TUGAS AKHIR
STUDI TENTANG KUALITAS KINERJA TRANSFORMATOR
DISTRIBUSI DALAM MELAYANI BEBAN DENGAN
REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI SEBAGAI
PARAMETER
(Aplikasi Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota)
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro
OLEH :
NIM : 04 0402 062 SUTRISNO PURBA
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
STUDI TENTANG KUALITAS KINERJA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DALAM MELAYANI BEBAN DENGAN REGULASI
TEGANGAN DAN EFISIENSI SEBAGAI PARAMETER (Aplikasi Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota)
OLEH :
NIM : 04 0402 062 SUTRISNO PURBA
Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Teknik Elektro
Disetujui oleh : Dosen Pembimbing
NIP. 130 836 676 Ir. Satria Ginting
Diketahui oleh :
Ketua Departemen Teknik Elektro FT-USU
NIP. 131 459 554 Ir. Nasrul Abdi, MT
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang mampu mengubah tenaga
listrik arus bolak balik pada suatu tingkatan tegangan ke tingkat tegangan lain atau dari
suatu tingkatan arus ke tingkatan arus lain dengan frekuensi yang sama melalui prinsip
induksi elektromagnetis. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti, yang
terbuat dari besi berlapis, dan dua buah kumparan, yaitu kumparan primer, dan kumparan
sekunder. Rasio perubahan tegangan akan tergantung dari rasio jumlah lilitan pada kedua
kumparan itu. Biasanya kumparan terbuat dari kawat tembaga yang dibelit seputar “kaki”
inti transformator. Salah satu jenis transformator adalah transformator distribusi. Trafo
distribusi adalah merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam penyaluran
tenaga listrik dari gardu distribusi ke konsumen. Rendahnya kualitas daya dan tegangan
yang diterima oleh konsumen tidak terlepas dari kualitas kinerja transformator distribusi
dalam melayani beban rendah pula.
Suatu transformator distribusi yang mempunyai kualitas baik, jika transformator
tersebut mempunyai nilai efisiensi yang tinggi dan mempunyai nilai rugi-rugi yang kecil
pada saat melayani beban. Semakin besar efisiensi suatu transformator serta rugi-rugi
yang ditimbulkannya semakin kecil pada saat melayani beban, maka kualitas
transformator tersebut semakin baik dan begitu juga sebaliknya. Regulasi tegangan
transformator adalah suatu bentuk kualitas tegangan dari suatu transformator distribusi
pada sisi beban. Semakin besar regulasi tegangan dari suatu transformator maka semakin
buruklah kualitas tegangan pada sisi beban transformator tersebut dan begitu juga
sebaliknya. Sehingga perlu dilakukan perhitungan nilai efisiensi transformator serta
regulasi tegangannya untuk mengetahui kulitas kinerja transformator tersebut dalam
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus, Bapa yang ada di
surga atas segala kasih karunia, pengetahuan, dan tuntunannya selama Penulis
melaksanakan studi hingga terselesaikannya tugas akhir ini
Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat bagi Penulis untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatra Utara.
Adapun judul tugas akhir ini adalah :
STUDI TENTANG KUALITAS KINERJA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DALAM MELAYANI BEBAN DENGAN REGULASI TEGANGAN DAN
EFISIENSI SEBAGAI PARAMETER
Selama masa kuliah sampai masa penyelesaian tugas akhir ini, Penulis banyak
memperoleh bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh
ketulusan hati, Penulis mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua Orangtua tercinta, G Purba dan E br.Marbun yang selalu memberikan
dukungan, perhatian, dan doa yang tak henti-hentinya selama hidup Penulis.
2. Abangku Robby Fadly Purba S.P dan Sudianto Purba, kakakku Sulastriani
br.Purba, Reni Elpanetti S.Si br.Purba, adekku Sri Oktoria br.Purba dan Renta
br.Purba, yang selalu memberikan dukungan dan cinta yang tulus selalu.
3. Bapak Ir. Nasrul Abdi, MT selaku Ketua Departemen Teknik Elektro, Fakultas
Teknik , Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Rahmat Fauzi ST, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Elektro,
5. Bapak Ir. Satria Ginting selaku Dosen Pembimbing Penulis yang telah
meluangkan waktu dan tempat untuk membimbing dan membantu Penulis
menyelesaikan Tugas akhir ini.
6. Bapak Ir. Syarifuddin Siregar selaku Dosen Wali Penulis selama menyelesaikan
pendidikan di Universitas Sumatera Utara yang juga banyak memberi
inspirasi,masukan dan dorongan spiritual kepada Penulis dalam menyelesaikan
studi di Departemen Teknik Elektro FT-USU.
7. Bapak Prof.Dr.Ir. Usman Baafai selaku Kepala Laboratorium Elektronika Dasar
Departemen Teknik Elektro FT. USU
8. Seluruh Staff Pengajar dan Pegawai Departemen Teknik Elektro FT-USU
9. Rekan-rekan asisten dan teman-teman di Laboratorium Elektronika Dasar
Departemen Teknik Elektro FT. USU, Jeremia, Rozi, Lutfi, dan Yona, B’ Been,
B’ Juanda, B’ Wiswa dan B’ Martin CS .
10.Semua rekan – rekan di Fakultas Teknik Elektro USU terutama angkatan 2004
yang telah banyak memberi warna dalam hidup Penulis.
11.Teman terbaik yang selalu di hati, Itok Tity (Puyuk), Itok aNCe (si ’C’),
B’Budiman Saragih, Julika, Roy Alfred (si ’Coy’) dan Jeremia Purba (si ’Chev’),
semoga Yesus selalu memberkati jalan kita.
12.Teman-teman di UKM KMK UP FT-USU, Jeko, Batara, Ady, Immanuel,
Irwanto, Marojahan, Juan Rio dan teman-teman yang lainnya yang tidak dapat
penulis sebut satu per satu, yang membantu penulis dalam penyelesaian Tugas
13.Kepada adik kelompokku D’Boul, Niko, Atfen dan Ramli yang banyak
memberikan dukungan dalam doa.
14.Semua orang yang tidak dapat disebutkan satu persatu, Penulis mengucapkan
banyak terima kasih.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan isi
dan analisa yang disajikan. Akhir kata, semoga tulisan ini bermamfaat bagi
Pembaca.
