• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

B. Analisa Data

Analisa data dengan taraf signifikansi alfa = 0,05 dan interval kepercayaan 95% didapatkan :

1. Uji Chi Square

a. Dari hasil penelitian didapatkan data sebanyak 120 sampel. Besar sampel diperoleh dari penghitungan dengan rumus serta sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, yaitu sebanyak 66 sampel hipertensi kronis dan 54 sampel normotensi.

b. Dari hasil penelitian

Tabel 7. Tabel Uji Chi Square

Sampel Gangguan keseimbangan Tidak gangguan keseimbangan Total Hipertensi kronis 39 27 66 Normotensi 21 33 54 Total 60 60 120

Derajat kebebasan (dk) = (b-1) (k-1) Titik kritis = 3,841 = (2-1) (2-1) = 1 Didapatkan : n (ad-bc)2 x2 = (a+b)(c+d)(a+c)(b+d) = 4.848

commit to user

Ketentuan :

Ho = tidak ada hubungan bermakna H1 = ada hubungan bermakna c. Pengambilan keputusan

Bila x2 hitung > x2 tabel maka Ho ditolak

Bila x2 hitung < x2 tabel maka Ho diterima

d. Keputusan statistik

x2 dihitung adalah 4.848 sedangkan x2 tabel adalah 3,841 sehingga x2

hitung > x2 tabel maka Ho ditolak dan H1 diterima.

Kesimpulan : Secara statistik, ada hubungan yang bermakna antara hipertensi kronis dengan kejadian gangguan keseimbangan.

2. Odds Ratio

Untuk mengetahui tingkat kekuatan hubungan antara hipertensi kronis terhadap normotensi dengan kejadian gangguan keseimbangan

digunakan rumus Odds Ratio.

OR = ad bc = 39x33 27x21 = 2.269 Ketentuan :

Ada hubungan antara hipertensi kronis dengan gangguan

commit to user

OR hitung adalah 2.269 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipertensi kronis memiliki resiko mengalami gangguan keseimbangan sebesar 2.67 kali lebih besar daripada normotensi.

3. Koefisien Kontingensi (C)

Untuk mengetahui kuat atau lemahnya hubungan antara hipertensi kronis terhadap normotensi dengan kejadian gangguan keseimbangan digunakan rumus koefisien kontingensi.

Persentase = 0.197 x 100% = 19.7 %

Dapat dilihat bahwa hipertensi kronis berpengaruh sebesar 19.7% untuk terjadinya gangguan keseimbangan di RSUD Dr.Moewardi Surakarta. X2 N X2 C + =

commit to user

BAB V PEMBAHASAN

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan di bagian poli rawat jalan saraf RSUD Dr.Moewardi Surakarta dan penghitungan statistik serta dari penelitian terdahulu, maka penelitian ini dapat dibahas sebagai berikut.

Pada tabel 2, distribusi kejadian hipertensi kronis dan normotensi menurut jenis kelamin, didapatkan sampel dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Persentase wanita yang hipertensi kronis sebanyak 38 sampel (57.6%) sedangkan pada laki-laki sebanyak 28 sampel (42.4%).

Hal tersebut sesuai dengan pendapat para ahli yang menyebutkan bahwa hipertensi lebih sering terjadi pada wanita, yang berlawanan dengan masalah jantung, yang pada umumnya dialami oleh kaum pria. Namun keadaannya lebih berat komplikasinya (Knight, 1995). Hipertensi sering disebabkan oleh stres dalam kehidupan modern. Perempuan yang sebelumnya tidak mempunyai keluhan hipertensi dapat mengalaminya setelah menopause. Pada usia lanjut perempuan cenderung mengalami hipertensi dibanding laki-laki. Pada perempuan hormon estrogen dianggap memiliki proteksi terhadap penyakit kardiovaskuler karena estrogen meningkatkan kadar HDL dan menurunkan LDL. Namun saat menopause produksi estrogen secara drastis berkurang. Hal tersebut didukung dengan adanya hasil penelitian yang menyebutkan bahwa penyakit atherosklerotik lebih banyak terjadi pada wanita yang dibuang ovariumnya

commit to user

sebelum usia lima puluh tahun dibanding dengan wanita lain yang normal (Yatim, 2001). Perempuan yang mengkonsumsi pil kontrasepsi dan merokok, mempunyai tingkat resiko lebih tinggi dibanding yang tidak mengkonsumsinya (Soeharto, 2004).

Pada normotensi, wanita juga lebih banyak yaitu 37 sampel (68.5%) dibanding dengan laki-laki yang hanya 17 sampel (31.5%). Hal tersebut tidak sesuai dengan pendapat para ahli yang menyebutkan bahwa pada usia lanjut hipertensi lebih sering terjadi pada wanita. Ketidaksesuaian pendapat para ahli dengan hasil penelitian yang diperoleh dapat disebabkan karena faktor penyebaran jumlah penduduk dan distribusi jenis kelamin dalam populasi tertentu. Selain itu juga dapat disebabkan oleh jumlah sampel yang kurang sehingga belum dapat mewakili keadaan populasi sebenarnya.

Pada tabel 3, yaitu tabel distribusi kejadian hipertensi kronis dan normotensi menurut usia. Diketahui bahwa sampel hipertensi kronis terbanyak terdapat pada interval usia 60-69 tahun sebanyak 25 sampel (37.9%) sedangkan sampel terkecil yaitu pada usia 70-79 tahun (12.1%).

