• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA DATA

Dalam dokumen PENGOLAHAN LIMBAH PABRIK (Halaman 27-36)

IV.1 Karakteristik Limbah PT.SIER

IV.1.1 Analisa Laboratorium Tabel 1. Efisiensi Penyisihan IPAL

 Inlet  IPAL 2 3 Rata–rata 7 4 6 424 240 312 292.8 752.7 432.87 131.8 338.7 194.8 OutletIPAL 1 2 3 Rata–rata 7 7 7 7 176 256 88 173.33 79.58 60.74 64.89 68.403 35.99 27.89 29.20 31.027 Efisiensi Removal (%) 44.444 84.198 85.279 Posisi Ulangan pH TSS ) mg/l ( COD mg/l ) ( BOD mg/l ) ( 1.  pH 7

2. Warna hitam keruh 3. Bau sangat busuk

( ) 34.8

32.531 72.452 150 100

IV.1.2 Hasil Analisis OutletIPAL PT SIER-PIER

Bulan pH TSS COD BOD

Juli 2015 6.38 18.4 62.24 24.262 Agustus 2015 7.18 20.8 68 17.376 September 2015 6.65 16 70.24 16.309 Oktober 2015 6.61 12 75.2 17.255 November 2015 6.82 18.8 97.28 24.383 Desember 2015 6.62 27.6 99.2 32.396 Januari 2016 7.66 20.2 83.52 30.302 Febbruari 2016 6.35 11.4 62.08 14.174 Maret 2016 6.33 9.2 64 30.221 Rata -Rata 6.808 23.277 Baku Mutu 6-9 50

Sumber: Hasil pengujian laboratoriam BLHD Pasuruan

IV.1.3 Pengolahan Secara Kimia

Analisa secara kimia dilakukan dengan penambahan Al2(SO4)3 atau tawas dengan kecepatan pengadukan 100 rpm dan waktu pengadukan 10 menit.

Pada analisa ke- 1 dan 2 air limbah ditambah tawas Al2(SO4)3sebanyak 5 ml pada setiap analisa:

Analisa

ke- Gambar Keterangan

1

 pH awal = 7

Larutan menjadi lebih jernih, terbentuk flok, sebagian masih terbentuk banyak floating dan  bau masih menyengat. Waktu pengendapan 8

menit.

Pada analisa ke- 2 air limbah ditambahkan NaOH 5 ml : Analisa

ke- Gambar Keterangan

2

 pH awal = 6

Larutan menjadi jernih, terbentuk flok yang lebi  besar sehingga cepat mengendap dan bau tidak

menyengat seperti awal. Waktu pengendapan lebih cepat yaitu 5 menit..

Tetapi pada pH menjadi 10 , ini tidak sesuai dengan baku mutu yaitu 6-9.

Pada analisa ke-3 ditambahkan tawas 10 ml : Analisa

ke- Gambar Keterangan

3

(a) (b)

 pH awal = 10

Larutan menjadi lebih jernih, terbentuk flok da sebagian terbentuk sedikit floating dan bau sedikit menyengat. Waktu pengendapan 6 menit. Setelah penambahan tawas pH menjadi 7

Gambar (a) merupakan limbah yang telah diberi tawas terlihat lebih cepat mengendap daripada gambar (b) yang tidak diberi tawas.

Hasil Pengolahan Limbah Secara Kimia

Sebelum Pengolahan Setelah Pengolahan

IV.1.4 Pengolahan Secara Fisika

Pengolahan secara fisika dilakukan dengan pembuatan sand filter dengan komposisi isian  berupa : karbon aktif ,pasir , batuan gravel dan kertas saring.

Gambar Keterangan

Limbah hasil pengolahan secara kimia yaitu cairan yang masih tercampur dengan flok dilewatkan ke dalam sand filter. Kemudian flok akan tertahan di dalam sand filter , sementara air besih akan turun ke  bawah. Sehingga diperoleh hasil limbah cair yang  berwarna putih jernih. Didalam pengolahan secara

Hasil Pengolahan Limbah Secara Fisika

Sebelum Pengolahan Setelah Pengolahan

IV.1.5 Pengolahan Secara Biologi

Pengolahan secara biologi dilakukan dengan menggunakan metode kontak-stabili sasi dengan  proses aerasi. Dalam proses ini menggunakan bantuan mikroba dari PT.SIER

Gambar Keterangan

Limbah cair sebelum diolah secara biologi. Warna : Hitam Keruh

Bau : menyegat  pH : 7

Terdapat banyak flok

Limbah cair dimasukkan ke dalam alat pengolahan air limbah secara biologi aerob dengan kontak-stabilisasi yang telah berisi mikroba. Proses tersebu  berlangsung selama 24 jam.