Medan, September 2008
DAFTAR ISI
Abstrak... ...i
Kata Pengantar ... ....ii
Daftar Isi ... ....v
Daftar Gambar... .viii
Daftar Tabel ... ....x
BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang ... ...1
I. 2 Tujuan Penulisan ... ….2
I. 3 Batasan Masalah ... ….2
I. 4 Metode Penulisan ... ….3
I. 5 Sistematika Penulisan ... ….4
BAB II TRANSFORMATOR II. 1 Umum………...5
II. 2. Konstruksi Transformator………...……….6
II. 3 Prinsip Kerja Transformator...………...8
II.3.1 Keadaan Transformator Tanpa Beban...9
II.3.2 Keadaan Transformator Berbeban...13
II. 4 Rangkaian Ekivalen Transformator...………...15
II.4.1 Pengukuran Beban Nol...19
II.4.2 Pengukuran Hubung Singkat...20
II.5.1 Rugi Tembaga...22
II.5.2 Rugi Besi...22
II. 6 Transformator Tiga Phasa...23
II.6.1 Umum...23
II.6.2 Konstruksi Transformator Tiga Phasa...23
II.6.3 Hubungan Tiga Phasa Pada Transformator...25
II. 7 Sistem Pendingin Transformator...………....32
II. 8 Kegunaan Transformator...33
BAB III TINJAUAN TENTANG TRANSFORMATOR DISTRIBUSI III. 1 Umum………....34
III. 2 Sistem Tiga Phasa...………...36
III. 2.1 Sistem Hubungan Wye ( Y ) Dan Delta ( ∆ )...…….37
III. 2.2 Sistem Hubungan Zig-Zag (Z)...……….38
III. 2.3 Beban Seimbang Terhubung Wye ( Y )…...……….39
III. 2.4 Beban Tidak Seimbang Terhubung Wye (Y )....………...40
III. 3 Daya Dalam Sistem Tiga Phasa...…..41
III. 4 Transformator Distribusi...………42
III. 4.1 Spesifikasi Umum Tegangan Primer Trafo Distribusi...…….44
III. 4.2 Spesifikasi Umum Tegangan Sekunder Trafo Distribusi……….44
III. 4.3 Spesifikasi Umum Tegangan Penyadapan Trafo Distribusi...45
III. 4.4 Spesifikasi Umum Daya Pengenal Trafo Distribusi...45
III. 5 Klasifikasi Beban Transformator Distribusi...………....47
III. 6 Losses Pada Saluran Transformator Distribusi..………....49
III.6.1 Losses Pada Penghantar Phasa...49
III.6.2 Losses Akibat Beban Tidak Seimbang...50
III.6.3 Losses Pada Sambungan Tidak Baik...50
III. 7 Regulasi Tegangan Transformator Distribusi...…..51
III. 8 Efisiensi Transformator Distribusi...………52
BAB IV STUDI TENTANG KUALITAS KINERJA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DALAM MELAYANI BEBAN IV. 1 Umum...…..54
IV.2 Persamaan Yang Digunakan Dalam Perhitungan...…....55
IV.2.1 Perhitungan Persentase Beban Yang Dilayani...55
IV.2.2 Perhitungan Regulasi Tegangan Transformator...55
IV.2.3 Penyaluran Daya Pada Transformator...55
IV.2.4 Losses Yang Terjadi Pada Jaringan Distribusi...56
IV.2.5 Perhitungan Nilai Efisiensi Transformator...56
IV. 3 Metode Pengambilan Data Transformator Distribusi..…………..57
IV. 4 Data Hasil Ukur Beban Transformator Distribusi 160 KVA…...57
IV. 5 Analisa Data...………...63
BAB V PENUTUP Kesimpulan………..…..73
DAFTAR PUSTAKA………..….74
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
Gambar 2.1 Konstruksi transformator tipe inti (core form)... ...7
Gambar 2.2 Konstruksi lempengan logam inti trafo bentuk L dan U ... ...7
Gambar 2.3 Transformator tipe cangkang (shell form) ... ...8
Gambar 2.4 Konstruksi lempengan logam inti trafo bentuk E, I dan F... ...8
Gambar 2.5 Transformator dalam keadaan tanpa beban ... ...10
Gambar 2.6 Rangkaian ekivalen transformator dalam keadaan tanpa beban ... ...10
Gambar 2.7 Gambar vektor transformator dalam keadaan tanpa beban ... ...10
Gambar 2.8 Gambar gelombang Io tertinggal 90o dari V1 ... ...11
Gambar 2.9 Gambar gelombang sin (ωt-90o) tertinggal 90odari Φ………..12
Gambar 2.10 Transformator dalam keadaan berbeban... ...14
Gambar 2.11 Rangkaian ekivalen transformator dalam keadaan berbeban………..14
Gambar 2.12 Rangkaian transformator ideal...16
Gambar 2.13 Diagram vektor model rangkaian ekivalen transformator ideal .... ...16
Gambar 2.14 Gambar rangkaian ekivalen transformator...17
Gambar 2.15 Penyedehanaan rangkaian ekivalen transformator ... ...18
Gambar 2.16 Diagram vektor parameter sekunder pada rangkaian primer………..18
Gambar 2.17 Hasil akhir penyederhanaan rangkaian ekivalen trafo ... ...19
Gambar 2.18 Rangkaian pengukuran beban nol ... ...19
Gambar 2.19 Rangkaian pengukuran hubung singkat... ...21
Gambar 2.21 Blok diagram rugi-rugi pada transformator ... ...22
Gambar 2.22 Konstruksi trafo tiga phasa tipe inti ... ...24
Gambar 2.23 Transformator tiga phasa tipe cangkang ... ...24
Gambar 2.24 Transformator hubungan - Y ... ...26
Gambar 2.25 Transformator hubungan - ∆ ... ...27
Gambar 2.26 Transformator hubungan YY ... ...28
Gambar 2.27 Transformator hubungan Y∆ ... ...29
Gambar 2.28 Transformator hubungan ∆Y ... ...30
Gambar 2.29 Transformator hubungan ∆∆ ... ...31
Gambar 3.1 Gambaran umum distribusi tenaga listrik ... …..…..35
Gambar 3.2 Sistem tiga phasa sebagai sistem tiga phasa tunggal... ...36
Gambar 3.3 Bentuk gelombang dalam sistem tiga phasa ... ...37
Gambar 3.4 Sistem Hubungan Y dan sistem ∆ ... ...38
Gambar 3.5 Sistem Hubungan Zig-Zag (Z) ... ...39
Gambar 3.6 Beban tidak seimbang terhubung bintang empat kawat ... ...40
Gambar 3.7 Transformator Distribusi Tiga Phasa 160 KVA ... ...43
Gambar 3.8 Sambungan Kabel ... ...50
Gambar 4.1 Kurva Karakteristik Pembebanan Trafo Distribusi LWBP dan WBP...71
Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Plosses Trafo Distribusi pada WBP dan LWBP...71
Gambar 4.3 Grafik Perbandingan VR Trafo Distribusi pada WBP dan LWBP...……….72
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Nilai Daya Pengenal Transformator Distribusi...46
Tabel 3.2 Nilai Rugi-rugi Transformator Distribusi...46
Tabel 3.3 Klasifikasi Beban Pelanggan Listrik PLN...47
Tabel 4.1 Spesifikasi Umum Transformator Distribusi 160 KVA ... ………58
Tabel 4.2 Data Hasil Ukur Beban Transformator Distribusi 160 KVA………...59
Rayon Medan Kota Lewat Waktu Beban Puncak ( LWBP ) Tabel 4.3 Data Hasil Ukur Beban Transformator Distribusi 160 KVA………...61
Rayon Medan Kota Waktu Beban Puncak ( WBP ) Tabel 4.4 Analisa Data Hasil Ukur Beban Transformator Distribusi 160 KVA…...…...65
Rayon Medan Kota Lewat Waktu Beban Puncak ( LWBP ) Tabel 4.5 Analisa Data Hasil Ukur Beban Transformator Distribusi 160 KVA…...…...69
ABSTRAK
Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang mampu mengubah tenaga
listrik arus bolak balik pada suatu tingkatan tegangan ke tingkat tegangan lain atau dari
suatu tingkatan arus ke tingkatan arus lain dengan frekuensi yang sama melalui prinsip
induksi elektromagnetis. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti, yang
terbuat dari besi berlapis, dan dua buah kumparan, yaitu kumparan primer, dan kumparan
sekunder. Rasio perubahan tegangan akan tergantung dari rasio jumlah lilitan pada kedua
kumparan itu. Biasanya kumparan terbuat dari kawat tembaga yang dibelit seputar “kaki”
inti transformator. Salah satu jenis transformator adalah transformator distribusi. Trafo
distribusi adalah merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam penyaluran
tenaga listrik dari gardu distribusi ke konsumen. Rendahnya kualitas daya dan tegangan
yang diterima oleh konsumen tidak terlepas dari kualitas kinerja transformator distribusi
dalam melayani beban rendah pula.
Suatu transformator distribusi yang mempunyai kualitas baik, jika transformator
tersebut mempunyai nilai efisiensi yang tinggi dan mempunyai nilai rugi-rugi yang kecil
pada saat melayani beban. Semakin besar efisiensi suatu transformator serta rugi-rugi
yang ditimbulkannya semakin kecil pada saat melayani beban, maka kualitas
transformator tersebut semakin baik dan begitu juga sebaliknya. Regulasi tegangan
transformator adalah suatu bentuk kualitas tegangan dari suatu transformator distribusi
pada sisi beban. Semakin besar regulasi tegangan dari suatu transformator maka semakin
buruklah kualitas tegangan pada sisi beban transformator tersebut dan begitu juga
sebaliknya. Sehingga perlu dilakukan perhitungan nilai efisiensi transformator serta
regulasi tegangannya untuk mengetahui kulitas kinerja transformator tersebut dalam
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Pada saat sekarang ini, indonesia sedang melaksanakan pembangunan di segala
bidang termasuk di bidang energi. Seiring dengan laju pertumbuhan pembangunan maka
dituntut adanya sarana dan prasarana yang mendukungnya seperti tersedianya energi
listrik yang memadai. Saat ini, energi listrik merupakan kebutuhan yang utama baik
untuk kehidupan sehari-hari maupun untuk kebutuhan industri. Hal ini disebabkan karena
energi listrik mudah untuk dikonversikan ke dalam bentuk energi yang lain. Penyediaan
energi listrik yang stabil dan kontinu merupakan syarat dalam memenuhi kebutuhan
energi listrik. Penyaluran energi listrik ini harus dibarengi dengan kualitas daya dan
tegangan yang disalurkan ke konsumen mempunyai kualitas yang baik. Sehingga
kekontinuan pelayanan energi listrik tetap terjaga dengan baik dengan kualitas energi
yang baik pula. Salah satu alat yang dipakai dalam penyaluran energi listrik tersebut
adalah transformator distribusi.
