BAB III : PENYAJIAN KATA
B. Analisa Data Tentang Hasil Akhir Pelaksanaan Proses Terapi Behavior
dengan Teknik Modelling Untuk Meningkatkan Kemandirian Remaja
Berhasil tidaknya dari usaha terapi behavior dalam meningkatkan
kemandirian remaja ini sebagian besar tergantung pada diri klien sendiri.
Apakah klien benar-benar ingin berubah menjadi lebih baik atau tetap dengan
kondisi sebelumnya yakni belum bisa menerima keadaan yang ada pada
keluarganya saat ini yang kurang mandiri dan tidak bertanggung jawab pada
dirinya.
Setelah beberapa minggu proses konseling dilakukan dalam
meningkatkan kemandirian telah membawakan hasil yang diharapkan
walaupun belum seratus persen mampu mengatasi keadaan klien tersebut.
Perubahan yang terlihat pada konseli diamati oleh peneliti melalui
pengamatan langsung maupun tidak langsung. Pengamatan yang dilakukan
secara tidak langsung diperoleh dari hasil wawancara dengan beberapa
informan yang mengetahui betul perilaku konseli dalam kehidupan sehari-
83
Karena semakin baik keadaan suatu hubungan interpersonal antara
remaja yang kurang mandiri dengan lingkungan, maka semakin terbuka
remaja yang kurang mandiri dalam mengungkapkan dirinya. Dari situ pihak
keluarga konseli menjadi lebih cermat dalam mempersepsi remaja yang
kurang mandiri, begitu juga remaja yang kurang mandiri menjadi lebih
cermat mempersepsi masyarakat juga dirinya sendiri, sehingga jalinan
komunikasi diantara mereka menjadi semakin efektif.
Untuk lebih jelas analisis tentang data akhir hasil proses pelaksanaan
terapi behavior dengan teknik modelling yang dilakukan dari awal konseling
hingga tahap-tahap akhir proses konseling, apakah ada perubahan pada diri
konseli antara sebelum dan sesudah dilaksanakan terapi behavior dengan
teknik modelling dapat digambarkan pada tabel dibawah ini:
Tabel 1.2
Perbandingan hasil proses terapi behavior dengan teknik modelling antara sebelum dan sesudah diberikan Konseling
No Gejala yang Tampak Sebelum Konseling Sesudah Konseling
S KK TP S KK TP
1
Terlalu sering menyuruh dan meminta bantuan kepada orang
lain walaupun dia bisa
melakukannya sendiri
√ √
2
Tidak bertanggung jawab dalam
melaksanakan tugasnya. Baik
tugas sekolah maupun tugas
sehari-hari di rumah
√ √
3
Merasa tidak mampu dan
mengeluh saat diberi suatu tugas atau amanat
√ √
4 Tidak tegas dalam mengambil
keputusan √ √
Keterangan:
S : Sering dilakukan
84
TP : Tidak pernah dilakukan
Sedangkan untuk melihat tingkat keberhasilan dan kegagalan terapi
behavior dengan teknik modelling yang telah dilakukan, peneliti berpedoman
pada standart uji perubahan perilaku yang apabila di prosentasekan sebagai
berikut:
1. Lebih dari 75% atau 75% sampai dengan 100% (dikategorikan berhasil)
2. 60% sampai dengan 75% (dikategorikan cukup berhasil)
3. Kurang dari 60% (dikategorikan kurang berhasil).1
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa setelah mendapatkan terapi
behavior dengan teknik modelling terjadi perubahan kearah yang lebih baik.
