transformator distribusi 1 fasa

2. Mengetahui proses pemeliharaan transformator

3. Mengetahui pemeliharaan transformator distribusi 1 fasa secara offline

1.5 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek

Kerja praktek ini dilaksanakan pada tanggal 18 Januari 2016 sampai dengan 18 Juni 2016 dan bertempat di PT PLN (Persero) APJ Surakarta.

1.6 Metode Pengumpulan Data

Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini, metode yang digunakan dalam pengumpulan data meliputi :

1. Studi literature 2. Wawancara

(4)

Laporan Kerja Praktek 4 1.7 Sistematika Penulisan

Di dalam penyusunan laporan kerja praktek ini, sistematika penyusunan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakang, tujuan kerja praktek, rumusan masalah, batasan masalah, sistematika penulisan dan metode pengumpulan data.

Bab II : Profil Perusahaan

Pada bab ini dijelaskan tentang sejarah singkat, lokasi, struktur organisasi, serta visi dan misi PT PLN (Persero) APJ Surakarta

Bab III : Dasar Teori

Pada bab ini dijelaskan tentang teori sistem distribusi dan transformator distribusi 1 fasa secara umum.

Bab IV : Pemeliharaan Trafo Distribusi 1 Fasa

Pada bab ini dijelaskan tentang pemeliharaan transformator distribusi 1 fasa di PT PLN (Persero) APJ Surakarta khususnya pemeliharaan secara offline.

Bab V : Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil pelaksanaan kerja praktek yang telah dilakukan di PT PLN (Persero) APJ Surakarta.

(5)

Laporan Kerja Praktek 5 BAB II

PROFIL PT PLN (PERSERO) APJ SURAKARTA

2.1 Letak Geografis

Gambar 2.1 Letak Geografis PLN Surakarta

Kota Surakarta yang juga sangat dikenal sebagai Kota Solo, merupakan sebuah dataran rendah yang terletak di cekungan lereng pegunungan Lawu dan pegunungan Merapi dengan ketinggian sekitar 92 m diatas permukaan air laut. Dengan Luas sekitar 44 Km2, Kota Surakarta terletak diantara 110 45` 15″ – 110 45` 35″ Bujur Timur dan 70` 36″ – 70` 56″ Lintang Selatan. Kota Surakarta dibelah dan dialiri oleh 3 (tiga) buah Sungai besar yaitu sungai Bengawan Solo, Kali Jenes dan Kali Pepe. Sungai Bengawan Solo pada jaman dahulu sangat terkenal dengan keelokan panorama serta lalu lintas perdagangannya.

I. Batas Wilayah

Batas wilayah Kota Surakarta sebelah Utara adalah Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali. Batas wilayah sebelah Timur adalah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karangnyar, batas wilayah sebelah Barat adalah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karangnyar, sedang batas wilayah sebelah selatan adalah Kabupaten Sukoharjo. Surakarta terbagi dalam lima wilayah Kecamatan yang meliputi 51 Kelurahan.

(6)

Laporan Kerja Praktek 6 II. Iklim dan Cuaca

Suhu udara Maksimum Kota Surakarta adalah 32,5 derajad Celsius, sedang suhu udara minimum adalah 21,9 derajad Celsius. Rata-rata tekanan udara adalah 1010,9 MBS dengan kelembaban udara 75%. Kecepatan angin 4 Knot dengan arah angin 240 derajad. Solo beriklim tropis, sedang musim penghujan dan kemarau bergantian sepanjang 6 bulan tiap tahunnya.

2.2 Visi dan Misi PLN

PT.PLN mempunyai visi dan misi dalam menjalankan tugas-tugasnya dan dalam menghadapi era globalisasi.

2.2.1 Visi

“Diakui Sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh Kembang, Unggul dan Terpercaya Dengan Bertumpu Pada Potensial Insani”.

2.2.2 Misi

1. Menalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham. 2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas

kehidupan masyarakat.

3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.

4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

2.3 Motto

“Electricity For A Better Life”

(7)

Laporan Kerja Praktek 7 2.4 Penerapan Nilai – Nilai :

1. Saling Percaya (Mutual Trust) 2. Integritas (Integrity)

3. Peduli (Care)

4. Pembelajaran (Learner)

2.5 Lambang

Gambar 2.2 Lambang PLN

PT.PLN (Persero) menyadari makin pentingnya arti pembentukan citra perusahaan yang baik di mata masyarakat Indonesia sebagai mitra terpercaya dan handal sebagai penyelenggara sektor ketenagalistrikan di Indonesia.Makna logo adalah sebagai lambang identitas perusahaan serta sarana pencerminan nilai-nilai luhur perusahaan.Perlu dibuat suatu standar yang mengikat mengenai bentuk, ukuran dan warna serta tata cara penggunaanya.Logo PT.PLN (Persero) sebagai identitas perusahaan yang standar akan mampu meningkatkan citra perusahaan sebagai perusahaan berkelas dunia, khususnya di mata masyarakat Indonesia.

(8)

Laporan Kerja Praktek 8 2.5.1 Bentuk Lambang

Bentuk, warna dan makna lambang Perusahaan resmi yang dipergunakan adalah sesuai yang tercantum pada Lampiran Surat Keputusan Direksi Perusahaan Umum Listrik Negara No. : 031/DIR/76 Tanggal : 1 Juni 1976, mengenai Pembakuan Lambang Perusahaan Listrik Negara.

2.5.2 Elemen Dasar Lambang

1. Bidang Persegi Panjang Vertikal

Menjadi bidang dasar bagi elemen-elemen lambang lainnya, melambangkan bahwa PT PLN (Persero) merupakan wadah atau organisasi yang terorganisir dengan sempurna. Berwarna kuning untuk menggambarkan pencerahan, seperti yang diharapkan PLN bahwa listrik mampu menciptakan pencerahan bagi kehidupan masyarakat. Kuning juga melambangkan semangat yang menyala-nyala yang dimiliki tiap insan yang berkarya di perusahaan ini.

2. Petir atau Kilat

Melambangkan tenaga listrik yang terkandung di dalamnya sebagai produk jasa utama yang dihasilkan oleh perusahaan. Selain itu petir pun mengartikan kerja cepat dan tepat para insan PT PLN (Persero) dalam memberikan solusi terbaik bagi para pelanggannya. Warnanya yang merah melambangkan kedewasaan PLN sebagai perusahaan listrik pertama di Indonesia dan kedinamisan gerak laju perusahaan beserta tiap insan perusahaan serta keberanian dalam menghadapi tantangan perkembangan jaman.

Gb 2.3 Persegi

(9)

Laporan Kerja Praktek 9 3. Tiga Gelombang

Memiliki arti gaya rambat energi listrik yang dialirkan oteh tiga bidang usaha utama yang digeluti perusahaan yaitu pembangkitan, penyaluran dan distribusi yang seiring sejalan dengan kerja keras para insan PT PLN (Persero) guna memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya. Diberi warna biru untuk menampilkan kesan konstan (sesuatu yang tetap) seperti halnya listrik yang tetap diperlukan dalam kehidupan manusia. Di samping itu biru juga melambangkan keandalan yang dimiliki insan-insan perusahaan dalam memberikan layanan terbaik bagi para pelanggannya.

2.6 Sejarah Perusahaan Listrik Negara

Perusahaan Listrik Negara (disingkat PLN) adalah sebuah BUMN yang mengurusi semua aspek kelistrikan yang ada di Indonesia. Kelistrikan Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19 pada saat beberapa perusahaan Belanda mulai bermunculan antara lain pabrik gula dan pabrik teh. Pada tahun 1901 Belanda mendirikan perusahaan listrik dengan nama N.V. Soloces Electricet Mij (S.E.M) untuk keperluan sendiri. Kelistrikan untuk pemanfaatan umum mulai ada dengan N.V. Negn, semua bergerak di bidang gas kini memperluas usahanya di bidang listrik untuk umum, hal tersebut tidak berjalan lama sampai kurang lebih tahun 1942.

Pada tahun 1942 dengan menyerahkan Belanda kepada Jepang dalam Perang Dunia II, maka Indonesia dikuasi oleh Jepang. Oleh karena itu perusahaan listrik yang ada diambil alih oleh Jepang termasuk semua personil dalam perusahaan listrik tersebut. Hal inipun tidak berjalan dengan lama seperti halnya pada masa pemerintahan Belanda.

Tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945, diproklamasikannya kemerdekaan Bangsa Indonesia serta jatuhnya Jepang ke tangan sekutu, maka kesempatan yang baik ini dimanfaatkan oleh para pemuda serta buruh listrik dan gas, untuk

(10)

Laporan Kerja Praktek 10 mengambil alih perusahaan-perusahaan listrik dan gas yang dikuasi Jepang. Pada pertengahan 1945 perusahaan listrik dan gas yang semula dikuasi oleh Jepang kini dikuasi oleh Pemerintahan Indonesia dengan nama Jawatan Listrik dan Gas. Hal inipun tidak berjalan dengan lama pada tahun 1948 dengan adanya Agresi Militer Belanda I dan II sebagian besar perusahaan-perusahaan listrik dikuasi kembali oleh pemerintah Belanda atau dikuasainya oleh pemiliknya kembali, dengan nama N.V.S.E.M (Soloces Electricet Mij), masa ini berjalan sampai tahun 1958.

Perkembangan selanjutnya pada tahun 1989, tepatnya dengan Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 1959 tentang Badan Nasionalisasi Perusahaan Belanda yang dikenal dengan singkatan BANAS, yang bertugas menetapkan keseragaman kebijaksanaan dalam melaksanakan nasionalisasi, perusahaan milik Belanda yang mengandung maksud untuk menjalin koordinasi dalam pimpinan. Kebijaksanaan dan pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan Belanda yang dikenai nasionaliasi, agar dengan demikian produktifitasnya tetap dipertahankan. Sehingga landasan pembentukan Badan Nasionalisasi adalah peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 1959.

Sejalan dengan meningkatnya perjuangan Bangsa Indonesia untuk membebaskan Irian Jaya dari cengkeraman perjanjian Belanda, maka dikeluarkan Undang-Undang No. 86 Tahun 1958, tertanggal 30 Desember 1958 tentang nasionalisasi semua perusahaan-perusahaan Belanda dan Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1958 tentang perusahaan listrik dan gas milik Belanda. Dengan Undang-Undang tersebut, maka seluruh perusahaan listrik milik Belanda berada di tangan bangsa Indonesia. Berdasarkan Undang- Undang No. 86 Tahun 1958, Perusahaan Listrik dan Gas berubah menjadi Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sehingga pertengahan tahun 1960 dikeluarkan perpu No. 19 Tahun 1950 tentang perusahaan negara. Untuk mengarahkan pelaksanaan pasal 33 ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi “Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasi oleh negara”. Berdasarkan bunyi pasal di atas guna mencapai masyarakat adil dan makmur maka perlu segera diusahakan adanya keseragaman dalam cara mengurus, menguasai, serta bentuk dari perusahaan negara

(11)

Laporan Kerja Praktek 11 di kawasan ini dan perlu disinkronisasikan dengan baik dan bijaksana guna mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk meningkatkan taraf hidup rakyat. Untuk maksud dan tujuan tersebut diatas, dengan ketentuan-ketentuan dalam produksi dan distribusi harus dikuasai sedikit-dikitnya diawasi oleh pemerintah, sedangkan modal dan tenaga yang terbukti progesif diikutsertakan dalam pembanguan Indonesia.

Untuk melaksanakan UU No. 19 Perpu Tahun 1960 khususnya pasal 20 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi “Tiap-tiap Undang-undang menghendaki persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat” maka pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 67 Tahun 1961, tentang pendirian Badan Pimpinan Umum Perusahaan Milik Negara yang diserahi tugas untuk menyelenggarakan penguasaan dan pengurusan atas perusahaan-perusahaan milik negara yang berusaha di bidang listrik dan gas milik Belanda yang telah dikenakan nasionaliasi berdasarkan UU No. 86 Tahun 1959.

Pada pertengahan tahun 1965 pemerintah mengeluarkan peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1965 tentang:

1. Pembubaran Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara yang dibentuk berdasarkan PP No. 67 Tahun 1961.

2. Pendirian Perusahaan Listrik Negara dan Perusahaan Gas Negara

Berdasarkan pertimbangan dan alasan dasar dari pembubaran BPU PLN yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah No. 67 tahun 1961 dan pendirian PLN dan PGN ini tidak lain dan tidak bukan semata-mata untuk mempertinggi daya guna dan industri gas sebagai satu kesatuan usaha di bidang ekonomi yang berfungsi menyelenggarakan kemanfaatan umum.

Perkembangan selanjutnya pada tahun 1967 dikeluarkan Instruksi Presiden RI No. 17 Tahun 1967 tentang pengaruh dan penyederhanaan perusahaan negara ke dalam tiga bentuk usaha negara, karena terdapat banyak sekali perbedaan-perbedaan dalam bentuk, status hukum, organisasi, sistem kepegawaian, administrasi keuangan dari perusahaan-perusahaan milik negara, maka Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1960 dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan

(12)

Laporan Kerja Praktek 12 keadaan dewasa ini hingga perlu ditinjau kembali dan diganti. Adapun tiga bentuk pokok usaha negara yang dimaksud diatas ialah sebagai bentuk:

1. Perusahaan Jawatan disingkat PERJAN (Department Agency) 2. Perusahaan Umum disingkat PERUM (Public Corporation) 3. Perusahaan Persero disingkat PERSERO (Public/State Company)

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 1969 tentang bentuk-bentk usaha negara yang kemudian dijadikan Undang-Undang No. 9 Tahun 1960. Pada tahun 1972 pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1972 tentang Perusahaan Umum Listrik Negara berdasarkan UU No. 19 Perpu Tahun 1965 dengan berdasarkan pada PP No. 18 Tahun 1972, ini ditetapkan statusnya menjadi Perusahaan Umum Listrik Negara (PERUM PLN) dan diubah pula anggaran dasarnya mengenai status, hak, dan wewenang serta tanggung jawab. Setelah banyak mengalami perusahaan bentuk usaha sejalan dengan waktu, tepatnya pada tahun 1974 sampai sekarang berdasarkan PP No. 23 Tahun 1994 dan Akta Notaris Soetjipto, SH No. 169 tertanggal 30 Juli 1994 di Jakarta, status PLN berubah dari Peruahaan Umum (PERUM) menjadi Perseroan Terbatas (Persero). Dalam kelanjutannya, Akta Notaris tersebut diubah dengan dengan Akta Notaris Ny. Indah Fatmawati, SH Nomor 70 tangal 27 Januari 1998 dan status Perusahaan Ketenagalistrikan di Surakarta bernama PT. PLN (Persero) Cabang Surakarta.

Pada tanggal 10 April 2001 berdasarkan Keputusan General Manager PT. PLN (Persero) Unit Bisnis Distribusi Jawa Tengah dan Yogyakarta No. 038.K/021/PD.II/2001, tentang Pembentukan Organisasi Area Pelayanan dan Pelanggan, mulai 1 Juni 2001 PT. PLN (Persero) yang dahulu menggunakan nama PT. PLN (Persero) Cabang Surakarta berubah menggunakan nama PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Pelanggan Surakarta. Dan untuk selanjutnya, mulai Agustus 2004 sampai dengan sekarang PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Pelanggan berubah nama menjadi PT. PLN (Persero) Area Pelayanan dan Jaringan Surakarta.

(13)

Laporan Kerja Praktek 13 2.7 Struktur Organisasi

(14)

Laporan Kerja Praktek 14 2.8 Peran dan Tugas

2.8.1 Tugas Pokok Manajer Area Pelayanan dan Jaringan Bertanggung jawab atas pengelolaan , pendistribusian dan penjualan tenaga listrik pelayanan pelanggan, pengadaan barang & jasa, administrasi keuangan dan sumber daya manusia untuk mencapai target kinerja serta membina lingkungan & K2, hubungan kerja, kemitraan dan komunikasi yang efektif dan efisien guna menjaga citra perusahaan untuk mewujudkan Good Corporate Governance.Adapun tanggung jawab utama dari Manajer Area Pelayanan dan Jaringan adalah sebagai berikut :

1. Mengkoordinasikan tugas untuk mencapai target kinerja perusahaan. 2. Mengevaluasi perkiraan kebutuhan energy listrik dan pendapatan

penjualan tenaga listrik (bottom – up load forecast) untuk merencanakan pengusahaan ketenagalistrikan.

3. Mengkoordinasikan pengendalian operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi untuk mempertahankan keandalan pasokan energi tenaga listrik.

4. Mengkoordinasikan penjualan tenaga listrik dan menjamin mutu keandalan

5. Mengkoordinasikan pelaksanaan Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL) untuk menekan losses.

6. Mengkoordinasikan pelaksanaan Keselamatan Ketenagalistrikan (K2) dan Keamanan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

7. Mengkoordinasikan pelaksanaan penyambungan baru, perubahan daya, administrasi pelanggan, pembacaan meter, proses rekening, pengelolaan piutang pelanggan.

8. Mengkoordinasikan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa untuk mendukung operasional kegiatan perusahaan hak dan kewajiban pelanggan, Tingkat Mutu Pelayanan (TMP) untuk peningkatan citra perusahaan.

