• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.3 Analisa Data

5.1.3.1 Distribusi Penyebab Nyeri berdasarkan Nama Sediaan

(p=0,000)

Gambar 5.1 Carta Bar Distribusi Penyebab Nyeri berdasarkan Nama Sediaan

Gambar 5.1 menunjukkan bahawa kelompok penyebab nyeri trauma yang mengandungi 32 orang (45,7%), jenis analgetik yang paling banyak diberi adalah Ketorolac sebanyak 10 orang (14,3%) diikuti dengan Ciprofloxacin 7 orang (10,0%), Ibuprofen 5 orang (7,1%), Ranitidin 4 orang (5,7%), Celecoxibe 3 orang (4,3%) dan Kodein, Paracetamol serta Tramadol masing-masing sebanyak 1 orang (1,4%). Pada kelompok penyebab nyeri infeksi terdapat 12 orang (17,1%), jenis analgetik yang paling banyak diberi adalah Asam mefenamat dan Ranitidin 3 orang (4,3%) maisng-masing, diikuti dengan Kodein dan Ibuprofen 2 orang (2,9%) masing- masing serta Celecoxibe dan Paracetamol 1 orang (1,4%) masing-

masing. Untuk kelompok penyebab nyeri kanker pula, terdapat 5 orang (7,1%), jenis analgetik yang paling banyak diberi adalah Celecoxibe dan Tramadol 2 orang (2,9%) masing-masing dan Ranitidin sebanyak 1 orang (1,4%). Pada kelompok dengan penyebab nyeri lain-lain terdapat 21 orang (30,0%), jenis analgetik yang paling banyak diberi adalah Ketorolac 6 orang (8,6%), Metadon 4 orang (5,7%), Ciprofloxacin dan Ranitidin masing-masing 3 orang (4,3%), Asam mefenamat dan Tramadol 2 orang (2,9%) masing-masing serta Kodein 1 orang (1,4%). Dari hasil uji Chi Square didapat nilai p adalah 0. Hal ini berarti terdapat hubungan antara penyebab nyeri dan jenis analgetik.

5.1.3.2 Distribusi Keparahan Nyeri berdasarkan NamaSediaan

(p=0,000)

Gambar 5.2 Carta Bar Distribusi Keparahan Nyeri berdasarkan Nama Sediaan

Tabel 5.1.3-2 menunjukkan sebanyak 17 orang (24,3%) mangalami nyeri ringan yang diberi obat analgetik paling banyak adalah Ciprofloxacin yaitu, 6 orang (8,6%), diikuti dengan Asam mefenamat dan Ketorolac 3 orang (4,3%) masing-masing, Celecoxibe dan Ibuprofen sebanyak 2 orang (2,9%) masing- masing serta Ranitidin dan Paracetamol sebanyak 1 orang (1,4%) masing-masing. Untuk pasien dengan nyeri sedang pula terdapat 22 orang (31,4%), obat analgetik yang diberi adalah Ranitidin 6 orang (8,6%), Ibuprofen 5 orang (7,1%), Celecoxibe 3 orang (4,3%), Ciprofloxacin, Asam mefenamat serta Keterolac masing-masing diberi kepada 2 orang (2,9%) dan Kodein serta Parasetamol 1 orang (1,4%) masing-masing. Pasien yang mengalami nyeri berat adalah 31 orang

(44,3%), Ketorolac paling banyak diberi kepada pasien yaitu, 11 orang (15,7%), diikuti dengan Tramadol 5 orang (7,1%), Ranitidin serta Metadon 4 orang (5,7%) masing-masing, Ciprofloxacin 2 orang (2,9%) dan Celecoxibe serta Ibuprofen 1 orang (1,4%) masing-masing. Dari hasil uji Chi Square didapat nilai p adalah 0. Hal ini berarti terdapat hubungan antara keparahan nyeri dan jenis analgetik.

