• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa dan Interpretasi Data

Dalam dokumen Bahan geolistrik un tuak bsuak. (Halaman 62-86)

HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Analisa dan Interpretasi Data

Hasil pengolahan data menggunakan software Res2dinv adalah penampang model 2D bawah permukaan bumi yang menunjukkan nilai tahanan jenis dan kedalaman bawah permukaan bumi. Penampang tersebut terdiri dari beberapa warna yang berbeda-beda. Perbedaan warna ini menunjukkan variasi nilai tahanan jenis semu di bawah permukaan bumi serta menunjukkan jenis material yang terdapat di bawah permukaan bumi. Warna yang sama menunjukkan nilai tahanan jenis semu yang sama juga. Penampang model 2D ini kemudian diinterpretasikan dengan cara

tabel tahanan jenis (lihat Tabel 3 dan 4) dan geologi daerah pengukuran. 1. Lintasan 1 ( FE – FIS)

Lintasan 1 terbentang dari koordinat 00053’41,6” LS dan 100020’59,2” BT sampai koordinat 00053’46,5” LS dan 100021’00,4” BT yaitu dari Fakultas Ekonomi (FE) sampai Fakultas Ilmu Sosial (FIS) dengan panjang lintasan 155 m dan spasi elektroda 5 m. Titik sounding lintasan ini terletak di depan Jurusan geografi, tepatnya koordinat 00053’44,6” LS dan 100021’00,5” BT. Gambar 11 menunjukkan hasil pengolahan data Lintasan 1 (FE – FIS) menggunakan software Res2dinv dengan inversi Robust Constraint 0,001 yaitu berupa penampang model 2D.

Gambar 11. Penampang Model 2D Lintasan 1 (FE – FIS) dengan inversi Robust Constraint 0,001

Berdasarkan Gambar 11 diketahui bahwa rentang nilai tahanan jenis pada Lintasan 1 (FE –FIS) adalah 0,89 – 622 Ωm dengan persentasi

– FIS) mencapai kedalaman hingga 29,5 m.

Warna-warna pada Gambar 11 menunjukkan kandungan lapisan bawah permukaan bumi berdasarkan nilai tahanan jenis. Daerah di bawah sekitar titik sounding yaitu di depan Jurusan Geografi terdapat beberapa lapisan batuan. Berdasarkan Gambar 11 diketahui bahwa di sekitar titik sounding terdapat lapisan warna orange hingga merah dengan nilai tahanan jenis 85,8 – 513 Ωm dari permukaan hingga kedalaman 4,62 m. Lapisan ini diinterpretasikan sebagai Alluvium dan Sands. Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa Alluvium dan Sands memiliki rentangan nilai tahanan jenis 10 – 800 Ωm.

Selanjutnya terdapat lapisan warna kuning di bawah lapisan Alluvium dan Sands. Lapisan ini memiliki nilai tahanan jenis 62,65 – 85,8 Ωm dan diinterpretasikan sebagai Sandstones. Sandstones memiliki rentangan nilai tahanan jenis 1 – 6,4 × 108 Ωm (Telford et al. 1976: 455). Sandstones ditemukan pada kedalaman 4,62 – 5,76 m. Kedalaman berikutnya yaitu 5,76 – 8,04 m terdapat lapisan warna hijau yang memiliki nilai tahanan jenis 13,29 – 62,65 Ωm. Lapisan ini diinterpretasikan sebagai Clays. Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa Clays memiliki rentangan nilai tahanan jenis 1 – 100 Ωm.

Gambar 11 menunjukkan bahwa lapisan Clays berada di sekitar lapisan warna biru tua hingga biru muda yang memiliki nilai tahanan jenis 0,89– 13,29 Ωm. Lapisan ini berada pada kedalaman 8,04 – 18,05 m dan

nilai tahanan jenis 0,5 – 300 Ωm. Berdasarkan data kedalaman sumur air tanah pada Tabel 4 diketahui kedalaman sumur air tanah di sekitar lintasan ini adalah 9 m. Hal ini menunjukkan bahwa interpretasi data penelitian ini benar, karena mengacu pada data kedalaman sumur tersebut diketahui bahwa kedalaman pipa sumur di sekitar lintasan ini adalah 9 m dimana posisi pipa tersebut diletakkan lebih dalam daripada kedalaman atas Groundwater agar air dapat ditemukan. Sementara berdasarkan hasil penelitian ini, Groundwater ditemukan pada kedalaman 8,04 m. Kedalaman tersebut merupakan kedalaman atas Groundwater.

