• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Identifkasi KRP

4.3.2 AMDAL, UKL, UPL dan SPPLH

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak penting suatu Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut UKL-UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.

Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan Hidup (SPPLH) adalah merupakan pernyataan kesanggupan dari penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauanlingkungna hidup atas dampak lingkungan hidup dari Usaha dan/atau kegiatannya diluar usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL

Panduan kerangka Lingkungan dirumuskan berdasarkan sejumlah regulasi terkait yang berlaku, antara lain:

1. Undang-undang (UU) No. 32/2009 Tentang Perlindungaan dan Pengelolaan lingkungan hidup, pasal 22-33 mengenai rencana kegiatan atau pekerjaan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak lingkungan besar dan signifikan diharuskan wajib AMDAL. Pasal 34 mengenai rencana kegiatan atau pekerjaan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak lingkungan yang wajib UKL/UPL. Pasal 35 rencana kegiatan atau pekerjaan yang diminta untuk dilengkapi dengan SPPL.

2. Peraturan Pemerintah (PP) No. 27/2012 tentang Izin Lingkungan, Dokumen Lingkungan Hidup (AMDAL dan UKL-UPL) menyediakan informasi yang diperlukan untuk proses pengambilan keputusan terkait dengan penerbitan izin lingkungan. Informasi yang disajikan berupa dampak lingkungan yang terjadi akibat rencana usaha dan/atau kegiatan dan langkah-langkah pengendaliannya dari aspek teknologi social dan institusi, pemantauan lingkungannya serta komitmen pemrakarsa

3. Peraturan Pemerintah (PP) No. 27/2012 pasal 32-33, Keputusan Kelayakan Lingkungan atau ketidaklayakan diambil oleh Mentri/Gubernur/Bupati/Walikota dari hasil rekomendasi hasil penilaian Andal & RKL-RPL dari Komisi Penilai Amdal dengan jangka waktu 10 hari kerja.

4. Peraturan Pemerintah (PP) No. 27/2012 pasal 47, izin lingkungan diterbitkan oleh Mentri, gubernur, atau bupati/walikota bersamaan dengan diterbitkannya keputusan kelayakan lingkungan hidup 5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 15/2012, tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau

6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 16 tahun 2012 tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan hidup

7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 10 tahun 2008 tentang Penetapan Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL); dan

Seluruh program investasi inrfrastruktur bidang PU/Cipta Karya yang diusulkan oleh Kabupaten/Kota harus sesuai dan memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut ini.

1. Penilaian lingkungan (environtment assesment) dan rencana mitigasi dampak sub-proyek, dirumuskan dalam bentuk :

a. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) dikombinasikan dengan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), khususnya bagi kegiatan sub proyek yang diprakirakan menimbulkan dampak penting atau perubahan mendasar bagi lingkungan.

b. Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL), bagi kegiatan sub proyek yang tidak menimbulkan dampak penting pada lingkungan.

c. Standar Operasi Baku (SOP) untuk petunjuk pelaksanaan mitigasi dilapangan termasuk petunjuk pelaksanaan operasional dan pemeliharaan sarana yang dibangun.

d. Tergantung pada kategori dampak sub proyek yang dimaksud.

2. AMDAL harus dilihat sebagai alat peningkatan kualitas lingkungan. Format AMDAL atau UKL/UPL merupakan bagian tidak terpisahkan dari analisis teknis, ekonomi, sosial, kelembagaan dan keuangan sub-proyek.

3. Sejauh mungkin, subproyek harus menghindari atau meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Selaras dengan hal tersebut, sub proyek harus dirancang untuk dapat memberikan dampak positif semaksimal mungkin pada masyarakat dan lingkungan. Sub proyek yang diperkirakan dapat mengakibatkan dampak negatif yang penting terhadap lingkungan, dan dampak tersebut tidak dapat ditanggulangi melalui rancangan dan konstruksi sedemikian rupa harus dilengkapi dengan AMDAL.