(15)

Laporan Kerja Praktek 15 untuk tercapainya sinergi yang positif antara manajemen dan Serikat Pekerja dalam mengelola perusahaan.

10. Mengkoordinasikan penerimaan dan pengeluaran dana imprest dan receipt untuk kelancaran operasional perusahaan.

11. Mengkoordinasikan pengelola sumber daya manusia (SDM) untuk memenuhi target dan citra perusahaan.

12. Mengkoordinasikan pelaksanaan kerjasama dengan stakeholder, penandatanganan dan pertanggungjawaban aspek hukum sesuai dengan kewenangan di wilayah kerjanya.

13. Mengkoordinasikan kegiatan kesekretariatan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan aset perusahaan di wilayah kerjanya.

14. Mengevaluasi pencapaian kinerja unit asuhanya secara berkala.

2.8.2 Tugas Pokok Asisten Manajer Pelayanan danAdministrasi

Mengkoordinasikan program pemasaran, pelayanan pelanggan, penagihan serta pengawasan kredit pengelolaan SDM, Keuangan , administrasi umum untuk meningkatkan pendapatan dan pelayanan pelanggan dalam rangka pencapaian kinerja perusahaan. Adapun tanggung jawab utama dari Asisten Manajer Pelayanan dan Administrasi adalah sebagai berikut :

1. Mengkoordinasikan kegiatan pemasaran, pelayanan pelanggan, keuangan, SDM dan sarana.

2. Mengkoordinasikan kegiatan pasang baru dan perubahan daya sesuai kewenangan.

3. Melakukan pemetaan calon pelanggan dan pelanggan untuk perencanaan strategi pemasaran.

4. Mengevaluasi data perkembangan daerah sebagai bahan untuk kajian program pemasaran.

5. Memverifikasi Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL) sesuai kewenangan.

(16)

Laporan Kerja Praktek 16 Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T) dan atau Pengelolaan dan Pengawasan Arus Pendapatan Secara Terpusat (P2APST).

7. Mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan administrasi pelanggan yang meliputi data induk pelanggan (DIL) dan pengendalian data induk saldo (DIS).

8. Memonitoring kegiatan penagihan dan pengawasan kredit.

9. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan hubungan industrial untuk meningkatkan efektifitas komunikasi perusahaan.

10. Menyusun usulan formasi tenaga kerja (FTK) termasuk tenaga outsourcing untuk efisiensi penggunaan tenaga kerja.

11. Menyusun usulan peningkatan kompetensi SDM dan merencanakan usulan diklat/kursus.

12. Menkoordinasikan pelaksanaan kegiatan pengelolaan administrasi umum (kesekretariatan, pelayanan umum), pengelolaan fasilitas kantor serta keamanan & K3.

13. Memverifikasi perhitungan pajak penghasilan (PphPs.21) pegawai dan pensiunan.

14. Melakukan verifikasi dan validasi serta persetujuan terhadap kelengkapan bukti-bukti , tentang kesesuaian persyaratan berkas tagihan dan menyetujui pembayaran sesuai kewenangan.

15. Melakukan rekonsiliasi dengan pihak-pihak yang terkait atas penerimaan dan pengeluaran.

16. Melakukan pengendalian biaya operasi perusahaan untuk mendapatkan efisiensi biaya perusahaan.

17. Merencanakan kebutuhan kas jangka pendek dan mengkoordinasikan pelaksanaan kas opname secara berkala untuk pengamanan fisik kas. 18. Mengkoordinasikan kegiatan pembukuan sesuai dengan pedoman

perusahaan.

(17)

Laporan Kerja Praktek 17 2.8.3 Tugas Pokok Asistan Manajer Transaksi Energi

Mengkoordinasikan pengelolaan APP, Tata Usaha Langganan / TUL pada fungsi pembacaan meter, pengelolaan transaksi energi listrik sampai dengan proses rekening, evaluasi transaksi energi antar unit dan P2TL serta pemeliharaan meter transaksi untuk mendukung tercapainya target kinerja dan kesesuaian transaksi energi.Adapun tanggung jawab utama dari Asisten Manajer Transaksi Energi adalah sebagai berikut :

1. Menyusun Program Rencana Kerja (PRK) untuk kegiatan pengelolaan APP, penekanan susut dan P2TL.

2. Mengkoordinasikan pemasangan, pembacaan dan evaluasi APP pelanggan TM, transaksi antar unit dan IPP/excess power

3. Memonitor dan mensupervisi pemasangan, pembacaan dan evaluasi APP TR.

4. Mengkoordinasikan pengendalian APP untuk memastikan akurasi pengukuran transaksi tenaga.

5. Mengkoordinasikan pemeliharaan APP, baik korektif maupun preventif. 6. Mengkoordinasikan proses pembuatan rekening penjualan tenaga listrik

dan penerbitan stroom.

7. Memverifikasi hasil transaksi energi pelanggan pasca dan prabayar (prepaid) dan APP antar unit serta IPP/excess power

8. Mengevaluasi dan memetakan kinerja susut, penertiban dan pemutakhiran data PJU.

9. Mengkoordinasikan kegiatan P2TL.

10. Mengkoordinasikan pengelolaan Automatic Meter Reading (AMR). 11. Mengelola kebutuhan dan mengendalikan pemakaian segel serta matris

Segel.

2.8.4 Tugas Pokok Asisten Manajer Konstruksi

Mengkoordinasikan pengendalian dan pelaksanaan kegiatan konstruksi Pembangunan Jaringan distribusi dan Pembangkitan Tenaga Listrik Mikro Hidro (PLTM) serta melaksanakan administrasi logistik untuk menjamin

(18)

Laporan Kerja Praktek 18 penyelesaian pekerjaan pengembangan jaringan distribusi meliputi pengadaan, perencanaan dan pengendalian konstruksi, penyambungan dan logistik

1. Mengkoordinasikan pengendalian pekerjaan Pembangunan Jaringan Distribusi untuk penyambungan baru, efisiensi, mutu dan keandalan sistem distribusi dan PLTM sesuai jadwal dan ketentuan yang berlaku. 2. Mengkoordinasikan ketersediaan material .

3. Mengkoordinasikan rekonsiliasi stock opname material. 4. Memastikan proses Tata Usaha Logistik sesuai prosedur. 5. Monitoring pelaksanaan pengadaan barang dan jasa.

6. Mengevaluasi dan mengkoordinir penyelesaian pekerjaan konstruksi dan melakukan commisioning test untuk pelaksanaan penyambungan.

7. Melakukan Serah Terima Fisik Teknik (STFT).

8. Melakukan pengendalian pelaksanaan pekerjaan konstruksi

2.8.5 Tugas Pokok Asisten Manajer Jaringan

Mengkoordinasikan rencana dan pelaksanaan Operasi system Distribusi, Pemeliharaan Jaringan Distribusi, PDKB dan Pembangkitan Tenaga Listrik Mikro Hidro (PLTM) untuk menjamin mutu dan keandalan jaringan distribusi.Adapun tanggung jawab utama dari Asisten Manajer Jaringan adalah sebagai berikut :

1. Menyusun Program Rencana Kerja (PRK) untuk kegiatan operasi system Distribusi dan pemeliharaan jaringan distribusi.

2. Mengevaluasi rencana dan pelaksanaan Operasi system Distribusi dan Pemeliharaan Jaringan Distribusi, PDKB, dan PLTM.

3. Melakukan monitoring dan mengevaluasi kinerja proteksi jaringan distribusi.

4. Melakukan monitoring dan mengevaluasi kinerja pelayanan teknik. 5. Melakukan verifikas dan validasi asset distribusi secara periodik.

6. Menyusun dan mengkoordinasikan pelaksanaan SOP untuk setiap pekerjaan Operasi, Pemeliharaan Jaringan Distribusi, dan PDKB.

(19)

Laporan Kerja Praktek 19 7. Melakukan pengendalian operasi system Distribusi dan pemeliharaan

Jaringan Distribusi.

8. Melakukan evaluasi pelaksanaan SOP Operasi system Distribusi dan Pemeliharaan Jaringan Distribusi guna tercapainya Zero Accident.

9. Melakukan koordinasi dengan unit atau instansi terkait dalam rangka operasi sistem Distribusi dan pemeliharaan Jaringan Distribusi.