Lapisan berikutnya ditemukan lagi Clays dan Sandstone secara berurutan dengan kedalaman masing-masing 18,05 – 19,72 m dan 19,72 – 21,4 m. Selanjutnya terdapat lapisan Alluvium dan Sands pada kedalaman 21,4 – 25,2 m.

Lapisan terakhir adalah lapisan dengan nilai tahanan jenis 513 – 622 Ωm. Lapisan ini diduga merupakan lapisan batuan dasar. Lapisan batuan dasar tersebut terdapat pada kedalaman lebih dari 25,2 m. Batuan dasar yang terdapat pada lapisan ini diduga merupakan batuan dasar jenis Andesite. Menurut Telford et al (1976: 454) Andesite memiliki rentangan nilai tahanan jenis 1,7 × 102 – 4,5 × 104 Ωm. Hasil interpretasi data Lintasan 1 (FE – FIS) ini ditunjukkan pada Tabel 7.

Robust Constraint 0,001

Warna Jenis (Ωm)Tahanan Kedalaman (m) Material 85,8 – 513 permukaan – 4,62 Alluvium dan Sands 62,65 – 85,8 4,62 – 5,76 Sandstones

13,29 – 62,65 5,76 – 8,04 Clays

0,89 – 13,29 8,04 – 18,05 Groundwater 13,29 – 62,65 18,05 – 19,72 Clays

62,65 – 85,8 19,72 – 21,4 Sandstones

85,8 – 513 21,4 – 25,2 Alluvium dan Sands 513 - 622 Lebih dari 25,2 Batuan dasar jenis Andesite

Data Lintasan 1 (FE – FIS) juga diolah menggunakan inversi Robust Constraint 0,005 seperti ditunjukkan pada Gambar 12.

Gambar 12. Penampang Model 2D Lintasan 1 (FE – FIS) dengan inversi Robust Constraint 0,005

Berdasarkan Gambar 12 diketahui bahwa rentangan nilai tahanan jenis Lintasan 1 (FE – FIS) menggunakan inversi Robust Constraint 0,005

iterasi ke-3. Kedalaman maksimum yang dapat dicapai yaitu 29,5 m. Hasil ini terdapat sedikit perbedaan dengan pengolahan data menggunakan inversi Robust Constraint 0,001. Perbedaan tersebut dapat diketahui dari rentangan nilai tahanan jenis dan persentasi kesalahannya. Rentangan nilai tahanan jenis hasil pengolahan data menggunakan Robust Constraint 0,001 adalah 0,89 – 622 Ωm dengan persentasi kesalahan 7,9%, sementara kedalaman maksimum yang dapat dicapai sama yaitu 29,5 m. Interpretasi hasil pengolahan data Lintasan 1 (FE – FIS) menggunakan inversi Robust Constraint 0,005 ditunjukkan pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Interpretasi Data Lintasan 1 (FE – FIS) dengan inversi Robust Constraint 0,005

Warna Tahanan Jenis

(Ωm) Kedalaman (m) Material 86,3 – 515,5 permukaan – 4,62 Alluvium dan Sands

63,05 – 86,3 4,62 – 5,76 Sandstones

13,44 – 63,05 5,76 – 8,04 Clays

0,9 – 13,44 8,04 – 18,05 Groundwater

13,44 – 63,05 18,05 – 19,72 Clays

63,05 – 86,3 19,72 – 21,4 Sandstones

86,3 – 515,5 21,4 – 25,2 Alluvium dan Sands

515,5 - 625 Lebih dari 25,2 Batuan dasar jenis

Andesite

Berdasarkan Tabel 7 dan Tabel 8 dapat diketahui perbandingan antara hasil interpretasi data menggunakan Robust Constraint 0,001

tahanan jenis masing-masing material dengan perbedaan yang relatif kecil, sementara kedalaman dan posisi elektroda material menunjukkan nilai yang sama.

