• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

B. Anak Usia Dini

55

Sebaliknya, apabila kita membiarkan kejahatan merajalela maka sama saja kita membiarkan bangsa kita terjerumus ke dalam jurang kehancuran.43

Akhlak yang mulia sebagaimana yang dikemukakan para ahli bukanlah terjadi dengan sendirinya, melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor, terutama faktor keluarga, pendidikan dan masyarakat. Dengan demikian tanggung jawab dalam pembinaan akhlak terletak pada kedua orang tua, pendidik dan masyarakat.

B. Anak Usia Dini

Yang dimaksud anak usia dini adalah kelompok manusia yang berusia 0-6 tahun ( di Indonesia berdasarkan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Menurut para pakar pendidikan, anak yaitu kelompok manusia yang berusia 0-8 tahun. Jadi anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan ( koordinasi motorik halus dan kasar), intelegensi ( daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual), sosial emosional ( sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Berdasarkan pada pertumbuhan dan perkembangannya, anak usia dini dibagi menjadi empat tahapan, yaitu: pertama, masa bayi lahir sampai usia 12 bulan, kedua, masa balita usia 1

43

Abuddin Nata,Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia

56

sampai 3 tahun, ketiga, masa prasekolah usia 3 sampai 6 tahun, dan keempat,masakelas awal sekolah dasar usia 6-8 tahun.

Dalam uraian Developmentally Appropriate Practices (DAP) dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini dimulai dari usia 0-8 tahun. DAP merupakan salah satu acuan dalam pengembangan pendidikan anak usia dini yang diterbitkan oleh asosiasi pendidikan anak usia dini yang berada di Amerika Serikat. Dalam pandangan DAP anak yang berada pada fase ini memiliki perkembangan fisik dan mental yang sangat pesat.44

Menurut Dr. Joseph Mc Vicker Hunt seorang guru besar psikologi di Universitas Illionis, penelitian menunjukkan bahwa, kemampuan anak untuk memperoleh kecakapan banyak ditentukan oleh rangsangan dan kesempatan yang diberikan oleh lingkungannya dalam masa perkembangannya. Anak-anak yang sering diikut sertakan dalam proses belajar sejak usia dini akan tampak gembira dan bergairah. Kenyataan menunjukan, bahwa anak-anak yang belajar membaca lebih awal umumnya akan mempunyai prestasi yang lebih baik ketika duduk dibangku sekolah.45

Anak pada masa usia dini memiliki ciri-ciri tertentu diantaranya sebagai berikut:

1. Bersifat egosentris na’if

Anak memandang dunia luar dari pandangannya sendiri, sesuai dari pengetahuan dan pemahamannya sendiri, serta dibatasi oleh 44

Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam (Yogyakarta: PT. Pustaka Belajar,2005), 89

45

Nano Sunartyo, Membentuk Kecerdasan Anak Sejak Dini (Yogyakarta: Penerbit Think, 2006), 16 98

57

perasaan dan pikirannya yang masih sempit. Anak sangat terpengaruh oleh akalnya yang masih sangat sederhana sehingga tidak mampu menyelami perasaan dan pikiran orang lain. Anak belum memahami arti sebenarnya dari suatu peristiwa dan belum mampu menempatkan dirinya ke dalam kehidupan atau pikiran orang lain. Anak sangat terikat pada dirinya sendiri, ia menganggap bahwa pribadinya adalah satu dan terpadu erat dengan lingkungannya. Ia juga belum mampu memisahkan dirinya dari lingkungannya.

2. Relasi sosial yang primitive

Ciri ini ditandai dengan kehidupan anak yang belum dapat memisahkan antara keadaan dirinya dengan keadaan lingkungan sosial sekitarnya. Artinya, anak belum dapat membedakan antara kondisi dirinya dengan kondisi orang lain atauanak lain diluar dirinya. Anak pada masa ini hanya memiliki minat terhadap benda-benda dan peristiwa yang sesuai dengan daya fantasinya. Dengan kata lain anak membangun dunianya dengan khayalan dan keinginannya sendiri. 3. Kesatuan jasmani dan rohani yang hampir tidak terpisahkan

Anak belum dapat membedakan keduanya. Isi jasmani dan rohani anak masih merupakan kesatuan yang utuh. Penghayatan anak terhadap sesuatu dikeluarkan atau diekspresikan secara bebas, spontan dan jujur baik dalam mimik, tingkah laku maupun bahasanya. Anak tidak dapat berbohong atau bertingkah laku pura-pura. Anak mengekspresikan segala sesuatu yang dirasakannya secara terbuka.

