• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

2.1.5 Anak Usia 9-10 tahun

2.1.5.1 Psikologi Perkembangan Anak

Piaget (dalam Suparno, 2001: 24) mengelompokan tahap-tahap perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat tahap: sensorimotor, tahap praoperasi, tahap operasi konkret, tahap operasi formal.

Empat tahap perkembangan kognitif menurut Piaget: (1) tahap sensorimotor (0-2 tahun), dalam tahap ini bayi membangun pemahaman mengenai dunianya dengan mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensoris dengan tindakan fisik dan motorik. (2) tahap pra-operasional (2-7 tahun), dalam tahap ini anak-anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar. (3) tahap operasional konkrit (7-11 tahun), tahap ini anak-anak dapat melakukan operasi yang melibatkan objek-objek dan juga dapat bernalar secara logis dan diterapkan dengan contoh-contoh yang konkret. (4) tahap operasional formal (11-15 tahun), dalam tahap ini individu melampaui pengalaman-pengalaman konkret dan berpikir secara abstrak dan lebih logis.

Piaget (dalam Pitajeng, 2006:27), perkembangan kognitif siswa SD masih dalam tahap operasional konkret karena siswa SD berada di kisaran umur 7-11 tahun. Pada tahap operasional konkret siswa mampu berpikir logis melalui objek-objek konkrit, dan merupakan permulaan berpikir rasional. Kegiatan belajar dan berpikir anak pada tahap operasional konkrit sebagian besar melalui pengalaman nyata yang berawal dari proses interaksi dengan objek dan bukan dengan lambang, gagasan maupun abstraksi. Peneliti lebih terfokus pada anak usia 9-10 tahun, yang berarti menurut teori Piaget anak umur tersebut masuk dalam tahap operasional konkrit.

2.1.5.2Tugas Perkembangan Anak Usia 9-10 tahun

Lusi Nuryanti (2008:50-51) mengemukakan berdasarkan teori Havighurst tentang tugas perkembangan, Hurlock (dalam Lusi Nuryanti, 2008: 50-51) menyusun daftar beberapa tugas perkembangan yang harus diselesaikan oleh

anak-anak pada akhir masa anak. Tugas perkembangan menurut Hurlock adalah sebagai berikut: (1) mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum dilakukan anak-anak; (2) membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai individu yang sedang tumbuh; (3) belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman sebaya; (4) mulai mengembangkan peran sosial pria dan wanita secara tepat; (5) mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung; (6) mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari; (7) mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata nilai; (8) mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga di lingkungan hidupnya; (9) mencapai kebebasan pribadi.

Tidak berbeda jauh dengan daftar dari Hurlock, Collins juga mengemukakan tugas perkembangan tahap kanak-kanak lanjut.

Tugas Perkembangan Menurut Collins berupa: Pertama, Aspek fisik yaitu Meningkatkan kekuatan dan koordinasi otot yaitu meningkatkan kemampuan beberapa aktivitas dan tugas fisik. Kedua, aspek kognisi yaitu pada taraf operasional konkret, berfokus pada kejadian „saat ini‟, menambah pengetahuan dan keterampilan baru, mengembangkan perasaan mampu (self efficacy). Ketiga, aspek sosial yaitu (a) mencapai bentuk relasi yang tepat dengan keluarga, teman, dan lingkungan; (b) mempertahankan harga diri yang sudah dicapai; (c) mampu mengkompromikan antara tuntutan individualitasnya dengan tuntutan konformitas, dan (d) mencapai identitas diri yang memadai atau adekuat.

Menurut Santrock (2011:18) masa kanak-kanak pertengahan dan akhir adalah periode perkembangan yang berlangsung antara usia 6 hingga 11 tahun, kurang lebih bersamaan dengan masa sekolah dasar. Pada periode ini, anak-anak belajar menguasai keterampilan-keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan aritmatika. Secara formal, anak dihadapkan pada dunia yang lebih luas beserta kebudayaannya. Prestasi menjadi sebuah tema yang lebih sentral dalam dunia anak, bersamaan dengan itu, kendali-diri juga meningkat.