2. Lintasan 2 (Gerbang UNP – FT)

Lintasan 2 berada pada koordinat 00053’52,7” LS dan 100021’02,6” BT yaitu di gerbang utama UNP sampai koordinat 00053’53,5” LS dan 100021’03,1” BT yaitu di Fakultas Tehnik (FT) dengan titik sounding pada koordinat 00053’51,8” LS dan 100021’00,5” BT, tepatnya di depan Bank Nagari UNP. Panjang lintasan pada Lintasan 2 (Gerbang UNP – FT) yaitu 155 m dengan panjang spasi elektroda 5 m. Gambar 13 menunjukkan hasil pengolahan data Lintasan 2 (Gerbang UNP – FT) menggunakan software Res2dinv metoda inversi Robust Constraint 0,001 berupa penampang model 2D. Gambar 13 memperlihatkan bahwa rentangan nilai tahanan jenis pada Lintasan 2 (Gerbang UNP – FT) adalah 2,79 – 2150 Ωm dengan persentase kesalahan sebesar 6,5% pada iterasi ke-3 serta kedalaman yang dapat dicapai adalah 29,5 m.

Berdasarkan Gambar 13 diketahui diketahui bahwa di bawah titik sounding terdapat lapisan dengan nilai tahanan jenis 95,2 – 632 Ωm, yaitu lapisan warna orange hingga merah. Lapisan ini diinterpretasikan sebagai Alluvium dan Sands. Alluvium dan Sands ditemukan mulai dari permukaan hingga kedalaman 6,9 m. Lapisan warna kuning tampak berada di bawah lapisan Alluvium dan Sands. Lapisan ini terdapat pada kedalaman 6,9 – 8,04 m dengan nilai tahanan jenis 59,4 – 95,2 Ωm dan diinterpretasikan sebagai Sandstones.

Kedalaman berikutnya yaitu 8,04 – 19,72 m terdapat lapisan warna hijau yang memiliki nilai tahanan jenis 12,3 – 59,4 Ωm. Lapisan ini diinterpretasikan sebagai Clays. Lapisan selanjutnya ditemukan lagi Sandstone serta Alluvium dan Sands dengan kedalaman masing-masing 19,72 – 21,4 m dan 21,4 – 25,2 m. Lapisan terakhir adalah lapisan pada kedalaman lebih dari 25,2 m dengan nilai tahanan jenis yang cukup tinggi

jenis Andesite.

Lintasan ini juga ditemukan adanya Groundwater, namun berada pada posisi yang agak jauh dari titik sounding yaitu di posisi elektroda 42,5 – 62,5 m pada kedalaman 8,04 – 14,7 m dan posisi elektroda 92,5 – 112,5 m pada kedalaman 8,04 – 112,5 m. Sementara titik sounding berada pada posisi elektroda 77,5 m. Groundwater pada lintasan ini memiliki nilai tahanan jenis 2,79 – 12,3 Ωm. Berdasarkan data kedalaman sumur air tanah pada Tabel 4 diketahui bahwa kedalaman sumur air tanah di sekitar lintasan ini adalah 9 m. Hal ini menunjukkan bahwa interpretasi data penelitian ini benar. Hasil interpretasi data Lintasan 2 (Gerbang UNP –FT) ini ditunjukkan pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Interpretasi Data Lintasan 2 (Gerbang UNP – FT) dengan inversi Robust Constraint 0,001

Warna Jenis (Ωm)Tahanan Kedalaman (m) Material 95,2 - 632 permukaan – 6,9 Alluvium dan Sands 59,4 – 95,2 6,9 – 8,04 Sandstones

12,3 – 59,4 8,04 – 19,72 Clays

2,79 – 12,3 8,04 – 14,7 Groundwaterdari sounding (jauh ) 59,4 – 95,2 19,72 – 21,4 Sandstones

95,2 - 632 21,4 – 25,2 Alluvium dan Sands 632 – 2150 Lebih dari 25,2 Batuan dasar jenis Andesite

menggunakan inversi Robust Constraint 0,005 ditunjukkan pada Gambar 14.