58

4. Sikap hidup yang fisiognomis

Artnya anak secara langsung memberikan atribut/ sifat lahiriyah atau sifat kongkrit, nyata terhadap apa yang dihadapinya. Kondisi ini disebabkan oleh pemahaman anak terhadap apa yang dihadapinya masih bersifat menyatu ( totaliter) antara jasmani dan rohani. Anak belum dapatmembedakan antara benda hidup dan benda mati. Segala sesuatu yang ada di sekitarnya dianggap memiliki jiwa yang merupakan makhluk hidup yang memiliki jasmani dan rohani sekaligus, seperti dirinya sendiri. Oleh karena itu, anak pada usia ini sering bercakap-cakap dengan binatang atau boneka.

Pendidikan anak usia dini dapat dimaknakan sebagai semua proses yang mengarah pada bantuan pemeliharaan jiwa manusia untuk selalu berada dalam kemaslahatanhidup baik di dunia maupun di akhirat, dan membantu agar fitrah yang merupakan kecakapan potensial yang dibawa sejak kelahirannya dapat berkembang secara maksimal sesuai dengan ketentuan dalam syariat Islam.46

46

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, ( Bandung: Remaja Roesdakarya. Cet 2. 2004), 92

129

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelususran dengan mendeskripsikan teori dan pengumpulan data yang menunjang dalam rangka menjawab permasalahan yang telah diajukan oleh penulis, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Konsep pendidikan akhlak pada anak usia dini tidak secara langung

diungkap dalam teori Jean Piaget, namun dalam berbagai teorinya, menunjukkan bahwa Piaget sangat konsen terhadap pendidikan sejak usia dini sebagai pondasi utama dan pertama kehidupannya. Hal ini dibuktikan dengan pernyataannya yang mengatakan bahwa pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman, pemahaman berkembang semakin dalam dan kuat apabila selalu diuji oleh berbagai pengalaman baru. Setiap pengalaman baru akan dihubungkan dengan kotak-kotak atau struktur pengetahuan dalam otak manusia. Oleh karena itu,pada saat manusia belajar, menurut Piaget, sebenarnya telah terjadi dua proses dalam dirinya, yaitu proses organisasi informasi dan proses adaptasi. Dari pernyataan tersebut, bisa diambil kesimpulan bahwa setiap individu itu berkembang seiring lingkungan yang mempengaruhinya, juga bagaimana memori setiap orang mampu menyimpan pengalaman-pengalaman di masa lalu sebagai bahan pengetahuannya dalam berkembang, maka Piaget setuju dengan pengalaman-pengalaman yang dimiliki seorang anak akan membentuk

130

memori dasar dalam otaknya untuk menjadi bahan dalam pengetahuan-pengetahuan berikutnya.

2. Ibnu Qoyyim Al-Jauzy menjelaskan dengan lebih terperinci tentang konsep pendidikan akhlak pada anak usia dini. Menurutnya muara pendidikan akhlak diatur oleh tuntunan al-Quran dan Sunnah. Ibnu Qayyim juga menyoroti pentingnya proses perkembangan anak dari waktu ke waktu. Dalam pandangan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah diantara metode yang paling tepat dalam mendidik anak usia dini adalah melalui pembiasaan dan suri tauladan. Pembiasaan yang baik disertai dengan suri tauladan yang baik dari orang tua merupakan poin penting dalam pendidikan akhlak pada anak usia dini. Sebagaimana yang dikutip dalam kitab Tuhfat al-Maudûd bi Ahkâm al-Maulûd:“Anak kecil di masa kanak -kanaknya sangat membutuhkan seseorang yang membina dan membentuk akhlaknya, karena ia akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan apa yang menjadi kebiasaan (yang ditanamkan oleh para pendidik). Jika seorang anak selalu dibiasakan dengan sifat pemarah dan keras kepala, tidak sabar dan selalu tergesa-gesa, menurut hawa nafsu, gegabah dan rakus, maka semua sifat itu akan sulit diubah di masa dewasanya. Maka jika seorang anak dibentengi, dijaga dan dilarang melakukan semua bentuk keburukan tersebut, niscaya ia akan benar-benar terhindar dari sifat-sifat buruk itu. Oleh karena itu, jika ditemukan seorang dewasa yang berakhlak buruk dan melakukan penyimpangan, maka dipastikan akibat kesalahan pendidikan di masa kecilnya dahulu. Ibnu Qoyyim juga menyatakan

