• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA DAN EVALUASI A. Kriteria Persyaratan Wajib Pajak Patuh

Wajib Pajak digolongkan dalam kategori wajib pajak patuh apabila memenuhi kriteria persyaratan sebagaai berikut (Keputusan Menteri Keuangan Nomor 544/KMK.04/2000), diantaranya :

a. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) untuk semua jenis pajak dalam 2 (dua) tahun terakhir.

b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak.

c. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir.

d. Menyelenggarakan pembukuan wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib pajak badan di Indonesia, kecuali bagi wajib pajak oarng pribadi yang diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan mempergunakan norma penghitungan penghasilan neto, sebagaiman dimaksud dalam pasal 28 (dua puluh delapan) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

e. Wajib pajak yang laporan keuangannya diaudit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, atau pendapat wajar dengan pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba-rugi fiskal.

B. Mekanisme dan Prosedur Kerja Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Penyitaan dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak

Apabila utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran belum juga dilunsi oleh wajib pajak yang bersangkutan, maka kepada wajib pajak tersebut akan dilakukan tindakan penagihan pajak.

Tindakan penagihan pajak terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu : 1. Penagihan Pasif

Merupakan tindakan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak sebagai bagian dari Direktorat Jenderal Pajak dengan cara dapat melakukan pencatatan, pengawasan atas kepatuhan pembayaran masa dan pembayaran lainnya yang dilakukan oleh wajib pajak, dan dilakukan melalui Surat Ketetapan Pajak (SKP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar(SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) dan Surat Tagihan Pajak (STP). Maksud dari pelaksanaan penagihan pasif ini adalah memberi kesempatan kepada penanggung pajak untuk segera melunasi utang pajaknya, hal ini dimaksud untuk mencegah penagihan pajak dengan surat paksa dan penyitaan. Selanjutnya bilamana tindakan penagihan pasif ini telah dilakukan, namun wajib pajak belum juga melunasi utang pajaknya, maka tindakan penagihan pasif akan beralih ke penagihan aktif.

2.Penagihan Aktif

Penagihan pajak aktif atau penagihan pajak dengan Surat Paksa dilakukan diatur dalam Undang-Undang No.19 tahun 1997 sebagaimana yang telah di ubah dengan Undang-Undang No.19 tahun 2000. Penagihan pajak aktif merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif, dimana dalam upaya penagihan ini Fiskus berperan aktif dalam arti tidak hanya mengirim surat tagihan atau surat ketetapan pajak, tetapi akan diikuti dengan tindakan sita dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang. Berikut ini Tagihan Penagihan Aktif :

a. Surat Teguran

Apabila utang pajak yang tercantum dalam Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, tidak dilunasi sampai melewati 7 (tujuh) hari dari batas wktu jatuh tempo (satu bulan sejak tanggal diterbitkannya).

b. Surat Paksa

Apabila hutang pajak tidak dilunasi setelah 21hari dari tanggal surat teguran maka akan diterbitkan Surat Paksa yang disampaikan oleh Jurusita Pajak dengan dibebani biaya penagihan pajak sebesar Rp.50.000,00 (lima puluh ribu rupiah), utang pajak harus dilunasi dalam waktu 2x24 jam.

c. Surat Sita

Apabila utang pajak belum dilunasi dalam waktu 2x24 jam dapat dilakukan penyitaan atas barang-barang milik WP, dengan dibebani biaya pelaksanaan sita sebesar Rp.100.000,00 (seratus ribu rupiah).

d. Lelang

Dalam waktu 14 hari setelah tindakan penyitaan, utang pajak belum dilunasi maka akan dilanjutkan dengan tindakan pelelangan melalui Kantor Lelang Negara. Dalam hal biaya penagihan paksa dan biaya pelaksanaan sita belum dibayar maka akan dibebankan bersama-sama dengan biya iklan untuk pengumuman lelang dalam surat kabar dan biaya lelang pada saat pelelangan. C. Tugas Jurusita Pajak

Jurusita pajak adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus , pemberitahuan Surat Paksa , penyitaan dan penyanderaan . Jurusita pajak diangkat dan diberhentikan oleh Pejabat yang ditunjuk Menteri Keuangan untuk penagihan pajak pusat gubernur atau bupati/walikota untuk penagihan pajak daerah.Jurusita Pajak ini berstatus sebagai Pegawai Negeri.