Transformator distribusi merupakan suatu alat yang dipakai dalam pelayanan
energi listrik ke konsumen. Suatu trafo distribusi dikatakan mempunyai kualitas yang
baik dalam melayani beban, jika transformator distribusi tersebut mempunyai nilai
efisiensi yang tinggi dan mempunyai nilai rugi-rugi yang kecil pada saat melayani beban.
Semakin besar efisiensi suatu transformator serta rugi-rugi yang ditimbulkannya semakin
kecil pada saat melayani beban, maka kualitas transformator tersebut semakin baik dan
kualitas tegangan dari suatu transformator distribusi pada sisi beban. Semakin besar
regulasi tegangan dari suatu transformator distribusi maka semakin buruklah kualitas
tegangan pada sisi beban transformator distribusi tersebut dan begitu juga sebaliknya.
Sehingga perlu dilakukan perhitungan nilai efisiensi transformator distribusi serta
regulasi tegangannya untuk mengetahui kulitas kinerja transformator distribusi tersebut
dalam melanyani beban konsumen baik pada keadaan beban seimbang dan tak seimbang.
I.2 TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah :
1. Mengetahui kualitas kinerja transformator distribusi 160 KVA dalam
melayani beban di PT.PLN (Persero) Rayon Medan Kota
2. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan energi listrik ke
konsumen.
I.3 BATASAN MASALAH
Agar tujuan penulisan tugas akhir ini sesuai dengan yang diharapkan serta
terarah pada judul dan bidang yang telah disebutkan diatas, maka penulis
membatasi permasalahan yang akan dibahas,
1. Parameter yang dibahas hanya regulasi tegangan, serta efisiensi dari
transformator distribusi dalam melayani beban.
2. Tidak membahas tentang rugi-rugi akibat arus netral serta rugi-rugi
yang disebabkan oleh eddy current dan hysteresis.
4. Transformator distribusi yang digunakan adalah transformator
distribusi 160 KVA.
5. Tidak membahas masalah stabilitas dan harmonisa yang terjadi pada
transformator distribusi dalam melayani beban.
I.4 METODE PENULISAN
Untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini maka penulis menerapkan beberapa
metode studi diantaranya :
1. Studi literatur
yaitu dengan membaca teori-teori yang berkaitan dengan topik tugas akhir
ini dari buku-buku referensi baik yang dimiliki oleh penulis atau
diperpustakaan dan juga dari artikel-artikel, jurnal, internet dan lain-lain .
2. Studi lapangan
yaitu dengan melaksanakan pengambilan data hasil ukur beban pada
beberapa transformator distribusi 160 KVA di sisi tegangan rendah (sisi
sekunder) di PT.PLN (Persero) Rayon Medan Kota.
3. Studi bimbingan
yaitu dengan melakukan diskusi tentang topik tugas akhir ini dengan
dosen pembimbing yang telah ditunjuk oleh pihak Departemen Teknik
Elektro USU, dengan dosen-dosen bidang Konversi Energi Listrik, asisten
Laboratorium Konversi Energi Listrik dan teman-teman sesama
I.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Tugas akhir ini disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bagian ini berisikan latar belakang, tujuan penulisan, batasan masalah,
metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II TRANSFORMATOR
Bab ini memberikan penjelasan mengenai transformator secara umum,
konstruksi transformator, prinsip kerja transformator, rangkaian ekivalen
transformator, rugi-rugi pada transformator, transformator tiga phasa,
sistem pendingin transformator, kegunaan transformator.
BAB III TINJAUAN TENTANG TRANSFORMATOR DISTRIBUSI
Bab ini menjelaskan tentang transformator distribusi secara umum,
sistem tiga phasa, daya dalam sistem tiga phasa, transformator distribusi,
klasifikasi beban transformator distribusi, losses pada saluran
transformator distribusi, regulasi tegangan transformator distribusi dan
efissiensi transformator distribusi.
BAB IV STUDI TENTANG KUALITAS KINERJA TRANSFORMATOR
DISTRIBUSI DALAM MELAYANI BEBAN
Bab ini berisi tentang pembahasan secara umum, persamaan yang
digunakan dalam perhitungan, metode pengambilan data transformator
distribusi, data hasil ukur beban transformator distribusi 160 KVA, serta
analisa data.
BAB V PENUTUP
BAB II
TRANSFORMATOR
II.1 UMUM
Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang mampu mengubah
maupun untuk menyalurkan energi listrik arus bolak-balik dari satu atau lebih rangkaian
listrik ke rangkaian listrik arus bolak-balik yang lain, melalui suatu gandengan magnet
dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik yang dapat menaikkan/menurunkan
tegangan/arus dengan frekuensi yang sama. Pada umumnya transformator terdiri atas
sebuah inti, yang terbuat dari besi berlapis, dan dua buah kumparan, yaitu kumparan
primer, dan kumparan sekunder. Rasio perubahan tegangan akan tergantung dari rasio
jumlah lilitan pada kedua kumparan itu. Biasanya kumparan terbuat dari kawat tembaga
yang dibelit pada sekeliling “kaki” inti transformator.
Penggunaan transformator yang sangat sederhana dan andal merupakan salah
satu alasan penting dalam pemakaiannya dalam penyaluran tenaga listrik arus
bolak-balik, karena arus bolak–balik sangat banyak dipergunakan untuk pembangkitan dan
penyaluran tenaga listrik. Pada penyaluran tenaga listrik arus bolak-balik terjadi
kerugian energi sebesar I2R watt. Kerugian ini akan banyak berkurang apabila tegangan
dinaikkan setinggi mungkin. Dengan demikian maka saluran–saluran transmisi tenaga
listrik senantiasa mempergunakan tegangan yang tinggi. Hal ini dilakukan terutama
untuk mengurangi kerugian energi yang terjadi, dengan cara mempergunakan
yang biasanya berkisar antara 6 kV sampai 20 kV pada awal transmisi ke tegangan
saluran transmisi antara 100 kV sampai 1000 kV, kemudian menurunkannya lagi pada
ujung akhir saluran ke tegangan yang lebih rendah.
Transformator yang dipakai pada jaringan tenaga listrik merupakan
transformator tenaga. Disamping itu ada jenis–jenis transformator lain yang banyak
dipergunakan, dan yang pada umumnya merupakan transformator yang jauh lebih kecil.
Misalnya transformator yang dipakai di rumah tangga untuk menyesuaikan tegangan
dari lemari es dengan tegangan yang berasal dari jaringan listrik atau transformator yang
lebih kecil, yang dipakai pada lampu TL. Dan yang lebih kecil lagi, transformator–
transformator “mini” yang dipergunakan pada berbagai alat elektronik, seperti pesawat
penerima radio, televisi, dan lain sebagainya.
II.2 KONSTRUKSI TRANSFORMATOR
Pada dasarnya transformator terdiri dari kumparan primer dan sekunder yang
dibelitkan pada inti ferromagnetik. Berdasarkan letak kumparan terhadap inti,
transformator terdiri dari dua macam konstruksi, yaitu tipe inti (core type) dan tipe
cangkang (shell type). Kedua tipe ini menggunakan inti berlaminasi yang terisolasi satu
sama lainnya, dengan tujuan untuk mengurangi rugi-rugi arus eddy.
Tipe inti (Core form)
Tipe inti ini dibentuk dari lapisan besi berisolasi berbentuk persegi dan kumparan
mengelilingi inti besi yang disebut dengan kumparan, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Konstruksi transformator tipe inti (core form)
Sedangkan konstruksi intinya pada umumnya berbentuk huruf L atau huruf U,
dapat kita lihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Konstruksi lempengan logam inti transformator bentuk L dan U
Tipe cangkang (Shell form)
Jenis konstruksi transformator yang kedua yaitu tipe cangkang yang dibentuk
dari lapisan inti berisolasi, dan kumparan dibelitkan di pusat inti, dapat dilihat pada
Gambar 2.3 Transformator tipe cangkang (shell form)
Pada transformator ini, kumparan atau belitan transformator dikelilingi oleh inti.
Sedangkan konstruksi intinya pada umumnya berbentuk huruf E, huruf I atau huruf F
seperti terlihat pada gambar 2.4.