131

bahwa tanggung jawab tarbiyah (pendidikan) anak itu berada di pundak orang tua dan pendidik (murabbi) apalagi ketika anak masih dalam masa awal pertumbuhan. Mereka sangat membutuhkan pembina yang selalu mengarahkan akhlak dan perilakunya, karena anak-anak pada masa itu sangat tidak mampu untuk membina diri mereka sendiri, sehingga mereka membutuhkan seorang qudwah yang menjadi panutan untuk diri anak dalam sikap dan perilakunya.

3. Baik Jean Piaget maupun Ibnu Qoyyim Al-Jauzy sama-sama menekankan pentingnya pendidikan pada anak usia dini sebagai pondasi utama bagi kehidupannya dikemudian hari. Namun dalam berbagai teori dan pendapatnya, masing-masing tokoh mempunyai persamaan dan perbedaan mengenai hal ini. Berikut persamaan dan perbedaan pemikiran kedua tokoh tentang konsep Pendidikan akhlak pada anak usia dini yang dapat penulis sampaikan.

No. Persamaan Perbedaan

1. Masing-masing pemikiran muncul sebelum era globalisasi dan teknologi seperti saat ini.

Ibnu Qoyyim Al-Jauzy menganggap anak adalah kertas kosong di mana orang tua dan lingkungan sekitar yang membentuk kepribadian seperti mengisi kertas kosong tersebut Jean Piaget meyakini bahwa dalam diri setiap manusia, termasuk anak, terdapat sistem yang mengorganisasi setiap informasi yang masuk di dalamnya, lingkungan dari luar tidak serta merta mempengaruhi

132

kepribadian seorang anak, tetapi manusia memiliki filter untuk menolak atau menerima pengaruh itu sesuai dengan sistem koordinasi otak yang ada pada dirinya.

2. Menekankan pada faktor manusia dan lingkungan pada massa dimana teknologi belum familiar dan menjadi media informasi terbesar seperti saat ini

Ibnu Qoyyim menjelaskan bahwa pendidikan hendaknya dimulai sejak bayi dalam kandungan ( pendidikan pranatal)

Jean Piaget membagi pendidikan kepada anak sejak usia 0 tahun, yakni sejak bayi dilahirkan.

3. Kedua tokoh sama-sama menaruh perhatian penting pada usia golden age manusia,yakni masa usia dini.

4. Merelavansikan pemikiran ibnu Qoyyim dan Jean Piaget dalam pendidikan akhlak pada anak usia dini di era modern seperti saat ini sangatlah tepat. Pendidik bisa mengambil pondasi-pondasi pendidikan akhlak seperti yang dipaparkan oleh Ibnu Qoyyim Al-jauzy dengan sudut pandang pemikiran yang dipaparkan oleh Jean Piaget.

B. Saran

Setelah penulisan ini selesei, peneliti ingin menyampaikan saran-saran kepada para pembaca, para praktisi, dan pemerhati pendidikan, serta yang memiliki semangat untuk memajukan pendidikan nasional dengan

133

generasi yang berkarakter dan berakhlakul karimah. Saran tersebut diantaranya:

1. Pendidikan adalah proses pemanusiaan manusia, karenanya pendidikan harus menempatkan peserta didik kepada fitrahnya. Pendidikan harus mampu menjadi landasan bertingkah laku yang baik bagi peserta didik. Pendidikan harusnya mampu menjadi benteng bagi peserta didik agar tidak mudah terpengaruh dengan lingkungan luar yang dapat merusak moral dan akhlak peserta didik.

2. Guru, sebagai orang yang turut berproses langsung dengan peserta didik hendaknya mempunyai semangat dalam membentuk akhlak yang baik dengan menjadikan dirinya sebagai contoh yang layak ditiru peserta didik. Melihat peserta didik sebagai manusia yang layak dimanusiakan dengan budi pekerti yang baik.