2.8.6 Tugas Pokok Asisten Manajer Perencanaan & Evaluasi

Mengkoordinasikan pencapaian target Kinerja Perusahaan, rencana dan evaluasi kegiatan perusahaan, mulai dari RUPTL, RKAP, LKAO, LKAI, Prakiraan beban, Master plan Jaringan Distribusi dan Kelayakan Pembangunannya, mapping data jaringan dan pelanggan serta mengaplikasikan sistem Teknologi Informasi untuk menunjang kegiatan Operasional.Adapun tanggung jawab utama dari Asisten Manajer Perencanaan & Evaluasi adalah sebagai berikut :

1. Mengkoordinasikan penyusunan dan pencapaian target Kinerja Perusahaan.

2. Mengkoordinasikan penyusunan RKAP, LKAO dan LKAI.

3. Menyusun data dukung untuk penyusunan Prakiraan Beban dan Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL).

4. Menyusun dan mengevaluasi (KKO,KKF dan ERM) Usulan Anggaran Investasi (AI) dan Anggaran Operasi (AO) system distribusi.

5. Mengkoordinasikan Master Plan Pengembangan Jaringan Distribusi dan Scada.

6. Menyusun rencana perluasan jaringan distribusi untuk PB/PD serta pembangunan Listrik Perdesaan.

7. Memonitor dan mengevaluasi implementasi aplikasi, pemeliharaan sistem informasi.

8. Mengkoordinasikan penyusunan dan updating mapping data jaringan dan pelanggan.

(20)

Laporan Kerja Praktek 20

2.9 Batas Wewenang

PT.PLN (Persero) Area Surakarta berada ditengah kota Budaya di Jawa Tengah yaitu Kota Surakarta, dimana memiliki luas wilayah 4.051,75 km² yang mencakup 1 Kota dan 5 Kabupaten yaitu :

1.Kota Surakarta 2.Kota Sukoharjo 3.Kabupaten Wonogiri 4.Kabupaten Karanganyar 5.Kabupaten Sragen

6.Sebagian kecil Kabupaten Boyolali dan Klaten

PT.PLN (Persero) Area Surakarta merupakan salah satu dari 11 kantor Area yang terdapat di wilayah Jawa Tengah setelah Semarang, Pekalongan, Yogyakarta, Klaten, Surakarta, Purwokerto, Cilacap, Tegal, Magelang dan Kudus . Sebagai kantor Area, PLN Surakarta bertanggung jawab serta membawahi segala urusan yang berkenaan dengan kelistrikan sampai dengan titik pemakaian konsumen. Untuk mempermudah dalam pengontrolan jaringan listrik serta memperlancar tugas-tugas administratif dan teknis. Area Surakarta membawahi 11 unit Rayon yaitu :

1.Rayon Surakarta Kota bertempat di Jl.Arifin No.11 Surakarta. 2.Rayon Manahan bertempat di Jl.M.T.Haryono No.26 Surakarta. 3.Rayon Kartasura bertempat di Jl.Indronoto No.201 Ngabean.

4.Rayon Sukoharjo bertempat di Jl.Jakgung R.Suprapto No.5 Sukoharjo. 5.Rayon Grogol bertempat di Jl.Langenharjo No.462 Sukoharjo.

6.Rayon Wonogiri bertempat di Jl.Prof.Dr.Ir.Sutami Wonogiri. 7.Rayon Jatisrono bertempat di Padean RT.02/06 Jatisrono. 8.Rayon Karanganyar bertempat di Jl.Cik Ditiro Karaganyar. 9.Rayon Palur bertempat di Jl.Nusa Indah No.47 Perumnas Palur. 10.Rayon Sragen bertempat di Jl.R.A Kartini Sragen.

(21)

Laporan Kerja Praktek 21 2.10 Bidang dan Usaha Kegiatan

Sesuai Undang-undang RI no. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan dan berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, rangkaian kegiatan perusahaan PT.PLN (Persero) adalah :

1. Menjalankan usaha penyediaan tenaga listrik yang mencakup: a) Pembangkitan tenaga listrik

b) Penyaluran tenaga listrik c) Distribusi tenaga listrik

d) Perencanaan dan pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik e) Pengembangan penyediaan tenaga listrik

f) Penjualan tenaga listrik

2. Menjalankan usaha penunjang listrik yang mencakup : a) Konsultasi ketenagalistrikan

b) Pembangunan dan pemasangan peralatan ketenagalistrikan c) Pemeriksaan dan pengujian peralatan ketenagalistrikan d) Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan ketenagalistrikan e) Laboratorium pengujian peralatan dan pemanfaatan tenaga listrik f) Sertifikasi peralatan dan pemanfaatan tenaga listrik

g) Sertifikasi kompetensi tenaga teknik ketenagalistrikan

3. Kegiatan-kegiatan lainnya mencakup :

a) Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber energi lainnya untuk tenaga listrik

b) Jasa operasi dan pengaturan (dispatcher) pada pembangkitan, penyaluran, distribusi dan retail tenaga listrik

c) Industri perangkat keras, lunak dan lainnya di bidang ketenagalistrikan d) Kerja sama dengan pihak lain atau badan penyelenggara bidang

ketenagalistrikan di bidang pembangunan, operasional, telekomunikasi dan informasi terkait dengan ketenagalistrikan

(22)

Laporan Kerja Praktek 22 2.11 Produk dan Layanan

1. Listrik Pra bayar

Anda dapat mengatur sendiri pemakaian energi listrik anda, sehingga memudahkan anda untuk berhemat, dan privasi anda lebih terjaga.

2. Tambah Daya Gratis

Promo diperpanjang untuk MENHAN dan TNI . 3. Call Center 123

Pasang Listrik, Tambah Daya, Sambungan Sementara, Layanan Gangguan, Informasi Rekening melalui Call Center 123

4. Layanan Online

Pasang Listrik, Tambah Daya, Sambungan Sementara, Layanan Gangguan, Informasi Rekening Via Online (www.pln.co.id)

5. Integritas Layanan Publik PLN

(23)

Laporan Kerja Praktek 23 BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Sistem Distribusi

Sistem distribusi pada dasarnya di mulai dari pembangkit menuju ke sistem transmisi, lalu masuk ke sistem distribusi yang penyaluranya di terapkan bermacam-macam sistem untuk menekan adanya kerugian di sisi teknis maupun non teknis.

Pada sistem jaringan distribusi terdapat Jaringan Tegangan Menengah (20kV) dan Jaringan Tegangan Rendah (220/380V) beserta bermacam peralatan yang terpasang pada jaringan tersebut.

Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (bulk power source) sampai ke konsumen. Adapun fungsi distribusi listrik antara lain :

1. Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan). 2. Merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi.

Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik besar dengan tegangan dari 11 KV sampai 24 KV dinaikkan tegangannya oleh gardu induk dengan transformator penaik tegangan menjadi 70 KV, 154 KV, 220 KV atau 500 KV kemudian disalurkan melalui saluran transmisi. Tujuan menaikkan tegangan adalah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada saluran transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya adalah sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir. Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya diperbesar, maka arus yang mengalir semakin kecil sehingga kerugian daya juga akan kecil pula.

Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 KV dengan transformator penurun tegangan pada gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh saluran distribusi primer. Dari saluran distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi mengambil

(24)

Laporan Kerja Praktek 24 tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo distribusi menjadi sistem tegangan rendah, yaitu 220/380 Volt. Selanjutnya disalurkan oleh saluran distribusi sekunder ke konsumen-konsumen. Dengan ini jelas bahwa sistem distribusi merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga listrik secara keseluruhan. Konfigurasi sistem tenaga listrik dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 3.1 Diagram Sistem Penyaluran Energi Listrik

Berdasarkan gambar di atas, maka dapat dikelompokkan dalam beberapa pembagian sebagai berikut:

1. Daerah I : bagian pembangkitan (generation).

2. Daerah II : bagian penyaluran (transmission) bertegangan tinggi (HV,UHV, dan EHV).

3. Daerah III : bagian distribusi primer bertegangan menengah (6, 12, atau 20KV).

(25)

Laporan Kerja Praktek 25 Berdasarkan pembagian tersebut, maka diketahui bahwa sistem distribusi listrik terdapat pada daerah III dan IV, yang pada dasarnya dapat diklasifikasikan menurut beberapa cara, bergantung dari segi apa klasifikasi itu dibuat. Dengan demikian ruang lingkup jaringan distribusi adalah sebagai berikut:

1. SUTM, terdiri dari tiang dan peralatan kelengkapannya, konduktor dan peralatan perlengkapannya, serta peralatan pengaman dan pemutus.

2. SKTM, terdiri dari kabel tanah, terminasi dalam dan luar ruangan, dan lain- lain.

3. Gardu trafo, terdiri dari transformator, tiang, pondasi tiang, rangka tempat transformator, panel, pipa - pipa pelindung, arrester, kabel - kabel, pengikat transformator, peralatan pertanahan, dan lain - lain.