4. Usulan program investasi infrastruktur bidang PU/Cipta Karya tidak dapat dipergunakan untuk mendukung kegiatan yang dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap habitat alamiah, warga terasing dan rentan, wilayah yang dilindungi / kawasan lindung, alur laut internasional atau kawasan sengketa. Disamping itu dari usulan RPIJM juga tidak membiayai pembelian, produksi atau penggunaan :

a. Bahan-bahan yang merusak ozon, tembakau atau produk-produk tembakau; b. Asbes. Bahan-bahan yang mengandung unsur asbes;

c. Bahan/material yang termasuk dalam ketegori B3 (bahan beracun dan berbahaya). Rencana investasi tidak membiayai kegiatan yang menggunakan, menghasilkan, menyimpan atau mengangkut bahan/material beracun, korosif atau eksplosif atau bahan/material yang termasuk dalam kategori B3 menurut hukum yang berlaku di Indonesia;

d. Pestisida, herbisida, dan insektisida. RPIJM tidak diperuntukkan membiayai kegiatan yang melakukan pengadaan pestisida, herbisida atau insektisida;

e. Pembangunan bendungan. RPIJM bidang infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai pembangunan atau rehabilitasi bendungan atau investasi yang mempunyai ketergantungan pada kinerja bendungan yang telah ada ataupun yang sedang dibangun;

f. Kekayaan budaya. RPIJM bidang infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai kegiatan yang dapat merusak atau menghancurkan kekayaan budaya baik berupa benda dan budaya maupun lokasi yang dianggap sakral atau memiliki nilai spiritual; dan

g. Penebangan kayu. RPIJM bidang Infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai kegiatan yang terkait dengan kegiatan penebangan kayu atau pengadaan peralatan penebangan kayu. Prosedur pelaksanaan AMDAL terdiri dari berbagai kegiatan utama, yakni: pentapisan awal sub proyek sesuai dengan kriteria persyaratan Safeguard, evaluasi dampak lingkungan; pengklasifikasian/kategorisasi dampak lingkungan dari sub proyek yang diusulkan, perumusan dokumen SOP, UKL/UPL atau AMDAL (KA-ANDAL, ANDAL dan RKL/RPL), pelaksanaan dan pemantauan pelaksanaan.

Tabel 4.6 Kategori PendugaanSafeguardLingkungan

Kategori Dampak Persyaratan Pemerintah

A Sub proyek dapat mengakibatkan dampak lingkungan yang buruk,berkaitan dengan kepekaan dan keragaman dampak yang

ditimbulkan, upaya pemulihan kembali sangat sulit dilakukan ANDAL dan RKL/RPL

B

Sub proyek dengan ukuran dan volume kecil, mengakibatkan dampak lingkungan akan tetapi upaya pemulihannya sangat

mungkin dilakukan UKL/UPL

C Sub proyek yang tidak memiliki komponen konstruksi dan tidakmengakibatkan pencemaran udara, tanah dan air. Tidak ada Catatan :

• ANDAL : Analisis Dampak Lingkungan

• RPL : Rencana Pemantauan Lingkungan

• UPL : Upaya Pemantauan Lingkungan

Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup yang terkait dengan Bidang Pekerjaan Umum Cipta Karya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.7 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup N. 5 Tahun 2012 Jenis Rencana Usaha dan/ atau Kegiatan Wajin AMDAL

No Jenis Kegiatan Skala/ Besaran

1 Persampahan

a. Pembangunan Tempat Pembuangan Akhir Sampah domestik dengan sistem

control landfill atau sanitary landfill (luas < 10 Ha dan kapasitas <10.000 ton)

b. TPA di daerah pasang surut , Semua kapasitas/besaran

c. Pembangunan Transfer Station (kapasitas operasional) ≥ 500 ton/ hari

d. Pembangunan incenarator Semua kapasitas

e. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah terpadu: ≥ 500 ton/ Hari f. Bangunan Komposting dan Daur Ulang (kapasitas sampah baku) ≥ 500 ton/ hari g. Transportasi sampah dengan kereta api ≥ 500 ton/ hari 2 Pembangunan perumahan/ permukiman