3. Sudah saatnya pendidikan menjadikan akhlak sebagai tolak ukur keberhasilan dalam pendidikan. Pendidikan tidah hanya soal nilai dan kecerdasan kognitif, lebih dari itu kecerdasan emosional dan tingkah laku adalah modal utama agar bisa bertahan sebagai manusia di zaman teknologi seperti saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

A Palmer , Joy (ed). 50 Pemikir Pendidikan Dari Piaget Sampai Masa Sekarang. terj.Farid Assifa. Yogyakarta: Penerbit Jendela. 2003

Ahmad bin Ali, Taqiyudin.al-Nail, juz IV. Mesir: tp., 1326 H.

Ahsan, Sayed Ibnu Qayyim al-Jauziyah, dalam Islam and the Modern Age, Vol. XII No. 4 November 1981. New Delhi : Zakir Husain Institut of Islamic Studies. 1981.

Athiyah Al-Abrasyi, Muhammad. Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Islam. Pustaka Setia: Bandung. 2003

Al-Ghoyani, Musthofa. Bimbingan Menuju ke Akhlak yang Luhur. Semarang: Thaha Putra. 1976

Ali al-Hasyimi, Muhammad. Sosok Pria Muslim, Terj. : Zaini Dahlan. Bandung: Trigenda Karya. 1996.

Anshari, M. Hafi.Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya:Usaha Nasional. 1983. Arifin, M.Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.2000

As , Asmaran.Pengantar Studi Akhlak. Jakarta :RajaGrafindo Persada.1994. Asmaran as.Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1994

Bahresy, Husen. Tasawuf Murni Moral Islam Menuju Pembangunan dan Hidup Bahagia dengan Landasan al-Qur’an dan al-Hadits. Surabaya : al-Ihsan. 1990.

Bakkers, Anton dan Achmad Chairis Zubair. Metode Penelitian Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. 1990

Bell Gredler, Margaret E. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: Rajawali. 1991

Bin Ali Hasan AL-Hijazy, Hasan. Manhaj Tarbiyah Ibnu Qoyyim. terj. Muzaidi Hasbullah. Jakarta: Al-Kautsar. 2001.

C. George Boerse,” Jean Piaget ( 1896-1980)”, www.ship-edu/-C.G Boere/Gennsy Piaget-html-1bk,

Cremers, Agus.Antara tindakan dan Pikiran. Jakarta: Gramedia.1988

D. Gunarso, Singgih.Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: Gunung Mulia.1981 D. Marimba, Ahmad.Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al-Maarif. 1989

Daradjat, Zakiah. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta: Ruhama, 1995

Daradjat, Zakiyah (et al).Ilmu Pendidikan Islam. Bumi Aksara: Jakarta. 1992. Daud Ali, Mohammad.Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada Depag RI. Ensiklopedi Islam jilid II. Jakarta: PT. Ikhtiar Baru VanHouve.1996 E. Bell Gredler, Margaret.Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: Rajawali Press,1991.

Fakhry, Majid.Etika dalam Islam, terj. Zakiyuddin Baidhawy. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 1996.

Furchan, Arief dan Agus Maimun. Study Tokoh: Metode Penelitian Mengenai Tokoh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999

Ghazali, Imam. Kiat Mempertajam mata Batin. Terj. : Ust. Labib Mz. Surabaya: Putra Jaya. 2007.

http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf.

http://www.salafyoon.net/sirah/ibnul-qayyim-al-jauziyah.html

J. Moleong, Lexy.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1999. Katsir, Ibnu.Al-Bidayah wa al-Nihayah. Beirut: Dar al-Fikr.tt.Juz IV

Leslie Smith, Julie Dockrell and Peter Tomlison, Piaget, Vygotsky and Beyond. Future Issues for Developmental Psychology and Education. London: Routledge, 1997

Lewis, B et.al.The Encyclopedy of Islam. Vol III. Leiden: E.J. Brill. 1990 M. Arifin,Filsafat Pendidikan Islam,( Jakarta: Bumi Aksara.2000), 20

Mahalli, A. Mudjab.Pembinaan Moral di Mata al-Ghozali. Yogyakarta: BPFE. 1984. Mahjuddin,Kuliah Akhlak Tasawuf. Jakarta: Kalam Mulia.

Mansur, Laily.Ajaran dan Teladan para Sufi. Jakarta : Raja Grafindo. 1996.

Mansur.Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta: PT. Pustaka Belajar. 2005. Masy’ari, Anwar.Akhlak al-Qur’an.Surabaya: Bina Ilmu. 2007.

MS, Suroso. Hand Out Psikologi Belajar Magister Psikologi Untag Surabaya. Surabaya: Untag. 2008.

