5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Persyaratan Umum Instalasi Listrik
Persyaratan Umum Instalasi Listrik atau juga sering disebut dengan PUIL digunakan sebagai pedoman oleh instasi yang terkait dengan instalasi listrik. Peraturan instalasi listrik pertamakali adalah AVE (Algemene Voorschriften voor Electrische Sterkstroom Instalaties) yang diterbitkan sebagai Norma N 2004 oleh Dewan Normalisasi Pemerintah Hindia Belanda. Kemudian AVE N 2004 ini diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dan diterbitkannya PUIL pada tahun 1964 selanjutnya 1977, 1987, 2000 dan Amandemen PUIL 2000. Penerbitan PUIL 1964, 1977 dan 1987 yaitu Peraturan Umum Instalasi Listrik, kemudian pada penerbitan PUIL 2000 dan amandemen PUIL 2000 menjadi Persyaratan Umum Instalasi Listrik dan tetap mempertahankan singkatan yang sama yaitu PUIL.
Amandemen 1 Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) ditetapkan di Jakarta, tanggal 3 Agustus 2007 oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro. Pemberlakuan standart nasional 04-0225-2000/Amd1-2006 yaitu perubahan pada bagian 3 mengenai proteksi untuk keselamatan dan bagian 6 mengenai perlengkapan hubung bagi dan kendali yang mulai diberlakukan pada tanggal 9 September 2007.
2.2 Klasifikasi Saluran Transmisi berdasarkan Tegangan
Saluran transmisi yaitu proses penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat yang lain, yang besar tegangannya adalah Tegangan Ultra Tinggi (UHV), Tegangan Ekstra Tinggi (EHV), Tegangan Tinggi (HV), Tegangan Menengah (MHV), dan Tegangan Rendah (LV).
Konstruksi saluran trasmisi di indonesia biasanya menggunakan kabel udara dan kabel tanah. Untuk konstruksi transmisi tegangan tinggi dan extra tinggi biasanya menggunakan kabel udara sedangkan untuk konstruksi tegangan menengah dan tegangan tinggi menggunakan kabel tanah.
Berikut ini klasifikasi saluran transmisi ditinjau berdasarkan tegangannya :
2.2.1 Saluran Udara Tegangan Extra Tinggi ( SUTET) 200KV – 500KV
Saluran udara tegangan extra tinggi beroperasi pada tegangan 200 KV sampai dengan 500 KV, biasanya digunakan pada pembangkit dengan kapasitas di atas 500 MW, tujuannya adalah agar drop tegangan dan penampang kawat dapat direduksi secara maksimal, sehingga dapat diperoleh operasional yang efektif dan efisien. Konstruksi pembangunan transmisi ini cukup efektif untuk jarak 100 Km sampai dengan 500 Km.
2.2.2 Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 30 KV – 150 KV
Saluran udara tegangan tinggi beroperasi pada tegangan 30 KV sampai dengan 150 KV. Konfigurasi jaringan SUTT pada umumnya single atau double sirkuit, dimana 1 sirkuit terdiri dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya 3 kawat dengan penghantar netralnya digantikan oleh
tanah sebagai saluran kembali. Transmisi SUTT bila beroperasi secara parsial, jarak terjauh yang efektif yaitu berjarak 100 Km. Jika jarak transmisi melebihi dari 100 Km maka tegangan jatuh atau Drop Voltage terlalu besar akan menimbulkan tegangan si ujung taransmisi akan menjadi rendah. Untuk menghindari tegangan jatuh maka sistem transmisi dihubungkan secara Ring System atau interconnection System.
2.2.3 Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 30 KV – 150 KV
Saluran Kabel Tegangan Tinggi beroperasi pada tegangan 30 KV sampai dengan 150 KV. Konstruksi SKTT ini di pasang di kota-kota besar di Indonesia, khususnya di pulau jawa dengan pertimbangan,
a. Ditengah kota besar tidak memungkinkan instruktur dengan SUTT, karena kesulitan dalam mendapatkan tanah untul tapak tower.
b. Untuk Ruang bebas juga sangat sulit dan akan timbul kontra dari masyarakat sekitar, karena padat bangunan dan gedung-gedung tinggi. c. Perimbangan untuk keamana dan estetika tata ruang kota.
d. Adanya permintaan dan pertumbuhan beban yang sangat tinggi.