Gambar 2.4 Konstruksi lempengan logam inti transformator bentuk E, I dan F
II.3 PRINSIP KERJA TRANSFORMATOR
Transformator terdiri atas dua buah kumparan ( primer dan sekunder ) yang
bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektris namun berhubungan secara
magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi ( reluctance ) rendah. Apabila
kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan balik maka fluks
jaringan tertutup maka mengalirlah arus primer. Akibat adanya fluks di kumparan
primer maka di kumparan primer terjadi induksi ( self induction ) dan terjadi pula
induksi di kumparan sekunder karena pengaruh induksi dari kumparan primer atau
disebut sebagai induksi bersama ( mutual induction ) yang menyebabkan timbulnya
fluks magnet di kumparan sekunder, maka mengalirlah arus sekunder jika rangkaian
sekunder di bebani, sehingga energi listrik dapat ditransfer keseluruhan (secara
magnetisasi ).
dt d N
e=(−) φ (Volt) ……….( 2.1 )
Dimana : e = gaya gerak listrik (Volt)
N = jumlah lilitan (turn)
dt dφ
= perubahan fluks magnet (weber/sec)
Perlu diingat bahwa hanya tegangan listrik arus bolak-balik yang dapat
ditransformasikan oleh transformator, sedangkan dalam bidang elektronika,
transformator digunakan sebagai gandengan impedansi antara sumber dan beban untuk
menghambat arus searah sambil tetap melakukan arus bolak-balik antara rangkaian.
Tujuan utama menggunakan inti pada transformator adalah untuk mengurangi
reluktansi ( tahanan magnetis ) dari rangkaian magnetis ( common magnetic circuit )
II.3.1 Keadaan transformator tanpa beban
Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber tegangan
menganggap belitan N1 reaktif murni. I0 akan tertinggal 900 dari V1. Arus primer I0
V2 I2
V1 I0
N1 N2
AC
m
Ф
menimbulkan fluks (Ф) yang sefasa dan juga berbentuk sinusoid.
Gambar 2.5 Transformator dalam keadaan tanpa beban
I1 I0
Ic Im
Rc Xm
V1 V2
Gambar 2.6 Rangkaian ekivalen transformator dalam keadaan tanpa beban
V1 E1
I0
Φ
90o 0
ωt V1
I , o Φ
2π
π
o
Gambar 2.8 Gambar gelombang Io tertinggal 90o dari V
t
ω
sinmax
Φ = Φ
1
(weber) ... (2.2)
Fluks yang sinusoid ini akan menghasilkan tegangan induksi е1
dt d N
e1 =− 1 Φ
(Hukum
Faraday):
dt t d
N
e ( maxsin )
1 1
ω Φ
− =
t N
e1 =− 1
ω
Φmax cosω
(Volt) ... (2.3)) 90 sin(
max 1
1 = N Φ wt−
e
ω
(tertinggal 90
odari Φ)
Dimana :
e1
= gaya gerak listrik (Volt)N1
Φ = fluks magnetik (weber)
= jumlah belitan di sisi primer (turn)
90o 0
e
i
2
π
π
ωtΦ 1,
e
2Φ
Gambar 2.9 Gambar gelombang
e
1 tertinggal 90o2
max 1 1
Φ = N ω
E
dari Φ
Harga efektif :
2
2 max
1 1
Φ = N f
E π
2 14 , 3
2 max
1 1
Φ
= N x f
E
2 28 ,
6 max
1 1
Φ
= N f
E
max 1 1 =4,44N fΦ
Pada rangkaian sekunder, fluks (Φ) bersama tadi juga menimbulkan :
dt d N
e2 =− 2 Φ
t N
e2 = 2
ω
Φmaxcosω
(Volt)Harga efektifnya :
max 2 2 =4,44N fΦ
E (volt)
Bila rugi tahanan dan adanya fluksi bocor diabaikan, maka akan terdapat hubungan :
a N N V V E E
= = =
2 1
2 1
2
1 ... (2.5)
Dimana : E1 = ggl induksi di sisi primer (Volt)
E2 = ggl induksi di sisi sekunder (Volt)
V1 = tegangan terminal sisi primer (Volt)
V2 = tegangan terminal sisi sekunder (Volt)
N1 = jumlah belitan sisi primer (turn)
N2
II.3.2 Keadaan transformator berbeban
= jumlah belitan sisi sekunder (turn)
a
= faktor transformasiApabila kumparan sekunder di hubungkan dengan beban ZL, I2
L
Z V
I 2
2 =
mengalir pada
’
AC
I1
N1 ZL
I 2
N2
V1 V2
Ф2Ф 2
‘ Фm
Gambar 2.10 Transformator dalam keadaan berbeban
R1 X1
V1 RC XM
I1 I0
IC IM ZL
I'2
R2 X2
V2
I2
Gambar 2.11 Rangkaian ekivalen transformator dalam keadaan berbeban
Arus beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N2 I2 yang
cenderung menentang fluks (Ф) bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan. Agar
fluks bersama itu tidak berubah nilainya, pada kumparan primer harus mengalir arus I2',
yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus beban I2
'
2 0 1 I I I = +
, hingga keseluruhan arus
yang mengalir pada kumparan primer menjadi:
(Ampere) ……….. (2.6)
Bila komponen arus rugi inti (Ic) diabaikan, maka I0 = Im
'
2 1 I I I = m+
, sehingga:
Dimana: I1 = arus pada sisi primer (Amp)
I'2 = arus yg menghasilkan Φ'2 (Amp)
I0 = arus penguat (Amp)
Im = arus pemagnetan (Amp)
Ic = arus rugi-rugi inti (Amp)
Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah sebesar ggm yang dihasilkan oleh
arus pemagnetan IM
M I N1
, maka berlaku hubungan :
= N1I1−N2I2
M I
N1 = N1
(
IM +I2')
−N2 I2' 2 1I
N = N2 I2
Karena I dianggap kecil, maka M ' 1
2 I
I = . Sehingga :
1 1I
N = N2 I2
1 1 I
V = V2I2
II.4 RANGKAIAN EKIVALEN TRANSFORMATOR
Fluks yang dihasilkan oleh arus pemagnetan Im tidak seluruhnya merupakan
fluks bersama (ФM), sebagian mencakup kumparan pimer (Ф1) atau mencakup
kumparan sekunder saja (Ф2) dalam model rangkaian ekivalen yang dipakai untuk
menganalisis kerja suatu transformator, adanya fluks bocor Ф1 dengan mengalami
mengalami proses transformasi dapat ditunjukan sebagai reaktansi X2 sedang rugi
tahanan ditunjukan dengan R1 dan R2
R1 X1 R2 X2
RC XM
I1 Io I'2
IC IM
V1 E1 E2 V2
N1 N2
I2
ZL
, dengan demikian model rangkaian dapat
dituliskan seperti gambar 2.12.
Gambar 2.12 Gambar rangkaian transformator ideal
ФM
IM
I0
I1
I2'
E1
I1R1
I1X1
V1
I2
V2
I2R2
I2X2
E2
IC
φ
Gambar 2.13 Diagram vektor model rangkaian transformator ideal
Dari diagram vektor diatas dapat pula diketahui hubungan penjumlahan vektor yaitu :
V1 = I1R1 + I1X1 + E
E
E1/E2 = N1/N2 = a atau E1 = a E2
E
, hingga
1 = a (I2R2 + I2X2 + V2
Maka :
)
V1 = I1R1 + I1X1 + a (I2R2 + I2X2 + V2
V
)
1 = I1R1 + I1X1 + a I2R2 + a I2X2 + a V
Karena I'
2
2/I2 = N2/N1 = 1/a atau I2= aI'
Maka:
2
V1 = I1R1 + I1X1 + a (a I'2R2) + a (a I'2X2) + a V
V
2
1 = I1R1 + I1X1 + a2 I'2R2 + a2 I'2X2 + a V
V
2
1 = I1R1 + I1X1 + I'2 (a2 R2 + a2 X2) + a V2 (Volt)...