4. SUTR dan SKTR, sama dengan perlengkapan atau material pada SUTM dan SKTM, yang membedakan hanya dimensinya.

Menurut nilai tegangannya, saluran tenaga listrik atau saluran distribusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

3.1.1 Saluran distribusi primer

Saluran Distribusi Primer terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder trafo cabang (gardu induk) dengan titik primer trafo distribusi. Saluran ini bertegangan menengah 20 KV. Sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu induk distribusi ke pusat-pusat beban. Sistem ini dapat menggunakan kabel udara maupun kabel tanah sesuai dengan tingkat keandalan yang diinginkan dan kondisi serta situasi lingkungan. Saluran distribusi ini direntangkan sepanjang daerah yang akan disuplai tenaga listrik sampai ke pusat beban6. Berikut ini merupakan macam-macam bentuk rangkaian jaringan distribusi primer :

A. Sistem Radial

Sistem Radial merupakan jaringan sistem distribusi primer yang sederhana dan murah biaya investasinya. Pada jaringan ini arus yang paling besar adalah yang paling dekat dengan Gardu Induk. Tipe ini dalam penyaluran energi listrik kurang handal karena bila terjadi gangguan pada penyulang maka akan menyebabkan terjadinya pemadaman pada penyulang tersebut.

(26)

Laporan Kerja Praktek 26 B. Sistem Spindle

Sistem Spindle merupakan jaringan distribusi primer gabungan dari struktur radial yang ujung - ujungnya dapat disatukan pada gardu hubung dan terdapat penyulang ekspres. Penyulang ekspres (express feeder) ini harus selalu dalam keadaan bertegangan, dan siap terus menerus untuk menjamin bekerjanya sistem dalam menyalurkan energi listrik ke beban pada saat terjadi gangguan atau pemeliharaan. Dalam keadaan normal tipe ini beroperasi secara radial.

C. Sistem Ring/Loop

Tipe ini merupakan jaringan distribusi primer, gabungan dari dua tipe jaringan radial dimana ujung kedua jaringan dipasang PMT. Pada keadaan normal tipe ini bekerja secara radial dan pada saat terjadi gangguan PMT dapat dioperasikan sehingga gangguan dapat terlokalisir. Tipe ini lebih handal dalam penyaluran tenaga listrik dibandingkan tipe radial namun biaya investasi lebih mahal.

Gambar 3.3 Sistem Jaringan Spindle Gambar 3.2 Sistem Jaringan Radial

(27)

Laporan Kerja Praktek 27

D. Sistem Mesh

Struktur jaringan distribusi primer ini dibentuk dari beberapa Gardu Induk yang saling dihubungkan sehingga daya beban disuplai oleh lebih dari satu gardu Induk dibandingkan dengan dua tipe sebelumnya, tipe ini lebih handal dan biaya investasi lebih mahal.

E. Sistem Cluster

Struktur jaringan primer pola cluster ini pada dasarnya sama dengan jaringan spindle, tetapi gardu hubungnya lebih dari satu. Biaya investasi pembangunannya lebih mahal dari struktur spindle tetapi kehandalannya lebih tinggi.

F. Sistem Margerithe

Struktur jaringan primer pola Margerithe merupakan gabungan dari struktur jaringan spindle. Apabila salah satu sisi terjadi gangguan maka beban dapat disuplai dari sisi yang lain. Biaya investasinya lebih mahal dari struktur jaringan lain.

Gambar 3.4 Sistem Jaringan Loop

(28)

Laporan Kerja Praktek 28 3.1.2 Saluran distribusi sekunder

Saluran distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban. Sistem distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu distribusi ke beban-beban yang ada di konsumen. Pada sistem distribusi sekunder bentuk saluran yang paling banyak digunakan ialah sistem radial. Sistem ini dapat menggunakan kabel yang berisolasi maupun konduktor tanpa isolasi. Sistem ini biasanya disebut sistem tegangan rendah yang langsung akan dihubungkan kepada konsumen/pemakai tenaga listrik dengan melalui peralatan-peralatan sebagai berikut:

a. Papan pembagi pada trafo distribusi.

b. Hantaran tegangan rendah (saluran distribusi sekunder). c. Saluran Layanan Pelanggan (SLP) ke konsumen/pemakai.

d. Alat Pembatas dan pengukur daya (KWH meter) serta fuse atau pengaman pada pelanggan.

Komponen sistem distribusi dapat digambarkan pada gambar berikut:

Jaringan distribusi listrik secara umum dibedakan menjadi empat bagian utama : 1. Jaringan Tegangan Menengah (JTM), yang berfungsi sebagai penyulang

(feeder) tegangan menengah yang keluar dari gardu induk (GI) untuk kemudian mensuplai gardu-gardu distribusi.

2. Trafo distribusi (gardu distribusi), yang berfungsi sebagai penurun tegangan dari tegangan menengah ke tegangan rendah.

3. Jaringan Tegangan Rendah (JTR), yaitu penyulang tegangan rendah setelah keluar dari gardu distribusi.

(29)

Laporan Kerja Praktek 29 4. Sambungan Rumah (SR) & Alat Pembatas dan Pengukur (APP), yaitu

sambungan pelayanan dari JTR ke setiap rumah sampai dengan APP. Dalam sistem distribusi, masalah yang utama adalah mengatasi gangguan karena jumlah gangguan dalam sistem distribusi adalah relatif lebih banyak dibandingkan dengan jumlah gangguan pada bagian sistem yang lain. Di samping itu masalah tegangan, bagian-bagian instalasi yang berbeban lebih dan rugi-rugi daya dalam jaringan merupakan masalah yang perlu dicatat dan dianalisa secara terus menerus, untuk dijadikan masukan bagi perencanaan pengembangan sistem dan juga untuk melakukan tindakan-tindakan penyempurnaan pemeliharaan dan penyempurnaan operasi sistem distribusi.

3.2 Transformator

Dalam penyaluran energi listrik dibutuhkan suatu transformator untuk untuk menaikkan atau menurunkan tegangan listrik sesuai dengan rating tegangan yang dibutuhkan. Transformator berperan dalam menyalurkan tenaga atau daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya tanpa mengubah frekuensinya.

Transformator terdiri dari dua atau lebih kumparan yang membungkus inti besi feromagnetik. Kumparan-kumparan tersebut biasanya satu sama lain tidak dihubungkan secara langsung. Kumparan yang satu dihubungkan dengan sumber listrik AC (kumparan primer) dan kumparan yang lain mensuplai listrik ke beban (kumparan sekunder). Bila terdapat lebih dari dua kumparan maka kumparan tersebut akan disebut sebagai kumparan tersier, kuarter, dst. Berikut ini merupakan konstruksi umum transformator :

(30)

Laporan Kerja Praktek 30 Transformator bekerja berdasarkan prinsip elektromagnetik. Ketika Kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, perubahan arus listrik pada kumparan primer menimbulkan perubahan medan magnet. Medan magnet yang berubah diperkuat oleh adanya inti besi. Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi yang ditimbulkan oleh arus listrik yang melalui kumparan, sehingga fluks magnet yang ditimbulkan akan mengalir ke kumparan sekunder, sehingga pada ujung-ujung kumparan sekunder akan timbul ggl induksi. Efek ini dinamakan induktansi timbal-balik (mutual inductance). Bila pada rangkaian sekunder ditutup (rangkaian beban) maka akan mengalir arus pada kumparan sekunder. Jika efisiensi sempurna (100%), semua daya pada lilitan primer akan dilimpahkan ke lilitan sekunder.

Jika kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan AC (dialiri arus listrik AC), besi lunak akan menjadi elektromagnet. Karena arus yang mengalir tersebut adalah arus AC, garis-garis gaya elektromagnet selalu berubah-ubah. Oleh karena itu, garis-garis gaya yang dilingkupi oleh kumparan sekunder juga berubah-ubah. Perubahan garis gaya itu menimbulkan GGL induksi pada kumparan sekunder. Hal itu menyebabkan pada kumparan sekunder mengalir arus AC (arus induksi).

Gambar 3.8 Prinsip Kerja Transformator

Adapun alasan mengenai tegangan dan arus diubah - ubah dengan menggunakan transformator adalah sebagai berikut :

1. Digunakan untuk pengiriman tenaga listrik 2. Untuk menyesuaikan tegangan

(31)

Laporan Kerja Praktek 31 3. Untuk mengadakan pengukuran dari besaran listrik

4. Untuk memisahkan rangkaian yang satu dengan yang lain 5. Untuk memberikan tenaga pada alat tertentu

3.3 Prinsip Dasar Transformator

Transformator mengubah dan menyalurkan energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian ke rangkaian listrik yang lain melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Transformator di gunakan secara luas baik dalam bidang tenaga listrik maupun elektronika.