2.2.4 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) 6 KV- 20 KV
Saluran Udara tegangan menengah peroperasi pada tegangan 6 KV sampai dengan 20 KV. Transmisi SUTM digunakan pada jaringan distribusi yang menghubungkan gardu induk, feeder, SUTM, gardu distribusi, sampai dengan ke instalasi pemanfaatan atau konsumen. Jarak yang efektif transmisi untuk SUTM antara 15 Km sampai dengan 20 Km, jika jarak transmisi melebihi jarak tersebut maka efektifitasnya akan menurun.
2.2.5 Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) 6 KV – 20 KV
Saluran kabel tegangan menengah beroperasi pada tegangan 6 KV sampai dengan 20 KV. Ditinjau dari segi fungsinya transmisi SKTM memiliki fungsi yang sama dengan SUTM. Perbedaan yang mendasar adalah SKTM di tanam di dalam tanah. Beberapa pertimbangan pembangunan transmisi SKTM adalah:
a. Beberapa tempat yang tidak memungkinkan jika dibangun transmisi SUTM.
b. Kesulitan mendapatkan ruang bebas, karena berada ditengah kota dan pemukiman yang padat.
c. Perimbangan untuk keamana dan estetika tata ruang kota.
2.2.6 Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) 40 Volt – 1000 Volt
Transmisi saluran udara tegangan rendah adalah bagian hilir dari sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi dibawah 1000 Volt. Yang langsung memasok kebutuhan listrik tegangan rendah ke konsumen, Di Indonesia tegangan operasi transmisi SUTR saat ini adalah 220 / 380 Volt. Radius operasi jaringan distribusi tegangan rendah dibatasi oleh :
a. Susut tegangan yang disyaratkan b. Luas penghantar jaringan
c. Sifat daerah layanan (kota, desa dan lain-lain)
d. Susut tegangan yang di ijinkan adalah + 5% dan – 10%, dengan radius pelayanan sekitar 350 meter.
2.2.7 Saluran Kabel Tegangan Rendah (SKTR) 40 Volt – 1000 Volt
Ditinjau dari fungsinya, transmisi SKTR memiliki fungsi yang sama dengan sistem transmisi SUTR. Perbedaan mendasar adalah SKTR ditanam dalam tanah. Jika menggunakan transmisi SUTR sebenarnya dari segi jarak aman/ruang bebas tidak ada masalah, karena SUTR menggunakan penghantar berisolasi.
2.3 Kualitas Daya
Masalah kualitas daya dapat dipandang sebagai sering dan berbahayanya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada catu daya ke beban, yang seharusnya berbentuk tegangan dan arus sinusoida 50 Hz. Kualitas daya yang buruk dapat berdampak terhadap kerusakan peralatan. Permasalahan dalam kualitas daya adalah sebagai berikut :
a. Power Surges
Power surges adalah pemaksaan kenaikan pasokan daya dengan tiba-tiba pada suatu beban. Peristiwa ini dirasakan sebagai suatu kenaikan tegangan pada beban. Power surges ini dapat mengakibatkan kedip (flicker), matinya peralatan, error pada peralatan.
b. Voltage Sag
Voltage Sag kebalikan dari power surges, peristiwa ini disebabkan oleh penurunan tegangan. Peristiwa ini bisa disebabkan oleh kesalahan jaringan ataupun masuknya peralatan yang membutuhkan arus awal besar ke jaringan. Voltage Sag akan mengakibatkan penurunan daya, karena daya berbanding lurus dengan kuadrat tegangan.
c. Under Voltage
Yang dimaksud dengan undervoltage adalah peristiwa penurunan tegangan yang terjadi secara berkepanjangan. Undervoltage akan mengakibatkan terjadinya pemanasan yang berlebihan pada motor, bahkan sampai pada kegagalan operasi peralatan.
