• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.3 Analisa Data

4.3.2 Analisa Efisiensi Kolektor

Efisiensi kolektor adalah parameter yang paling penting dalam perancangan kolektor surya, dimana efisiensi kolektor merupakan suatu ukuran untuk mengetahui bagaimana kualitas sebuah kolektor dalam menyerap energi surya.

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 0 10 20 30 40 50 60 0 50 100 150 200 Temperatur, oC waktu, menit G, W/m2 T4 (Tanpa Pompa) T4 (Dengan Pompa) G

47

Gambar 4. 19. Grafik hubungan Efisiensi (η) dengan Ti/G pada Data Tanggal 25 Agustus 2009.

Dari gambar grafik diatas dapat dilihat, bentuk grafik yang sudah baik namun kolektor dengan pompa memiliki efisiensi yang lebih rendah dari kolektor tanpa pompa. Hal ini disebabkan temperatur sisi masuk (T1) kolektor dengan pompa tidak berbeda jauh dengan temperatu sisi keluar (T2) kolektor dengan pompa sehingga hasil efisiensi yang didapatkan pada kolektor dengan pompa rendah. Berbeda dengan kolektor tanpa pompa yang nilai effisiensinya lebih tinggi. Ini disebabkan temperatur sisi masuk (T1) kolektor tanpa pompa berbeda jauh dengan temperatur sisi keluar (T2) kolektor tanpa pompa. Selain itu juga disebabkan masalah isolasi yang kurang baik pada kolektor dan pembacaan oleh data logger yang kurang akurat. Efisiensi maksimum yang dihasilkan kolektor tanpa pompa sebesar 12,7 % dan kolektor dengan pompa sebesar 8,7 %.

0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 0.00% 2.00% 4.00% 6.00% 8.00% 10.00% e fis ie n si, % Ti/G

kolektor tanpa pompa kolektor dengan pompa

Gambar 4. 20. Grafik hubungan Efisiensi (η) dengan Ti/G pada Data Tanggal 26 Agustus 2009

Dari gambar grafik diatas dapat dilihat, bentuk grafik kurang baik pada kolektor tanpa pompa dan kolektor dengan pompa karena terus menurun. Hal ini disebabkan temperatur sisi masuk (T1) kolektor 1 berbeda jauh dengan temperatu sisi keluar (T2) pada kedua kolektor. Efisiensi maksimum yang dihasilkan kolektor tanpa pompa sebesar 12,7 % dan kolektor dengan pompa sebesar 7,5 %.

0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 0.00% 2.00% 4.00% 6.00% 8.00% 10.00% e fis ie n si, % Ti/G

kolektor tanpa pompa kolektor dengan pompa

49

Gambar 4. 21. Grafik hubungan Efisiensi (η) dengan Ti/G pada Data Tanggal 27 Agustus 2009

Dari gambar grafik diatas dapat dilihat, bentuk grafik kurang baik pada kolektor tanpa pompa karena terus menurun dan kolektor dengan pompa menaik. Hal ini disebabkan temperatur sisi masuk (T1) kolektor tanpa pompa berbeda terlalu jauh dengan temperatur sisi keluar (T2) kolektor tanpa pompa, sebaliknya dengan kolektor dengan pompa. Efisiensi maksimum yang dihasilkan kolektor tanpa pompa sebesar 13,1 % dan kolektor dengan pompa sebesar 4,7%.

. 0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 0.00% 2.00% 4.00% 6.00% 8.00% 10.00% e fis ie n si, % Ti/G

kolektor tanpa pompa kolektor dengan pompa

Gambar 4. 22. Grafik hubungan Efisiensi (η) dengan Ti/G pada Data Tanggal 7 September 2009

Dari gambar grafik diatas dapat dilihat, sama seperti pengambilan data sebelumnya bentuk grafik yang kurang baik pada kolektor tanpa pompa karena terus menurun dan kolektor dengan pompa menaik. Hal ini disebabkan temperatur sisi masuk (T1) kolektor tanpa pompa berbeda terlalu jauh dengan temperatur sisi keluar (T2) kolektor tanpa pompa, sebaliknya dengan kolektor dengan pompa. Efisiensi maksimum yang dihasilkan kolektor tanpa pompa sebesar 13,5 % dan kolektor dengan pompa sebesar 5,7 %.