Sebelum melaksanakan penyitaan terhadap kekayaan wajib pajak atau penanggung pajak atau aktiva milik perusahaan maka jurusita harus mengumpulkan dan mempelajari data mengenai harta kekayaan atau aktiva yang akan disita tersebut .

Data ini diperoleh antara lain : a. Surat Pemberitahuan

b. Laporan Keuangan Wajib Pajak c. Laporan Pemeriksaan pajak d. Laporan pelaksanaan surat paksa

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 562/KMK04.//2000 pasal 2 , syarat-syarat menjadi jurusita pajak adalah

a. Berijazah serendah-rendahnya Sekolah Menengah Umum atau yang setingkat dengan itu.

b. Berpangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda/Golongan II/a. c. Berbadan sehat.

d. Lulus pendidikan dan pelatihan Jurusita Pajak. e. Jujur, bertanggungjawab dan penuh pengabdian.

Jurusita juga dapat diberhentikan apabila Meninggal dunia, pensiun, karena alih tugas atau kepentingan lainnya , dapat juga karena lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugas, melakuka perbuatan tercela, melanggar sumpah atau janji jurusita pajak, dan sakit jasmani atau rohani.

Di dalam menjalankan tugasnya Jurusita Pajak mempunyai wewenang yang diatur di pasal 5 ayat (3) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000).

a. Memasuki dan memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari, laci, dan tempat-tempat lain untuk menemukan objek sita di tempat di tempat usaha dan melakukan penyitaan di tempat tinggal penanggung pajak, atau tempat lain yang dapat diduga sebagai penyimpanan objek sita.

b. Meminta bantuan kepolisian, kejaksaan, departemen yang membidangi hukum dan perundang-undangan, pemerintah daerah setempat, Badan Pertahanan Nasional (BPN), Pengadilan Negeri (PN), bank atau pihak lain dalam rangka pelaksanaan penagihan pajak.

Jurusita Pajak juga memiliki beberapa kewajiban , diantaranya : a. Memperlihatkan kartu tanda pengenal Jurusita Pajak

b. Memperlihatkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP)

c. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) ditandatangani oleh Jurusita, saksi-saksi dan penanggung pajak.

d. Menempelkan salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) pada barang yang disita atau tempat barang yang disita berada dan atau ditempat umum, kecuali jika barang yang disita sesuai dengan tidak dapat ditempeli salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita (BPAS).

e. Menempelkan segel sita pada barang yang disita. f. Membuat pengumuman lelang.

D. Prosedur Penerbitan dan Pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

a. Uraian prosedur Pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP)

1. Jurusita Pajak meneliti tunggakan pajak beserta pelunasannya atau pengurangan (keputusan pembetulan / keputusan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak / keputusan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi), membuat SPMP dan menyampaikannya kepada Kepala Seksi Penagihan.

2. Kepala Seksi Penagihan meneliti, menyetujui dan memaraf konsep SPMP, serta menyampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

3. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti, menyetujui dan menandatangani SPMP dan meneruskan kepada Kepala Seksi Penagihan

4. Kepala Seksi Penagihan menerima SPMP yang telah ditandatangani Kepala Kantor Pelayanan Pajak dan menugaskan Pelaksana untuk menatausahakan serta meneruskannya kepada Juru Sita Pajak;

5. Pelaksana menatausahakan dan meneruskan SPMP kepada Juru Sita Pajak; 6. Juru Sita Pajak menyampaikan SPMP kepada Penunggak Pajak/Penanggung

Pajak atau pihak yang mewakilinya, melaksanakan penyitaan aset dan membuat Berita Acara Pelaksanaan SPMP yang ditandatangani Penanggung Pajak atau pihak yang mewakilinya beserta dua orang saksi sebagai bukti

bahwa Penyitaan telah dilaksanakan, membuat konsep Laporan Pelaksanaan SPMP, dan menyampaikannya kepada Kepala Seksi Penagihan.

