• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anak Pemalu

Dalam dokumen Permasalahan Anak Usia Dini (Halaman 115-120)

Pemalu adalah sikap individu yang tidak mempunyai keterampilan sosial untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Padahal pada usia ini semestinya anak sudah dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Seperti memberikan senyuman atau menyapa orang-orang yang ada di sekitarnya. Sehingga dengan mudah mereka akan dapat menjalin hubungan dengan orang lain dalam menyesuaikan dirinya dan lingkungan baru. Tetapi ada pula yang memerlukan waktu yang lama. Anak pemalu biasanya memiliki rasa percaya diri dan penghargaan diri (self esteem) yang rendah. Ia tak berani tampil ekspresif seperti temannya dan menarik diri dari teman-temannya. Jika perasaan seperti itu terus berlangsung, ia akan menjadi anak yang cenderung introver (suka memendam perasaan dan pikiran sendiri). Ia akan menjadi anak yang sulit bergaul dengan orang lain. (Suyanto, 2005)

2. Penyebab Pemalu

Beberapa penyebab anak menjadi pemalu, yaitu: a) Anak merasa tidak aman, tidak mempunyai keberanian

untuk mengekspresikan dirinya. Hal ini dapat terjadi karena pengalaman yang tidak menyenangkan. Sebagai contoh, ketika anak sedang menggambar bentuk orang secara sederhana di dinding rumah, kemudian menunjukkan gambar tersebut kepada orang tua. Lalu orang tua mengatakan gambar itu sangat jelek disebabkan karena rasa amarah yang besar kepada anak karena mencoret-coret dinding dan mengatakan “besok jangan menggambar di dinding lagi karena gambarmu jelek” kata-kata cemoohan dan ejekan mengenai hasil karya anak ini akan mengakibatkan anak tidak tidak percaya diri dalam menggambar sehingga akan menghambat kreativitas seni anak. Maka sikap bijak yang seharusnya diambil oleh orang tua yaitu dengan mengatakan “Alangkah lebih baik jika kamu menggambar di atas kertas sehingga gambarnya akan lebih bagus lagi (sambil mengambilkan kertas yang akan digunakan anak untuk menggambar). Dengan demikian, hal ini akan mengurangi kalimat kecaman dan lebih mengarah kepada kalimat anjuran yang positif.

b) Sikap orang tua yang terlalu melindungi, sehingga dapat membuat anak cenderung berkembang menjadi pasif dan tergantung. Dampaknya anak kurang memiliki pengalaman untuk menjelajahi lingkungan sekitarnya. Anak tidak pernah belajar untuk percaya pada kemampuannya.

c) Sikap orang tua yang kurang memberikan perhatian. Anak merasa tidak diperhatikan, karena merasa tidak cukup berharga untuk bisa membuat orang tua tertarik pada dirinya. Anak

sering dikritik ketika anak melakukan suatu kegiatan. Jika hal ini dilakukan orang tua di depan umum, akan membuat anak mengembangkan perasaan yang tidak menentu, tidak pasti, dan ragu-ragu. Pemberian kritik yang dilakukan dalam batas yang wajar merupakan salah satu cara untuk mengajarkan disiplin. Tetapi jika kritikan diberikan secara berlebihan, akan membuat anak takut salah, penuh keraguan dan berkembang menjadi anak yang sangat pemalu. d) Anak terlalu banyak menerima hukuman dari orang tua

atau pendidik. Akibatnya respon anak akan selalu diliputi oleh perasaan takut dan selalu ragu. Hal ini dapat menjadikan anak akan menarik diri dari lingkungan selalu curiga apabila berhadapan dengan orang lain.

e) Faktor perlakuan yang salah, anak memang sudah pemalu sejak dini. Hal ini dikarenakan perlakuan atau pola asuh yang salah sehingga anak merasa rendah diri. Selain itu, anak menjadi pemalu dapat disebabkan karena cacat fisik. Sehingga kecacatannya menjadikan anak tumbuh menjadi sangat sensitif dan cenderung menghindari kontak dengan orang lain.