Gambar 14. Penampang Model 2D Lintasan 2 (Gerbang UNP - FT) dengan inversi Robust Constraint 0,005

Gambar 14 menunjukkan bahwa rentangan nilai tahanan jenis Lintasan 2 (Gerbang UNP – FT) menggunakan inversi Robust Constraint 0,005 adalah 2,8 – 2120 Ωm dengan persentasi kesalahan sebesar 6,4% pada iterasi ke-3. Kedalaman maksimum yang dapat dicapai yaitu 29,5 m. Sama halnya dengan Lintasan 1 (FE – FIS), hasil ini terdapat sedikit perbedaan dengan pengolahan data menggunakan inversi Robust Constraint 0,001. Perbedaan tersebut dapat diketahui dari rentangan nilai tahanan jenis dan persentasi kesalahannya. Rentangan nilai tahanan jenis hasil pengolahan data menggunakan Robust Constraint 0,001 adalah 2,79 – 2150 Ωm dengan persentasi kesalahan 6,5% sementara kedalaman maksimum yang dapat dicapai sama yaitu 29,5 m. Interpretasi hasil pengolahan data

0,005 ditunjukkan pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil Interpretasi Data Lintasan 2 (Gerbang UNP – FT) dengan inversi Robust Constraint 0,005

Warna Jenis (Ωm)Tahanan Kedalaman (m) Material 94,6 - 626 permukaan – 6,9 Alluvium dan Sands 59,2 – 94,6 6,9 – 8,04 Sandstones

12,3 – 59,2 8,04 – 19,72 Clays

2,8 – 12,3 8,04 – 14,7 Groundwaterdari sounding (jauh ) 59,2 – 94,6 19,72 – 21,4 Sandstones

94,6 - 626 21,4 – 25,2 Alluvium dan Sands 626 - 2120 Lebih dari 25,2 Batuan dasar jenis Andesite Perbandingan antara hasil interpretasi data menggunakan Robust Constraint 0,001 dengan Robust Constraint 0,005 dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10. Perbedaan terdapat pada rentangan nilai tahanan jenis masing-masing material dengan perbedaan yang relatif kecil, sementara kedalaman dan posisi elektroda material menunjukkan nilai yang sama. Hal yang sama juga terjadi pada lintasan sebelumnya.

3. Lintasan 3 ( FIK – Lab. Biologi)

Lintasan 3 dimulai dari Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) hingga Laboratorium Biologi yaitu pada koordinat 00053’54,4” LS dan 100020’50,6” BT sampai 00053’40,7” LS dan 100020’59,9”BT dengan titik

dan 10020’50,8” BT. Panjang lintasan pada Lintasan 3 adalah 425 m dimana pengukuran yang dilakukan merupakan gabungan pengukuran otomatis dan manual.

Gambar 15 menunjukkan penampang model 2D hasil pengolahan data Lintasan 3 menggunakan software Res2dinv metoda inversi Robust Constraint 0,001. Berdasarkan Gambar 15 diketahui bahwa rentangan nilai tahanan jenis semu pada Lintasan 3 adalah antara 0,388 – 734 Ωm dengan persentase kesalahan 6,5% pada iterasi ke-3. Kedalaman yang diperoleh Lintasan 3 adalah 104 m.

Gambar 15. Penampang Model 2D Lintasan 3 (FIK – Lab. Biologi) dengan inversi Robust Constraint 0,001

Berdasarkan Gambar 15 diketahui bahwa terdapat lapisan dengan nilai tahanan jenis sangat rendah yaitu 8,405 – 51,95 Ωm di bawah titik sounding yaitu dekat Lab. FIK. Lapisan ini diduga merupakan lapisan Sands. Lapisan ini ditemukan mulai dari permukaan hingga kedalaman 11,8 m. Selanjutnya lapisan yang memiliki nilai tahanan jenis 0,776 –

diinterpretasikan sebagai Groundwater. Berdasarkan hasil survei pada Tabel 4 diketahui Groundwater di lintasan ini sudah dapat ditemukan pada kedalaman 6 m yaitu berdasarkan data di Jalan Belibis Blok B. No.14. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian.

Lapisan dengan nilai tahanan jenis 51,95 – 74,1 Ωm terdapat pada kedalaman 9,62 – 11,8 m. Lapisan ini diduga merupakan lapisan Sandstones. Lapisan warna orange hingga merah keunguan berada di bawah lapisan Sandstones. Lapisan ini memiliki nilai tahanan jenis 74,1 – 596,5 Ωm dan diinterpretasikan sebagai Alluvium. Alluvium ditemukan pada kedalaman 11,8 – 21,85 m.