(2.8)
Dari rangkaian transformator ideal diatas, apabila semua nilai parameter sekunder
dinyatakan pada sisi rangkaian primer, harganya perlu dikalikan dengan faktor a2,
dimana X'2 = X2 a2 , R'2 = R2 a2 , dan I'2 = I2
R1 X1
V1 RC XM
I
1I
0I
CI
MI'
2R'2 X'2
V'
2=
a
V
2
a Z2 L
[image:30.612.163.489.516.672.2]a maka :
Untuk memudahkan perhitungan, model rangkaian ekivalen transformator
tersebut dapat diubah menjadi seperti gambar 2.15 dibawah ini :
I1
I
oI
CI
MRC
X
MV1
R
1X
1a
2R
2a
2X2
a
2ZL
aV
2I'
2Gambar 2.15 Penyederhanaan rangkaian ekivalen transformator
ФM
IM I0
I1
I’2
I1R1
I1X 1
V1
aV2 aI’2R2
aI’2X
2
IC
[image:31.612.148.408.411.588.2]φ
Gambar 2.16 Diagram vektor parameter sekunder pada rangkaian primer
Gambar 2.15 di atas dapat di sederhanakan dengan menggunakan Rek dan Xek
R
yang dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini :
Xek = X1 + a2X2
I1
Rek
Xek
I0
Im
Xm
Rc
Ic
I2'
a2Z
L
aV2
V1
(Ohm)...(2.10)
[image:32.612.188.459.166.297.2]Sehingga rangkaian di atas dapat diubah seperti gambar 2.17 di bawah ini :
Gambar 2.17 Hasil akhir penyederhanaan rangkaian ekivalen transformator
Parameter transformator yang terdapat pada model rangkaian (rangkaian
ekivalen) Rc, Xm, Rek dan Xek
II.4.1 Pengukuran beban nol
dapat ditentukan besarnya dengan dua macam
pengukuran yaitu pengukuran beban nol dan pengukuran hubungan singkat.
Rangkaian pengukuran beban nol atau tanpa beban dari suatu transformator
dapat ditunjukkan pada gambar 2.18 Umumnya untuk pengukuran beban nol semua
instrumen ukur diletakkan di sisi tegangan rendah (walaupun instrumen ukur terkadang
diletakkan di sisi tegangan tinggi), dengan maksud agar besaran yang diukur cukup
besar untuk dibaca dengan mudah.
AC V
A W
Gambar 2.18 Rangkaian pengukuran beban nol
Dalam keadaan tanpa beban bila kumparan primer di hubungkan dengan sumber
tegangan V1, maka akan mengalir arus penguat I0. Dengan pengukuran daya yang
masuk (P0), arus penguat I0 dan tegangan V1
0 2 1
P V Rc =
maka akan diperoleh harga :
(Ohm)... (2.11)
m c
c m
jX R
R jX I
V Z
+ = =
0 1
0 (Ohm) ... (2.12)
Dimana :
Z0
R
= impedansi beban nol (Ohm)
c
X
= tahanan beban nol (Ohm)
m = reaktansi beban nol (Ohm)
II.4.2 Pengukuran hubung singkat
Hubungan singkat berarti terminalnya dihubung singkatkan, sehingga hanya
impedansi Zek = Rek + j Xek yang membatasi arus.
Karena harga Rek dan Xek ini relatif kecil maka harus dijaga agar tegangan
masuk (Vsc) cukup kecil, sehingga arus yang dihasilkan tidak melebihi arus nominal.
Harga I0 akan relatif sangat kecil bila dibandingkan dengan arus nominal, sehingga pada
AC V
A W
[image:34.612.210.448.172.287.2]N1 N2 A
Gambar 2.19 Rangkaian Pengukuran hubung singkat
Isc Rek Xek
[image:34.612.226.424.342.459.2]Vsc
Gambar 2.20 Rangkaian ekivalen pengukuran hubung singkat
Dengan mengukur tegangan Vsc, arus Isc dan daya Psc
2 ) ( sc
sc ek
I P
R =
, akan dapat dihitung
parameter :
(Ohm) ... (2.13)
ek ek
sc sc
ek R jX
I V
Z = = + (Ohm) ... (2.14)
2 2
ek ek ek Z R
II.5 RUGI-RUGI PADA TRANSFORMATOR
Rugi Tembaga Rugi Tembaga
Rugi Besi Histeresis
[image:35.612.111.531.175.316.2]Dan Eddy Current
Gambar 2.21 Blok diagram rugi – rugi pada transformator
1I.5.1 Rugi tembaga ( Pcu )
Rugi yang disebabkan arus mengalir pada kawat tembaga yang terjadi pada
kumparan sekunder dapat ditulis sebagai berikut :
Pcu = I2
II.5.2 Rugi besi ( Pi )
R (Watt) ... (2.16)
Formula ini merupakan perhitungan untuk pendekatan. Karena arus beban berubah –
ubah, rugi tembaga juga tidak konstan bergantung pada beban. Dan perlu diperhatikan
pula resistansi disini merupakan resistansi AC.
Rugi besi terdiri atas :
• Rugi histerisis (Ph), yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak – balik pada inti
besi yang dinyatakan sebagai :
Sumber Kumparan
primer
Fluks Bersama
Kumparan Sekunder
Ph = kh f Bmaks1.6
• Rugi arus eddy (Pe) , yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada inti besi.
watt ... (2.17)
Kh = konstanta
Bmaks = Fluks maksimum ( weber )
Dirumuskan sebagai :
Pe = ke f2 B2maks (Watt) ... (2.18)
Kh = konstanta
Bmaks = Fluks maksimum ( weber )
Jadi, rugi besi ( rugi inti ) adalah :
Pi = Ph + Pe (Watt) ... (2.19)
II.6 TRANSFORMATOR TIGA PHASA
II.6.1 Umum
Tiga transformator berfasa satu dapat dihubungkan untuk membentuk bank-3
fasa (susunan 3 fasa = 3 phase bank) dengan salah satu cara dari berbagai cara
menghubungkan belitan transformator. Pada tiga buah transformator satu fasa yang
dipakai sebagai transformator tiga fasa setiap kumparan primer dari satu transformator
dijodohkan dengan kumparan sekundernya. Hendaknya dicatat bahwa pada
transformator tiga fasa ini besar tegangan antar fasa (VL-L) dan daya transformator
(KVA) tidak tergantung dari hubungan belitannya. Akan tetapi tegangan fasa netral (V
L-N
II.6.2 Konstruksi transformator tiga fasa
) serta arus dari masing-masing transformator tergantung pada hubungan belitannya.
Untuk mengurangi kerugian yang disebabkan oleh arus pusar di dalam inti,
SEKUNDER PRIMER
R S T
[image:37.612.166.492.93.225.2]r s t
Gambar 2.22 Konstruksi transformator tiga fasa tipe inti
Salah satu jenis konstruksi yang biasa dipergunakan diperlihatkan pada gambar 2.23 :
R
S
T
r
s
t
PRIMER
SEKUNDER
Gambar 2.23 Transformator tiga fasa tipe cangkang
Dalam jenis inti (core type) kumparan dililitkan disekitar dua kaki inti magnetik
[image:37.612.207.446.301.594.2]inti berkaki tiga dengan laminasi silikon-steel. Umumnya digunakan untuk transformator
yang bekerja pada frekuensi dibawah beberapa ratus Hz. Silikon-steel memiliki
sifat-sifat yang dikehendaki yaitu murah, rugi inti rendah dan permeabilitas tinggi pada rapat
fluks tinggi. Inti transformator yang dipergunakan dalam rangkaian komunikasi pada
frekuensi tinggi dan tingkat energi rendah, kadang-kadang dibuat dari campuran tepung
ferromagnetik yang dimanfaatkan sebagai permalloy.
II.6.3 Hubungan tiga fasa dalam transformator
Secara umum hubungan belitan tiga fasa terbagi atas dua jenis, yaitu hubungan
wye (Y) dan hubungan delta (Δ). Masing-masing hubungan belitan ini memiliki
karakteristik arus dan tegangan yang berbeda-beda, selanjutnya akan dijelaskan dibawah
ini. Baik sisi primer maupun sekunder masing-masing dapat dihubungkan wye ataupun
delta. Kedua hubungan ini dapat dijelaskan secara terpisah, yaitu :
1. Hubungan wye (Υ)
Hubungan ini dapat dilakukan dengan menggabungkan ketiga belitan
transformator yang memiliki rating yang sama dengan mempertemukan ujung-ujungnya
I R
I T I S I N R
S
T N
PRIMER
Gambar 2.24 Transformator Hubungan-Y
Dalam hubungan-Y dengan memakai kawat netral dalam keadaan seimbang
dapat kita ketahui sebagai berikut :
ph T S
R V V V
V = = = (Volt) ... (2.20)
ph TR
ST
RS V V V
V = = = 3 (Volt) ... (2.21)
ph T S R
L I I I I
I = = = = (Amp) ... (2.22)
Dimana: VL
V
= Tegangan line to line (Volt)
ph
I
= Tegangan phasa (Volt)
L
I
= Arus line to line (Amp)
2. Hubungan delta (Δ)
Hubungan delta ini juga mempunyai tiga buah belitan dan masing-masing
memiliki rating yang sama dengan menghubungkannya berbentuk segitiga, seperti
terlihat pada gambar 2.25.