Contoh:

Setelah semua anak mendapat giliran memperlihatkan hasil karyanya dalam mewarnai gambar, maka seorang anak lelaki langsung berlari melewati gurunya yaitu menuju arah roker/ lemari miliknya sambil menutup-nutupi gambar tersebut dengan tangannya. Ketika diminta guru untuk memperlihat hasil karyanya, ia langsung mengatakan” Gambar Abang Aru sudah selesai diwarnai, makanya di letak di roker (dengan mimik wajah yang ketakutan serta suara yang tersendat-sendat)”. Kemudian guru mendesak anak agar ia mengambil gambarnya dan menunjukkan

ke pada teman-teman di kelas. Lalu si anak mengambil gambar tersebut dengan gaya jalan yang agak ragu-ragu dan dengan wajah yang agak malu. Selanjutnya menunjukkan hasil gambarnya dengan wajah tertunduk dan agak engan mengangkat gambar itu ke arah teman-teman dan gurunya. Kemungkinan anak berperilaku demikian karena takut ada kesalahan dan mendapat hukuman atau akan ditertawakan oleh teman-temannya. 3. Gejala-Gejala yang Tampak

Adapun gejala-gejala yang tampak pada anak yang meng-alami pemalu, yaitu: a) Anak cenderung menghindari hubungan sosial dengan orang lain dan lingkungan sekitar, b) Bersikap segan, ragu-ragu dan tidak mudah melibatkan diri dengan orang lain dan lingkungannya, c) Anak yang pemalu tidak berani mengambil resiko, takut, ragu-ragu, d) Anak cenderung banyak diam. Jika berbicara suaranya terdengar pelan, e) Anak kurang rasa percaya dirinya, f) Tidak menyukai permainan yang bersifat kerjasama, g) Kurang berani memutuskan pendapat atau pilihan bagi dirinya.

4. Pengaruhnya terhadap Perkembangan Anak Adapun pengaruh kecemasan pada perkembangan anak yaitu: a) Anak yang pemalu seringkali mengalami hambatan dalam bergaul, karena anak lebih suka menarik diri. Bila berlanjut akan mengalami hambatan dalam perkembangan emosi dan sosialnya, b) Anak pemalu tidak mempunyai keterampilan dalam menjalin komunikasi dengan orang lain. Anak juga tidak dapat mengekspresikan diri secara apa adanya. Karena anak selalu merasakan ketidak nyamanan dalam dirinya, tidak dapat bersikap santai.

5. Penanganan pada Masalah Anak Pemalu Adapun cara yang digunakan pendidik/orang tua dalam menghadapi anak pemalu yaitu:

a) Membangkitkan perasaan bahwa ia mampu. Caranya dengan menerima dan memuji apa saja yang ia kerjakan. Misalnya dengan menerima dan memuji hasil karya anak seperti menggambar bebas, walaupun gambar tersebut hanya sebuah coretan berbentuk titik karena anak malu menuangkan imajinasinya dalam bentuk gambar sebab ia merasa punya temannya lebih bagus. Tapi katakanlah kepada anak” Wah….gambarnya bagus sekali anak sholeh”…, “hayoo”…” gambar terus pasti akan lebih bagus lagi…kamu pasti bisa!. Hal ini dilakukan untuk memotivasi anak untuk menghargai hasil karyanya sendiri. Selain itu, berilah anak tugas yang mampu untuk ia kerjakan.

b) Jangan pernah memaksanya tampil, kalau ia tidak mau. Akan tetapi guru wajib menawarkannya sambil mengatakan ”Anak sholeh, kamu pasti bisa.”

c) Beri latihan kerja kelompok kecil. Misalnya terdiri atas dua orang, karena hal ini akan memungkinkan terjadinya komunikasi atau kerjasama diantara mereka. Jika latihan diberikan dalam bentuk kelompok besar maka kemungkinan anak pemalu tersebut akan malu dan akhirnya mengisolasikan diri dari kelompok.

d) Jangan biarkan ia terlalu lama bermain sendirian. Selalu memberi peran kecil dalam kegiatan kelompok meskipun peran tersebut hanya sebagai “pendengar” atau sebagai “peserta didik”.

e) Setiap hari memberikan suasana yang akrab dengan anak pemalu dengan kontak mata dan senyuman.

f) Ketika pendidik ingin membantu, dekati anak pemalu untuk mengerjakan tugas jika dia tidak mau bicara.

g) Sekali waktu dimulai dengan sebuah lagu atau permainan dengan menggunakan nama setiap anak yang ada di kelas. Hal ini akan membuat anak tidak merasa menjadi sendirian dan akan menambah perasaan yang lebih percaya diri.

C. Anak Penakut

Dalam dokumen Permasalahan Anak Usia Dini (Halaman 115-120)