• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

B. Analisa dan Pembahasan

1. Sistem Pemungutan Pajak Rumah Kos

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 9 Tahun 2002 tentang Pajak Hotel. Pajak Hotel kategori rumah kos dipungut diseluruh wilayah Surakarta. Namun, tidak semua rumah kos di wilayah Surakarta dipungut pajak. Rumah kos yang terkena pajak yaitu rumah kos yang memiliki minimal 10 kamar kos. Pemungutan pajak rumah kos ini tidak boleh diborongkan. Sistem pemungutan pajak rumah kos menggunakan sistem MPS (Menghitung Pajak Sendiri) yaitu sistem pemungutan yang memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menetapkan (menghitung), menyetor dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang. Tahapan pemungutan pajak hotel kategori rumah kos menurut Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2002 adalah sebagai berikut :

a. Pendaftaran dan Pendataan Wajib Pajak.

Untuk dapat mendapatkan data Wajib Pajak, dilaksanakan pendaftaran dan pendataan terhadap Wajib Pajak yang memiliki objek pajak di wilayah Surakarta. Kegiatan ini diawali dengan pengisian formulir

pendaftaran dan pendataan oleh Wajib Pajak dengan jelas, lengkap, dan benar serta ditandatangani oleh Wajib Pajak atau kuasanya. Data tersebut kemudian dicatat oleh petugas dan dimasukkan dalam Daftar Induk Wajib Pajak berdasarkan nomor urut yang kemudian digunakan sebagai Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD).

b. Penghitungan dan Penetapan Pajak Rumah Kos.

Wajib Pajak yang telah memiliki NPWPD, setiap awal tahun pajak atau masa pajak wajib mengisi Surat Pembertiahuan Pajak Daerah (SPTPD). SPTPD tersebut kemudian digunakan Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, dan menetapkan pajak rumah kos yang terutang. SPTPD harus disampaikan kepada Walikota selambat-lambatnya 10 hari setelah berakhirnya masa pajak.

c. Pembayaran Pajak Rumah Kos

Pembayaran pajak rumah kos dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk Walikota sesuai yang ditentukan dalam SPTPD, Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD), Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB), dan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT). Pembayaran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD). Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas paling lambat 10 hari setelah berakhirnya masa pajak. Apabila SKPD tidak atau kurang bayar setelah lewat waktu paling lama 30 hari sejak SKPD diterima, maka dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% setiap bulan

dan ditagih dengan menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD). Walikota atau pejabat dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur pajak terutang dalam kurun waktu tertentu, setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan. Angsuran pembayaran pajak dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga 2% setiap bulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar. Setiap pembayaran pajak diberikan tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam buku penerimaan.

d. Penagihan Pajak Rumah Kos

Surat Teguran atau Surat Peringatan dikeluarkan oleh Pejabat sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak, dikeluarkan 7 hari sejak saat jatuh tempo pembayaran. Dalam jangka waktu 7 hari setelah dikeluarkan Surat Teguran atau Surat Peringatan, Wajib Pajak harus melunasi pajak yang terutang. Apabila dalam waktu yang ditentukan Wajib Pajak tidak melunasi pajaknya maka diterbitkan Surat Paksa. Surat Paksa diterbitkan setelah lewat 21 hari sejak tanggal penerbitan Surat Teguran atau Surat Peringatan. Jika dalam waktu 7 hari pajak tidak dilunasi, maka diterbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, bila Wajib Pajak juga belum meluasi utang pajaknya, setelah 10 hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, maka Pejabat mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan kepada Kantor Lelang Negara. Setelah Kantor Lelang

negara menetapkan hari, tanggal, jam dan tempat pelaksanaan lelang, juru sita segera memberitahukan secara tertulis kepada Wajib Pajak. e. Pembukuan dan Pelaporan

Besarnya penetapan dan penerimaan pajak dihimpun dalam buku catatan pajak. Berdasarkan buku catatan pajak dibuat daftar Penetapan, Penerimaan dan Tunggakan Pajak dan kemudian dibuat laporan realisasi hasil penerimaan dan tunggakan pajak sesuai masa pajak.

Sistem Pengelolaan Pajak Hotel kategori rumah kos pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset (DPPKA) di Surakarta menggunakan sisitem MPS (Menghitung Pajak Sendiri). Setelah dilakukan pendataan dan pendaftaran untuk memperoleh NPWPD, maka Wajib Pajak wajib mengisi SPTPD untuk menghitung dan menetapkan besarnya pajak sendiri yang terutang. SPTPD disampaikan kepada Walikota selambat-lambatnya 10 hari setelah berakhirnya masa pajak. Seluruh data yang ada dalam SPTPD dihimpun dalam satu berkas dan kemudian digunakan untuk menetapkan besarnya pajak yang terutang dengan menerbitkan SKPD. Setelah ditetapkan besarnya pajak yang terutang, maka Wajib Pajak dapat membayar pajaknya di Kas Daerah. Pembayaran harus dilakukan sekaligus atau lunas paling lambat 10 hari setelah berakhirnya masa pajak. Pembayaran dapat diangsur dalam kurun waktu tertentu atas persetujuan Walikota atau pejabat. Besarnya penetapan dan penerimaan pajak dihimpun dalam buku catatan pajak yang kemudian dibuat daftar penetapan, penerimaaan, dan tunggakan pajak. Daftar tersebut digunakan

sebagai laporan realisasi hasil penerimaan dan tunggakan pajak sesuai dengan masa pajak. Bagi Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya dalam tempo 7 hari sejak jatuh tempo pembayaran, maka diberikan surat teguran atau surat peringatan. Apabila dalam waktu 7 hari Wajib Pajak belum melunasi pajaknya maka dikeluarkan Surat Paksa . Surat Paksa diterbitkan setelah lewat 21 hari sejak tanggal penerbitan Surat Teguran atau Surat Peringatan. Jika dalam waktu 7 hari tidak dilunasi maka ditebitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, bila dalam jangka 10 hari Wajib Pajak belum juga melunasi pajaknya maka Pejabat mengajukan permintaan penetapan lelang. Dari penjabaran tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sistem pemungutan pajak hotel kategori rumah kos di DPPKA Kota Surakarta telah sesuai dengan peraturan yang berlaku saat ini.