Dalam hubungan delta pada keadaan seimbang dapat kita ketahui sebagai
berikut :
R
T I
R
S IS
IT
I R - I T
I S-I R
I T -IS
SEKUNDER
Gambar 2.25 Transformator Hubungan Delta
ph T S
R R I I
I = = = (Amp) ... (2.23)
ph L
S T T S T
R I I I I I I I
I − = − = − = = 3 (Amp) ... (2.24)
ph TR ST
RS V V V
V = = = (Volt) ... (2.25)
Dimana : VL
V
= Tegangan line to line (Volt)
ph
I
= Tegangan phasa (Volt)
L
I
= Arus line to line (Amp)
Pada transformator tiga phasa selain terdapat dua hubungan belitan utama yaitu
hubungan delta dan hubungan bintang. Ada empat kemungkinan lain hubungan
transformator tiga phasa yaitu :
1. Hubungan YY Transformator tiga phasa
Hubungan YY pada transformator tiga phasa dapat dilihat pada gambar 2.26
berikut ini :
. .
. .
. .
+
+ +
-a a'
b b'
c c'
Np1 Ns1
Ns2
Ns3 Np2
Np3
[image:41.612.229.424.283.548.2]VLP VФp VФs VLS
Gambar 2.26 Transformator Hubungan YY
Pada hubungan Y-Y , tegangan primer pada masing-masing phasa adalah :
3 /
LP P V
Tegangan phasa primer sebanding dengan tegangan phasa sekunder dan
perbandingan belitan transformator. Maka diperoleh perbandingan tegangan pada
transformator adalah :
a V V V
V
S P
LS
LP = =
φ φ
3 3
………..( 2. 27 )
Pada hubungan Y-Y ini jika beban transformator tidak seimbang maka tegangan
pada phasa transformator tidak seimbang.
2. Hubungan YΔ Transformator tiga phasa
Hubungan YΔ pada transformator tiga phasa dapat dilihat pada gambar 2.27
berikut ini :
. .
. .
. .
a a'
b b'
c c'
Np1 Ns1
Ns2
Ns3 Np2
Np3
VLP VLS
V p
VФs
[image:42.612.224.426.395.668.2]Ф
Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat primer sebanding dengan tegangan
phasa primer VLP = 3VφP dan tegangan kawat ke kawat sekunder sama dengan
tegangan phasa VLS = VΦS
a V
V
V V
S P
LS LP
3 3
= =
φ φ
. Sehingga diperoleh perbandingan tegangan pada hubungan
ini adalah sebagai berikut :
…………..( 2. 28 )
Hubungan ini lebih stabil dan tidak ada masalah dengan beban tidak seimbang
dan harmonisa.
3. Hubungan ΔY Transformator tiga phasa
Hubungan ΔY pada transformator tiga phasa ditunjukkan pada gambar 2.28
berikut ini :
VLS
. .
. .
. .
+ +
-a a'
b
b' c
c'
Np1 Ns1
Ns2
Ns3 Np2
Np3
VLP V p V s
[image:43.612.209.441.400.681.2]
-Ф Ф
Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat primer sama dengan tegangan phasa
primer VLP = VΦP dan tegangan sisi sekunder VLS = 3VφS. Maka perbandingan
tegangan pada hubungan ini adalah :
a V
V
V V
S P
LS
LP 3
3 =
= φ
φ ………( 2. 29 )
Hubungan ini memberikan keuntungan yang sama dan beda phasa yang sama
seperti pada hubungan YΔ.
4. Hubungan ΔΔ Transformator tiga phasa
Hubungan ini dapat dilihat pada gambar 2.29 berikut ini :
VLS
. .
. .
. .
+ +
-a a'
b b'
c c'
Np1 Ns1
Ns2
Ns3 Np2
Np3
VLP V p
Vs
-Ф
[image:44.612.215.444.348.632.2]Ф
Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat dan tegangan phasa sama untuk
primer dan sekunder transformator VLP = VΦP dan VLS = VΦS
a V V V V
S P
LS
LP = =
φ φ
. Maka hubungan
tegangan primer dan sekunder transformator adalah sebagai berikut :
………..( 2. 30 )
Perbedaan phasa pada hubungan ini tidak ada dan stabil terhadap beban tidak
seimbang dan harmonisa.
II.7 SISTEM PENDINGIN TRANSFORMATOR
a. Pendingin Alamiah
1. Air Nutarul Cooling (AN) yaitu pendingin dengan tidak menggunakan bantuan
apapun kecuali udara biasa.
2. Oil-Immersed Natural Cooling (ON) yaitu transformator dimasukkan ke dalam
minyak transformator.
3. Oil-Immersed Forced-oil circulation With Natural Cooling (OFN) yaitu
transformator dimasukkan ke dalam minyak yang dialirkan.
b. Pendingin Buatan (udara)
1. Oil-Immersed Forced-Oil Circulation With Air Blast Cooling (OFB) yaitu
transformator dimasukkan ke dalam minyak yang dialirkan dengan udara yang
dihembuskan.
2. Oil-Immersed Air Blast Cooling (OB) yaitu transformator dimasukkan dalam
3. Air Blast Cooling (AB) yaitu pendingin dengan udara yang dihembuskan.
c. Pendingin Buatan (air)
1. Oil Immersed Water Cooling (OW) yaitu transformator dimasukkan dalam minyak
dan pendingin juga dibantu dengan air.
2. Oil Immersed Forced-Oil-Circulation With Water Cooling (OFW) yaitu
transformator dimasukkan dalam minyak yang dialirkan, pendingin juga dibantu
dengan air.
II.8 KEGUNAAN TRANSFORMATOR
Dalam penggunaannya pada sistem tenaga listrik, transformator dapat digunakan
sebagai berikut :
Transformator Generator, digunakan di pembangkit untuk menaikkan tegangan
generator menjadi tegangan yang lebih tinggi untuk keperluan transmisi daya listrik.
Transformator Gardu Induk, digunakan untuk menurunkan tegangan tinggi dari
suatu sistim transmisi ke suatu harga tegangan menengah untuk keperluan distibusi.
Transformator Distribusi, digunakan untuk menurunkan tegangan menengah ke
tegangan rendah untuk keperluan distribusi dan pemakaian.
Transformator Pengukuran, digunakan untuk pengukuran listrik.
Transformator-transformator Khusus, digunakan untuk tujuan khusus seperti
BAB III
TINJAUAN TENTANG TRANSFORMATOR DISTRIBUSI
III.1 UMUM
Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama : pusat pembangkit
listrik, saluran transmisi , dan sistem distribusi. Pemakaian energi yang diberikan kepada
para pelanggan bukanlah menjadi tanggung jawab PLN. Suatu sistem distribusi yang
menghubungkan semua beban terjadi pada stasiun pembantu atau substation, dimana
dilaksanakan transformasi tegangan.
Pada jaringan distribusi, beban-beban yang terpasang ke sistem melalui
transformator distribusi direncanakan memilki suatu beban yang setimbang. Tetapi pada
kenyataannya, dalam jaringan distribusi beban yang terpasang kepada konsumen pada
umumnya adalah beban satu phasa. Hal seperti inilah yang dapat menimbulkan sistem
distribusi tiga phasa yang tidak setimbang. Akibat adanya beban tidak setimbang ini,
maka besarnya arus tiap phasa tidak sama sehingga berdampak terhadap daya keluaran
dari transformator tersebut yang akan mempengaruhi kemampuan transformator tersebut
dalam melayani bebannya.
Pada umumnya pusat pembangkit tenaga listrik berada jauh dari pengguna tenaga
listrik. Untuk mentransmisikan tenaga listrik dari pembangkit ini, maka diperlukan
penggunaan tegangan tinggi 150 kV atau tegangan ekstra tinggi 500 kV. Setelah saluran
transmisi mendekati pusat pemakaian tenaga listrik, yang dapat merupakan suatu daerah
industri atau suatu kota, tegangan melalui gardu induk diturunkan menjadi tegangan
Tegangan menengah dari gardu induk ini melalui saluran distribusi primer untuk
disalurkan ke gardu-gardu distribusi atau pemakai tegangan menengah. Dari saluran
distribusi primer, tegangan menengah diturunkan menjadi tegangan rendah 400/230 V
melalui gardu distribusi. Tegangan rendah dari gardu distribusi disalurkan melalui
saluran tegangan rendah ke komsumen tegangan rendah.