a. Kota metropolitan ≥ 25 ha

b. Kota besar ≥ 50 ha

c. Kota sedang ≥100 ha

d. Keperluan Settlement transmigrasi ≥ 2000 ha

3 Air limbah domestik

a. Pembangunan instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT), termasuk fasilitas

penunjangnya Luas ≥2 haKapasitas ≥ 11 m3 /hari

b. Pembangunan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) limbah domestik termasuk

fasilitas penunjangnya Luas ≥ 3 haKapasitas ≥ 2.4 ton/ hari c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah Luas ≥ 500 ha

Kapasitas ≥ 16.000 m3/ hari 4 Pembangunan saluran drainase (primer dan/atau skunder) di permukiman

a. Kota besar/ metropolitas ≥ 5 km

b. Kota sedang, panjang ≥ 10 km

5 Jaringan air bersih di kota besar/ metropolitas

a. Pembangunan jaringan distribusi ≥ 500 ha

b. Pembangunan jaringan transmisi >= 10 km

Sumber : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan bidang Cipta karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tercermin dalam tabel beriku ini.

Tabel 4.8 Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL

No Jenis Usaha/ Kegiatan Skala (Besaran) Dasar Pertimbangan Alasan Ilmiah Khusus 1 Normalisasi Sungai

a. Kota Besar/Metropolitan (panjang atau luas)

1 Km s/d < 5 Km, 5 Ha s/d 50 Ha

Perubahan bentang alam dan bentuk

lahan, serta perubahan ekosistem sungai,

Perubahan alur, dasar Dan tebing sungai dalam mencapai

keseimbangan baru, meningkatnya b. Kota Sedang (panjang sungai) 3 Km s/d < 10 Km,

No Jenis Usaha/ Kegiatan Skala (Besaran) Dasar Pertimbangan Alasan Ilmiah Khusus c. Perdesaaan (panjang sungai) 5 Km s/d < 15 Km,

15 Ha s/d 50 Ha

perubahan

morfologisungai, dan pengaruh kondisi sosial ekonomi budaya masyarakat.

pencemaran air, gangguan lalu lintas dan gangguan estetika lingkungan.

d. Sodetan Semua Besaran

2 Persampahan

a. Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan sistem control landfill atau sanitary landfill

(luas < 10 Ha dan kapasitas < 10.000 ton)

Perubahan tentang bentang alam dan bentuk lahan, pengaruh

penggunaan teknologinya terhadap lingkungan fisik, kimia dan sosial ekonomi budaya, introduksi jenis kawasan

Gangguan kesehatan, estetika, bau, asap, pembakaran, emisi bio gas (H2S, NOX, Sox, Cox, dixioan), pencemaran air tanah maupun air permukaan leachate (air lindi), gangguan lalat, keluahan penduduk sekitar terhadap keberadaan tempat pembuangan sampah disekitar, dll b. TPA di daerah pasang surut

(luas < 5 Ha dan kapasitas < 5.000 ton)

Kedalam proses pembusukan, kecuali untuk lokasi yang berada di bantaran sungai

Tidak dibangun di sekitar sungai/ berbatasan langsung dengan sungai c. Pembangunan Transfer Station

(kapasitas operasional) <1000 ton/ hari d. Pembangunan incenarator < 500 ton/hari e. Bangunan Komposting dan

Daur Ulang (kapasitas sampah baku)

> 50 s/d 100 ton/Ha 3 Pembangunan Perumahan dan

Permukiman

Perubahan bentang alam, eksploitasi dan pemanfaatan sumber daya alam yang menimbulkan pemborosan dan kemerosotan, pengaruhnya terhadap lingkungan fisik-kimiawi, biologi, sosial ekonomi dan budaya