d. Brownouts
Brownouts adalah terjadinya pasokan daya pada tegangan yang lebih rendah dari tegangan normal, hal ini terjadi pada waktu pemasok tidak dapat memenuhi permintaan beban dan terpaksa beroperasi pada tegangan yang lebih rendah untuk membatasi daya maksimum. Brownouts dapat mengakibatkan data error, data loss dan kegagalan peralatan.
e. Interruption / Transient
Interupsi pasokan daya merupakan kondisi dimana catu tegangan ataupun arus hilang sama sekali untuk sementara waktu. Hal ini dapat terjadi pada saat jaringan tersambar petir, binatang, cuaca buruk dan kegagalan operasi peralatan. Interupsi pasokan daya ini bisa terjadi sesaat bisa pula berkepanjangan.
f. Blackouts
Blackouts adalah peristiwa terjadinya tegangan nol ( hilang tegangan) yang berlangsung lebih dari dua menit. Sumber kejadian kebanyakan terjadi pada sisi jaringan seperti circuit breaker yang trip. Akibat yang ditimbulkan adalah data loss, data corrupt dan kerusakan peralatan.
g. High Voltage Spikes
Voltage spikes adalah kenaikan tegangan tiba-tiba dalam durasi yang sangat pendek. Voltage spikes sering terjadi karena adanya sambaran petir, dan berakibat buruk pada beban sensitif. Durasi terjadinya voltage spikes bisa kurang dari 10 mikro detik. Sedangkan besar voltage spikes di jaringan bisa mencapai 10 KV dan disisi tegangan rendah bisa mencapai 1000 V.
h. Frequency Variation
Dalam hal ini frequency menyimpang dari standart 50 Hz. Hal ini dapat disebabkan oleh emergency genset, generator tak stabil. Akibat yang timbul adalah data lost, kegagalan program dan kegagalan peralatan sensitif.
i. Electrical Line Noise
Peristiwa ini mencakup Radio Frequency Interference (RFI) dan Electromagnetic Interference (EMI). Kejadian ini mempengaruhi jaringan system computer. Sumber penyebab antara lain rele, piranti kendali motor, radiasi gelombang mikro dan badai petir. Akibat yang timbul adalah data loss dan data error.
j. Harmonisa
Peristiwa terjadinya distorsi bentuk gelombang arus yang seharusnya sinusoidal. Hal ini terjadi karena adanya beban non linier, dimana gelombang arus beban tidak mengikuti bentuk gelombang tegangan pasokan.
2.3.1 Tegangan Jatuh
Dalam sistem distribusi tenaga listrik ditentukan suatu standart tertentu untuk menentukan kualitas tegangan, secara umum ada beberapa hal yang perlu di perhatikan untuk menjaga kualitas daya yaitu :
a. Frequensi
b. Jatuh tegangan tidak boleh melebihi 5% berdasarkan sandart umum PUIL 2000
c. Keandalan
Tegangan jatuh dapat dinyatakan denga rumus,
……….……....(2.1) ………...…...(2.2)
. .……….………(2.3)
Dimana
VS = Tegangan pengiriman disisi sumber Vr = Tegangan pengiriman disisi beban I = Arus penghantar pasha (Ampere)
R = Resistansi, tahanan prnghantar pasha (Ω per Km) X = Reaktansi Saluran (Ω per Km)
L = Panjang kabel saluran Θ = Sudut daya
Maka untuk saluran 3 phasa yaitu ;
2.4 Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Sistem distribusi tenaga listrik adalah untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar sampai ke konsumen. Fungsi dari tenaga listrik yaitu untuk pembagian dan penyaluran tenaga listrik ke beberapa pelanggan dan merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban dilayani langsung melalui jaringan distribusi.
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik besar dengan tegangan 11 kV sampai dengan 24 kV dinaikan oleh gardu induk dengan transformator penaik tegangan menjadi 70 kV, 154 kV, 220 kV atau 500 kV kemudian di salurkan melalui saluran transmisi. Tujuan menaikan tegangan dengan transformator adalah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada saluran transmisi. Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan kembali menjadi 220 kV dengan transformator penurun tegangan pada gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh saluran distribusi primer. Dari saluran distribusi primer nilah gardu-gardu distribusi mengambil tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo distribusi menjadi sistem tegangan rendah, yaitu 220/380 Volt. Selanjutnya disalurkan oleh saluran distribusi sekunder ke konsumen-konsumen.