Penggunaan transformator dalam sistem tenaga memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap- tiap keperluan misalnya, kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya jarak jauh.

Gambar 3.9 Rangkaian dasar transformator

Transformator terdiri atas dua buah kumparan ( primer dan sekunder ) yang bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektrik namun berhubungan secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi ( reluctance ) rendah. Apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik maka fluks bolak-balik akan muncul di dalam inti yang dilaminasi, karena kumparan tersebut membentuk jaringan tertutup maka mengalirlah arus primer. Akibat adanya fluks di kumparan primer maka di kumparan primer terjadi induksi sendiri ( self

(32)

Laporan Kerja Praktek 32

induction ) dan terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena pengaruh induksi dari kumparan primer atau disebut sebagai induksi bersama mutual induction yang menyebabkan timbulnya fluks magnet di kumparan sekunder, maka mengalirlah arus sekunder jika pada rangkaian sekunder diberikan beban, sehingga energi listrik dapat ditransfer keseluruhan (secara magnetisasi ).

𝒆 = −𝑵𝒅𝝋 𝒅𝒕

Keterangan : e = gaya gerak listrik ( ggl ) [ volt ] N = jumlah lilitan

𝒅𝝋

𝒅𝒕 = perubahan fluks magnet

Lilitan Primer (N1) dan Lilitan Sekunder (N2), maka berdasarkan hukum Faraday pada masing-masing lilitan tersebut akan membangkitkan ggl induksi E1 dan E2. Besarnya ggl induksi E1 dan E2 adalah :

E1 = 4.44 f N1 φm E2 = 4.44 f N2 φm

Perbandingan antara E1 dan E2 disebut perbandingan transformator yang besarnya adalah sebagai berikut :

a = E1/E2 = N1/N2

Hanya tegangan listrik arus bolak-balik yang dapat ditransformasikan oleh transformator, sedangkan dalam bidang elektronika, transformator digunakan sebagai gandengan impedansi antara sumber dan beban untuk menghambat arus searah sambil tetap mengalirkan arus bolak-balik antara rangkaian. Tujuan utama menggunakan inti pada transformator adalah untuk mengurangi reluktansi (hambatan magnetis ) dari rangkaian magnetis ( common magnetic circuit ).

(33)

Laporan Kerja Praktek 33

3.4 Jenis Transformator

Trafo apabila ditinjau dari kegunaannya dapat dibedakan menjadi bermacam macam antara lain:

3.4.1 Trafo daya atau tenaga a. Trafo penaik tegangan (step up)

Transformator ini biasanya digunakan di gardu induk pembangkit tenaga listrik, untuk menaikkan tegangan pembangkit menjadi tegangan transmisi atau tegangan tinggi (150/500kV).

Gambar 3.10 Trafo Daya Pembangkit

b. Trafo penurun tegangan (step down)

Transformator ini biasanya digunakan di gardu induk distribusi, untuk menurunkan tegangan dari tegangan tinggi atau tegangan transmisi menjadi tegangan menengah (11,6/20kV).

(34)

Laporan Kerja Praktek 34 3.4.2 Trafo Distribusi

a. Trafo 3 Fasa

Transformator ini digunakan untuk jaringan distribusimenurunkan tegangan menengah menjadi tegangan rendah 3 fasa (380V). Trafo ini tersebar luas di lingkungan masyarakat dan mudah mengenalinya karena biasa dicantol di tiang. Oleh karena itu, biasa juga disebut dengan gardu cantol. Di Jawa Tengah, Trafo 3 fasa ini jumlahnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan trafo 1 fasa.

Gambar 3.12 Trafo 3 Fasa b. Trafo 1 Fasa

Transformator ini digunakan untuk jaringan distribusimenurunkan tegangan menengah menjadi tegangan rendah 1 fasa (220V). Sama seperti trafo 3 fasa, trafo ini tersebar luas di lingkungan masyarakat dan mudah mengenalinya karena biasa dicantol di tiang. Oleh karena itu, biasa juga disebut dengan gardu cantol. Di Pulau Jawa, penggunaan trafo 1 fasa ini hanya ada di Jawa Tengah. Dalam tulisan ini, penulis hanya terfokus untuk memahas trafo ini saja.

(35)

Laporan Kerja Praktek 35 3.4.3 Trafo Pengukuran

a. Trafo tegangan (Potential Transformer)

Adalah trafo yang digunakan untuk mengambil input data masukan berupa besaran tegangan dengan cara perbandingan belitan pada belitan primer atau sekunder. Trafo ini biasa digunakan untuk pengukuran tak langsung beban yang mengalir ke pelanggan kemudian membatasinya. Selain itu bisa juga besaran tegangannya diambil sebagai input data masukan peralatan pengaman jaringan.

Gambar 3.14 Trafo PT b. Trafo arus (Current Transformer)

Adalah trafo yang digunakan untuk mengambil input data masukan berupa besaran arus dengan cara perbandingan belitan pada belitan primer atau sekunder. Trafo ini biasa digunakan untuk pengukuran tak langsung beban arus yang mengalir ke pelanggan kemudian membatasinya. Selain itu bisa juga besaran arusnya diambil sebagai input data masukan peralatan pengaman jaringan.

(36)

Laporan Kerja Praktek 36 3.5 Trafo Distribusi 1 Fasa

Sesuai dengan penjelasan diatas, maka sebuah transformator distribusi berfungsi untuk menurunkan tegangan menengah 11,6kV ke tegangan distribusi 220V. Adapun komponen-komponen utama dan peralatan proteksi yang terpasang pada transformator 1 fasa antara lain adalah :

1. Inti Besi

Inti besi transformator (kern) terbuat dari lembaran-lembaran plat besi lunak atau baja silikon yang diklem menjadi satu. Fungsi utama dari dari inti besi ini adalah sebagai jalan atau rangkaian garis-garis gaya magnit. Karena fluks yang mengalir di dalam inti trafo adalah fluks bolak-balik, diperlukan persyaratan khusus agar kerugian histerisis dan arus pusar dapat ditekan sekecil mungkin. Untuk itu inti trafo dibuat dari plat baja silikon (silicon steel).

Inti dibuat berupa tumpukan atau lapisan-lapisan. Inti itu menjamin sambungan magnetik yang bagus antara kumparan primer dan sekunder. Inti besi juga berguna untuk mengurangi panas (sebagai rugi - rugi besi) yang ditimbulkan oleh arus eddy. Arus eddy disebabkan oleh arus bolak balik yang menginduksikan tegangan pada inti transformator itu sendiri. Karena inti besi merupakan penghantar, inti besi dapat menghasilkan arus karena adanya tegangan induksi. Dengan membuat inti itu berlapis-lapis, maka lintasan arus eddy akan dikurangi dengan sangat mencolok.

Pada transformator kecil, penampang kern (inti trafo) dipersiapkan dalam bentuk persegi, tetapi untuk memenuhi kebutuhan ekonomis untuk trafo berskala besar inti trafo dipersiapkan dalam bentuk bulat. Posisi belitan terhadap inti memberikan dua jenis transformator yaitu:

a. Jenis Inti (core type) yakni belitan mengelilingi inti, biasanya untuk transformator dengan daya dan tegangan tinggi.

b. Jenis cangkang (shell type) yakni inti mengellingi belitan, biasanya untuk transformator dengan daya dan tegangan yang rendah.

(37)

Laporan Kerja Praktek 37

Gambar 3.16 Inti Besi Trafo Gambar 3.17 Silicon Steel

2. Kumparan Transformator

Kumparan transformator adalah beberapa lilitan kawat berisolasi yang membentuk suatu kumparan atau gulungan. Kumparan tersebut terdiri dari kumparan primer dan kumparan sekunder yang diisolasi baik terhadap inti besi maupun terhadap antar kumparan dengan isolasi padat seperti karton, pertinak, kertas isolasi dan lain-lain. Kumparan primer adalah belitan yang dihubungkan dengan sumer tegangan. Sedangkan kumparan sekunder adalah belitan yang dihubungkan dengan beban.

Kumparan tersebut berfungsi sebagai alat transformasi tegangan dan arus. Untuk transformator step down kumparan primer mempunyai jumlah belitan lebih banyak dibanding dengan kumparan sekundernya, dan untuk transformator step up adalah kebalikan dari parameter transformator step down yaitu jumlah belitan sekunder harus lebih banyak dibanding dengan kumparan primernya.