5.1.3.3 Distribusi Jenis Analgetik berdasarkan Nama Sediaan

(p=0,000)

Gambar 5.3 Carta Bar Distribusi Jenis Analgetik berdasarkan Nama Sediaan

Tabel 5.1.3-3 menunjukkan nama sediaan yang dibahagikan kepada jenis analgetik. Dalam golongan opioids, Kodein dan Metadon masing-masing diberi kepada 4 orang (5,7%) manakala Tramadol di beri kepada 5 orang (7,1%). Celecoxibe adalah jenis analgetik non-opioids yang diberi kepada 6 orang (8,6%). Bagi golongan NSAIDs, paling banyak diberi adalah Keterolac 16 orang (22,9%), Ibuprofen 7 orang (10,0%) dan Asam mefenamat 5 orang (7,1%). Paracetamol termasuk dalam golongan non-NSAIDs diberi sebanyak 2 orang (2,9%). Untuk jenis analgetik non-analgetik, Ciprofloxacin sebanyak 10 orang (14,3%) dan Ranitidin sebanyak 11 orang (15,7%). Dari hasil uji Chi Square didapat nilai p adalah 0. Hal ini berarti terdapat hubungan antara jenis analgetik dan nama sediaan.

5.1.3.4 Distribusi Kesesuaian WHO berdasarkan Nama Sediaan

(p=0,000)

Gambar 5.4 Carta Bar Distribusi Kesesuaian WHO berdasarkan Nama Sediaan

Tabel 5.1.3-4 menunjukkan jenis analgetik (nama sediaan) diberi berdasakan kesesuaian WHO Three Step Ladder of WHO. Daripada 4 orang (5,7%) yang diberi Kodein, 1 orang telah diberi tidak sesuai. Metadon 4 orang (5,7%) dan Tramadol 5 orang (7,1%) sesuai diberi pada pasien. Bagi Celecoxib 6 orang (8,6%), jumlah pemberian analgetik sesuai dan tidak sesuai masing-masing adalah 3 orang (4,3%). Unutk Asam mefenamat 5 orang (7,1%), 3 orang (4,3%) sesuai dan 2 orang (2,9%) tidak sesuai. Sebanyak 7 orang (10,0%) diberi Ibuprofen tetapi kesemuanya tidak sesuai untuk diberi kepada pasien. Ketorolac yang diberi kepada 16 orang (22,9%), hanya 2 orang (2,9%) manakala yang

lainnya 14 orang (20,0%) tidak sesuai. Bagi Parasetamol 2 orang (2,9%), jumlah pemberian analgetik sesuai dan tidak sesuai masing-masing adalah 1 orang (1,4%). Ciprofloxacin 10 orang (14,3%) dan Ranitidin 11 orang (15,7%), kesemuanya tidak sesuai diberikan untuk pasien. Dari hasil uji Chi Square didapat nilai p adalah 0. Hal ini berarti terdapat hubungan antara jenis analgetik dan kesesuaian WHO.

5.1.3.5 Distri busi Keses uaian WHO berda sarka n Jenis Analg etik (p=0,000)

Gambar 5.5 Carta Bar Distribusi Kesesuaian WHO berdasarkan Jenis Analgetik

Tabel 5.1.3-5 menunjukkan keparahan nyeri pasien yang diberi golongan obat analgetik berdasarkan kesesuaian WHO Three Step Ladder of WHO. Pada nyeri ringan 17 orang (24,3%), mayoritas golongan obat analgetik yang sesuai adalah 16 orang (22,9%) dan 1 orang (1,4%) lagi diberi analgetik yang tidak sesuai. Untuk nyeri sedang 22 orang (31,4%), golongan analgetik diberi kepada pasien yang sesuai dan tidak sesuai masing-masing adalah 11 orang (15,7%). Pada nyeri berat 31 orang (44,3), sebanyak 26 orang (37,1%) diberi golongan obat analgetik yang tidak sesuai dan hanya 5 orang (7,1%) diberi obat analgetik yang sesuai. Bagi Non-NSAIDs diberi kepada 2 orang (2,9%), jumlah pemberian analgetik sesuai dan tidak sesuai masing-masing adalah 1 orang (1,4%). Pemberian non-analgetik sebanyak 21 orang (30,0%) tidak sesuai sama sekali untuk pasien mengalami nyeri. Dari hasil uji Chi Square didapat nilai p adalah 0. Hal ini berarti terdapat hubungan antara jenis analgetik dan kesesuaian WHO.

