• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENERAPAN SANKSI NARKOTIKA BAGI ANAK DALAM

D. Anak dalam Hukum Positif

Anak menurut hukum pidana lebih diutamakan pada pemahaman terahadap hak-hak anak yang harus dilindungi, karena secara kodrat memiliki subtansi yang lemah dan di dalam system hukum dipandang sebagai subjek hukum yang dicangkokan dari bentuk pertanggungjawaban sebagaimana layaknya seseorang sebjek hukum yang normal. Pengertian anak dalam aspek hukum pidana menimbulkan aspek hukum positif terhadap proses normalisasi anak dari perilaku menyimpang untuk membentuk kepribadian dan tanggung jawab yang pada akhirnya menjadikan anak tersebut berhak atas kesejahteraan yang layak dan masa depan yang baik.97

Pada hakekatnya, kedudukan status pengertian anak dalam hukum pidana meliputi dimensi-dimensi pengertian sebagai berikut: Ketidak mampuan untuk pertanggung jawaban tindak pidana. Pengembalian hak-hak anak dengan jalan mensubtitusikan hak-hak anak yang timbul dari lapangan hukum keperdataan, tatnegara dengan maksud untuk mensejahterakan anak. Rehabilitasi, yaitu anak berhak untuk mendapat proses perbaikan mental spiritual akibat dari tindakan hukum pidana yang dilakukan anak itu sendiri. Hak-hak untuk menerima pelayanan dan asuhan.

Anak dilahirkan merdeka, tidak boleh dilenyapkan atau dihilangkan, kemerdekaan anak harus dilindungi dan diperluas dalam hal mendapatkan hak atas hidup dan hak perlindungan baik dari orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.98Perlindungan anak tersebut mutlak harus diberikan untuk

97

Wagiati Soetodjo, Hukum Pidana Anak, (Bandung: Refika Aditama,, 2006), h. 6. 98

mendapatkan hak anak yang tidak boleh dikurangi karena sebab apapun, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang99.

Hak anak-anak dalam proses hukum acara pidana. Jika ditilik pada pasal 45 KUHP maka anak didefinisikan sebagai anak yang belum dewasa apabila belum berumur 16 tahun. Oleh sebab itu jika anak tersebut tersangkut dalam perkara pidana hakim boleh memerintahkan supaya si tersalah itu dikembalikan kepada orang tuanya, walinya atau pemeliharaanya dengan tidak dikenakan suatu hukuman, atau memerintahkan supaya diserahkan kepada pemerintah dengan tidak dikenakan sesuatu hukuman.

Dengan demikian di dalam ketentuan hukum pidana telah memberikan perlindungan terahadap anak-anak yang kehilangan kemerdekaan, karena anak dipandang sebagai subjek hukum yang berada pada usia yang belum dewasa sehingga harus tetap dilindungi segala kepentingan dan perlu mendapatkan hak-hak yang khusus yang diberikan oleh negara atau pemerintah. Jadi dari berbagi defenisi tentang anak di atas sebenarnya dapatlah diambil suatu benang merah yang menggambarkan apa atau siapa sebenarnya yang dimaksud dengan anak dan berbagai konsekwensi yang diperolehnya sebagi penyandang gelar anak tersebut.

Untuk memastikan terjaminnya hak anak dalam segala aspek, Pemerintah telah menegaskan UU No. 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dalam pertimbangan bahwa perlindungan anak dalam segala aspeknya merupakan bagian dari kegiatan pembangunan nasional, khususnya dalam memajukankehidupan berbangsa dan bernegara.100

99

Ibid

100

Adapun hak anak sebagaimana diatur didalam UU Kesejahteraan anak diatur dari Pasal 2 sampai dengan Pasal 8, yang meliputi :

1. Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar.

2. Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya, sesuai dengan negara yang baik dan berguna.

3. Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan.

4. Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar.

5. Dalam keadaan yang membahayakan, anaklah yang pertama berhak mendapat pertolongan, bantuan dan perlindungan.

6. Anak yang tidak mempunyai orang tua berhak memperoleh asuhan oleh negara atau orang atau badan hukum

7. Anak yang tidak mampu berhak memperoleh bantuan agar dalam lingkungan keluarganya dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar. 8. Anak yang mengalami masalah kelakuan diberi pelayanan dan asuhan

yang bertujuan menolongnya guna mengatasi hambatan yang terjadi dalam masa pertumbuhannya dan perkembangannya.

9. Anak cacat berhak memperoleh pelayanan khusus untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangannya sejauh batas kemampuan dan kesanggupan anak yang bersangkutan.

10.Bantuan dan pelayanan yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan anak menjadi hak setiap anak tanpa membedakan jenis kelamin, agama, pendirian politik sosial.

Mengenai kedudukan anak, Burgelijk Wetboek (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) memiliki pengaturan yang lebih rinci. KUH Perdata membagi kedudukan anak menjadi :

1. Anak sah (echte kinderen), adalah anak-anak yang tumbuh dan dilahirkan sepanjang perkawinan ayah ibunya101

2. Anak tidak sah atau anak luar kawin atau anak alami (onwettige, onechte, natuurlijkw kinderen), dibedakan menjadi 3 bagian :

a. Anak luar kawin yang bukan hasil perselingkuhan (overspelig) atau sumbang (bloedschennis).

b. Anak zinah (overspellige kinderen) dan sumbang (bloed schennige kinderen).

c. Anak adopsi yaitu anak yang diangkat oleh suami istri sebagai anak mereka yangdianggapsebagai anak yang dilahirkan dari perkawinan suami istri102.

Kesimpulan bahwa penetapan batas umur anak adalah relatif tergantung pada kepentingannya, untuk mengenal secara pasti faktor- faktor yang menjadi penyebab terjadinya tanggung jawab anak dalam hal- hal berikut103:

101

R.Soetodjo Prawirohamidjojo dan Marthalena Pohan, Hukum Orang dan Kelua rga,

(Surabaya : Airlangga University Press,1991), h. 164.

102

R.Soetodjo Prawirohamidjojo, Pluralisme dalam Perundang-Undangan Perka winan di Indonesia, (Surabaya: Airlangga University Press, 1988), h. 112.

103

Maulana hasan Wadong, Advokasi dan Hukum perlindungan Anak, (Jakarta: Gramedia Wirasarana Indonesia, 2000), hal. 26.

1. Kewenangan bertanggung jawab kepada anak 2. Kemampuan untuk melakukan peristiwa hukum

3. Pelayanan ukuran terhadap anak yang melakukan pidana 4. Pengelompokkan proses pemeliharaan

5. Pembinaan efektif.

Maka dengan bertitik tolak kepada aspek tersebut ternyata hukum positif Indonesia tidak mengatur adanya unifikasi hukum yang baku dan berlaku universal untuk menentukan kriteria batasan umur bagi seorang anak104.

Pasal 1 Undang-undang Nomor 35 tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak yang di maksud dengan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Dokumen terkait