Perubahan tata guna lahan skala kawasan, perubahan daya dukung dan tingkat pelayanan kota, bangkitan LHR, bangkitan sampah dan limbah, perubahan tingkat konsumsi air bersih, perubahan volume run-off, perubahan kawasan resap air, kesenjangan sosial dengan masyarakat a. Kota Metropolitan (luas) 2 Ha s/d <25 Ha

b. Kota Besar (luas) 2 Ha s/d 50 Ha

c. Kota Sedang (luas) 2 Ha s/d 100 Ha

4 Peremajaan Perumahan dan

Permukiman Perubahan bentuk lahan,

pengaruhnya terhadap lingkungan sosial, ekonomi dan budaya dan pelestarian cagar budaya

Perubahan kepadatan penduduk, perubahan tingkat pelayanan prasarana dan sarana kota, perubahan kondisi sosial ekonomi dan budaya, kehilangan bangunan bersejarah atau peningkatan nilai asset bangunan bersejarah a. Kota Metropolitan dan Besar >= 1Ha

b. Kota Sedang >= 2 Ha c. Revitalisasi kawasan (memfungsikan kembali kawasan) >= 1 Ha 5 Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Perubahan bentuk lahan, pengaruh proses teknologi terhadap lingkungan fisik, kimiawi, biologi, sosial, ekonomi dan budaya

Gangguan kesehatan, estetika, bau, perubahan kualitas air tanah maupun air permukaan sekitar IPAL/IPLT, perubahan pola mata pencaharian masyarakat sekitar

a. IPLT < 2 Ha

b. IPAL < 3 Ha

6 Pembangunan Sistem Perpipaan Air Limbah (sewerage)

Penurunan daya dukung dan daya

Gangguan kesehatan masyarakat sekitar menurunnya

No Jenis Usaha/ Kegiatan Skala (Besaran) Dasar Pertimbangan Alasan Ilmiah Khusus

Kota Besar/ Metropolitan (luas/

layanan) < 500 Ha

tampung lingkungan, penerapan teknologi yang mempengaruhi lingkungan fisik kimia, serta proses dan hasilnya mempengaruhi kondisi sosial masyarak

estétika lingkungan, timbulnya bau, lalat, vektor penyakit, pencmaran udara akibat emisigas hasil pembakaranpencemaran atau perubahan kualitas dan kuantitas air tanah, air permukaan dan air bakuserta keresahan masyarakat terhadap pengelolaan air limbah.

7 Drainase Permukiman Kota a. Pembangunan saluran di Kota

Besar dan Metropolitan

Perubahan bentang alam dan bentuk lahan, penerapan teknologinya mempengaruhi

lingkungan fisik, kimiawi, proses dan hasilnya mempengaruhi lingkungan sosial, ekonomi dan budaya

Gangguan lalulintas, kerusakan prasarana dan sarana umum, ketidapuasan atas nilai kompensasi kerusakan property atau kompensasi pembebasan lahan, perubahan kualitas air di bagian hilir saluran

*) pembangunan drainase skunder dan tertier di kota sedang kemungkinan melewati permukiman padat

- Drainase Utama (panjang) < 5 Km

- Drainase Skunder dan

Tertier (panjang) 1 Km – 5 Km b. Pembangunan Saluran di Kota

Sedang

- Drainase Utama (panjang) < 10 Km

- Drainase Skunder dan

Tertier (panjang) 2 – 10 Km* c. Pembangunan Saluran di

Kota Kecil (panjang) < 5 Km 8 Pembangunan Bangunan Gedung,

meliputi apartemen/ perkantran dan rumah sakit kelas A, B, dan C

Perubahan bentuk lahan, penerapan teknologinya mempengaruhi

lingkungan fisik, kimiawi, proses dan hasilnya mempengaruhi lingkungan sosial, ekonomi dan budaya, flora fauna, perubahan intensitas bangunan gedung terhadap linkungan