7. Kepala Seksi Penagihan meneliti, menyetujui, dan menandatangani Laporan Pelaksanaan SPMP, serta meneruskan kepada Pelaksana untuk ditatausahakan.

8. Pelaksana menatausahakan Laporan Pelaksanaan SPMP, salinan SPMP dan Berita Acara Pelaksanaan SPMP ke dalam berkas penagihan Wajib Pajak. b. Syarat Penyelesaian Pekerjaan

1. Undang undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan 2. Undang undang tentang Pajak Penghasilan

3. Undang undang tentang Pajak Pertambahan Nilai 4. Undang-undang tentang Penagihan Dengan Surat Paksa 5. Undang-undang tentang Pengadilan Pajak

C.Bagan Arus Prosedur Penerbitan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan Jurusita Penagihan Pajak Kepala Seksi Penagihan Kepala Kantor Mulai Data Tunggakan Meneliti dan Mencetak SPMP Konsep SPMP

SOP Tata Cara Pelaksanaan Penyitaan Selesai Meneliti dan memaraf Menyetujui dan Menandatangani SPMP

Keterangan Bagan SPMP :

Bagan dimulai dari Jurusita penagihan pajak memeriksa penunggak pajak yang harus dikirim SPMP, meneliti dengan melihat data tunggakan beserta pelunasan (SSP/STTS/SSB/bukti Pbk) atau pengurangan ( keputusan pembetulan/keputusan keberatan /putusan banding/ keputusan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak/keputusan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi ) selanjutnya membuat konsep SPMP dan meneruskannya kepada Kepala Seksi Penagihan.

Bagan berakhir di Kepala Kantor menyetujui dan menandatngani laporan pelaksanaan SPMP dan menatausahakan laporan pelaksanaan SPMP, salinan SPMP dan berita acara pelaksanaan SPMP ke dalam berkas penagihan wajib pajak .

d. Daftar Kegiatan Penagihan Pajak Aktif di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Tabel 4.1 Kegiatan Penagihan Pajak Aktif

Jenis Kegiatan 2012 2013 2014

Surat Teguran 421 2,173 2,666

Surat Paksa 263 855 1,093

SPMP 3 4 25

Sumber : KPP Pratama Lubuk Pakam

Dari tabel diatas mengenai penagihan aktif yang dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah surat

teguran yang terbit untuk tahun 2012 adalah 421 lembar sedangkan untuk tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 2173 lembar , dan semakin meningkat di tahun 2014 menjadi 2666 lembar. Untuk surat Paksa setiap tahunnya juga mengalami peningkatan , pada tahun 2012 surat paksa yang dikeluarkan sebanyak 263 lembar , tahun 2013 sebanyak 855 lembar dan pada tahun 2014 sebanyak 1093 lembar.

Pada Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) juga mengalami peningkatan selama 3 tahun terakhir , dimana pada tahun 2012 berjumlah 3 lembar , tahun 2013 ada 4 lembar dan pada tahun 2014 sebanyak 25 lembar .

Tabel 4.2 Surat Sita

Tahun Jumlah Tunggakan

Surat Sita Yang Terbit

Jumlah WP Lembar Nominal

2012 38,714,227,068 2 3 20,077,603

2013 70,504,090,867 4 4 1,742,649,184

2014 63,736,681,626 17 25 36,891,409,519

Sumber : KPP Pratama Lubuk Pakam

Dari tabel 4.2 diatas mengenai surat sita yang terbit yang dikeluarkan oleh KPP Pratama Lubuk Pakam dapat dijelaskan bahwa jumlah surat sita yang terbit pada tahun 2012 adalah 3 lembar dengan jumlah tunggakan sebesar 38,714,227,068 .dan yang sudah dibayar sebesar 20,077,603 . Sedangkan pada tahun 2013 jumlah surat sita yang terbit sebanyak 4 lembar dengan jumlah tunggakan sebesar 70,504,090,867 dan jumlah tunggakan yang sudah dibayar sebesar 1,742,649,184 dan tahun 2014 jumlah surat sita yang terbit ada sebanyak 25 lembar dengan jumlah tunggakan 63,736,681,626 dan jumlah tunggakan yang sudah dibayar sebesar 36,891,409,519 .

