IV.1 Karakteristik Limbah PT.SIER
IV.1.1 Analisa Laboratorium Tabel 1. Efisiensi Penyisihan IPAL
Inlet IPAL 2 3 Rata–rata 7 4 6 424 240 312 292.8 752.7 432.87 131.8 338.7 194.8 OutletIPAL 1 2 3 Rata–rata 7 7 7 7 176 256 88 173.33 79.58 60.74 64.89 68.403 35.99 27.89 29.20 31.027 Efisiensi Removal (%) 44.444 84.198 85.279 Posisi Ulangan pH TSS ) mg/l ( COD mg/l ) ( BOD mg/l ) ( 1. pH 7
2. Warna hitam keruh 3. Bau sangat busuk
( ) 34.8
32.531 72.452 150 100
IV.1.2 Hasil Analisis OutletIPAL PT SIER-PIER
Bulan pH TSS COD BOD
Juli 2015 6.38 18.4 62.24 24.262 Agustus 2015 7.18 20.8 68 17.376 September 2015 6.65 16 70.24 16.309 Oktober 2015 6.61 12 75.2 17.255 November 2015 6.82 18.8 97.28 24.383 Desember 2015 6.62 27.6 99.2 32.396 Januari 2016 7.66 20.2 83.52 30.302 Febbruari 2016 6.35 11.4 62.08 14.174 Maret 2016 6.33 9.2 64 30.221 Rata -Rata 6.808 23.277 Baku Mutu 6-9 50
Sumber: Hasil pengujian laboratoriam BLHD Pasuruan
IV.1.3 Pengolahan Secara Kimia
Analisa secara kimia dilakukan dengan penambahan Al2(SO4)3 atau tawas dengan kecepatan pengadukan 100 rpm dan waktu pengadukan 10 menit.
Pada analisa ke- 1 dan 2 air limbah ditambah tawas Al2(SO4)3sebanyak 5 ml pada setiap analisa:
Analisa
ke- Gambar Keterangan
1
pH awal = 7
Larutan menjadi lebih jernih, terbentuk flok, sebagian masih terbentuk banyak floating dan bau masih menyengat. Waktu pengendapan 8
menit.
Pada analisa ke- 2 air limbah ditambahkan NaOH 5 ml : Analisa
ke- Gambar Keterangan
2
pH awal = 6
Larutan menjadi jernih, terbentuk flok yang lebi besar sehingga cepat mengendap dan bau tidak
menyengat seperti awal. Waktu pengendapan lebih cepat yaitu 5 menit..
Tetapi pada pH menjadi 10 , ini tidak sesuai dengan baku mutu yaitu 6-9.
Pada analisa ke-3 ditambahkan tawas 10 ml : Analisa
ke- Gambar Keterangan
3
(a) (b)
pH awal = 10
Larutan menjadi lebih jernih, terbentuk flok da sebagian terbentuk sedikit floating dan bau sedikit menyengat. Waktu pengendapan 6 menit. Setelah penambahan tawas pH menjadi 7
Gambar (a) merupakan limbah yang telah diberi tawas terlihat lebih cepat mengendap daripada gambar (b) yang tidak diberi tawas.
Hasil Pengolahan Limbah Secara Kimia
Sebelum Pengolahan Setelah Pengolahan
IV.1.4 Pengolahan Secara Fisika
Pengolahan secara fisika dilakukan dengan pembuatan sand filter dengan komposisi isian berupa : karbon aktif ,pasir , batuan gravel dan kertas saring.
Gambar Keterangan
Limbah hasil pengolahan secara kimia yaitu cairan yang masih tercampur dengan flok dilewatkan ke dalam sand filter. Kemudian flok akan tertahan di dalam sand filter , sementara air besih akan turun ke bawah. Sehingga diperoleh hasil limbah cair yang berwarna putih jernih. Didalam pengolahan secara
Hasil Pengolahan Limbah Secara Fisika
Sebelum Pengolahan Setelah Pengolahan
IV.1.5 Pengolahan Secara Biologi
Pengolahan secara biologi dilakukan dengan menggunakan metode kontak-stabili sasi dengan proses aerasi. Dalam proses ini menggunakan bantuan mikroba dari PT.SIER
Gambar Keterangan
Limbah cair sebelum diolah secara biologi. Warna : Hitam Keruh
Bau : menyegat pH : 7
Terdapat banyak flok
Limbah cair dimasukkan ke dalam alat pengolahan air limbah secara biologi aerob dengan kontak-stabilisasi yang telah berisi mikroba. Proses tersebu berlangsung selama 24 jam.
