Bab ini menguraikan tentang masih banyak wajib pajak yang tidak menjawab surat dengan teguran dan pelaksanaan penerbitan surat paksa masih mempengaruhi prosedur cepat atau lambatnya penerimaan negara dari sektor pajak.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan bab-bab sebelumnya disertai dengan pemberian saran-saran yang perlu
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN TIMUR A. Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Medan Timur
Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak pada masa itu bernama Belasting, yang kemudian setelah kemerdekaan berubah nama menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya Direktorat Jenderal Pajak Keuangan Republik Indonesia. Di Sumatera Utara pada tahun 1976 berdiri tiga kantor inspeksi pajak, yaitu :
1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan 2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara 3. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar
Pada tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua
Yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Untuk memudahkan pelayanan pembayaran pajak dari masyarakat, dan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah Kantor Inspeksi Medan Timur.
Dalam meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat di dalam pelayanan pembayaran pajak, maka berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 267/KMK.01/1989, diadakanlah perubahan secara
menyeluruh pada Direktorat Jenderal Pajak yang mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak, sekaligus dibentuknya Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.
Berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993, maka pada tanggal 1 April 1994 didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota.
Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota merupakan pecahan dari tiga Kantor Pelayanan Pajak, yaitu :
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
Terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak berubah Menjadi empat wilayah kerja, yaitu :
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara 4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
443/KMK.01/2001 tentang “ Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak ” yang mana Kantor Pelayanan Pajak di Kotamadya Medan menjadi enam wilayah kerja, yaitu :
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, dengan ruang lingkupnya meliputi wilayah :
1) Kecamatan Medan Timur 2) Kecamatan Medan Area 3) Kecamatan Medan Tembung 4) Kecamatan Medan Perjuangan
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :
1) Kecamatan Medan Barat 2) Kecamatan Medan Sunggal 3) Kecamatan Medan Petisah 4) Kecamatan Medan Helvetia
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :
1) Kecamatan Medan Kota 2) Kecamatan Medan Denai 3) Kecamatan Medan Johor 4) Kecamatan Medan Amplas
1) Kecamatan Medan Polonia 2) Kecamatan Medan Maimun 3) Kecamatan Medan Baru 4) Kecamatan Medan Tuntungan 5) Kecamatan Medan Selayang
5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :
1) Kecamatan Medan Belawan 2) Kecamatan Medan Marelan 3) Kecamatan Medan Labuhan 4) Kecamatan Medan Deli
6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai
1) Kota Binjai
2) Kabupaten Langkat
B. Ruang Lingkup Wilayah Kerja KPP Pratama Medan Timur
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, dengan ruang lingkupnya meliputi wilayah :
1) Kecamatan Medan Timur 2) Kecamatan Medan Area
3) Kecamatan Medan Tembung
C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota
Kantor Pelayanan Pajak dipimpin oleh seorang kepala kantor yang bertugas melaksanakan kegiatan operasional pelayanan perpajakan dalam daerah wewenangnya berdasarkan teknis yang ditetapkan Direktur Jenderal Pajak. Secara umum tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama meliputi :
1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan
2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan
3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya
4. Penyuluhan perpajakan
5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak
6. Pelaksanaan Ekstensifikasi
8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak
9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak
10. Pelaksanaan konsultasi perpajakan
11. Pelaksanaan Intensifikasi
12. Pembetulan ketetapan pajak
13. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan
14. Pelaksanaan administrasi kantor.
Adapun struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah struktur organisasi linier dan staf yang berada dibawah seorang koordinasi Kepala Kantor Wilayah I Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara, dimana seluruh pegawainya adalah Pegawai Negeri Sipil dibawah naungan Departemen Keuangan Republik Indonesia.
