• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Anak Pra Sekolah

1. Pengertian Anak Pra Sekolah

Salah satu bentuk pendidikan pra sekolah adalah taman kanak-kanak. Oleh karena itu, anak-anak yang duduk di bangku taman kanak-kanak sering juga disebut dengan anak usia pra sekolah dan bukan anak sekolah. Karena pendidikan di taman kkanak merupakan persiapan bagi anak-anak untuk memasuki sekolah. Dalam Peraturan pemerintah no. 27 tahun 1990, yang dimaksud dengan anak pra sekolah adalah peserta didik yang berada pada jalur pendidikan pra sekolah. Pada umumnya anak yang berada dalam pendidikan pra sekolah terutama taman kanak-kanak berada pada usia 4-6 tahun, sehingga dalam tahap perkembangan berada dalam masa awal anak-anak.

Usia pra sekolah merupakan usia transisi antara masa bayi dan masa sekolah. Pada masa ini, anak sudah mulai mempunyai otonomi, tidak sepenuhnya tergantung pada otang tua, tetapi masih belum bisa dilepas untuk sepenuhnya belajar formal di sekolah.

Zaporozhets dan Elkonin (dalam Suprapti, 1999) menggolongkan anak usia pra sekolah menurut tiga kategori: usia pra sekolah awal (3-4 tahun), usia pra sekolah menengah (5 tahun) dan usia pra sekolah akhir (6-7 tahun). Sedangkan menurut Piaget, anak-anak usia 2-7 tahun dikategorikan ke

dalam tahapan pra operasional dalam perkembangan kognitif. Akan tetapi, usia dalam suatu perkembangan tidak harus dilihat sebagai suatu prediktor yang pasti, melainkan sebagai gambaran kasar atau umum yang variasinya amat ditentukan oleh karakteristik khusus dari individu anak.

Menurut Sujiono (dalam Hartono, 2005), ada beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh orang tua sebelum memasukkan anaknya ke dalam pendidikan TK. Faktor-faktor tersebut antara lain:

a. Kesiapan Fisik

Aspek fisik meliputi motorik halus dan motorik kasar. Pada motorik kasar, dapat terlihat misalnya dengan mampu menggerakan seluruh anggota tubuhnya untuk melakukan gerakan-gerakan seperti berlari, memanjat, naik-turun tangga, mlempar bola, bahkan melakukan dua gerakan sekaligus misalnya melompat sambil melempar bola. Aktivitas belajar di TK memang banyak mengandalkan motorik kasar. Oleh karena itu, apabila anak aktif bergerak justru yang diharapkan. Semua aspek fisik yang menjadi bagian motorik anak, selanjutnya harus dikembangkan di TK. Motorik halus akan sejalan dengan pembelajaran yang diberikan di TK. Anak akan belajar menggunting, melipat, memasukkan bola, serta memilih biji-bijian. Itu semua akan berjalan bila ditunjang dengan fisik yang bagus.

b. Kesiapan Sosial

Di TK, anak berkumpul bersama teman-teman yang baru dikenalnya. Dia akan berusaha menyesuaikan diri dalam lingkungan sekolah yang

baru. Anak pun akan mengenal aturan-aturan baru hidup bersama dan menyimak “pelajaran” dari guru-guru sambil belajar bersama teman-temannya. Dengan begitu, kesiapan sosial dilihat dari kemampuan anak untuk menghadapi orang asing, berani memasuki lingkungan baru dan tidak ragu diajak berkomunikasi.

c. Kesiapan Kognitif

Salah satu bentuk kesiapan kognitif anak dapat ditunjukkan dengan kemampuan bahasa anak karena di TK anak diharapkan mampu memahami instruksi yang diberikan oleh guru. Anak pun diharapkan mampu menyampaikan pendapat, perasaan serta isi pikirannya meski belum runtut. Dengan demikian, anak juga harus mempunyai perbendaharaan kosakata yang cukup untuk anak seusianya.

d. Kesiapan Emosional

Kesiapan emosional yang paling penting adalah menyangkut kemandirian. Setidaknya anak ketika berada di kelas, dia sudah duduk di bangku sendiri, tidak tergantung pada siapa-siapa, dan mau mengikuti perintah. Kesiapan emosional lainnya ditunjukkan dengan kesiapan anak menerima situasi baru.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan anak pra sekolah adalah anak yang menjadi peserta didik dalam jalur pendidikan pra sekolah. Faktor-faktor yang harus dimiliki anak ketika mulai memasuki Taman Kanak-kanak adalah kesiapan fisik, kesiapan sosial, kesiapan kognitif dan kesiapan emosional.