Hasil pengolahan air limbah secara biologi aerob dengan kontak-stabilisasi masih terdapat flok yang ukuran floknya lebih besar daripada pengolaha secara kimia. Sehingga proses pengendapan lebih cepat yaitu selama 4 menit dan terbentuk banyak endapan.

Hasil perbandingan pengolahan secara biologi. Hasil nya lebih jernih meskipun masih berwarna kuning bening dibanding pada kondisi awal. Untuk  pH nya tetap 7.

Hasil Pengolahan Limbah Secara Biologi

IV.1.6 Pengolahan dengan Metode Ion Exchange

Gambar Keterangan

Pengolahan Limbah K 2Cr 2O7 ,dengan karakteristik limbah :

1.  pH 6,8 2. 200 mg/l 3. Warna kuning 4. Tidak ada endapan 5. Tidak berbau

Limbah K 2Cr2O7sebanyak 100 ml ditambahkan resin anion sebanyak 10 gram , lalu kemudian ditambahkan lagi limbah dengan interval 50 ml terus menerus hingga jenuh dengan waktu pengadukan selama 4-5 menit. Larutan menjadi bening dengan pH 6,9

Kemudian ditambahkan lagi limbah dengan interval 50 ml terus menerus hingga mencapai volume 500 ml resin sudah tidak dapat menjernihkan limbah lagi . Dengan waktu pengadukan selama 10 menit.

Tidak ada perubahan yang signifikan ketika ada  penambahan kation. Larutan tetap berwarna kuning.

Limbah dari Natrium Silika dilakukan pengolahan menggunakan ion exchange. Hasil yang didapatkan untuk sebalah kanan dengan menggunakan kation exchange maka hasilnya tidak ada perubahan warna. Sedangkan anion menjadi bening tetapi berat jenis natrium silika lebih besar sehingga anion exchange nya mengambang.

IV.2 Pembahasan

Pada pengolahan air limbah PT. SIER yang telah kami lakukan menggunakan proses kimia dengan menambahkan larutan tawas atau Al2(SO4)3 sebanyak 5 ml setiap satu kali  percobaan lalu diaduk dengan kecepatan 100 rpm selama 10 menit sesuai dengan ketentuan  pada proses koagulasi. Pada percobaan pertama setelah penambahan tawas sebanyak 5 ml pH air limbah tetap 7 . Selain pH waktu yang dibutuhkan untuk mengendapkan air limbah tersebut adalah 10 meint. Hasil dari percobaan pertama adalah air limbah yang menjadi jernih lalu terbentuk flok dan floating tetapi bau masih menyengat.

Pada percobaan kedua ditambahkan larutan tawas sebanyak 5 ml pH air limbah turun menjadi 7 dan waktu yang diperlukan untuk mengendapkan flok yang terbentuk bertambah menjadi 13 menit. Hasil percobaan kedua tetap sama seperti percobaan pertama hanya flok yang terbentuk bertambah banyak tetapi floating yang terbentuk berkurang.

Kemudian pada percobaan ketiga air limbah yang telah di olah menggunakan tawas ditambahkan larutan NaOH sebanyak 5 ml dengan perlakuan pengadukan dan waktu  pengadukan yang sama. Hasilnya air limbah PT. SIER yang mempunyai pH 7 setelah ditambahkan larutan NaOH naik lagi menjadi 10 waktu pengendapan yang dibutuhkan selama 8 menit. Selain itu larutan menjadi jernih, terbentuk flok yang lebih besar sehingga cepat

mengendap dan bau tidak menyengat seperti awal. Tetapi dalam pH ini tidak di iz inkan karena melebihi baku mutu yang telah di tentukan di dalam S.K Gubernur No.72 tahun 2017 pada  baku mutu pengolahan limbah kawasan indsutri yaitu pH mempunyai rentan 6,0 –  9,0.

Pada pengolahan secara fisika menggunakan sand filter ebagai media pemis ah. Limbah hasil pengolahan secara kimia yaitu cairan yang masih tercampur dengan flok dilewatkan ke dalam sand filter. Kemudian flok akan tertahan di dalam sand filter , sementara air besih akan turun ke bawah. Sehingga diperoleh hasil limbah cair yang berwarna putih jernih. Didalam  pengolahan secara fisika, tidak ada perubahan pH.