0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16% 0.00% 2.00% 4.00% 6.00% 8.00% e fis ie n si, % Ti/G

kolektor tanpa pompa kolektor dengan pompa

51

Gambar 4. 23. Grafik hubungan Efisiensi (η) dengan Ti/G pada Data Tanggal 9 September 2009

Dari gambar grafik diatas dapat dilihat, bentuk grafik yang sudah baik namun kolektor dengan pompa memiliki efisiensi yang lebih rendah dari kolektor tanpa pompa. Hal ini disebabkan temperatur sisi masuk (T1) kolektor dengan pompa tidak berbeda jauh dengan temperatu sisi keluar (T2) kolektor dengan pompa sehingga hasil efisiensi yang didapatkan pada kolektor dengan pompa lebih rendah. Berbeda dengan kolektor tanpa pompa yang nilai effisiensinya lebih tinggi. Efisiensi maksimum yang dihasilkan kolektor tanpa pompa sebesar 14 % dan kolektor dengan pompa sebesar 5,7 %

0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16% 0.00% 2.00% 4.00% 6.00% 8.00% e fis ie n si, % Ti/G

kolektor tanpa pompa kolektor dengan pompa

Gambar 4. 24. Grafik hubungan Efisiensi (η) dengan Ti/G pada Data Tanggal 11 September 2009

Dari gambar grafik diatas dapat dilihat, bentuk grafik kurang baik pada kolektor tanpa pompa karena terus menurun dan kolektor dengan pompa bergerak datar. Hal ini disebabkan temperatur sisi masuk (T1) kolektor tanpa pompa berbeda terlalu terlalu jauh dengan temperatur sisi keluar (T2) kolektor tanpa pompa, berbeda dengan kolektor dengan pompa yang temperatur sisi masuk (T1) kolektor dengan pompa mendekati temperatur sisi keluar (T2) kolektor dengan pompa. Efisiensi maksimum yang dihasilkan kolektor tanpa pompa sebesar 16 % dan kolektor dengan pompa sebesar 3,4 %.

0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16% 18% 0.00% 2.00% 4.00% 6.00% 8.00% e fis ie n si, % Ti/G

kolektor tanpa pompa

53 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari penelitian yang dilaksanakan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Telah dibuat Pemanas air energi surya sederhana ( jenis kolektor CPC dengan dan tanpa pompa) dengan bahan yang mudah didapat serta menggunakan teknologi yang sederhana, sehingga biaya yang diperlukan lebih ekonomis dibandingkan dengan menggunakan kayu bakar atau minyak bumi.

2. Diketahui unjuk kerja kolektor (temperatur maksimal yang dicapai pada titik T4 atau pada temperatur air panas yaitu mencapai 560

3. Diketahui model pemanas air energi surya tanpa pompa menghasilkan temperatur yang lebih baik (56

C dan efisiensi maksimal mencapai 16% yaitu pada kolektor tanpa pompa.

0

C) dibandingkan dengan model pemanas air energi surya dengan pompa (520C).

Saran

1. Diharapkan untuk membuat konstruksi alat benar-benar terisolasi dengan baik agar tidak ada kebocoran.

2. Jika ingin mendapatkan hasil yang berbeda dapat mencoba alat ini dengan variasi yang berbeda, seperti merubah sudut CPC yang digunakan.

3. Jika ingin dipasarkan, diharapkan pemilihan bahan yang baik sehingga didapatkan kualitas dan higienis air dapat terjaga dengan baik.

4. Pada saat melakukan penelitian diharapkan untuk menempatkan alat ini pada sinar matahari dan jangan terhalangi.

55

DAFTARA PUSTAKA

Arismunandar, Wiranto, (1995). Teknologi Tenaga surya. Jakarta, Pradnya Paramita.

Copsey, A.B.,1984,”A Modification of the f-Chart Method for Solar Domestic Hot Water Systems with Statified storage”, M.S.Thesis, University of Wisconsin-Madison

Duffie, J.A.;Beckam, W.A., (1991). Solar Engineering Of Thermal Processes, New York, John Wiley.Malkin, M.P.,”Design of Thermosyphon Solar Domestic Hot Water System”,1985, University of Wisconsin-Madison

Morrison, G.L and Braun, J.E.,1985,”System Modeling and Operation Characteristics of Thermosyphon solar Water heaters”, Solar Enerry, 34,pp.389-405

Materi Energi dan Sumber Daya Mineral (2003), Kebijakan Pengembangan Energi Terbarukan dan Konservasi Energi (Energi Hijau), Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta

Pereira, M.C. and Carvalho, M.J.,2003,”New Low Concentration Cpc Type Collector With Convection Controler By a Honeycomb Tim Material: A Compromise With Stagnation Temperatur Control And Survival Of Cheap Fabrication Materials”, ISES Solar Word Congress 2003 Solar Energy for a Sustainable Future, June, 14-19,2003, Goterborg, Sweden.

LAMPIRAN

Gambar alat pemanas air energi surya menggunakan kolektor CPC dengan pompa (kiri) dan tanpa pompa (kanan)

57

Gambar Phyranometer (kiri), Storage dan Display Global Water (kanan)

Dokumen terkait