Hasil pengolahan air limbah secara biologi aerob dengan kontak-stabilisasi masih terdapat flok yang ukuran floknya lebih besar daripada pengolaha secara kimia. Sehingga proses pengendapan lebih cepat yaitu selama 4 menit dan terbentuk banyak endapan.
Hasil perbandingan pengolahan secara biologi. Hasil nya lebih jernih meskipun masih berwarna kuning bening dibanding pada kondisi awal. Untuk pH nya tetap 7.
Hasil Pengolahan Limbah Secara Biologi
IV.1.6 Pengolahan dengan Metode Ion Exchange
Gambar Keterangan
Pengolahan Limbah K 2Cr 2O7 ,dengan karakteristik limbah :
1. pH 6,8 2. 200 mg/l 3. Warna kuning 4. Tidak ada endapan 5. Tidak berbau
Limbah K 2Cr2O7sebanyak 100 ml ditambahkan resin anion sebanyak 10 gram , lalu kemudian ditambahkan lagi limbah dengan interval 50 ml terus menerus hingga jenuh dengan waktu pengadukan selama 4-5 menit. Larutan menjadi bening dengan pH 6,9
Kemudian ditambahkan lagi limbah dengan interval 50 ml terus menerus hingga mencapai volume 500 ml resin sudah tidak dapat menjernihkan limbah lagi . Dengan waktu pengadukan selama 10 menit.
Tidak ada perubahan yang signifikan ketika ada penambahan kation. Larutan tetap berwarna kuning.
Limbah dari Natrium Silika dilakukan pengolahan menggunakan ion exchange. Hasil yang didapatkan untuk sebalah kanan dengan menggunakan kation exchange maka hasilnya tidak ada perubahan warna. Sedangkan anion menjadi bening tetapi berat jenis natrium silika lebih besar sehingga anion exchange nya mengambang.
IV.2 Pembahasan
Pada pengolahan air limbah PT. SIER yang telah kami lakukan menggunakan proses kimia dengan menambahkan larutan tawas atau Al2(SO4)3 sebanyak 5 ml setiap satu kali percobaan lalu diaduk dengan kecepatan 100 rpm selama 10 menit sesuai dengan ketentuan pada proses koagulasi. Pada percobaan pertama setelah penambahan tawas sebanyak 5 ml pH air limbah tetap 7 . Selain pH waktu yang dibutuhkan untuk mengendapkan air limbah tersebut adalah 10 meint. Hasil dari percobaan pertama adalah air limbah yang menjadi jernih lalu terbentuk flok dan floating tetapi bau masih menyengat.
Pada percobaan kedua ditambahkan larutan tawas sebanyak 5 ml pH air limbah turun menjadi 7 dan waktu yang diperlukan untuk mengendapkan flok yang terbentuk bertambah menjadi 13 menit. Hasil percobaan kedua tetap sama seperti percobaan pertama hanya flok yang terbentuk bertambah banyak tetapi floating yang terbentuk berkurang.
Kemudian pada percobaan ketiga air limbah yang telah di olah menggunakan tawas ditambahkan larutan NaOH sebanyak 5 ml dengan perlakuan pengadukan dan waktu pengadukan yang sama. Hasilnya air limbah PT. SIER yang mempunyai pH 7 setelah ditambahkan larutan NaOH naik lagi menjadi 10 waktu pengendapan yang dibutuhkan selama 8 menit. Selain itu larutan menjadi jernih, terbentuk flok yang lebih besar sehingga cepat
mengendap dan bau tidak menyengat seperti awal. Tetapi dalam pH ini tidak di iz inkan karena melebihi baku mutu yang telah di tentukan di dalam S.K Gubernur No.72 tahun 2017 pada baku mutu pengolahan limbah kawasan indsutri yaitu pH mempunyai rentan 6,0 – 9,0.
Pada pengolahan secara fisika menggunakan sand filter ebagai media pemis ah. Limbah hasil pengolahan secara kimia yaitu cairan yang masih tercampur dengan flok dilewatkan ke dalam sand filter. Kemudian flok akan tertahan di dalam sand filter , sementara air besih akan turun ke bawah. Sehingga diperoleh hasil limbah cair yang berwarna putih jernih. Didalam pengolahan secara fisika, tidak ada perubahan pH.