Lapisan terakhir adalah lapisan dengan nilai tahanan jenis 596,5 – 734 Ωm pada kedalaman lebih dari 21,85 m. Lapisan ini ditafsir merupakan lapisan batuan dasar jenis Andesite. Hasil interpretasi data Lintasan 3 (FIK – Lab. Biologi) ini ditunjukkan pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil Interpretasi Data Lintasan 3 (FIK – Lab. Biologi) dengan inversi Robust Constraint 0,001

Warna Tahanan Jenis

(Ωm) Kedalaman (m) Material 8,405 – 51,95 permukaan -11,8 Sands

0,776 – 8,405 5,23 – 14,48 Groundwater

51,95 – 74,1 9,62 – 11,8 Sandstones

74,1 – 596,5 11,8 – 21,85 Alluvium

inversi Robust Constraint 0,005 seperti pada Gambar 16.

Gambar 16. Penampang Model 2D Lintasan 3 (FIK – Lab. Biologi) dengan inversi Robust Constraint 0,005

Sama halnya dengan lintasan-lintasan sebelumnya, perbedaan hasil pengolahan data menggunakan inversi Robust Constraint 0,005 dengan inversi Robust Constraint 0,001 adalah rentangan nilai tahanan jenis dan persentase kesalahan. Rentangan nilai tahanan jenis pada Lintasan 3 (FIK– Lab. Biologi) menggunakan inversi Robust Constraint 0,005 adalah 0,401– 736 Ωm dengan persentasi kesalahan sebesar 6,4% pada iterasi ke-3. Kedalaman maksimum yang dapat dicapai yaitu 104 m. Sementara rentangan nilai tahanan jenis pengolahan data menggunakan inversi Robust Constraint 0,001 adalah 0,4015 – 736 Ωm dengan persentasi kesalahan 6,5% pada iterasi ke-3. Perbedaan tersebut sangat kecil dan masih bisa diterima. Interpretasi hasil pengolahan data Lintasan 3 (FIK – Lab. Biologi) menggunakan inversi Robust Constraint 0,005 ditunjukkan pada Tabel 12.

inversi Robust Constraint 0,005 Warna Tahanan Jenis

(Ωm) Kedalaman (m) Material 8,565 – 52,7 permukaan -11,8 Sands

0,805 – 8,565 5,23 – 14,48 Groundwater

52,7 – 75,1 9,62 – 11,8 Sandstones

75,1 – 598,5 11,8 – 21,85 Alluvium

598,5 - 736 Lebih dari 21,85 Batuan dasar jenisAndesite

Berdasarkan Tabel 11 dan 12 diketahui bahwa terdapat perbedaan antara hasil interpretasi data menggunakan Robust Constraint 0,001 dengan Robust Constraint 0,005. Perbedaan terdapat pada rentangan nilai tahanan jenis masing-masing material dengan perbedaan yang relatif kecil, sementara kedalaman dan posisi elektroda material menunjukkan nilai yang sama. Hal yang sama juga terjadi pada Lintasan 1(FE – FIS) dan Lintasan 2 (Gerbang UNP – FT).

4. Lintasan 4 (Balai Bahasa – Mesjid Al Azhar)

Lintasan 4 dimulai dari Balai Bahasa UNP, tepatnya pada koordinat 00053’58,0” LS dan 100021’01,6” BT hingga Mesjid Al Azhar yaitu pada koordinat 00053’53,5” LS dan 100021’03,1” BT dengan titik sounding di dekat Mesjid Al Azhar. Panjang lintasan pada Lintasan 4 adalah 155 m

2D Lintasan 4.

Gambar 17. Penampang Model 2D Lintasan 4 (Balai Bahasa – Mesjid Al Azhar) dengan inversi Robust Constraint 0,001

Gambar 17 menunjukkan penampang model 2D hasil pengolahan data Lintasan 4 (Balai Bahasa – Mesjid Al Azhar) menggunakan software Res2dinv metoda inversi Robust Constraint 0,001. Berdasarkan Gambar 17 diketahui bahwa rentangan nilai tahanan jenis pada Lintasan 4 (Balai Bahasa – Mesjid Al Azhar) adalah antara 1,01 – 931 Ωm dengan persentase kesalahan 4,5% pada iterasi ke-3. Kedalaman yang diperoleh Lintasan 4 (Balai Bahasa – Mesjid Al Azhar) adalah 29,5 m.