2.4.1 Klasifikasi Saluran Tenaga Listrik
Saluran tenaga listrik atau saluran distribusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Saluran Distribusi Primer
Saluran distribusi primer terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder trafo substation ( Gardu induk) dengan titik primer trafo distribusi. Saluran ini bertegangan menengah 20 kV dibedakan menjadi dua yaitu sistem distribusi primer dan sistem distribusi sekunder. b. Saluran Distribusi Sekunder
Saluran distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan cabang menuju beban.
2.4.2 Menurut Bentuk Tegangannya
a. Saluran Distribusi DC
Saluran distribusi DC ( Direct Current ) menggunakan sistem tegangan searah.
b. Saluran Distribusi AC
Saluran Distribusi AC ( Alternating Current ) Menggunakan sistem tegangan bolak balik
2.4.3 Menurut Jenis/Type Konduktornya
a. Saluran Udara
Saluran udara dipasang pada udara terbuka dengan bantuan penyangga tiang dan perlengkapannya.
b. Saluran Bawah Tanah
Saluran bawah tanah dipasang didalam tanah dengan menggunakan kabel tanah ( ground cable ).
c. Saluran Bawah Laut
Saluran bawah laut dipasang didasar laut dengan menggunakan kabel laut ( submarine cable ).
2.4.4 Menurut Susunan ( konfigurasi ) Salurannya
a. Saluran konfigurasi Horizontalbila saluran fasa terhadap fasa yang lain/terhadap netral, atau saluran positip terhadap negatif ( pada sistem DC ) membentuk garis horisontal.
b. Saluran Konfigurasi Vertikal, bila saluran-saluran tersebut membentuk garis vertikal
c. Saluran konfigurasi Delta, bila kedudukan saluran satu sama lain membentuk suatu segitiga (delta).
2.4.5 Menurut Susunan Rangkaian
a. Jaringan Sistem Distribusi Primer
Sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu induk distribusi ke pusat-pusat beban. Sistem ini dapat menggunakan saluran udara, kabel udara, maupun kabel tanah sesuai dengan tingkat keandalan yang diinginkan dan kondisi serta situasi lingkungan. Saluran distribusi ini direntangkan sepanjang daerah yang akan di suplai tenaga listrik sampai ke pusat beban.
Terdapat bermacam-macam bentuk rangkaian jaringan distribusi primer, yaitu:
- Jaringan Distribusi Radial, dengan model: Radial tipe pohon, Radial dengan tie dan switch pemisah, Radial dengan pusat beban dan Radial dengan pembagian phase area.
- Jaringan distribusi ring ( loop ), dengan model: Bentuk open loop dan bentuk Close loop.
- Jaringan distribusi Jaring-jaring ( NET ) - Jaringan distribusi spindle
- Saluran Radial Interkoneksi
b. Jaringan Sistem Distribusi Sekunder
Sistem distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu distribusi ke beban-beban yang ada di konsumen. Pada sistem distribusi sekunder bentuk saluran yang paling banyak digunakan ialah sistem radial. Sistem ini dapat menggunakan kabel yang berisolasi maupun konduktor tanpa isolasi. Sistem ini biasanya disebut sistem tegangan rendah yang langsung akan dihubungkan kepada konsumen/pemakai tenaga listrik dengan melalui peralatan-peralatan sbb: - Papan pembagi pada trafo distribusi,
- Hantaran tegangan rendah (saluran distribusi sekunder). - Saluran Layanan Pelanggan ( SLP ) ( ke konsumen/pemakai ) - Alat Pembatas dan pengukur daya ( kWh meter ) serta fuse atau
pengaman pada pelanggan.