Untuk lebih jelasnya mengenai perubahan gejala yang tampak pada konseli
sesudah dilakukan konseling sesuai dengan prosentase sebagai berikut:
1. Gejala yang tidak pernah dilakukan = 3/4 X 100 = 75%
2. Gejala kadang-kadang dilakukan = 1/4 X 100 = 25%
3. Gejala yang sering dilakukan = 0/4 X 100 = 0%
Berdasarkan prosentase gejala-gejala yang nampak pada konseli di
atas maka dapat diketahui bahwa dengan bantuan pelaksanaan terapi behavior
dengan teknik modelling menunjukkan keberhasilan dengan hasil
perbandingan prosentase yaitu:
Gejala yang sebelum pelaksanaan konseling sering dilakukan menjadi
kadang-kadang dilakukan oleh konseli setelah pelaksanaan konseling dengan
prosentase 25%. Sedangkan untuk gejala-gejala yang sebelum pelaksanaan
1
Ismail Nawawi Uha, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Aplikasi Untuk Ilmu Sosial, Ekonomi/Ekonomi Islam, Agama Menejemen, dan Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Dwi Putra Pustaka Jaya, 2012), hal. 284
85
konseling sering dilakukan konseli menjadi tidak pernah dilakukan konseli
sesudah pelaksanaan konseling dengan prosentase 75%.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam pemberian terapi behavior
dengan teknik modelling yang dilakukan oleh konselor dapat dikatakan cukup
berhasil dengan prosentase 75%. Hal ini sesuai dengan standar uji yang
tergolong dalam kategori 60% sampai dengan 75% yang dikategorikan cukup
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian, peneliti mendapatkan data-data yang
diperoleh dari penelitian, dan peneliti akan menyimpulkan data-data tersebut.
Dalam pembahasan Terapi Behavior Dengan Teknik Modelling Untuk
Meningkatkan Kemandirian Remaja Di Desa Ngayung Kecamatan Maduran
Kabupaten Lamongan.
Dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Proses pelaksanaan Terapi Behavior Dengan Teknik Modelling Untuk
Meningkatkan Kemandirian Remaja Di Desa Ngayung Kecamatan
Maduran Kabupaten Lamongan Melalui langkah-langkah yang ada dalam
konseling Peneliti menggunakan terapi behavior dengan teknik
modelling. Dalam pelaksanaan teknik tersebut bisa dibilang cukup lancar
terbukti konseli bisa mandiri menuruti saran dari konselor. Langkah
terakhir yaitu Follow Up sekaligus mengevaluasi tindakan klien dengan
melihat serta pengamati perubahan-perubahan yang ada pada diri klien.
2. Hasil akhir dalam pelaksanaan Terapi Behavior Dengan Teknik
Modelling Untuk Meningkatkan Kemandirian Remaja Di Desa Ngayung
Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan Dapat di kategorikan cukup
berhasil karena konseli tersebut semakin lama semakin banyak
berubahnya seperti sering memerintah dan meminta bantuan orang lain
87
dan mudah marah sekarang menjadi remaja yang humoris dan suka
bergaul seperti dulu. Walaupun masih ada beberapa tingkah laku yang
kadang-kadang dilakukan seperti suka meminta bantuan orang lain dan
suka memerintah ketika bersama teman-temannya. Namun syukurlah
klien sekarang berubah menjadi seorang yang aktif dan suka membantu
orang lain.
B. Saran
Dalam penelitian ini, peneliti menyadari masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan peneliti
selanjutnya untuk lebih menyempurnakan hasil penelitian yang tentunya
menunjuk pada hasil yang sempurna dengan harapan agar penelitian yang
dihasilkan nantinya dapat lebih menjadi baik.
Adapun saran-saran dari peneliti adalah:
1. Bagi Pembaca
Peneliti ini diharapkan dapat dijadikan pegangan bagi semuanya,
khususnya pada mahasiswa jurusan bimbingan dan konseling Islam. Agar
lebih terbuka ketika mempunyai masalah, ceritakan masalahmu kepada
orang yang kamu percaya. Dan belajarlah mengambil hikmah disetiap
kejadian agar berubah menjadi remaja yang lebih baik lagi.