Gangguan lalulintas, kebisingan, kesehatan, getaran, gangguan genagan lokal, gangguan cahaya, gangguan kebakaran, bangkitan LHR, air limbah, sampah, peningkatan kebutuhan pelayanan prasarana dan sarana perkotaan (air bersih, air limbah, jalan akses, drainase, area parkir), perubahan KDB, KLB, pningkatan emisi gas, bahan bersifat ozon

(Luas Lantai) < 10.000 m2

9 Air Bersih Perkotaan

Penerapan teknologinya mempengaruhi lingkungan fisik, kimia, proses dan hasilnya mempengaruhi lingkungan sosial budaya, eksploiatsi sumberdaya air yang pemanfaatnnya berpotensi menimbulkan pemborosan maupun kerusakan sumber daya alam, ekologi waduk

Gangguan lalulintas, kecemburuan sosial antar konsumen air bersih, konflik pemakaian sumber daya air, perubahan pasokan air, penurunan muka tanah akibat penyedotan air tanah yang berlebihan, intusi air asin, perubahan kualitas air badan penerima limbah hasil proses pengolahan air.

*)skala besaran wajib UKL?UPL untuk pengambilan dari mata air > 5 l/dt s/d <50 l/d (khususnya di P. Jawa dan pulaupulau kecil) a. Pembangunan Jaringan

Distribusi (luas layanan)

100 Ha s/d < 500 Ha

b. Pembangunan Jaringan Pipa

Transmisi 5 Km s/d <10 Km c. Pengambilan Air Baku dan

Sungai, Danau dan Sumber Air Lainnya (debit)

50 l/dt < 250 l/d*

d. Pembangunan Instalasi Pengelohan Air Lengkap (debit)

No Jenis Usaha/ Kegiatan Skala (Besaran) Dasar Pertimbangan Alasan Ilmiah Khusus *) sepanjang belum diatur oleh instansi yang berwenang e. Pengmbilan Air Tanah < 5 l/d dan < 50

10 Pembangunan Kawasan Permukiman Untuk Pemindahan Penduduk dan atau Permukiman Kembali

Perubahan bentang alam, eksploitasi sumber daya alam, proses dan hasilnya mempengaruhi lingkungan fisik kimia biologi, mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi sumber daya alam

Perubahan tata guna lahan kawasan, ketidakpuasan atas pemberian kompensasi

penggantian bangunan, adaptasi dengan penduduk sekitar, perubahan ekosistem kawasan, perubahan daya dukung kawasan (lahan, sumber daya air,

pertanian, kehutanan, perkebunan, dll), perubahan koefisien run off , perubahan KDB, KLB.

Catatan

*) kedalam kegiatan ini termasuk yang dipersiapkan untuk menampung pengungsi dan memukimkan kembali, penduduk yang dipindahkan akibat pembangunan proyek misalnya waduk, jalan, bencana sosial, dll. a. Jumlah Penduduk Pendukung

Yang Dipindahkan 50 KK – 200 KK b. Atau Luas Lahan Kawasan 2 Ha – 100 Ha

Sumber : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012

Beberapa kegiatan pada bidang Pekerjaan Umum untuk mempertimbangkan skala/besaran menggunakan ketentuan berdasarkan jumlah populasi, yaitu :

• Kota Metropolitan : > 1.000.000 jiwa

• Kota Besar : 500.000 – 1.000.000 jiwa

• Kota Sedang : 200.000 – 500.000 jiwa

• Kota Kecil : 20.000 – 200.000 jiwa

Seperti halnya pengelolaan persampahan, dampak yang ditimbulkan bisa menjadi positif pada peningkatan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat, memberikan tatanan lingkungan yang bersih dan sehat, memperkecil resiko terjangkitnya penyakit pada masyarakat serta dapat menekan peningkatan volume limbah padat/sampah.