2. Efektivitas Pajak Rumah Kos pada DPPKA Kota Surakarta pada Tiga Tahun Anggaran (2006-2008)

Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran berarti semakin tinggi efektivitas (Sondan P.Siagian, 2001: 24). Efektivitas dihitung dengan rumus sebagai berikut :

(Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Surakarta)

Berikut adalah tabel tingkat efektivitas Pajak Rumah Kos Di Surakarta untuk periode 2006-2008.

Tabel II.1

Tabel Tingkat Efektivitas Pajak Rumah Kos Periode 2006-2008

Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Efektivitas Anggaran

2006 0 28.820.130 -- 2007 3.180.000 37.760.670 1187,44% 2008 48.640.000 47.619.600 97,90% Sumber: DPPKA Kota Surakarta.

Dari tabel di atas dapat diketahui tingkat efektivitas pajak rumah kos di Surakarta. Tingkat efektivitas pajak rumah kos di Surakarta pada tahun 2006 tidak dapat dihitung karena pada tahun tersebut pihak DPPKA Kota Surakarta belum menetapkan target. Hal itu disebabkan karena pemungutan pajak rumah kos di Surakarta baru dilaksanakan pada bulan Juni 2006. Pemungutan ini dilakukan setelah dilakukan pendataan oleh petugas DPPKA. Pada pemungutan pajak rumah kos yang pertama terdapat 96 rumah kos dengan realisasi pajak sebesar RP 28.820.130,00. Pada tahun 2007, jumlah Wajib Pajak Rumah Kos mengalami penurunan dibanding tahun 2006 yaitu 62 Wajib Pajak. Walaupun mengalami penurunan, realisasi pajak rumah kos di tahun 2007 ini mengalami peningkatan yaitu sebesar Rp 37.760.670,00. Tingkat efektivitas pajak rumah kos di tahun 2007 mencapai 1187,44%. Walaupun tingkat

Efektivitas = 100% Ditetapkan yang Kos Rumah Pajak Target Kos Rumah Pajak Penerimaan Realisasi ´

efektivitasnya mencapai lebih dari 100%, hal ini tidak dapat dikatakan efektif karena target yang terlalu kecil padahal realisasi di tahun 2006 cukup besar. Di tahun 2008 jumlah Wajib Pajak mengalami peningkatan yang cukup besar, namun realisasi pajaknya tidak mengalami peningkatan yang sebanding dengan peningkatan jumlah Wajib Pajak. Wajib Pajak

rumah kos di tahun 2008 mencapai 441 dengan realisasi pajak Rp 47.619.600,00. Tingkat efektivitas pajak rumah kos di tahun 2008 yaitu

97,90%. Hal ini menunjukkan di tahun 2008 tingkat efektivitas pajak rumah kos di Kota Surakarta tidak efektif karena tidak dapat mencapai target yang ditetapkan, walaupun realisasi pajaknya mengalami peningkatan dibanding tahun 2007. Berdasarkan analisis data di atas maka dapat dikatakan kinerja petugas DPPKA dalam memungut pajak rumah kos sudah cukup efektif karena tingkat efektivitas rata-rata mencapai 642,67% meskipun di tahun 2008 tingkat efektivitas pajak rumah kos belum mencapai 100%.

3. Kontribusi Pajak Rumah Kos terhadap Pendapatan Asli Daerah

Pajak rumah kos tergolong pajak baru yang dapat menjadi salah satu komponen untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Walaupun sampai saat ini penerimaan dari pajak rumah kos belum maksimal. Kontribusi pajak rumah kos terhadap Pendapatan Asli Daerah dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

(Sumber: DPPKA Kota Surakarta)

Kontribusi = 100% PAD Penerimaan Realisasi Kos Rumah Pajak Penerimaan Realisasi ´

Berikut adalah tabel yang menyajikan ratio kontribusi pajak rumah kos terhadap Pendapatan Asli Daerah Surakarta :

Tabel II.2

Ratio Kontribusi Pajak Rumah Kos Terhadap PAD Surakarta Periode 2006-2008

Tahun Realisasi PAD Ratio

Anggaran Pajak Rumah Kos Kontribusi

2006 28.820.130 78.585.751.288 0,0367% 2007 37.760.670 89.430.977.982 0,0422% 2008 47.619.600 102.089.919.369 0,0466% (Sumber: DPPKA Kota Surakarta)

Berdasarkan tabel di atas dapat dikatakan bahwa ratio kontribusi penerimaan pajak rumah kos terhadap Pendapatan Asli Daerah pada Kota Surakarta untuk periode tahun 2006 hingga tahun 2008 selalu mengalami peningkatan. Meskipun kontribusi pajak rumah kos terhadap Pendapatan Asli Daerah sangat kecil bahkan tidak mencapai 1%, namun adanya pajak rumah kos ini juga berperan dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Apalagi prospek ke depan untuk rumah kos di Kota Surakarta cukup menjanjikan jika dikelola dengan baik. Hal ini dikarenakan adanya beberapa universitas negeri maupun swasta yang cukup digemari, rumah sakit daerah dan rumah sakit swasta, serta pabrik-pabrik yang ada di Surakarta menyebabkan banyaknya rumah kos yang didirikan di wilayah tersebut.

BAB III

Dokumen terkait