2. Bagi Keluarga
Diharapkan untuk keluarga konseli terus memantau dan tetap
mengontrol perkembangan klien serta memberikan motivasi dan supprot
88
Dan juga tetap kontrol agar dia selalu terbuka terhadap apa yang
dirasakanya.
3. Bagi Klien
Hendaknya klien harus tetap menjadi anak yang mandiri dan
bertanggung jawab seperti sekarang. Dan jangan menutup diri dari
masalah hidupmu. Terbukalah kepada orang yang benar-benar konseli
percaya. Dan konseli harus percaya setiap masalah pasti ada hikmah dan
tujuanya. Serta konseli harus semangat dalam meraih cita-citanya. Dan
lebih mendekatkan diri pada Allah SWT.
4. Bagi Konselor
Dapat tetap memantau serta dapat memberikan motivasi agar
klien lebih semangat dalam menjalani kehidupanya yang sekarang.
Konselor diharapkan untuk memambah pengetauannya dan wawasan
tentang teori konseling agar dalam memberikan bantuan terhadap
seseorang remaja untuk meningkatkan kemandiriannya dapat dilakukan
dengan baik. Dan konselor jangan mengharapkan imbalan atas segala
waktu yang di luangkan untuk konseli.
5. Bagi Peneliti selanjutnya
Apabila dalam penelitian ini ada banyak kekeliruan mohon kritik
dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan penelitian
89
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori, 2012, Psikologi Remaja, Jakarta: Bumi
Aksara.
Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemah Bahasa Indonesia ( Ayat Pojok ), 2006, Kudus :
Menara Kudus.
Arikunto, Suharsimi, 2013, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
Rineka Cipta.
Corey, Gerald, 2013, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Bandung: Refika
Aditama.
Desmita, 2010, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Gunarsa, Singgih D, 2000, Konseling dan Psikoterapi, Jakarta: Gunung Mulia.
Indrawan, Rully dan Poppy Yaniawati, 2014 Metode Penelitian, Bandung: Refika
Aditama.
Komalasari, Gantika, 2011, Teori dan Teknik Konseling, Jakarta : PT. Indeks.
Latipun, 2015, Psikologi Konseling, Malang: UMM Press.
Lubis, Namora Lumongga, 2011, Memahami Dasar-dasar Konseling, Jakarta:
Kencana.
Mappiare, Andi, 1982, Psikologi Remaja, Surabaya: Usaha Nasional.
Moleong, Lexy J, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. 13 Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nazir, Moh, 1999, Metode Penelitian, Cet. IV, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Salim, Muhammad Nur, 2005, Strategi Konseling, Surabaya: Unesa University Press.
Subagyo, Joko, 2004, Metode Penelitian dalan Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta.
Sudarsono, 1997, Kamus Konseling, Jakarta: Rineka Cipta.
90
Sukitman, Tri, 2015, Panduan Lengkap dan Aplikatif Bimbingan Konseling Berbasis
Pendidikan Karakter, Yogyakarta: Diva Press.
Suprayogo, Imam dan Tobroni, 2001, Metodologi Penelitian Sosial-Agama,
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Smart, Aqila dan Supardi, 2013, Ide-ide Kreatif Mendidik Anak bagi Orang Tua
Sibuk, Jogjakarta: Katahati.
Sutoyo, Anwar, 2009, Bimbingan dan Konseling Islam Teori dan Praktik, Semarang:
Widya Karya.
W. Santrock, John, 2003, Adolescence Perkembangan Remaja, Jakarta: Erlangga.
https://ichwanpsikoundip05.wordpress.com/jurnal/, diakses pada18/03/2016 http://oktri83.blogspot.co.id/2013/03/hubungan-antara-kebutuhan-dasar_24.html,
diakses pada18/03/2016.
Lembaga Perawatan Psikologi, “Membentuk Kemandirian Anak (Remaja), Artikel
Psikologi Anak, (http://www.dispsiad.mil.id/index.php/en/psikologi-olahraga/290- membentuk-kemandirian-anak-remaja, diakses 27 April 2016)