Berdasarkan Gambar 17 dapat diketahui bahwa di sekitar titik sounding terdapat lapisan dengan nilai tahanan jenis 191,5 - 931 Ωm mulai dari permukaan hingga kedalaman 4,62 m. Lapisan ini diinterpretasikan sebagai Sands. Lapisan warna kuning memiliki nilai tahanan jenis 52,2 – 85,1 Ωm terdapat di kedalaman 4,62 – 6,9 m. Lapisan ini diduga merupakan lapisan Sandstones. Selanjutnya lapisan warna hijau

52,2 Ωm. Clays terdapat menyebar di sela-sela batuan pada kedalaman 6,9–18,05 m.

Lapisan yang terdapat pada kedalaman 6,9 – 11,94 m memiliki nilai tahanan jenis 1,01 – 10,3 Ωm. Lapisan ini diinterpretasikan sebagai Groundwater. Hal ini sesuai dengan data kedalaman sumur pada Tabel 4 yang menyatakan bahwa kedalaman sumur di lintasan ini adalah 8 m. Pipa sumur harus diletakkan lebih dalam beberapa meter dari kedalaman air tanah yang sebenarnya agar air tanah dapat diperoleh. Hal ini yang membuktikan bahwa interpretasi data ini benar.

Lapisan Sandstone juga ditemukan lagi di lapisan bawah, tepatnya pada kedalaman 18,05 – 21,4 m. Lapisan terakhir yaitu kedalaman lebih dari 21,4 m memiliki nilai tahanan jenis 85,1 – 191,5 Ωm. Lapisan ini diinterpretasikan sebagai Alluvium.

Berdasarkan interpretasi data Lintasan 4 (Balai Bahasa – Mesjid Al Azhar) diketahui bahwa pada lintasan ini tidak ditemukan adanya batuan dasar. Batuan dasar diduga berada pada kedalaman lebih dari 29,5 m. Hasil interpretasi data Lintasan 4 (Balai Bahasa – Mesjid Al Azhar) ditunjukkan pada Tabel 13.

Warna Tahanan Jenis (Ωm) Kedalaman (m) Material 191,5 - 931 permukaan – 4,62 Sands 52,2 – 85,1 4,62 – 6,9 Sandstones 10,3 – 52,2 6,9 – 18,05 Clays 1,01 – 10,3 6,9 – 11,94 Groundwater 52,2 – 85,1 18,05 – 21,4 Sandstones

85,1 – 191,5 lebih dari 21,4 Alluvium

Data Lintasan 4 (Balai Bahasa – Mesjid Al Azhar) juga diolah menggunakan inversi Robust Constraint 0,005 seperti ditunjukkan pada Gambar 18.

Gambar 18. Penampang Model 2D Lintasan 4 (Balai Bahasa – Mesjid Al Azhar) dengan inversi Robust Constraint 0,005

Berdasarkan Gambar 17 dan 18 diketahui bahwa perbedaan hasil pengolahan data menggunakan inversi Robust Constraint 0,005 dengan inversi Robust Constraint 0,001 adalah rentangan nilai tahanan jenis dan

Bahasa – Mesjid Al Azhar) menggunakan inversi Robust Constraint 0,005 adalah 1,005 - 933 Ωm dengan persentasi kesalahan sebesar 4,5% pada iterasi ke-3. Kedalaman maksimum yang dapat dicapai yaitu 29,5 m. Sementara rentangan nilai tahanan jenis pengolahan data menggunakan inversi Robust Constraint 0,001 adalah 1,01 - 931 Ωm dengan persentasi kesalahan 4,5% pada iterasi ke-3. Perbedaan tersebut sangat kecil dan masih bisa diterima. Interpretasi hasil pengolahan data Lintasan 4 (Balai Bahasa – Mesjid Al Azhar) menggunakan inversi Robust Constraint 0,005 ditunjukkan pada Tabel 14.