2.5 Daya Listrik
Daya listrik adalah banyaknya energi tiap satuan waktu dimana pekerjaan sedang berlangsung atau kerja yang dilakukan persatuan waktu. Dari definisi ini,
Maka daya listrik ( P ) dapat dirumuskan : Daya = Energi/waktu
...( 2.5 ) ...( 2.6 ) ...( 2.7 ) ...( 2.8 ) (Dalam satuan Volt Ampere, VA) ...( 2.9 )
Dalam sistem listrik AC/Arus Bolak-Balik ada tiga jenis daya yang dikenal, khususnya untuk beban yang memiliki impedansi ( Z ), yaitu
a. Daya semu ( S, VA, Volt Amper ). b. Daya aktif ( P, W, Watt ).
c. Daya reaktif ( Q, VAR, Volt Amper Reaktif ).
Gambar 2,1 Segitiga Daya
……….(2.10) P = V x I x Cosφ ………...(2,11) Q = V x I x Sin φ ………(2.12) Dimana:
S : Daya tersambung ( dalam satuan Volt Ampere/VA ). √3 : Faktor dalam 3 phasa
V : Tegangan Jaringan ( dalam satuan Volt/V) I : Kapasitas Arus Listrik ( Ampere/A )
Faktor daya Cos φ = P/S P (Watt) S (VA)
Q (VAr) Cos φ
Maka untuk menghitung arus, I dapat diubah menjadi:
………..(2.13)
Untuk rangkaian listrik AC, bentuk gelombang tegangan dan arus sinusoida, besarnya daya setiap saat tidak sama. Maka daya yang merupakan daya rata-rata diukur dengan satuan Watt, Daya ini membentuk energi aktif persatuan waktu dan dapat diukur dengan kwh meter dan juga merupakan daya nyata atau daya aktif (daya poros, daya yang sebenarnya ) yang digunakan oleh beban untuk melakukan tugas) Sedangkan daya semu dinyatakan dengan satuan Volt-Ampere ( disingkat, VA ), menyatakan kapasitas peralatan listrik, seperti yang tertera pada peralatan generator dan transformator. Pada suatu instalasi, khususnya di pabrik/industri juga terdapat beban tertentu seperti motor listrik, yang memerlukan bentuk lain dari daya, yaitu daya reaktif (VAR) untuk membuat medan magnet atau dengan kata lain daya reaktif adalah daya yang terpakai sebagai energi pembangkitan flux magnetik sehingga timbul magnetisasi dan daya ini dikembalikan ke sistem karena efek induksi elektromagnetik itu sendiri, sehingga daya ini sebenarnya merupakan beban ( kebutuhan ) pada suatu sistim tenaga listrik.
2.6 Transformator
Transformator adalah suatu peralatan listrik yang masuk dalam klasifikasi mesin listrik statis yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik/daya listrik dari tenaga tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya dengan frekuensi sama. Dalam pengoperasiannya transformator –
transformator tenaga pada umumnya ditanahkan pada titik netral, sesuai dengan kebutuhan untuk sistem pengamanan atau proteksi.
Bagian utama transformator, terdiri atas a. Inti Besi
Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalan fluks, yang ditimbulkan oleh arus listrik yang melalui kumparan. Inti besi dibuat dari lempeng-lempeng besi tipis yang berisolasi, untuk menghilangkan panas (sebagai rugi-rugi besi) yang ditimbulkan oleh arus pusar atau arus eddy (Eddy current).
b. Kumparan transformator
Beberapa lilitan kawat berisolasi membentuk suatu kumparan, baik terhadap inti besi maupun terhadap kumparan lain dengan menggunakan isolasi padat seperti karton, pertinax dan lain-lain. Pada transformator terdapat kumparan primer dan kumparan sekunder. Jika kumparan primer dihubungkan dengan tegangan / arus bolak balik maka pada kumparan tersebut timbul fluks yang menimbulkan induksi tegangan, bila pada rangkaian sekunder ditutup (rangkaian beban) maka mengalir arus pada kumparan tersebut, sehingga kumparan ini berfungsi sebagai alat transformasi tegangan dan arus.
c. Kumpara Tersier
Fungsi kumparan tersier yaitu untuk memperoleh tegangan tertier atau kebutuhan lain. Untuk kedua kebutuhan tersebut kumparan tertier selalu dihubungkan delta atau segitiga. Kumparan tertier sering digunakan untuk
penyambungan peralatan bantu seperti kondensator sycron, kapasitor shunt dan reactor shunt, namun tidak semua transformator daya memiliki kumparan tertier.