Kantor Pelayanan Pajak dapat digolongkan menjadi 2 (dua) tipe, yaitu tipe A dan tipe B. Kantor Pelayanan Pajak tipe A merupakan Kantor Pelayanan yang tergolong dalam skala besar, yang biasanya di ibukota propinsi sedangkan KPP tipe B merupakan Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya tidak melebihi dari
wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak tipe A, biasanya berada di kotamadya dan kabupaten, jadi berdasarkan wilayah diatas maka Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dapat digolongkan KPP tipe A karena wilayahnya berkedudukan di ibukota Propinsi Sumatera Utara.
Namun berdasarkan SK. Menkeu RI No.162/KMK.01/1997 tanggal 10 April 1997 tentang peningkatan KPP tipe B menjadi tipe A, sehingga dengan adanya surat keputusan itu KPP tipe B tidak ada lagi di Kantor Wilayah I Direktorat Jenderal Pajak Sumatera bagian Utara (Sumbagut).
Berdasarkan SK.Menkeu RI No.94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 tentang susunan organisasi Departemen Keuangan, maka tipe A terdiri dari Kepala Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, membawahi 1 sub bagian, 8 seksi, 1 kantor penyuluhan ditambah kelompok tenaga fungsional (yang berada diluar struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak) yakni terdiri dari :
1. Sub Bagian Tata Usaha (TU)
2. Seksi Tata Usaha dan Perpajakan (TUP)
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
4. Seksi Pajak Penghasilan Orang Pribadi
6. Seksi Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
7. Seksi Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung Lainnya
8. Seksi Penagihan
9. Seksi Penerimaan dan Keberatan
10. Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan
Namun setelah adanya modernisasi perpajakan tahun 2006 s.d 2008 Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan maka Kantor Pelayanan Pajak Pratama terbagi menjadi beberapa seksi yaitu :
Subbagian Umum
1. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
2. Seksi Pelayanan
4. Seksi Pemeriksaan
5. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
10. Kelompok Jabatan Fungsional.
D. Bidang-Bidang Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
1. Sub Bagian Umum ( Subbag Umum )
Sub Bagian Umum mempunyai tugas melakukan urusan Tata Usaha, Kepegawaian, Keuangan dan Rumah Tangga. Sub Bagian Umum membawahi 3 (tiga) Koordinator Pelaksana yaitu :
2. Koordinator Pelaksana Keuangan
3. Koordinator Rumah Tangga
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi ( Seksi PDI )
Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan, urusan pengolahan data dan informasi, pembuatan monografi pajak, penggalian potensi perpajakan serta ekstensifikasi Wajib Pajak.
Seksi Pengolahan Data dan Informasi membawahi 3 (tiga) Koordinator pelaksana yaitu :
1. Koordinator Pelaksana PDI I, bertugas untuk melaksanakan pengolahan data keluaran dan masukan
2. Koordinator Pelaksana PDI II, bertugas untuk melaksanakan pengolahan data dan menyajikan informasi perpajakan
3. Koordinator Pelaksana PDI III, bertugas untuk melaksanakan penggalian potensi perpajakan, ekstensifikasi wajib pajak dan membuat monografi perpajakan.
3. Seksi Pelayanan
Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta melakukan kerja sama perpajakan. Seksi Pelayanan membawahi 3 (tiga) Koordinator pelaksana yaitu :
1. Koordinator Pelaksana Pelayanan Terpadu
2. Koordinator Pelaksana Surat Pemberitahuan
3. Koordinator Penyuluhan Perpajakan.
4. Seksi Penagihan
Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.
Seksi Penagihan membawahi 2 (dua) Koordinator Pelaksana yaitu :
1. Koordinator Pelaksana Tata Usaha Piutang Pajak
2. Koordinator Pelaksana Penagihan Aktif.
5. Seksi Pemeriksaan
Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
Peraturan Menteri Keuangan No.426/PM.1/2007 tentang Uraian Jabatan Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak mengatur :
“ Uraian tugas dan kegiatan Kepala Seksi Pemeriksaan antara lain menyusun
Diperiksa, membuat usulan pembatalan Daftar Nominatif dan atau Lembar
Penugasan Pemeriksaan (LP2) Wajib Pajak yang akan diperiksa, dan menerbitkan dan menyalurkan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3), Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak dan Surat Pemanggilan
Pemeriksaan Pajak ”.