Gambar 3.18 Kumparan Primer Trafo Gambar 3.19 Kumparan Sekunder Trafo

(38)

Laporan Kerja Praktek 38

3. Media Pendingin

Pada inti besi dan kumparan-kumparan akan timbul panas akibat rugi-rugi besi dan rugi-rugi tembaga. Bila panas tersebut mengakibatkan kenaikan suhu yang berlebihan, akan merusak isolasi transformator, maka untuk mengurangi adanya kenaikan suhu yang berlebihan tersebut pada transformator perlu juga dilengkapi dengan sistem pendingin yang berfungsi untuk menyalurkan panas keluar transformator. Media yang digunakan pada sistem pendingin dapat berupa udara, gas, minyak dan air.

Sistem pengalirannya (sirkulasi) dapat dengan cara Alamiah (natural). Tekanan/paksaan (forced). Berikut ini tabel sistem pendingin transformator :

Tabel 3.1 Tipe Pendinginan pada Transformator

Keterangan : A = air (udara), O = Oil (minyak), N =Natural (alamiah), F = Forced (Paksaan / tekanan), W=Water (Air)

Sebagian besar transformator dtribusi 1 fasa menggunakan minyak sebagai media pendingin. Hal ini dikarenakan minyak trafo mempunyai sifat sebagai media pemindah panas (disirkulasi) dan bersifat pula sebagai isolasi (daya tembus tegangan tinggi). Sehingga selain berfungsi sebagai media pendingin, minyak transformator juga berfungsi sebagai isolasi.

(39)

Laporan Kerja Praktek 39 Untuk mendinginkan transformator saat beroperasi maka kumparan dan inti transformator direndam di dalam minyak transformator. Oleh karena itu transformator harus mempunyai persyaratan, sebagai berikut :

- Mempunyai kekuatan isolasi ( Dielectric Strength)

- Penyalur panas yang baik dengan berat jenis yang kecil dan dapat mengendap dengan cepat

- Viskositas yang rendah agar lebih mudah bersirkulasi dan kemampuan pendinginan menjadi lebih baik

- Tidak nyala yang tinggi, tidak mudah menguap, sifat kimia yang stabil

Gambar 3.20 Minyak Transformator

4. Bushing

Bushing merupakan sarana penghubung antara belitan dengan jaringan luar. Bushing terdiri dari sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator. Isolator tersebut berfungsi sebagai penyekat antara konduktor bushing dengan body main tank transformator.

(40)

Laporan Kerja Praktek 40

Gambar 3.22 Bushing Sekunder Trafo 1 Fasa

Secara garis besar bushing dapat dibagi menjadi empat bagian utama yaitu isolasi, konduktor, klem koneksi, dan aksesoris. Isolasi pada bushing terdiri dari dua jenis yaitu oil impregnated paper dan resin impregnated paper. Pada tipe oil impregnated paper isolasi yang digunakan adalah kertas isolasi dan minyak isolasi sedangkan pada tipe resin impregnated paper isolasi yang digunakan adalah kertas isolasi dan resin.

Gambar 3.23 Kertas Isolasi Pada Bushing

Terdapat jenis-jenis konduktor pada bushing yaitu hollow conductor dimana terdapat besi pengikat atau penegang ditengah lubang konduktor utama, konduktor pejal dan flexible lead. Klem koneksi merupakan sarana pengikat antara stud bushing dengan konduktor penghantar diluar bushing.

5. Tangki Transformator

Tangki transformator berfungsi untuk menyimpan minyak transformator dan sebagai pelindung bagian-bagian transformator yang direndam dalam minyak. Adapun ukuran tangki disesuaikan dengan ukuran inti dan kumparan.

6. Tap Changer

Tap changer adalah alat yang berfungsi untuk mengubah perbandingan lilitan transformator untuk mendapatkan tegangan operasi pada sisi sekunder

(41)

Laporan Kerja Praktek 41 sesuai yang dibutuhkan oleh tegangan jaringan (beban) atau karena tegangan sisi primer yang berubah-ubah. Tap changer (perubahan tap) dapat dilakukan dalam keadaan berbeban (on load) atau keadaan tidak ber-beban (off load). Untuk tranformator distribusi perubahan tap changer dilakukan dalam keadaan tanpa beban.

Gambar 3.24 Tap Changer Trafo 1 Fasa

7. Peralatan Proteksi A. Circuit Breaker

Alat ini berfungsi untuk memutuskan arus atau tripping otomatis ketika terjadi gangguan pada trafo dan juga sekaligus sebagai penghubung. Selain itu circuit breaker juga dapat berfungsi seperti saklar yang dikendalikan secara manual. Alat ini di pasang di sisi sekunder trafo.

Gambar 3.25 Circuit Breaker

B. Fuse

Fuse berfungsi untuk pengaman lebur jika terjadi arus berlebih yang melewatinya. Maka dari itu fuse ini harus di pertimbangkan pemasangannya dan disesuaikan dengan arus rating atau batasan arus maksimal pada suatu peralatan.

(42)

Laporan Kerja Praktek 42 Fuse ini dipasang pada sisi primer trafo. Dengan adanya fuse maka belitan trafo aman dari adanya arus lebih karena sudah di interupsi dan dapat otomatis putus. Jika alat ini putus maka untuk menanggulanginya lagi hanya dengan melakukan penggantian fuse dengan rating arus yang sama.

Gambar 3.26 Fuse

C. Lighting Arrester

Lightning Arrester merupakan alat untuk melindungi isolasi atau peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang diakibatkan oleh sambaran petir. Bila terjadi tegangan lebih akibat petir pada jaringan, maka arrester bekerja dengan menggalirkan arus surja ke tanah, kemudian setelah itu tegangan normal kembali. Pada tegangan operasi normal, arrester harus mempunyai impedansi sangat tinggi. Bila mendapat tegangan transien abnormal di atas harga tegangan tembusnya, maka harus menembus dengan cepat. Arus pelepasan selama waktu tembus tidak boleh melebihi arus pelepasan nominal supaya tidak merusak arrester. Arus dengan frekuensi normal harus diputuskan dengan segera apabila tegangan transien telah turun di bawah tegangan tembusnya.

(43)

Laporan Kerja Praktek 43 3.6 Tegangan Trafo Distribusi

Tegangan pada trafo distribusi selalu dinaikkan sampai dengan 5%. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengantisipasi terjadinya drop tegangan pada saluran dengan rincian sebagai berikut :

a. Maksimum 3% hilang pada saluran antara pembangkit (dalam hal ini trafo distribusi) sampai dengan sambungan rumah.

b. Maksimum 1% hilang pada saluran antara sambungan rumah sampai dengan KWh meter.

c. Maksimum 1% hilang pada saluran KWh meter ke panel pembagi dan selanjutnya ke alat listrik terjauh.

Semakin besar rugi daya dalam persen, berarti semakin besar kerugian energi yang terjadi. Semakin besar rugi energi yang terjadi maka semakin besar kerugian PLN. Hal ini dikarenakan adanya daya yang tidak tecatat oleh KWh meter.

3.7 Penyebab Gangguan Trafo 1. Tegangan Lebih Akibat Petir

Gangguan ini terjadi akibat sambaran petir yang mengenai kawat phasa, sehingga menimbulkan gelombang berjalan yang merambat melalui kawat phasa tersebut dan menimbulkan gangguan pada trafo. Hal ini dapat terjadi karena arrester yang terpasang tidak berfungsi dengan baik, akibat kerusakan peralatan/pentanahan yang tidak ada. Pada kondisi normal, arrester akan mengalirkan arus bertegangan lebih yang muncul akibat sambaran petir ke tanah. Tetapi apabila terjadi kerusakan pada arrester,arus petir tersebut tidak akan dialirkan ke tanah oleh arrester sehingga mengalir ke trafo. Jika tegangan lebih tersebut lebih besar dari kemampuan isolasi trafo, maka tegangan lebih tersebut akan merusak lilitan trafo dan mengakibatkan hubungan singkat antar lilitan.

2. Overload dan beban tidak seimbang

Overload terjadi karena beban yang terpasang pada trafo melebihi kapasitas maksimum yang dapat dipikul trafo dimana arus beban melebihi kapasitas maksimum yang dapat dipikul trafo dimana arus beban penuh (full load) dari trafo.

(44)

Laporan Kerja Praktek 44

Overload akan menyebabkan trafo menjadi panas dan kawat tidak sanggup lagi menahan beban, sehingga timbul panas yang menyebabkan naiknya suhu lilitan tersebut. Kenaikan ini menyebabkan rusaknya isolasi lilitan pada kumparan trafo.

3. Loss Contact Pada terminal Bushing

Gangguan ini terjadi pada bushing trafo yang disebabkan karena terdapat kelonggaran pada hubungan kawat phasa (kabel schoen) dengan terminal bushing. Hal ini mengakibatkan tidak stabilnya aliran listrik yang diterima oleh trafo distribusi dan dapat juga menimbulkan panas yang dapat menimbulkan kerusakan pada belitan trafo.