d. Minyak Transformator
Sebagian besar dari transformator tenaga memiliki kumparan-kumparan yang intinya direndam oleh minyak transformator, terutama pada transformator- transformator tenaga yang berkapasitas besar, karena minyak transformator memiliki sifat sebagai media pemindah panas dan berfungsi pula sebagai isolasi (memiliki daya tegangan tembus tinggi) sehingga berfungsi sebagai media pendingin dan isolasi.
e. Bushing
Hubungan antara kumparan transformator ke jaringan luar melalui sebuah blushing yaitu sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator, yang sekaligus berfungsi sebagai penyekat antara konduktor tersebut dengan tanki transformator.
f. Tanki dan Konservator
Pada umumnya bagian-bagian dari transformator yang terendam minyak transformator berada atau (ditempatkan) didalam tanki. Untuk menampung pemuaian pada minyak transformator, pada tanki dilengkapi konservator.
2.7 Kapasitor Pada Sistem Distribusi
Kapasitor pada sistem distribusi tenaga listrik dapat memperbaiki dan mengkoreksi faktor daya, kapasitor bertindak sebagai pembangkit daya
reaktif dan dapat mengurangi jumlah daya reaktif, juga daya semu yang dihasilkan oleh bagian utilitas.
2.7.1 Metoda Pemasangan Instalasi Kapasitor
Cara pemasangan instalasi kapasitor dapat dibagi menjadi 3 bagian : a. Global Compensation
Dengan Metode ini kapasitor dipasang di induk panel / Main Distribution Panel ( MDP ). Arus yang turun dari pemasangan model ini hanya di penghantar antara panel MDP dan transformator. Sedangkan arus yang lewat setelah MDP tidak turun, dengan demikian rugi akibat disipasi panas pada penghantar setelah panel MDP tidak terpengaruh. Terlebih instalasi tenaga dengan penghantar yang cukup panjang Delta Voltagenya masih cukup besar.
b. Sectoral Compensation
Dengan metoda ini kapasitor yang terdiri dari panel kapasitor dipasang di panel Sub Distribustion Panel ( SDP ). Cara ini cocok diterapkan pada industri dengan kapasitas beban terpasang besar sampai ribuan kva dan terlebih jarak antara MDP dan SDP yang berjauhan.
c. Induvidual Compensation
Dengan metoda ini kapasitor langsung dipasang pada masing-masing beban, khususnya yang mempunyai daya yang besar. Cara ini sebenarnya lebih efektif dan lebih baik dari segi teknisnya. Namun ada kekurangannya yaitu harus menyediakan ruang atau tempat khusus untuk meletakkan kapasitor tersebut sehingga mengurangi nilai estetika. Disamping
itu, jika mesin yang dipasang sampai ratusan buah berarti total cost yang dibutuhkan lebih besar dari metode diatas.
2.7.2 Komponen-komponen Utama Pada Panel Kapasitor
a. Main Switch / Load Breake Switch
Main switch ini sebagai peralatan kontrol dan isolasi jika ada pemeliharaan panel. Sedangkan untuk pegaman kabel dan instalasi sudah tersedia disisi tasnya ( dari ) MDP. Main Switch adalah peralatan untuk pemutus dan penyambung yang sifatnya on load yakni dapat diputus dan disambung dalam keadaan berbeban. Untuk menentukan kapasitas yang dipakai dengan perhitungan minimal 25% lebih dari perhitungan Kvar yang terpasang.
b. Kapasitor Breaker
Kapasitor Breaker digunakan untuk mengamankan instalasi breaker dari breaker ke kapasitor bank dan juga kapasitor itu sendiri. Kapasitas breaker yang digunakan sebesar 1.5 kali dari arus nominal dengan I m = 10 x Ir. Untuk menghitung besarnya arus dapat dihunakan rumus
...(2.12)
Selain breaker dapat pula digunakan fuse, pemakaian fuse ini sebenarnya lebih baik karena respon dari kondisi over current dan short circuit lebih baik namun tidak efisien dalam pengoprasian jika dalam kondisi putus harus selalu ada penggantian fuse. Jika menggunakan fuse perhitungan sama dengan pengguaan breaker.