6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.
Peraturan Menteri Keuangan No.426/PM.1/2007 tentang Uraian Jabatan Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak mengatur :
“ Uraian tugas dan kegiatan Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan antara lain melaksanakan penerbitan dan penatausahaan Surat Himbauan NPWP
dan atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP), menyusun Daftar Nominatif Wajib Pajak yang akan dilakukan pemeriksaan untuk tujuan lain
dan membimbing pelaksanaan dan penatausahaan pemeriksaan untuk tujuan
lain dalam rangka pemberian NPWP dan atau pengukuhan PKP secara jabatan ”.
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV, masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan Konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak, usulan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan dan melakukan evaluasi hasil banding.
8. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah Jabatan Fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan. Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah dan Kepala KPP Pratama yang bersangkutan. Adapun jumlah Jabatan
Fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
E. Deskripsi Kerja KPP Pratama Medan Timur
1. Sub Bagian Umum
Sub Bagian Umum mempunyai prosedur standar kerja sebagai berikut :
a. Penerimaan dokumen di KPP
b. Pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk
c. Pelaksanaan pelantikan, sumpah dan serah terima jabatan serta pengambilan sumpah Pegawai Negeri Sipil (PNS)
d. Pelaksanaan pembayaran tagihan melalui mekanisme langsung kepada rekannya
e. Pemusnahan dokumen, penyusunan laporan berkala KPP dan pembuatan laporan tahunan.
f. Penyusunan tanggapan/tindak lanjut terhadap Surat Hasil Pemeriksaan (SHP)/Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dari Dirjen Depkeu/BPK/BPKP/Unit Fungsional Pemeriksa Lainnya dan Lain-lain.
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Adapun prosedur standar kerja Seksi Pengolahan Data dan Informasi adalah :
a. Penyusunan rencana penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan ekonomi dan keuangan
b. Penatausahaan penerimaan PBB Non Elektronik
c. Pemprosesan dan Penatausahaan dokumen masuk di Seksi PDI
d. Pembuatan dan penyampaian Surat Perhitungan dikirim ke Kantor Pelayanan Pajak lain
e. Pembentukan dan pemanfaatan Bank Data dan lain-lain.
3. Seksi Pelayanan
a. Penatausahaan surat, dokumen, dan laporan wajib pajak pada Tempat Pelayanan Terpadu (TPT)
b. Penyelesaian pemindahan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) lama dan baru
c. Penyelesaian permohonan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)
d. Pendaftaran dan pencabutan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
e. Penyelesaian permohonan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan PPh
f. Penerbitan Surat Teguran penyampaian SPT Masa dan SPT Tahunan PPh
g. Pelaksanaan pemenuhan permintaan konfirmasi dan klarifikasi dan lain-lain.
4. Seksi Penagihan
a. Pemprosesan dan Penatausahaan dokumen masuk di Seksi Penagihan b. Penatausahaan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak beserta
bukti pembayarannya
c. Penyelesaian Usulan Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak
d. Penerbitan STP Bunga Penagihan, Surat Teguran Penagihan, Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) serta Surat Keputusan Pencabutan Sita
e. Pembuatan Usulan Pencegahan dan Penyanderaan terhadap wajib pajak tertentu dan lain-lain.
5. Seksi Pemeriksaan
Seksi Pemeriksaan mempunyai prosedur standar kerja sebagai berikut :
a. Penyelesaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Lebih Bayar
b. Penyelesaian Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Penjualan Barang Mewah
d. Pengamatan KPP, pemeriksaan kantor, pemeriksaan lapangan dan penyelesaian Usulan Pemeriksaan dan lain-lain.