Tabel 14. Hasil Interpretasi Data Lintasan 4 (Balai Bahasa – Mesjid Al Azhar) dengan inversi Robust Constraint 0,005

Warna Tahanan Jenis

(Ωm) Kedalaman (m) Material 191,5 - 933 permukaan – 4,62 Sands 52,1 – 85,05 4,62 – 6,9 Sandstones 10,2 – 52,1 6,9 – 18,05 Clays 1,005 – 10,2 6,9 – 11,94 Groundwater 52,1 – 85,05 18,05 – 21,4 Sandstones

85,05 – 191,5 lebih dari 21,4 Alluvium

Berdasarkan Tabel 13 dan 14 diketahui bahwa terdapat perbedaan antara nilai tahanan jenis masing-masing material hasil interpretasi data menggunakan Robust Constraint 0,001 dengan Robust Constraint 0,005. Perbedaan tersebut relatif kecil sehingga tidak mempengaruhi jenis

material menunjukkan nilai yang sama. C. Pembahasan

Perbandingan hasil pengolahan data antara inversi Robust Constraint 0,005 dengan inversi Robust Constraint 0,001 menunjukkan perbedaan yang sangat kecil. Hasil inversi yang mendekati nilai inversi Robust Constraint yang sebenarnya harus menggunakan Constraint yang kecil, misalnya 0,001. Oleh karena itu pembahasan hasil interpretasi data akan lebih fokus pada Constraint 0,001.

Berdasarkan hasil interpretasi data inversi Robust Constraint 0,001 diketahui bahwa pada Lintasan 1 (FE – FIS) terdapat lapisan yang memiliki nilai tahanan jenis yang tinggi yaitu sekitar 513 – 622 Ωm di kedalaman lebih dari 25,2 m tepatnya di sekitar titik sounding yaitu di sekitar Jurusan Geografi. Lapisan ini diduga merupakan lapisan batuan dasar. Lintasan 2 (Gerbang UNP – FT) juga diduga terdapat batuan dasar pada kedalaman lebih dari 25,2 dengan nilai tahanan jenis 632 – 2150 Ωm. Batuan dasar di lintasan ini juga ditemukan di sekitar titik sounding di depan Bank Nagari UNP.

Batuan dasar dengan ketebalan yang paling tebal ditemukan pada Lintasan 3 (FIK – Lab. Biologi). Batuan dasar pada lintasan ini ditemukan di kedalaman lebih dari 21,85 m yaitu di sekitar titik sounding di depan Laboratorium FIK dengan nilai tahanan jenis 596,5 – 734 Ωm. Berbeda dengan Lintasan 4 (Balai Bahasa – Mesjid Al Azhar), lintasan ini tidak ditemukan adanya lapisan batuan dasar. Kemungkinan lapisan batuan dasar di lintasan ini terdapat pada kedalaman lebih dari 29,5 m sehingga bagi peneliti

yang lebih panjang.

Hasil analisa dan interpretasi data nilai tahanan jenis serta kedalaman batuan dasar masing-masing lintasan ditunjukkan pada Tabel 15.

Tabel 15. Nilai Tahanan Jenis dan Kedalaman Batuan Dasar Masing-masing Lintasan.

Lintasan Lokasi Tahanan Jenis

(Ωm) Kedalaman (m) Posisi 1 FE - FIS 513 – 622 > 25,2 soundingSekitar 2 Gerbang UNP – FT 632 – 2150 > 25,2 soundingSekitar 3 FIK – Lab. Biologi 596,5 – 734 > 21,85 Sekitar

sounding

4 Balai Bahasa –

Mesjid Al Azhar -

-Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa nilai rentangan tahanan jenis batuan dasar paling tinggi terdapat pada Lintasan 2 (Gerbang UNP – FT) yaitu 632 – 2150 Ωm, sedangkan kedalaman batuan dasar yang paling dangkal terdapat pada Lintasan 3 (FIK – Lab. Biologi). Lintasan 3 mampu melakukan pengukuran hingga kedalaman 104 m karena pengukuran di lintasan ini menggabungkan pengukuran secara otomatis dan manual. Lintasan 1, 2 dan 4 hanya melakukan pengukuran secara otomatis karena banyaknya bangunan yang menghalangi lintasan ini sehingga kabel elektroda tidak dapat direntangkan dan lintasan pengukuran menjadi lebih pendek.