Sedangkan pada pengolahan pada biologi digunakan metode Stabillization Contactor . Proses aerasi dilakukan selama 24 jam secara berkala diinjeksikan oksigen untuk lumpur mikroba yang bertugas menguraikan limbah secara aerob. Hasil pengolahan air limbah secara biologi aerob dengan kontak-stabilisasi masih terdapat flok yang ukuran floknya lebih besar daripada pengolahan secara kimia. Sehingga proses pengendapan lebih cepat yaitu selama 4 menit dan terbentuk banyak endapan. Pada proses pengolahan secara biologi ini didapatkan hasil yang lebih baik daripada pengolahan secara kimia, yaitu berupa hasil limbah yang lebih jernih.
Proses percobaan yang terakhir dengan menggunakan ion exchanger . Limbah yang diolah adalah limbah K 2Cr 2O7dengan kandungan K 2+sebesar 200 mg/Liter. Limbah K 2Cr 2O7
sebanyak 100 ml ditambahkan resin anion sebanyak 10 gram , lalu kemudian ditambahkan lagi limbah dengan interval 50 ml terus menerus hingga jenuh dengan waktu pengadukan selama 4-5 menit. Larutan menjadi bening dengan pH 6,9. Kemudian ditambahkan lagi limbah dengan interval 50 ml terus menerus hingga mencapai volume 500 ml resin sudah tidak dapat menjernihkan limbah lagi . hal ini menujukkan bahwa kemampuan resin Anion untuk mengolah limbah K 2Cr 2O7 hanya sebesar <500 mL dengan konsentrasi K 2+ sebesar 200 mg/L.
Hasil pengolahan air limbah (effluent ) yang akan dibuang ke badan air telah memenuhi baku mutu yang ditetapkan untuk air limbah golongan II, di antaranya pH sebesar 6.808 dengan baku mutu 6-9, TSS sebesar 32,531 mg/l dan dengan baku mutu sebesar 200 mg/l, COD
sebesar 72 mg/l dengan baku mutu sebesar 100 mg/l dan BOD sebesar 23,277 mg/l dengan baku mutu sebesar 50 mg/l.
BAB IV KESIMPULAN IV.1 Kesimpulan
1. Proses pengolahan air limbah di IPAL PT SIER adalah pengolahan ai r limbah yang berasal dari berbagai perusahaan/industri (baik limbah domestik maupun limbah industri) yang berada di kawasan industri Rungkut dan Berbek dengan menggunakan activated sludge/lumpur aktif.
2. Air limbah yang sudah diolah memenuhi mutu kualitas limbah cair kedalam golongan II (bidang perikanan dan peternakan) sesuai Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 72 Tahun 2013, sehingga aman dibuang ke sungai kelas III (badan air yang menampung air limbah) yaitu Sungai Tambak Oso.
3. Hasil pengolahan limbah PT.SIER di antaranya pH sebesar 6.808 dengan baku mutu 6-9, TSS sebesar 32,531 mg/l dan dengan baku mutu sebesar 200 mg/l, COD sebesar 72 mg/l dengan baku mutu sebesar 100 mg/l dan BOD sebesar 23,277 mg/l dengan baku mutu sebesar 50 mg/l.
4. Hasil pengolahan limbah secara kimia dengan proses koagulasi yaitu penambahan tawas diperoleh bahwa limbah tersebut akan terbentuk flok dan endapan. Larutan menjadi lebih jernih dan bau berkurang.
5. pH awal sebelum penambahan tawas adalah 8 dengan baku mutu sebesar 6,0 – 9,0 dalam hal ini sudah sesuai dengan standar baku mutu, tetapi ketika ada penambahan tawas pH menjadi 7 dengan kondisi fisik larutan menjadi lebih jernih dan bau nya berkurang.
6. Hasil pengolahan secara fisika didapatkan bahwa larutan menjadi jernih karena flok tertahan didalam isian sand filter tetapi masih terdapat bau yang sedikit menyengat.
7. Hasil pengolahan secara biologi dilakukan dengan kontak stabilisasi dengan penambahan mikroba menghasilkan flok yang lebih besar dan cepat mengendap tetapi warna cairan nya masih sedikit kuning.