Namun, khusus untuk pengembangan untuk lokasi tempat pembuangan akhir (TPA) sendiri, akan menerima segala resiko akibat pola pembuangan sampah terutama yang berkaitan dengan kemungkinan terjadinya pencemaram lindi (leachate) ke badan air maupun air tanah, pencemaran udara oleh gas dan efek rumah kaca serta berkembang biaknya vektor penyakit seperti lalat. Selain itu dampak lainnya cara jelas dapat diliat pada tabel berikut :

Tabel 4.9 Dampak Potensial Kegiatan Pembuangan Akhir

Tahap

Pembangunan Kegiatan Perkiraan Dampak

Prakonstruksi Pemilihan lokasi TPA Perencanaan Pembebasan lahan

Lokasi yang tidak memenuhi persyaratan akan mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan masyarakat

Perencanaan yang tidak didukung oleh data yang akurat akan menghasilkan konsntruksi yang tidak memadai

Ganti rugi yang tidak memadai akan menimbulkan keresahan masyarakat

Konstruksi Mobilisasi alat berat & tenaga

Pembersihan lahan Pekerjaan sipil

Meningkatkan polusi udara (debu, kebisingan)

Keresahan sosial apabila tenaga setempat tidak dimaanfaatkaan Pengurangan tanaman

Pembuatan konstruksi yang tidak memenuhi persyaratan akan menyebabkan kebocoran lindi, gas dan lain-lain

Operasi Pengangkutan Penimbunan dan

pemadatan Penutupan tanah Ventilasi gas

Pengumpulan lindi dan pengolahan lindi

Pengangkutan sampah dalam keadaan terbuka dapat menyebabkan bau dan sampah berceceran di sepanjang jalan yang dilalui truk Penimbunan sampah yang tidak beraturan dan pemadatan yang

kurang baik menyebabkan masa pakai TPA lebih singkat Penutupan tanah yang tidak memadai dapat menyebabkan bau,

populasi lalat tinggi dan pencemaran udara

Ventilasi gas yang tidak memadai menyebabkan pencemaran udara, kebakaran dan bahaya asap

Lindi yang tidak terkumpul dan terolah dengan baik dapat menggenangi jalan dan mencemari badan air dan air tanah

Pasca operasi Reklamasi lahan Pemantauan kualitas lindi

dan gas

Reklamasi yang tidak sesuai dengan peruntukan lahan apalagi digunakan untuk perumahan dapat membahayakan konstruksi bangunan dan kesehatan masyarakat

Tanpa upaya pemantauan yang memadai, maka akan menyulitkan upaya perbaikan kualitas lingkungan

Untuk mengurangi dampak tersebut, dalam melaksanakan pembangunan dan pengoperasian TPA perlu kajian lingkungan TPA yang disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Secara umum dokumen yang harus dilengkapi untuk melaksanakan pembangunan dan pengoperasian TPA adalah :

1. AMDAL

a. Untuk kegiatan pembangunan TPA > 10 Ha

b. Untuk kegiatan pembangunan TPA yang terletak dikawasan lindung, berbatasan dengan kawasan lindung atau yang secara langsung mempengaruhi kualitas lingkungan kawasan lindung. Seperti di pinggir sungai, pantai, laut dan kawasan lindung lainnya (< 10 ha)

c. Dokumen AMDAL terdiri dari Kerangka Acuan (KA) ANDAL, ANDAL, RKL / RPL.

d. Kerangka Acuan KA ANDAL meliputi pendahuluan (latar belakang, tujuan dan kegunaan studi), ruang lingkup studi (lingkup rencana kegiatan yang akan ditelaah, lingkup rona lingkungan hidup awal dan lingkup wilayah studi), metode studi (metode pengumpulan dan analisa data, metode