Berdasarkan hasil interpretasi data diketahui bahwa batuan dasar di UNP kampus Air Tawar memiliki nilai tahanan jenis yang cukup tinggi yaitu antara 513 – 2150 Ωm. Nilai tahanan jenis yang tinggi tersebut disebabkan karena batuan dasar memiliki nilai porositas dan permeabilitas yang rendah. Nilai porositas yang rendah menyebabkan batuan dasar bersifat kurang porus

mengalir pada batuan dasar sangat kecil. Nilai permeabilitas yang rendah juga menyebabkan arus listrik sulit mengalir karena kandungan air yang dimiliki batuan dasar sangat sedikit bahkan tidak ada.

Umumnya batuan dasar pada penelitian ini ditemukan pada lapisan paling bawah yaitu kedalaman lebih dari 21,85 m dan 25,2 m. Batuan dasar tersebut menjadi dasar bagi lapisan-lapisan batuan yang berada di atasnya. Berdasarkan jenis batuan yang terdapat di atas lapisan batuan dasar, diperkirakan bahwa batuan dasar ini semakin kompak pada kedalaman yang lebih dalam. Artinya semakin menuju permukaan batuan dasar semakin cepat mengalami pelapukan. Hal ini dibuktikan dengan jenis-jenis batuan yang berada di atas lapisan batuan dasar yaitu batuan-batuan yang merupakan hasil pelapukan dari batuan dasar seperti Sandstone, Alluvium, Clays dan Sands.

Batuan dasar yang terdapat di UNP kampus Air Tawar diduga merupakan batuan Andesite. Menurut Telford et al (1976: 454) Andesite memiliki rentangan nilai tahanan jenis 1,7 × 102 – 4,5 × 104 Ωm. Berdasarkan peta geologi Kota Padang pada Gambar 6 diketahui bahwa Kota Padang terutama wilayah Air Tawar Barat didominasi oleh Alluvium yang terdiri dari lanau, pasir (Sands) dan kerikil yang mengendap akibat aliran air. Alluvium juga merupakan hasil rombakan batuan Andesite yang berasal dari gunung api strato. Batuan Andesite yang mengalami pelapukan akan membentuk batuan-batuan baru diatas lapisannya. Berdasarkan hasil penelitian ini, batuan-batuan-batuan-batuan baru tersebut diduga merupakan Alluvium, Sands, Sandstones dan Clays. Hal ini sesuai dengan geologi daerah Kota Padang. Berdasarkan jenis-jenis batuan

pertimbangan dalam perencanaan pembangunan di UNP kampus Air Tawar. Menurut hasil penelitian Rasimeng dkk (2007:157) menyatakan bahwa, “Lapisan yang lebih kompak dengan nilai tahanan jenis 200 Ωm ditafsirkan sebagai batuan dasar jenis Andesite berada di kedalaman lebih dari 20 m”. Menurut Margoworo (2009:27) batuan dasar sudah dapat ditemukan hingga kedalaman 100,9 m. Sementara Astuti (2011) juga telah melakukan penelitian Batuan Dasar di Purworejo, Jawa Tengah dan menyimpulkan bahwa batuan dasar ditemukan pada kedalaman lebih dari 50 m dengan nilai tahanan jenis lebih dari 30 Ωm. Berdasarkan hasil penelitian di atas kedalaman batuan dasar tersebut memenuhi nilai kedalaman batuan dasar yang ditemukan pada penelitian ini.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Rizalmi (2012) menggunakan metoda geolistrik tahanan jenis konfigurasi Schlumberger di UNP kampus Air Tawar, diketahui bahwa Lintasan 1 (FE – FIS) tidak ditemukan adanya batuan dasar, diduga batuan dasar pada lintasan ini terdapat pada kedalaman lebih dari 31,3 m. Lintasan 2 (Gerbang UNP – FT) ditemukan adanya batuan dasar pada kedalaman lebih dari 23,85 m dengan nilai tahanan jenis 21,9 – 97,7 Ωm. Lintasan 3 (FIK – Lab. Biologi) juga terdapat batuan dasar pada kedalaman lebih dari 43,4 m dengan nilai tahanan jenis 88.6 – 179.8 Ωm, sementara Lintasan 4 (Balai Bahasa – Mesjid Al Azhar) tidak ditemukan adanya batuan dasar, diduga batuan dasar terdapat pada kedalaman lebih dari 26,2 m. Jenis batuan dasar yang diperoleh dari hasil penelitian tersebut adalah batuan Andesite.

PENUTUP

Dalam dokumen Bahan geolistrik un tuak bsuak. (Halaman 62-86)

Dokumen terkait