4. Isolator Bocor/Bushing Pecah

Gangguan akibat isolator bocor/bushing pecah dapat disebabkan oleh : a. Flash Over

Flash Over dapat terjadi apabila muncul tegangan lebih pada jaringan distribusi seperti pada saat terjadi sambaran petir/surja hubung. Bila besar surja tegangan yang timbul menyamai atau melebihi ketahanan impuls isolator, maka kemungkinan akan terjadi flash over pada bushing. Pada system 20kV, ketahanan impuls isolator adalah 160 kV. Flash over menyebabkan loncatan busur api antara konduktor dengan bodi trafo sehingga mengakibatkan hubung singkat phasa ke tanah.

b. Bushing kotor

Kotoran pada pemukaan bushing dapat menyebabkan terbentuknya lapisan peghantar di permukaan bushing. Kotoran ini dapat mengakibatkan jalanya arus melalui permukaan bushing sehingga mencapai bodi trafo. Umumnya kotoran ini tidak menjadi penghantar sampai endapan kotoran tersebut basah karena hujan/embun.

5. Kegagalan Isolasi Minyak Trafo

Kegagalan isolasi minyak trafo dapat terjadi akibat penurunan kualitas minyak trafo sehingga kekuatan dielektrisnya menurun. Hal ini disebabkan karena :

a. Packing Bocor, sehingga air masuk dan volume minyak trafo berkurang. 2. Umur minyak trafo sudah tua.

(45)

Laporan Kerja Praktek 45 6. Seal Bushing Rusak

Rusaknya seal bushing dapat menyebabkan bocornya minyak. Dengan adanya kebocoran minyak, maka akan menyebabkan panas pada trafo. Jika kebocoran minyaknya parah dapat menyebabkan kegagalan isolasi yang kelanjutannya akan mengakibatkan rusaknya trafo karena short. Kebocoran minyak yang melewati seal ini disebabkan karena beberapa hal yang antara lain :

- Koneksi kabel pada bushing trafo tidak kencang. Saat koneksi terminasi lemah maka koneksi tersebut akan mengakibatkan panas yang berlebih pada terminasi di bushing trafo. Karena bushing trafo tidak kuat menahan panas maka seal akan rusak.

- Kabel sekunder trafo tidak standar. Pada saat trafo dibebani, maka arus akan melewati kabel tersebut. Jika arus tersebut melebihi KHA (Kuat Hantar Arus) maka akan menyebabkan terbakarnya kabel yang akan merambat pada seal bushing trafo. Akibat panas yang berlebih tersebut, maka seal tersebut akan rusak bahkan meleleh.

- Trafo yang dibebani berlebih (overload). Pada saat trafo dibebani secara overload, maka akan menyebabkan panas yang berlebih dalam trafo tersebut. Hal tersebut menyebabkan tekanan dalam trafo meningkat dan mendesak minyak trafo untuk keluar dan mengurangi daya tahan trafo.

- Posisi kedudukan trafo yang miring. Pada saat trafo dibebani, maka akan terjadi tekanan yang tinggi pada tangki trafo. Tekanan tersebut akan menyebabkan pemaksaan naiknya minyak trafo pada packing atas trafo. Jika trafo yang terpasang miring, maka minyak trafo akan keluar melalui packing atas yang levelnya lebih tinggi.

(46)

Laporan Kerja Praktek 46 BAB IV

PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 1 FASA PT PLN (PERSERO) APJ SURAKARTA

4.1 Definisi Pemeliharaan

Pemeliharaan secara umum adalah suatu cara untuk memperkecil kemungkinan buruk suatu sistem yang dilakukan dengan cara memberikan perawatan pada suatu peralatan agar dapat mempertahankan kemampuan dan umur dari peralatan tersebut.

4.2 Macam-macam pemeliharaan

4.2.1 Berdasarkan waktu pelaksanaannya :

– Pemeliharaan terencana ( Planed maintenance) : preventif dan korektif. Pemeliharaan preventif yaitu pemeliharaan untuk mencegah terjadinya kerusakan peralatan yang lebih parah dan untuk mempertahankan unjuk kerja peralatan agar tetap beroperasi dengan keandalan dan efisiensi yang tinggi. Contoh kegiatan pemeliharaan rutin yaitu dilakukannya inspeksi jaringan dan analisa pembebanan trafo.

Pemeliharaan korektif adalah pekerjaan pemeliharaan dengan maksud untuk memperbaiki kerusakan yaitu suatu usaha untuk memperbaiki kerusakan hingga kembali kepada kondisi atau kapasitas semula dan perbaikan untuk penyempurnaan. Pemeliharaan korektif ini merupakan tindak lanjut dari pemeliharaan prefentif.

– Pemeliharaan tidak direncanakan (Unplaned Maintenance).

Pemeliharaan ini sifatnya mendadak dan tidak terencana. Ini diakibatkan karena gangguan atau kerusakan serta hal-hal lain di luar rencana kita. Sehingga perlu dilakukan pemeriksaan atau pengecekan perbaikan maupun penggantian peralatan.

(47)

Laporan Kerja Praktek 47 4.2.2 Berdasarkan teknisnya

– Pemeliharaan online

Pemeliharaan secara online merupakan sebuah upaya atau langkah untuk mengetahui kondisi kesehatan trafo distribusi yang sedang beroperasi. Dengan demikian potensi-potensi ketidak normalan Trafo yang berdampak terhadap kerusakan trafo dapat diminimalisir secara dini. – Pemeliharaan offline

Pemeliharaan trafo secara offline merupakan pemeliharaan yang dilakukan ketika trafo distribusi tidak beroperasi dan posisinya sudah diturunkan dari tiang listrik.

4.3 Pemeliharaan Transformator

Pemeliharaan transformator bertujuan untuk mempertahankan sistem penyaluran tenaga listrik, supaya dalam beroperasi dapat menjamin mutu penyaluran tenaga listrik ke pelanggan, serta mengurangi resiko terjadinya gangguan secara rutin dan dapat mempertahankan kemampuan dan umur trafo tersebut agar perusahaan dapat memperkecil pengeluaran biaya dalam operasional trafo tersebut.

Pemerikasaan atau Inspeksi rutin perlu dilakukan untuk menjamin agar transformator selalu dalam kondisi yang baik. Karena dari hasil inspeksi tersebut, pemeliharaan trafo yang tidak sedang dalam kondisi baik dapat segera diketahui dan ditindaklanjuti supaya tidak memperparah kondisi transformator tersebut.

Pada sistem kerja sebenarnya di lapangan, Pemeliharaan Trafo di PLN Area Surakarta mempunyai sistematika atau alur penyelesaian dalam melakukan pemeliharaan transformator sebagai berikut :

1. Petugas rayon melakukan inspeksi terjadwal di areanya masing - masing kemudian memberikan data trafo sakit ke penanggung jawab PLN Area Surakarta.

2. Penanggung Jawab dari Area melakukan survey lokasi untuk verifikasi kebenaran data dari rayon.

Gambar

Gambar 2.1 Letak Geografis PLN Surakarta
Gambar 2.6 Struktur Organisasi PT.PLN (Persero) Area Surakarta
Gambar 3.1 Diagram Sistem Penyaluran Energi Listrik
Gambar 3.3 Sistem Jaringan Spindle Gambar 3.2 Sistem Jaringan Radial
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada kenyataannya terdapat transformator distribusi yang jaraknya cukup jauh dari GI (Gardu Induk) sehingga terjadi tegangan jatuh (drop voltage) yang sampai pada sisi

digunakan transformator penurun tegangan ( step down ) yang berfungsi untuk menurunkan tegangan menengah 20 kV ke tegangan rendah 400/230 Volt. Gardu trafo distribusi

Laporan Akhir yang berjudul PENGATURAN TEGANGAN SISI SEKUNDER PADA TRANSFORMATOR DAYA II 20 MVA 70/20 kV MENGGUNAKAN ON LOAD TAP CHANGER DI GARDU INDUK SUNGAI JUARO

Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi dengan transformator penuruntegangan pada gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan

Tegangan pada jaringan distribusi primer umumnya adalah 20 kV setelah diturunkan dari 150 kV melalui jaringan Transmisi di gardu induk (GI). Jaringan distribusi primer

Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 KV dengan transformator penurun tegangan pada gardu distribusi, kemudian dengan sistem tegangan

Dari saluran transmisi, tegangan akan diturunkan menjadi 20 KV dengan tafo penurun tegangan yang terdapat pada gardu induk disfribusi, kemudian dengan menggunakan sistem

Distribusi Primer melibatkan jaringan distribusi yang berasal dari jaringan transmisi, yang diturunkan tegangannya di Gardu Induk GI menjadi Tegangan Menengah TM dengan nominal tegangan