Sedangkan menurut Yusuf (2009:69) anak usia 9-10 tahun masuk dalam kategori tahap perkembangan anak usia 6-12 tahun sebagai berikut: Pertama, belajar memperoleh ketrampilan fisik untuk melakukan permainan. Melalui pertumbuhan fisik dan otak, anak belajar dan berlari semakin stabil, makin mantap dan cepat. Kedua, belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis. Hakikat tugas ini ialah (1) mengembangkan kebiasaan untuk memelihara badan, meliputi kebersihan, kesehatan dan keselematan diri; (2) mengembangkan sikap positif terhadap jenis kelaminnya (pria atau wanita) dan juga menerima dirinya (baik rupa wajahnya maupun postur tubuh) secara positif.

Ketiga, belajar bergaul dengan teman-teman sebaya. Yakni belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru serta teman-teman sebayanya. Pergaulan anak di sekolah atau teman sebayanya mungkin diwarnai perasaan senang, karena secara kebetulan temannya berbudi baik, tetapi mungkin juga diwarnai perasaan tidak senang karena teman sepermainannya suka mengganggu atau nakal. Keempat, belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya. Apabila anak sudah masuk sekolah, perbedaan jenis kelamin akan

semakin tampak. Dari segi permainan umpamanya akan tampak bahwa anak laki-laki tidak akan memperbolehkan anak perempuan mengikuti permainan yang khas laki-laki, seperti main bola, kelereng, dan layang-layang. Kelima, belajar ketrampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung. Salah satu sebab masa usia 6-12 tahun disebut masa sekolah karena pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohaninya sudah cukup matang untuk menerima pengajaran. Untuk dapat hidup dalam masyarakat yang berbudaya, paling sedikit anak harus tamat sekolah dasar (SD), karena dari sekolah dasar anak sudah memperoleh ketrampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung. Keenam,belajar mengembangkan konsep sehari-hari. Apabila kita telah melihat sesuatu, mendengar, mengecap, mencium, dan mengalami, tinggalah suatu ingatan pada kita. Ingatan mengenai pengamatan yang telah lalu itu disebut konsep (tanggapan). Semakin bertambah pengetahuan, semakin bertambah pula konsep yang diperoleh. Tugas sekolah yaitu menanamkan konsep yang jelas dan benar. Konsep-konsep itu meliputi kaidah-kaidah atau ajaran agama (moral), ilmu pengetahuan, adat-istiadat dan sebagainya. Untuk mengembangkan tugas perkembangan anak ini, maka guru dalam mendidik/mengajar di sekolah sebaiknya memberikan bimbingan kepada anak untuk: (1) Banyak melihat, mendengar, dan mengalami sebanyak-banyaknya tentang sesuatu yang bermanfaat untuk peningkatan ilmu dan kehidupan bermasyarakat. (2) Banyak membaca buku-buku media cetak lainnya. Semakin dipahami konsep-konsep tersebut, semakin mudah untuk memperbincangkannya dan semakin mudah pula bagi anak untuk mempergunakannya pada waktu berpikir.

Ketujuh, mengembangkan kata hati. Hakikat tugas ini adalah mengembangkan sikap dan perasaan yang berhubungan dengan norma-norma agama. Hal ini menyangkut penerimaan dan penghargaan terhadap peraturan agama (moral) disertai dengan perasaan senang untuk melakukan atau tidak melakukannya. Tugas perkembangan ini berhubungan dengan masalah benar-salah, boleh-tidak boleh, seperti jujur itu baik, bohong itu buruk, dan sebagainya. Kedelapan, belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi. Hakikat tugas ini ialah untuk dapat menjadi orang yang berdiri sendiri dalam arti dapat membuat rencana, berbuat untuk masa sekarang dan masa yang akan datang bebas dari pengaruh orangtua dan orang lain. Kesembilan, mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan lembaga-lembaga. Hakikat tugas ini ialah mengembangkan sikap tolong-menolong, sikap tenggang rasa, mau bekerjasama dengan orang lain, toleransi terhadap pendapat orang lain dan menghargai hak orang lain.

Dokumen terkait