Pembangkit Listrik
Transformator Penaik
Transformator Penurun
TM
GI
GI TT/TET
Ke Pemakai TM Ke GD
GD TM
TR
kWH meter
Instalasi Pemakai TR
Pembangkit
Saluran Transmisi
Saluran Distribusi Primer
Saluran Distribusi Sekunder
[image:48.612.165.447.210.676.2]Utilisasi
III.2 SISTEM TIGA FASA
Kebanyakan sistem tenaga listrik dibangun dengan sistem tiga fasa. Hal tersebut
didasarkan pada alasan-alasan ekonomi dan kestabilan aliran daya pada beban. Alasan
ekonomi dikarenakan dengan sistem tiga fasa, penggunaan penghantar untuk transmisi
menjadi lebih sedikit. Sedangkan alasan kestabilan dikarenakan pada sistem tiga fasa
daya mengalir sebagai layaknya tiga buah sistem fasa tunggal, sehingga untuk peralatan
dengan catu tiga fasa, daya sistem akan lebih stabil bila dibandingkan dengan peralatan
sistem satu fasa.
Sistem tiga fasa atau sistem fasa banyak lainnya secara umum akan memunculkan
sistem yang lebih kompleks, akan tetapi secara prinsip untuk analisa sistem tetap mudah
dilaksanakan. Sistem tiga fasa dapat digambarkan dengan suatu sistem yang terdiri dari
tiga sistem fasa tunggal, sebagai berikut :
+ -+ + - -VR VS VT + + + - - -3 2π j Ve 3 2π j
Ve− V
Gambar 3.2 Sistem tiga fasa sebagai tiga sistem fasa tungga l
t V
VR = cosω ... (3.1)
+ = 3 2
cos ωt π
V
VS ... (3.2)
− = 3 2
cos ωt π
V
Sedangkan bentuk gelombang dari sistem tiga fasa yang merupakan fungsi waktu
ditunjukkan pada gambar berikut :
VR
VS
VT
VP
-VP
0,5
-0,5
Gambar 3.3 Bentuk gelombang pada sistem tiga fasa
Pada Gambar 3.3 tampak bahwa antara tegangan fasa satu dengan fasa yang
lainnya mempunyai perbedaan sudut fasa sebesar 120o atau 2π/3. Pada umumnya fasa
dengan sudut fasa 0o disebut sebagai sebagi fasa R, fasa dengan sudut fasa 120o disebut
sebagai fasa S dan fasa dengan sudut fasa 240o disebut sebagai fasa T. Perbedaan sudut
fasa tersebut pada pembangkit dimulai dari adanya kumparan yang masing-masing
tersebar secara terpisah dengan jarak 120o.
III.2.1 Sistem Hubungan Wye (Y) dan Delta (∆)
Sistem Y merupakan sistem sambungan pada sistem tiga fasa yang menggunakan
empat kawat, yaitu fasa R, S, T dan N. Sistem sambungan tersebut akan menyerupai huruf
Y yang memiliki empat titik sambungan, yaitu pada ujung-ujung huruf dan pada titk
petemuan antara tiga garis pembentuk huruf. Sistem Y dapat dapat dilihat seperti pada
ZT
ZR ZS
R S
T
(a)
ZTR
R
S T
ZRS
ZST
[image:51.612.134.485.75.275.2](b)
Gambar 3.4 Sistem Hubungan Y dan sistem ∆
Sistem hubungan atau sambungan Y sering juga disebut sebagai hubungan
bintang. Sedangkan pada sistem yang lain yang disebut sebagai sistem ∆, hanya
menggunakan phasa R, S, dan T untuk hubungan dari sumber ke beban, sebagaimana
Gambar 3.4(b) di atas. Tegangan efektif antara phasa umumnya adalah 380 V dan
tegangan efektif phasa dengan netral adalah 220 V.
III.2.2 Sistem Hubungan Zig-Zag (Z)
Hubungan zig-zag adalah hubungan bintang dari kumparan-kumparan phasa suatu
transformator phasa banyak, dimana tiap kumparan phasa dibentuk dari bagian-bagian
yang mempunyai tegangan imbas yang phasanya bergeser. Pada sistem ini juga hanya
menggunakan phasa R, S, dan T . Sistem hubungan zig-zag dapat dilihat pada Gambar
Z
RR
S
T
Z
SZ
TI
S [image:52.612.208.396.80.295.2]I
RI
TGambar 3.5 Sistem Hubungan Zig-Zag (Z)
III.2.3 Beban Seimbang Terhubung Wye (Y)
Untuk sumber beban yang tersambung bintang (star) atau Y, hubungan antara
besaran listriknya adalah sebagai berikut :
3
line star
V
V = (Volt) ... (3.4)
line star I
I = (Amp) ... (3.5)
line line star star star I V I V Z 3 =
= (Ohm) ... (3.6)
star line star line line line star star
star I Z
Z V I V I V
S = × × = × = = × 2 ×
2
3 3
3 ... (3.7)
ϕ
cos
S
P = (Watt) ... (3.8)
ϕ
sin
S
III.2.4 Beban Tidak Seimbang Terhubung Wye (Y)
Pada sistem ini masing-masing fasa akan mengalirkan arus yang tak seimbang
menuju netral (pada sistem empat kawat). Sehingga arus netral merupakan penjumlahan
secara vektor arus yang mengalir dari masing-masing fasa.
R
S
T N
IR
IS
[image:53.612.202.395.213.347.2]IT
Gambar 3.6 Beban tidak seimbang terhubung bintang empat kawat
R RN R
Z V
I = (Amp) ... (3.10)
S SN S
Z V
I = (Amp) ... (3.11)
T TN T
Z V
I = (Amp) ... (3.12)
T S R
N I I I
III.3 DAYA DALAM SISTEM TIGA PHASA
Daya sesaat pada suatu sumber sinusoida satu phasa juga berbentuk sinusoida
dengan frekwensi dua kali frekwensi sumbernya. Maka :
(
ϖ θ)
θ − −
=VI Cos VI Cos t
P 2 (Watt)………(3.14)
Persamaan 3.14 di atas dapat diterapkan pada setiap phasa dalam suatu sistem tiga
phasa seimbang. Satu-satunya perubahan yang diperlukan adalah adanya pergeseran
phasa 120o
(
ϖ θ)
θ − −
=V I Cos V I Cos t PR p p p p 2
di antara phasa-phasanya itu. Sesuai dengan hal tersebut, untuk
masing-masing phasa dapat ditulis :
(Watt)………..(3.15)
(
o)
p p p
p
S V I Cos V I Cos t
P = θ − 2ϖ −θ −120 (Watt)………...(3.16)
(
o)
p p p
p
T V I Cos V I Cos t
P = θ − 2ϖ −θ −240 (Watt)………...(3.17)
Dengan phasa R dipilih sebagai phasa acuan, Vp dan Ip
(
)
(
)
(
)
[
]
) 18 . 3 ....( ... ... ... ... ... ... ... ) ( 3 240 2 120 2 2 3 Watt Cos I V P t Cos t Cos t Cos I V Cos I V P P P P P p p o o p p p p T S R θ θ ϖ θ ϖ θ ϖ θ = − − + − − + − − = + + =menyatakan nilai-nilai efektif
tegangan phasa, dan arus phasanya serta θ menyatakan sudut impedansi beban tiga phasa
seimbang yang menyerap daya. Jadi daya sesaat keseluruhannya adalah :
Untuk suatu sistem tiga phasa yang dihubungkan secara Y, maka :
p
l V
V = 3 (Volt) ……….(3.19)
p l I
I = (Amp)...………...(3.20)
Untuk suatu sistem tiga phasa yang dihubungkan secara ∆, maka :
p l V
p
l I
I = 3 (Amp)...(3.22)
Untuk hubungan Y, dengan menggunakan persamaan 3.19 dan 3.20, maka didapatkan :
θ θ V I Cos Cos
I V
P l l l
l
3 3
3 =
= (Watt)………..(3.23)
Untuk hubungan Δ, dengan menggunakan persamaan 3.21 dan 3.22 maka didapatkan :
θ θ VI Cos Cos
I V
P l l
l
l 3
3
3 =
= (Watt)..………(3.24)
Tampak bahwa kedua pernyataan diatas menunjukkan bahwa daya dalam suatu
sistem tiga phasa adalah sama, baik untuk hubungan Y ataupun Δ bila dayanya
dinyatakan dalam besaran-besaran salu ran ( line ). Tetap i p erlu diin g at bahwa θ
menyatakan sudut impedansi beban perphasa dan bukan sudut antara Vl dengan Il
Karena arus yang mengalir merupakan arus bolak-balik, maka fluks yang
terbentuk pada inti akan mempunyai arah dan jumlah yang berubah-ubah. Jika arus yang
mengalir berbentuk sinusoidal, maka fluks yang terjadi akan berbentuk sinusoidal pula.