Magnetik kontaktor digunakan sebagai peralatan kontrol. Beban kapasitor memiliki arus puncak yang tinggi, lebih tinggi dari beban motor. Untuk pemilihan magnetic contactor minimal 10% lebih tinggi dari arus nominal. Pemilihan magnetic contactor dengan range ampere lebih tinggi akan lebih baik sehingga umur pemakaian magnetic contactor lebih lama. d. Kapasitor Bank
kapasitor bank adalah peralatan listrik yang memiliki sifat kapasitif, yang akan berfungsi sebagai penyeimbang sifat induktif. Kapasitas kapasitor dari ukuran 5 Kvar ( Kilovolt amper reaktif ) meski didalamnya mengandung besaran kapasitansi yaitu Farad dan Microfarad. Kapasitor ini memiliki sifat listrik yang kapasitif ( leading ) sehingga memiliki sifat mengurangi / menghilangkan terhadap sifat induktif ( leaging ).
e. Reactive Power Regulator
Peralatan ini berfungsi untuk mengatur kerja kontaktor agar daya reaktif yang akan disupply ke jaringan atau sistem akan bekerja sesuai kapasitas yang dibutuhkan. Dengan acuan pembacaan besaran arus dan tegangan pada sisi utama breaker. Maka daya reaktif yang dibutuhkan dapat terbaca dan regulator inilah yang mengatur kapan dan berapa daya reaktif yang diperlukan. Peralatan ini memiliki beberapa step, dari 6 step, 12 step sampai 18 step.
2.8 Proteksi Bahaya Petir
Salah satu penyebab kerusakan peralatan elektronika karena induksi sambaran petir. Kerusakan akibat sambaran petir secara langsung, kerusakan ini biasanya sangat mudah diketahui, karena jelas petir menyambar sebuah
gedung dan sekaligus peralatan listrik/elektronik yang ada didalamnya ikut rusak. Kerusakan akibat sambaran petir tidak langsung, kerusakan ini sangat sulit di identifikasi dengan jelas karen apetir yang menyambar pada satu titik lokasi sehingga hantaran induksi melalui aliran listrik / kabel PLN, Telekomunikasi, pipa PAM dan peralatan besi lainnya dapat mencapai 1 Km dari tempat petir terjadi. Jadi tanpa disadari dengan tiba-tiba peralatan komputer, pemancar TV, Radio dan PABX terbakar terbakar tanpa sebab yang jelas. Untuk menghindari kerusakan tersebut diperlukan sistem proteksi peralatan ( penangkal petir ). Sesuai dengan ketentuan internasional Electrotechnical Commission TC 81 yang disahkan bulan Agustus 1989 maka system penangkal petir yang sempurna harus terdiri dari 3 bagian :
2.8.2 Proteksi External
Yang disebut proteksi eksternal adalah instalasi dan alat-alat diluar sebuah struktur untuk menangkap dan menghantar arus petir ke sistem pembumian atau berfungsi sebagai ujung tombak penangkap muatan listrik di tempat tertinggi. Proteksi External yang baik terdiri atas:
d. Air terminal atau interseptor. e. Down Conductor.
f. Equipotensialisasi.
g. Proteksi Pembumian/Pentanahan
Bagian terpenting dalam instalasi sistem penangkal petir adalah sistem pembumiannya. Kesulitan pada sistem pembumian biasanya karena berbagai
macam jenis tanah. Hal ini dapat diatasi dengan menghubungkan semua metal dengan elektroda tunggal yang ke bumi.
h. Proteksi Internal
Proteksi internal berarti proteksi peralatan elektronik terhadap efek dari arus petir. Terutama efek medan magnet dan medan listrik pada instalasi metal atau sistem listrik, proteksi internal yang baik terdiri dari:
a. Pencegahan sambaran langsung. b. Pencegahan sambaran tidak langsung. c. Equipotensialisasi.