6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Adapun prosedur standar kerja Seksi Ekstensifikasi Perpajakan di KPP adalah sebagai berikut :
a. Pendaftaran objek pajak baru dengan penelitian kantor maupun lapangan
b. Penerbitan Surat Himbauan untuk ber-NPWP
c. Pencarian data potensi perpajakan dalam rangka pembuatan Monografi Fiskal
d. Penyelesaian Permohonan Penundaan Pengembalian SPOP dan mutasi sebagian atau seluruhnya objek dan subjek pajak PBB
e. Penerbitan daftar nominatif untuk usulan SP3 PSL Ekstensifikasi dan lain-lain
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Seksi Pengawasan dan Konsultasi mempunyai prosedur standar kerja sebagai berikut :
a. Penyelesaian permohonan penggunaan nilai buku dalam rangka penggabungan usaha, pengambilalihan usaha, atau pemekaran usaha
b. Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP) dan Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB)
c. Penyelesaian Permohonan Pembetulan Ketetapan Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di KPP
d. Penyelesaian Permohonan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi PBB di KPP
e. Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan PPh atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto SBI yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun yang pendirinya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
f. Pembuatan Surat Pemberitahuan perubahan besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 (Dinamisasi) dan lain-lain.
8. Kelompok Jabatan Fungsional
Mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional
masing-masing berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam
berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya. Setiap kelompok dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah dan Kepala KPP Pratama yang bersangkutan.
Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior
yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah, Kepala KPP, Kepala KPPBB, atau Kepala Karikpa yang bersangkutan.
9. Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP)
KP2KP mempunyai tugas melakukan urusan pelayanan, penyuluhan, dan
konsultasi perpajakan kepada masyarakat serta membantu Kantor Pelayanan
Pajak Pratama dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat. KP2KP adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama.
Dalam melaksanakan tugasnya KP2KP menyelenggarakan fungsi :
a. Pelaksanaan penyuluhan, sosialisasi, dan pelayanan konsultasi perpajakan kepada masyarakat
b. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak
c. Bimbingan dan konsultasi teknis perpajakan kepada Wajib Pajak
d. Pemberian pelayanan kepada masyarakat di bidang perpajakan dalam rangka membantu Kantor Pelayanan Pajak Pratama
BAB III
GAMBARAN DATA TENTANG SURAT PAKSA
Dalam bab ini Penulis akan menguraikan tentang dikeluarkannya Surat teguran serta pengertian Surat Paksa (ciri-ciri surat paksa serta sifat surat paksa) dan untuk kelancaran pelaksanaan penagihan dan ketertiban adminstrasi piutang pajak serta untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka adanya jadwal waktu pelaksanan penagihan pajak.
A. Pelaksanaan Penagihan Sampai Diterbitkannya Surat Teguran dan Jadwal Pelaksanaan Penagihan
Penagihan Pajak dilakukan apabila penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya. Setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran maka akan diterbitkan Surat Teguran. Surat Teguran diterbitkan oleh Pejabat untuk menegur atau memperingati kepada Wajib Pajak/ Penanggung Pajak untuk segera melunasi kewajibannya membayar utang pajak. Jika sampai 21 (dua puluh satu) hari utang pajak tidak dilunasi sejak diterbitkannya Surat Teguran, maka seseudah batas waktu itu,tindakan penagihan pajak akan dilanjutkan dengan penerbitan Surat Paksa.