prakiraan dampak dan penentuan dampak penting, metode evaluasi dampak), pelaksanaan studi (tim studi, biaya studi dan waktu). KA ANDAL juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran e. Penyusunan dokumen ANDAL meliputi pendahuluan (latar belakang, tujuan studi dan kegunaan studi), metoda studi (dampak penting yang ditelaah, wilayah studi, metode pengumpulan dan analisa data, metode prakiraan dampak penting dan evaluasi dampak penting), rencana kegiatan (identitas pemrakarsa dan penyusun ANDAL, tujuan rencana kegiatan, kegunaan rencana kegiatan dari awal sampai akhir), rona lingkungan hidup (fisik-kimia, biologi, sosial dan kesehatan masyarakat termasuk komponen-komponen yang berpotensi terkena dampak penting) , prakiraan dampak penting (pra konstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi termasuk mekanisme aliran dampak pada berbagai komponen lingkungan), evaluasi dampak penting (telaahan terhadap dampak penting dan digunakan sebagai dasar pengelolaan). Selain itu juga perlu dilengkapi dengan daftar pustaka sebagai dasar ilmiah dan lampiran seperti surat izin rekomendasi untuk pemrakarsa, SK, foto-foto, peta, gambar, tabel dan lain-lain

f. Penyusunan dokumen RKL, meliputi latar belakang pengelolaan lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan (dampak penting dan sumber dampak penting, tolok ukur dampak, tujuan rencana pengelolaan lingkungan, pengelolaan lingkungan melalui pendekatan teknologi/sosial ekonomi/institusi, lokasi pengelolaan lingkungan, periode pengelolaan lingkungan, pembiayaan pengelolaan lingkungan dan institusi yang bertanggung jawab dalam pengelolaan lingkungan). Dokumen RKL ini juga dilengkapi dengan pustaka dan lampiran

g. Penyusunan dokumen RPL, meliputi latar belakang pemantauan lingkungan (dampak penting yang dipantau, sumber dampak, parameter lingkungan yang dipantaau, tujuan RPL, metode pemantauan dan institusi yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pemantauan lingkungan 2. UKL / UPL

a. Untuk kegiatan pembangunan TPA < 10 ha

b. Dokumen yang diperlukan adalah dokumen UKL dan UPL

Penyusunan dokumen UKL dan UPL, meliputi deskripsi rencana kegiatan (jenis kegiatan, rencana lokasi dan posisinya dengan rencana umum tata ruang, jarak lokasi kegiatan dengan SDA dan kegiatan lainnya, sarana/fasilitas yang direncanakan, proses yang akan dilaksanakan), komponen lingkungan yang mungkin akan terkena dampak, dampak yang akan terjadi (sumber dampak, jenis dampak dan ukurannya, sifat dan tolok ukur dampak), upaya pengelolaan lingkungan yang harus dilaksanakan oleh pemraakarsa, upaya pemantauan lingkungan yang harus dilaksanakan oleh pemrakarsa (jenis dampak yang dipantau, lokasi pemantauan, waktu pemantauan dan cara pemantauan), mekanisme pelaporan pelaksanaan UKL/UPL pada saat kegiatan dilaksanakan (instansi

pembina, BPLDH dan dinas teknis terkait). Dokumen ini dilengkapi juga dengan pernyataan pemrakarsa yang ditanda tangani untuk melaksanakan upaya pengelolaan lingkungan.

3. SPPL

Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan Hidup (SPPL) merupakan surat yang berisikan persetujuan atau kesediaan suatu perusahaan atau industri untuk berkomitmen melakukan dan menjalankan tindakan mengelola dan memberi pantauan terhadap lingkungan sekitar perusahaan atau industri yang mungkin menimbulkan pencemaran lingkungan. SPPL ini wajib disusun bagi perusahaan atau industri wajib UKL/UPL karena surat pernyataan kesanggupan ini menjadi bahan rekomendasi yang dibutuhkan untuk pelengkap syarat izin usaha dan gangguan dari wilayah tempat industri.

Penyusunan SPPL wajib dilaksanakan oleh perusahaan atau industri yang tidak menyumbang dampak signifikan terhadap lingkungan. Karena pentingkannya surat ini maka sebisa mungkin setiap usaha bergerak aktif untuk mendapatkan SPPL agar usaha tidak terbentur masalah perizinan.

Kerangka KelembagaanSafeguardLingkungan

Dokumen terkait