5.2 Pembahasaan

Dari hasil penelitian, sebanyak 70 orang responden telah diwawancara tentang keparahan nyeri berdasarkan skala nyeri, 24,3% responden mengalami nyeri ringan, 31,4% mengalami nyeri sedang dan 44,3% mengalami nyeri berat. Pasien yang mengalami nyeri ringan sebanyak 17 orang (24,3%), diberi analgetik jenis non-opioids 2 orang (2,9%), NSAIDs 7 orang (10,0%), non-NSAIDs 1 orang (,14%) dan non analgetik 7 orang (10,0%). Dari 22 orang (31,4%) pasien yang mengalami nyeri sedang, jenis analgetik yang diberi adalah 1 orang (1,4%) untuk opioids, 3 orang (4,3%) untuk non-opioids, 9 orang (12,9%) NSAIDs, 1 orang untuk non-NSAIDs dan 8 orang (11.4%) untuk non-analgetik. Dari 31 orang (44,3%) pasien mengalami nyeri berat, jenis analgetik diberi adalah golongan opioids 12 orang (17,1%), non-opioids 1 orang (1,14%), NSAIDS 12 orang (17,1%) dan non-analgetik sebanyak 6 orang (8,6%).

Bardasarkan Gambar 2.5.3-2 WHO Three Step Ladderof WHO, golongan obat analgetik yang harus diberi untuk pasien trauma nyeri ringan adalah non- opioids atau adjuvant. Pasien trauma dengan nyeri sedang adalah campuran non- opioids dan adjuvants atau NSAIDs. Pasien trauma dengan nyeri berat pula diberi golongan obat analgetik opioids dengan non-opioids atau adjuvant. Kesesuaian pemberian obat kepada pasien dilihat dari data kuisener pemberian jenis analgetik berdasarkan keparahan nyeri yang diperoleh melelui penelitian. Data yang diperoleh menyatakan bahawa ada hubungan anatara keparahan nyeri dengan jenis analgetik (p<0,000).

Untuk mengetahui kesesuaian pemberian analgetik kepada pasien, data pemberian jenis analgetik berdasarkan keparahan nyeri pasien dirujuk kepada Gambar 2.5.3-2 WHO Three Step Ladderof WHO. Jumlah responden yang diberi obat analgetik yang sesuai berdasarkan WHO Three Step Ladder of WHO adalah 21 orang (30,0%) manakala jumlah responden yang diberi obat analgetik yang tidak sesuai berdasarkan WHO Three Step Ladder adalah 49 orang (70,0%). Contoh yang paling jelas adalah untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri,

ada juga pasien diberi pengobatan non-analgetik, seperti Ciprofloxacin sebanyak 10 orang (14,3%) dan Ranitidin sebanyak 11 orang (15,7%). Pengobatan ini tidak sesuai sama sekali untuk diberi kepada pasien yang mengalami nyeri karena Ciprofloxacin merupakan obat golongan antibiotik manakala, Ranitidin merupakan obat golongan anti-histamin reseptor 2. Naman obat golongan ini masih diberi kepada pasien yang mengalami nyeri.

5.3 Keterbatasan Penelitian 5.3.1 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang terdiri daripada beberapa bagian seperti, identitas pasien, riwayat nyeri, jenis analgetik, keparahan nyeri pasien, pengetahuan pasien tentang pembarian obat dan lain-lain. Oleh sebab kuesioner yang digunakan oleh peneliti terdiri banyak pertanyaan dan salah satu pertanyaan berdasarkan jadwal skala nyeri, peneliti mengisi lembar kuesioner agar tidak menyusahkan pasien trauma.

5.3.2 Pengambilan Data

Pada saat pengambilan data banyak psien yang mengalami trauma datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUP. Haji Adam Malik. Selain itu, jadwal peneliti dengan jadwal di Instalasi Gawat Darurat RSUP. Haji Adam Malik Malik yang kurang sesuai sehingga mengharuskan peneliti untuk melakukan penelitian ini lebih dari satu bulan.

5.3.3 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis pemberian analgetik berdasarkan keparahan nyeri pada pasien trauma di IGD RSUP Haji Adam Malik, Medan. Untuk menjadi sampel terdapat beberapa kriteria seperti pasien trauma yang diberi obat analgetik dengan batas umur ≥ 17 tahun dan dapat dianamnesis.

Dokumen terkait