Adapun jadwal pelaksanaan penagihan pajak adalah sebagai berikut :
a. Penerbitan Surat Teguran sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak dilakukan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran;
b. Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada huruf a diterbitkan oleh pejabat;
c. Apabila jumlah utang pajak yang masih harus dibayar tidak melunasi oleh Penanggung Pajak setelah lewat waktu 21 ( dua puluh satu) hari sejak diterbitkannya Surat Teguran, Pejabat segera menerbitkan Surat Paksa; d. Apabila jumlah utang pajak yang masih harus tidak dilunasi oleh
Penanggung Pajak setelah lewat waktu 2 kali 24 (dua kali dua puluh empat) jam sejak Surat Paksa diberitahukan kepadanya. Pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan;
e. Dalam hal utang pajak dan biaya penagihan yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak setelah lewat 14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan penyitaan, Pejabat segera melaksanakan pengumuman lelang;
f. Pejabat segera melakukan penjualan barang sistem Penanggung Pajak melaluli kantor lelang apabila utang pajak dan biaya penagihan yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak setelah lewat waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal pengumuman lelang;
g. Terhadap Penanggung Pajak dapat dilakukan Penagihan Seketika dan Sekaligus, dan kepada Penanggung Pajak yang bersangkutan dapat diterbitkan Surat Paksa tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran atau tanpa menunggu lewat tenggang waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak Surat Teguran diterbitkan.
Untuk mendukung tercapainya rencana penerimaan pajak perlu dilaksanakan intensifikasi pelaksanaan penagihan pajak secara terpadu, profesional, terfokus,
terukur, dan konsisten serta berhasil guna sesuai prosedur hukum yang berlaku. Untuk itu Kantor Pelayanan Pajak Pratama semakin genjarnya melakukan perbaikan-perbaikan agar Wajib Pajak/Penanggung Pajak membayar kewajiban pajaknya, walaupun masih banyak Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang belum sadar akan membayar pajak. Kemudian kurangnya kepercayaan Wajib Pajak kepada Fiskus, ini disebabkan oleh karena adanya anggapan Wajib Pajak bahwa fiskuslah yang akhirnya menetapkan pajak yang terutan,sehingga sering merasa keberatan atas penerbitan (STP/SKP/SKPT).
B. Defenisi Surat Paksa
Pengertian Surat Paksa menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 s.t.d.t.d Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 pasal 1 sub 12 yang berbunyi: Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.
Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, malaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.
Surat paksa sekurang-kurangnya memuat :
1. nama wajib pajak atau nama wajib pajak dan penanggung pajak 2. besarnya uang pajak
3. perintah untuk membayar
a. Pejabat adalah pejabat yang berwenang :
- menerbitkan :
1. Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis; 2. Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus ;
3. Surat Paksa ;
4. Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan ; 5. Surat Perintah Penyanderaan ;
6. Surat Pencabutan Sita ; 7. Pengumuman Lelang ;
8. Surat Penentuan Harga Limit; 9. Pembatalan Lelang ;dan
10. Surat lain yang diperlukan untuk pelaksanaan penagihan pajak
b.Jurusita Pajak adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan dan penyenderaan.
Jurusita Pajak bertugas :
- Melaksanakan Surat Perintah Penagihan dan Sekaligus; - Memberitahukan Surat Paksa;
- Melaksanakan penyitaan atas barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan;dan - Melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah
Penyanderaan.
c. Pengadilan Negeri adalah Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemebritahuan Surat Paksa, penyitaan dan penyanderaan.
d. Utang Pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam surat ketetapan pajak atau surat selanjutnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
e. Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.
f. Biaya Penagihan Pajak adalah biaya pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Pengumuman Lelang,Pembatalan Lelang, Jasa Penilai dan biaya lainnya sehubungan dengan penagihan pajak.
g. Penyitaan adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang penanggung Pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundang-undangan.
h. Objek Sita adalah barang Penananggung Pajak yang dapat dijadikan jaminan utang pajak.
i. Barang ialah tiap benda atau hak yang dapat dijadikan objek sita.
j. Lelang adalah setiap penjualan barang dimuka umum dengan cara penawaran harga secara lisan dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli.
k. Penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan Penanggung Pajak dengan menempatkannya di tempat tertentu.
l. Gugatan adalah upaya hukum terhadap pelaksanaan penagihan pajak atau kepemilikan barang sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.
m. Kepala Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota.
n. Pemerintah Daerah adalah pemerintaha daerah yang wilayah hukumnya meliputi empat tindakan penagihan pajak dilaksanakan.
C.Ciri-ciri Surat Paksa dan Sifat Surat Paksa