Hasil penelitian sesuai dengan pendapat (Soeharto, 2004), bahwa insiden hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Menurut Aminoff (1996), hal ini dapat diterangkan dengan proses arteriosklerosis yang terjadi pada pembuluh darah. Proses ini sebenarnya terjadi sejak usia dini dengan kecepatan berbeda-beda pada setiap orang. Sejalan dengan penambahan umur maka daerah yang mengalami arteriosklerosis semakin luas. Keadaan ini tampak nyata pada pembuluh darah serebral. Pada pembuluh darah yang mengalami

commit to user

arteriosklerosis, tempat atau daerah tersebut elastisitasnya menurun. Hal tersebut

didukung dengan hasil penelitian yang menemukan fatty streaks di aorta pada 35

anak remaja yang berusia 10 tahun. Pola hidup yang salah dikombinasikan dengan faktor genetik dapat mempercepat proses atherosklerosis dan terjadinya penyakit kardiovaskuler dimasa dewasa atau tua (Soeharto, 2004). Selain itu, dari hasil penelitian terlihat jika elastisitas pembuluh darah yang berusia tujuh puluh tahun, dibandingkan dengan usia dua puluh tahun, maka elastisitasnya menurun kurang lebih lima puluh persen (Mangoenprasodjo, 2005).

Kebanyakan orang diatas usia enam puluh tahun sering mengalami hipertensi. Bagi mereka yang mengalami hipertensi resiko penyakit kardiovaskuler meningkat apabila tidak ditangani dengan baik (Soeharto, 2004). Pada umumnya penyakit ini ketahuan pada usia empat sampai lima puluhan. Orang pada usia lima puluhan adalah masa usia penuh resiko (Knight, 1995).

Namun pada interval usia 70-79 tahun didapatkan sebanyak 8 sampel (12.1%), jumlah ini lebih sedikit dibandingkan pada interval usia 60-69 tahun dan usia 50-59 yaitu sebanyak 21 sampel (33.3%). Hal ini tidak sesuai dengan pendapat para ahli yang menyatakan bahwa insiden hipertensi akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia.

Ketidaksesuaian hasil penelitian dengan pendapat para ahli diatas dapat disebabkan karena jumlah sampel yang kurang sehingga belum dapat menggambarkan keadaan populasi sebenarnya. Selain itu karena tingginya angka kematian akibat hipertensi kronis yang mengalami komplikasi menyebabkan berkurangnya jumlah pasien yang mencapai usia tersebut.

commit to user

Pada tabel 4, yaitu distribusi kejadian gangguan keseimbangan dan tidak gangguan keseimbangan menurut jenis kelamin, didapatkan sampel dengan jenis kelamin perempuan yang mengalami gangguan keseimbangan lebih banyak daripada laki-laki. Persentase wanita yang gangguan keseimbangan sebanyak 34 sampel (56.7%) sedangkan laki-laki sebanyak 26 sampel (43.3%).

Hasil penelitian sesuai dengan pendapat para ahli yaitu wanita lebih mengalami disabilitas dibanding dengan pria. Hipertensi prevalensinya lebih tinggi pada wanita, hal ini mendukung penjelasan bahwa predisposisi disabilitas pada wanita lebih tinggi. Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa wanita lebih mengalami gangguan keseimbangan dibanding pria (Hajjar, 2007).

Pada yang tidak mengalami gangguan keseimbangan, persentase pada wanita juga lebih besar yaitu sebanyak 41 sampel (68.3%) dibanding pada laki-laki yang hanya 19 sampel (31.7%). Hal ini tidak sesuai dengan pendapat para ahli yang menyebutkan bahwa wanita mempunyai prevalensi lebih tinggi dalam disabilitas. Ketidaksesuaian pendapat para ahli dengan hasil penelitian yang diperoleh dapat disebabkan karena faktor penyebaran jumlah penduduk dan distribusi jenis kelamin dalam populasi tertentu dimana pada penelitian ini sampel wanita lebih banyak daripada pria. Selain itu juga dapat disebabkan oleh jumlah sampel yang kurang sehingga belum dapat mewakili keadaan populasi sebenarnya.

Pada tabel 5, yaitu distribusi kejadian gangguan keseimbangan dan

tidak gangguan keseimbangan menurut umur. Diketahui bahwa sampel gangguan keseimbangan terbanyak terdapat pada interval usia 60-69 tahun sebanyak 19

commit to user

sampel (31.7%) sedangkan sampel terkecil yaitu pada usia 70-79 tahun sebanyak 11 sampel (18.3%).

Hal tersebut sesuai dengan pendapat para ahli yang menyebutkan bahwa disabilitas meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Berkembangnya disabilitas dengan proses penuaan merupakan proses yang komplek dan menyangkut interaksi antara kemampuan individual itu sendiri dan lingkungan sekitar. Peningkatan tekanan darah sistolik dihubungkan dengan resiko disabilitas pada usia lanjut (Hajjar, 2007).

Pada tabel 6, yaitu distribusi kejadian hipertensi kronis terhadap normotensi dengan kejadian gangguan keseimbangan. Didapatkan bahwa persentase sampel hipertensi kronis yang mengalami gangguan keseimbangan sebanyak 39 sampel (65%) sedangkan persentase hipertensi yang tidak mengalami gangguan keseimbangan sebanyak 27 sampel (45%). Untuk yang normotensi, yang tidak mengalami gangguan keseimbangan lebih banyak yaitu 33 sampel (55%) dibanding dengan sampel yang mengalami gangguan keseimbangan yang hanya 21 sampel (35%).

Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli yang menyebutkan bahwa pada penderita hipertensi mempunyai resiko gangguan keseimbangan yang lebih besar dan meningkatkan disabilitas yang telah ada bila dibanding yang normotensi. Penderita hipertensi yang terkontrol dengan baik mempunyai resiko gangguan keseimbangan lebih kecil dibanding dengan yang tidak terkontrol (Hajjar, 2007).

commit to user

BAB VI

Dokumen terkait