Mustofa, A.Akhlak Tasawuf. Pustaka Setia:Bandung. 1999.

Nata, Abuddin.Akhlak Tasawuf. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 1997

Nata, Abuddin. Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia.Bogor: Kencana. 2003.

Nata,Abudin.Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2012 Nazir.Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1988

Nelly, Anne. Perret-Clermont.Revisiting Young Jean Piaget in Neuchatel among his Partner in Learning dalam Leslie Smith, Julie Dockrell dan Peter Tomlison (eds). London: Routledge. 1997

Niam Sholeh, Asrorun.Reorientasi Pendidikan Islam Mengurai Relevansi Konsep al-Ghazali dalam Konteks Kekinian.Jakarta: eLSAS, 2006

Noerhidayatullah. Insan Kamil Metode Memanusiakan Manusia. Bekasi: Intimedia dan Nalar. 2002

Partini Suardiman. SitiPsikologi Perkembangan.Yogyakarta: tp 1990.

Piaget, Jean. “ Jean Piaget: Auto Biografi dalam Agus Cremes (ed) Antara Tindakan dan Pikiran. Jakarta: Gramedia.1988

Piaget, Jean.“Genetic Epistemology”,

www.maryists.org/reference/subject/philosophy/works/fr/Piaget/html. Piaget, Jean.Antara Tindakan dan Pikiran. Jakarta: Gramedia.1988

Qayyim Al-Jauziyah, Ibnu. Miftahus Darus Saadah jilid kunci surga mencari kebahagiaan dengan ilmuterj. Abdul Matin dan Salim Rusydi Cahyono. Solo:Tiga Serangkai. 2009. Qayyim Al-Jauziyah, Ibnu.Tuhfa al-Maudud bi Ahkam al-Maulud

Qayyim al-Jauzy, Ibnu Zad a l-Ma’ad, terj. Ahmd Sunarto dan Ainur Rofiq. Jakarta: Robbani Press. 1998.

Qayyim al-Jauzy, Ibnu.Madarij al-Salikin, juz II. Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyah. 1988. Qayyim, Ibnu.al-Fawaid. Beirut: Dar al-Fikr.1993

Qoyyim Al-Jauziyah, Ibnu Al-Jawab. Al-Kahfi: Mengetuk Pintu Ampunan Maraih Berjuta Anugerah, terjemah Futuhal Arifin. Jakarta: Gema Madinah Makkah Pustaka. 2007. Ramayulis.Ilmu Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia. 2006.

Sayyid Abdullah Haddad, Allamah.Thariqah Menuju Kebahagiaan. Bandung: Mizan. 1998. Smith, Leslie Julie Dockrell and Peter Tomlinson.Piaget, Vygotsky and Beyond, future issues

for developmental psychology and education. London: Routledge. 1997. Suardiman, Siti Partini.Psikologi Perkembangangan.Yogyakarta: tp. 1990

Sudarto,Metodologi Penelitian Filsafat, Edisi I, (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1996), 84 Sudjanto, Agus.Psikologi Kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara. 1997

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. 2009.

Sunartyo, Nano.Membentuk Kecerdasan Anak Sejak Dini. Yogyakarta: Penerbit Think. 2006 Suparno, Paul.Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan.Yogyakarta: Kanisius. 2002. Syaodih Sukmadinata, Nana. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja

Roesdakarya. Cet 2. 2004

Syarafuddin an-Nawawi, Al-Imam.al-Arba’in an-Nawawiyyah.Surabaya: al-Miftah. Tatapangarsa, Humaidi. Akhlak yang Mulia. Surabaya: Bina Ilmu

Tatapangsara, Humaidi. TIM Dosen Agama Islam. Pendidikan Agama Islam untuk Mahasiswi. Malang: IKIP Malang. 1990

Tebba, Sudirman.Seri Manusia Malaikat. Yogyakarta: Scripta Perenia. 2003

Thobroni, Muhammad. Arif Mustofa. Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Yogyakarta: Ar Ruzz Media. 2011.

Trim, Bambang.Menginstal Akhlak Anak. Jakarta: PT Grafindo Media Pratama. 2008

W. Sarwono, Sarlito. Berkenalan Dengan Aliran-aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang. 2000.

Yusuf LM, H. Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosdakarya. 2000

Zainuddin, A. Muhammad Jamhari. al-Islam 2 Muamalah dan Akhlak. Bandung: Pustaka Setia. 1999.

Dokumen terkait