2. Ciri-ciri Anak Pra Sekolah

Menurut Freeman dan Munandar (1997), pada masa usia pra sekolah anak memiliki beberapa perilaku yang tampak menonjol. Perilaku-perilaku tersebut adalah:

a. Mengamati segala sesuatu. Menjelajahi segala macam tempat (lingkungannya), dan haus akan pengalaman.

b. Memiliki rasa ingin tahu yang besar, sering bertanya dan terkadang tidak puas akan jawaban yang diberikan sehingga terkadang membuat orang dewasa menjadi kewalahan.

c. Memiliki sifat spontan dan cenderung menyatakan pikiran, perasaan sebagaimana adanya tanpa merasa ada hambatan.

d. Senang terhadap pengalaman baru. Suka bereksperimen, berpetualang, dan terbuka terhadap rangsangan-rangsangan baru.

e. Memiliki daya imajinasi yang tinggi, yang tampak jika orang dewasa menyempatkan untuk mendengarkan ungkapan-ungkapannya dan mencermati perilakunya.

Perilaku-perilaku tersebut diatas merupakan ciri khas yang hampir dimiliki oleh anak usia pra sekolah. Ciri-ciri tersebut memperlihatkan perilaku kemandirian dan kreativitas anak yang alamiah, karena disini anak tidak memiliki batasan untuk melakukan apapun sehingga anak dapat bebas mengeksplorasi dan mengekspresikan dirinya sendiri. Setiap perkembangan individu memiliki tahap-tahap perkembangan yang berpotensi untuk mengembangkan kemampuan individu. Setiap anak adalah unik dan

merupakan pelajar yang aktif. Pada masa usia pra sekolah, dengan melihat perilaku-perilaku yang ditonjolkannya, merupakan masa yang efektif untuk mulai memberikan rangsangan-rangsangan yang dapat meningkatkan kemandirian anak.

Menurut pendirian ilmu jiwa modern (Kartono, 1982), beberapa ciri khas pada masa anak-anak adalah sebagai berikut;

a. Bersifat egosentrisme-naif

b. Mempunyai relasi sosial dengan benda-benda dan manusia yang sifatnya primitif dan sederhana.

c. Kesatuan jasmani dan rohani yang hampir-hampir tidak terpisahkan sebagai satu totalitas

d. Sikap hidup yang fisiognomis.

Berdasarkan uaraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa anak pra sekolah memiliki beberapa ciri-ciri khas yang cukup menonjol. Ciri-ciri khas tersebut antara lain mengamati segala sesuatu, memiliki rasa ingin tahu yang besar, spontan, senang terhadap pengalaman baru, dan daya imajinasi yang tinggi.

3. Tugas-tugas Perkembangan Anak Pra Sekolah

Pada setiap tahapan perkembangan, setiap individu memiliki tugas yang harus dilakukannya agar dapat melewati tahap tersebut. Anak usia pra sekolah berada dalam tahap perkembangan masa awal anak-anak. Oleh karena itu, tugas perkembangan yang harus dilakukannya adalah tugas

perkembangan pada masa awal anak-anak Adapun tugas-tugas perkembangan yang harus dilakukan oleh anak-anak pada masa ini menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1982) antara lain sebagi berikut;

a. Belajar memakan makanan padat. b. Belajar berjalan.

c. Belajar berbicara.

d. Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh. e. Mempelajari perbedaan seks dan tata caranya f. Mempersiapkan diri untuk membaca

g. Belajar membedakan benar dan salah, dan mulai mengembangkan hati nurani.

B. KEMANDIRIAN BELAJAR

Dokumen terkait