Karena fluks tersebut mengalir melaui inti yang mana pada inti tersebut terdapat belitan .
III.4 TRANSFORMATOR DISTRIBUSI
Transformator distribusi yang umum digunakan adalah transformator step-down
20KV/400V. Tegangan fasa ke fasa sistem jaringan tegangan rendah adalah 380 V.
Karena terjadi drop tegangan, maka pada rak tegangan rendah dibuat di atas 380 V agar
tegangan pada ujung penerima tidak lebih kecil dari 380 V.Pada kumparan primer akan
mengalir arus jika kumparan primer dihubungkan ke sumber tegangan bolak-balik,
sehingga pada inti tansformator yang terbuat dari bahan ferromagnet akan terbentuk
primer dan sekunder, maka pada belitan primer dan sekunder tersebut akan timbul ggl
(gaya gerak listrik) induksi, tetapi arah ggl induksi primer berlawanan dengan arah ggl
induksi sekunder. Sedangkan frekuensi masing-masing tegangan sama dengan frekuensi
sumbernya. Hubungan transformasi tegangan adalah sebagai berikut :
a N N E
E
= =
2 1
2 1
... (3.25)
Dimana : E1 = ggl induksi di sisi primer (volt)
2
E = ggl induksi di sisi sekunder (volt)
1
N = jumlah belitan sisi primer (turn)
2
N = jumlah belitan sisi sekunder (turn)
[image:56.612.193.422.405.684.2]a = perbandingan transformasi
III.4.1 Spesifikasi Umum Tegangan Primer Transformator Distribusi
Tegangan primer sesuai dengan tegangan nominal sistem pada jaringan tegangan
menengah (JTM) yang berlaku dilingkungan ketenagalistrikan yaitu 6 KV dan 20 KV.
Dengan demikian ada dua macam transformator distribusi yang dibedakan oleh tegangan
primernya, yaitu :
a. Transformator distibusi bertegangan primer 6 KV
b. Transformator distribusi betegangan primer 20 KV
Catatan :
Pada sistem distribusi tiga phasa, 4 kawat, maka transformator phasa
tunggal yang dipasang tentunya mempunyai tegangan pengenal
KV KV 12
3
20 =
III.4.2 Spesifikasi Umum Tegangan Sekunder Transfomator Distribusi
Tegangan sekunder ditetapkan tanpa disesuaikan dengan tegangan nominal sistem
jaringan tegangan rendah (JTR) yang berlaku dilingkungan PLN (127 V & 220 V untuk
sistem phasa tunggal dan 127/220 V dan 220/380 V untuk sistem tiga phasa), yaitu
133/231 V dan 231/400 V (pada keadaan tanpa beban). Dengan demikian ada empat
macam transformator distribusi yang dibedakan oleh tegangan sekundernya, yaitu :
a. Transformator distribusi bertegangan sekunder 133/231 V
b. Transformator distribusi bertegangan sekunder 231/400 V
c. Transformator distribusi bertegagan sekunder 133/231 V dan 231/400 V yang
Catatan :
Bilamana dipakai tidak serentak maka dengan bertegangan sekunder
231/400 V daya transformator tetap 100 % daya pengenal, sedang dengan
tegangan sekunder 133/231 V dayanya hanya 75 % daya pengenal.
d. Transformator distribusi bertegangan sekunder 133/231 V dan 231/400 V
yang digunakan terpisah.
III.4.3 Spesifikasi Umum Penyadapan (Taping) Transformator Distribusi
Ada tiga macam penyadapan tanpa beban (STB), yaitu :
a. Sadapan tanpa beban tiga langkah : 21 ; 20 ; 19 KV
b. Sadapan tanpa beban lima langkah : 22 ; 21 ; 20 ; 19 ; 18 KV
c. Sadapan tanpa beban lima langkah : 21 ; 20,5 ; 20 ; 19,5 ; 19 KV
Penyadapan dilakukan dengan pengubah sadapan (komutator) pada keadaan
tanpa beban pada sisi primer.
Catatan :
Nilai-nilai tegangan sadapan, khususnya penyadapan utama (principle
tapping), adalah nilai-nilai yang bersesuaian dengan besaran-besaran
pengenal (arus, tegangan, daya).
III.4.4 Spesifikasi Umum Daya Pengenal Transformator Distribusi
Nilai-nilai daya pengenal tranformator distribusi yang lebih banyak dipakai dalam
SPLN 8° : 1978 IEC 76 – 1 (1976) seperti pada tabel 3.1, sedang yang bertanda * adalah
Tabel 3.1 Nilai Daya Pengenal Transformator Distribusi
KVA KVA KVA
5 6,3 8 10 12,5 16* 20 25* 31,5 40 50* 63 80 100* 125 160* 200* 250* 315* 400* 500* 630* 800* 1000* 1250* 1600* dst
III.4.5 Spesifikasi Umum Rugi-rugi Transformator Distribusi
Berbagai nilai dari rugi-rugi transformator distribusi menurut SPLN 50 tahun
[image:59.612.152.452.94.269.2]1997 dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini :
Tabel 3.2 Nilai Rugi-rugi Transformator Distribusi
III.5 KLASIFIKASI BEBAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI
Tujuan utama dari adanya alat transformator distribusi dalam sistem tenaga listrik
adalah untuk mendistribusikan tenaga listrik dari gardu induk ke sejumlah pelanggan atau
konsumen. Pada Tabel 3.3 berikut ini adalah klasifikasi pelanggan listrik yang dilayani
[image:60.612.91.497.231.708.2]oleh PLN :
Tabel 3.3 Klasifikasi Beban Pelanggan Listrik PLN
Beban Yang Dilayani No Golongan Tarif Batas Daya
TARIF S
( Sosial )
1 S-1 / TR 220 VA
2
3
4
5
6
S-2 / TR
S-2 / TR
S-2 / TR
S-2 / TR
S-2 / TR
450 VA
900 VA
1300 VA
2200 VA
> 2200 VA s/d 200 KVA
S-3 / TM > 200 KVA
TARIF R
( Perumahan )
1 R-1 / TR s/d 450 VA
2 R-1 / TR 900 VA
3 R-1 / TR 1300 VA
4 R-1 / TR 2200 VA
5 R-2 / TR > 2200 VA – 6600 VA
6 R-3 / TR > 6600 VA
TARIS B
( Bisnis )
1 B-1 / TR s/d 450 VA
2 B-1 / TR 900 VA
3 B-1 / TR 1300 VA
4 B-1 / TR 2200 VA
5 B-2 / TR > 2200 VA s/d 200 KVA
6 B-3 / TM > 200 KVA
1 I-1 / TR s/d 450 VA
TARIF I
( Industri )
3 I-1 / TR 1300 VA
4 I-1 / TR 2200 VA
5 I-1 / TR > 2200 VA s/d 14 KVA
6 I-2 / TR > 14 KVA s/d 200 KVA
7 I-3 / TM > 200 KVA
8 I-4 / TT > 30000 KVA
TARIF P
( Perkantoran )
1
2
3
4
5
P-1 / TR
P-1 / TR
P-1 / TR
P-1 / TR
P-1 / TR
s/d 450 VA
900 VA
1300 VA
2200 VA
> 2200 VA s/d 200 KVA
P-2 / TM > 200 KVA
P-3 / TR LPJU
Keterangan :
S = Pelanggan Listrik Sosial
R = Pelangga n Listrik Perumahan
B = Pelanggan Listrik Bisnis
I = Pelanggan Listrik Insdustri
P = Pelanggan Listrik Perkantoran
TR = Tegangan Rendah
TM = Tegangan Menengah
TT = Tegangan Tinggi
III.6 LOSSES PADA SALURAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI
Yang dimaksud dengan losses adalah perbandingan antara energi listrik yang
disalurkan (PS) dengan energi listrik yang terpakai (PP).
% 100
× − =
S P S
P P P
Losses ... (3.26)
III.6.1 Losses Pada Penghantar Fasa
Jika suatu arus mengalir pada suatu penghantar, maka pada penghantar tersebut
akan terjadi rugi-rugi energi menjadi energi panas karena pada penghantar tersebut
terdapat resistansi. Rugi-rugi dengan beban terpusat di ujung dirumuskan :
V
∆ = I
(
Rcosϕ + Xsinϕ)
l (Volt) ... (3.27)P
∆ = 3I2 Rl (Watt) ... (3.28)
Sedangkan jika beban terdistribusi merata di sepanjang saluran, maka rugi-rugi
energi yang timbul adalah :
V
∆ = I
(
Rcosϕ Xsinϕ)
l2 2
+
(Volt) ... (3.29)
P
∆ = I