Sedangkan pada pengolahan pada biologi digunakan metode Stabillization Contactor . Proses aerasi dilakukan selama 24 jam secara berkala diinjeksikan oksigen untuk lumpur mikroba yang bertugas menguraikan limbah secara aerob. Hasil pengolahan air limbah secara  biologi aerob dengan kontak-stabilisasi masih terdapat flok yang ukuran floknya lebih besar daripada pengolahan secara kimia. Sehingga proses pengendapan lebih cepat yaitu selama 4 menit dan terbentuk banyak endapan. Pada proses pengolahan secara biologi ini didapatkan hasil yang lebih baik daripada pengolahan secara kimia, yaitu berupa hasil limbah yang lebih  jernih.

Proses percobaan yang terakhir dengan menggunakan ion exchanger . Limbah yang diolah adalah limbah K 2Cr 2O7dengan kandungan K 2+sebesar 200 mg/Liter. Limbah K 2Cr 2O7

sebanyak 100 ml ditambahkan resin anion sebanyak 10 gram , lalu kemudian ditambahkan lagi limbah dengan interval 50 ml terus menerus hingga jenuh dengan waktu pengadukan selama 4-5 menit. Larutan menjadi bening dengan pH 6,9. Kemudian ditambahkan lagi limbah dengan interval 50 ml terus menerus hingga mencapai volume 500 ml resin sudah tidak dapat menjernihkan limbah lagi . hal ini menujukkan bahwa kemampuan resin Anion untuk mengolah limbah K 2Cr 2O7 hanya sebesar <500 mL dengan konsentrasi K 2+ sebesar 200 mg/L.

Hasil pengolahan air limbah (effluent ) yang akan dibuang ke badan air telah memenuhi  baku mutu yang ditetapkan untuk air limbah golongan II, di antaranya pH sebesar 6.808 dengan  baku mutu 6-9, TSS sebesar 32,531 mg/l dan dengan baku mutu sebesar 200 mg/l, COD

sebesar 72 mg/l dengan baku mutu sebesar 100 mg/l dan BOD sebesar 23,277 mg/l dengan  baku mutu sebesar 50 mg/l.

BAB IV KESIMPULAN IV.1 Kesimpulan

1. Proses pengolahan air limbah di IPAL PT SIER adalah pengolahan ai r limbah yang berasal dari berbagai perusahaan/industri (baik limbah domestik maupun limbah industri) yang  berada di kawasan industri Rungkut dan Berbek dengan menggunakan activated  sludge/lumpur aktif.

2. Air limbah yang sudah diolah memenuhi mutu kualitas limbah cair kedalam golongan II (bidang perikanan dan peternakan) sesuai Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 72 Tahun 2013, sehingga aman dibuang ke sungai kelas III (badan air yang menampung air limbah) yaitu Sungai Tambak Oso.

3. Hasil pengolahan limbah PT.SIER di antaranya pH sebesar 6.808 dengan baku mutu 6-9, TSS sebesar 32,531 mg/l dan dengan baku mutu sebesar 200 mg/l, COD sebesar 72 mg/l dengan baku mutu sebesar 100 mg/l dan BOD sebesar 23,277 mg/l dengan baku mutu sebesar 50 mg/l.

4. Hasil pengolahan limbah secara kimia dengan proses koagulasi yaitu penambahan tawas diperoleh bahwa limbah tersebut akan terbentuk flok dan endapan. Larutan menjadi lebih  jernih dan bau berkurang.

5.  pH awal sebelum penambahan tawas adalah 8 dengan baku mutu sebesar 6,0 –  9,0 dalam hal ini sudah sesuai dengan standar baku mutu, tetapi ketika ada penambahan tawas pH menjadi 7 dengan kondisi fisik larutan menjadi lebih jernih dan bau nya berkurang.

6. Hasil pengolahan secara fisika didapatkan bahwa larutan menjadi jernih karena flok tertahan didalam isian sand filter tetapi masih terdapat bau yang sedikit menyengat.

7. Hasil pengolahan secara biologi dilakukan dengan kontak stabilisasi dengan penambahan mikroba menghasilkan flok yang lebih besar dan cepat mengendap tetapi warna cairan nya masih sedikit kuning.

Dalam dokumen PENGOLAHAN LIMBAH PABRIK (Halaman 27-36)

Dokumen terkait