Tabel 4.3 Aset yang disita

Tahun Aset yang disita Surat Sita Yang Dibayar Jumlah

WP

Nominal Lembar Nominal

2012 - - 3 20,077,603

2013 4 800,000,000 1 91,120,620

2014 2 420,000,000 9 1,498,432,988

Sumber : KPP Pratama Lubuk Pakam

Dari tabel 4.3 diatas mengenai aset yang disita yang dilaksanakan KPP Pratama Lubuk Pakam dapat dilihat bahwa pada tahun 2012 tidak aset yang disita karena utang pajaknya sudah dilunasi (dapat dilihat pada tabel 4.2) sedangkan pada tahun 2013 ada sebanyak 4 orang Wajib Pajak yang asetnya disita dengan jumlah 800,000,000 dan surat sita yang dibayar sebesar 91,120,620 dan pada tahun 2014 ada sebanyak 2 orang aset Wajib Pajak yang disita dengan jumlah 420,000,000 dan jumlah surat sita yang dibayar sebesar 1,498,432,988.

E. Kendala-kendala yang dihadapi Oleh Jurusita Pajak dalam Melaksanakan Penagihan Pajak dengan Penyitaan

Pada saat menjalankan tugasnya , ada beberapa kendala yang dihadapi jurusita pajak saat melakukan penagihan pajak dengan wajib pajak di lapangan , kendala tersebut diantaranya :

1. Jurusita Pajak tidak diperbolehkan masuk ke dalam rumah wajib pajak/penanggung pajak.

Pada waktu pelaksanaan penyitaan, ada kemungkinan ataupun bahkan seringkali Jurusita Pajak tersebut tidak dapat masuk atau tidak diperrbolehkan masuk ke dalam

bahwa pada saat akan melakukan penyitaan, Jurusita Pajak hanya diperbolehkan menunggu di dekat pagar rumah, tanpa dipersilahkan untuk masuk ke rumah sekalipun cuaca kurang mendukung.

2. Jurusita Pajak tidak diperbolehkan menyita barang wajib pajak/penanggung pajak. Dalam hal ini Jurusita pajak tidak diperkenankan menyita barang-barang milik wajib pajak/penanggung pajak. Dalam kondisi seperti ini Jurusita Pajak berupaya memberikan penjelasan/pengertian mengenai maksud penyitaan tersebut dan penyitaan tidak akan selalu berakhir dengan penjualan barang-barang (lelang), dengan catatan apabila wajib pajak/penanggung pajak bersedia melunasi utang pajaknya. Namun bilamana jurusita Pajak sudah berupaya semaksimal mungkin memberikan pengertian dan penjelasan mengenai maksud penyitaan tersebut namun tetap juga mendapat perlawananan atau bahkan mendapat ancaman dari wajib pajak/penanggung pajak, maka Jurusita Pajak berwewenang melaporkannya kepada kepolisian dan meminta bantuan aparat kepolisian untuk mengambil tindakan tegas terhadap wajib pajak/penangggung pajak.

3. Wajib pajak/penanggung pajak atau wakilnya tidak mau menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS).

Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) dibuat dan ditandatangani oleh Jurusita Pajak, para saksi dan wajib pajak/penanggung pajak atau wakilnya yang bertindak sebagai penyimpan barang. Apabila wajib pajak/penanggung pajak atau wakilnya menolak untuk ikut menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) tersebut maka Jurusita Pajak dapat mengambil tindakn sebagai berikut :

a. Memberitahukan kepada kepolisian dan meminta bantuan agar dapat membantu menjaga supaya tidak ada barang-barang sitaan yang hilang.

b. Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) secara hukum dianggap sah aerta tetap mempunyai kekuatan yang mengikat

(pasal 12 ayat (6) Undang-Undang Nomor 19 tahun 2000).

4. Juru Sita Pajak sulit mengidentifikasi objek sita. Hal ini terutama terkait dengan pemblokiran rekening Wajib Pajak. Faktor penghambat dalam proses ini antara lain :

a. Kelengkapan berkas STP/SKP atau SP yang tidak lengkap. b. Tidak mengetahui bank Wajib Pajak memiliki rekening.

c. Terdapat bank yang tidak selalu menanggapi surat permintaan blokir. 5. Tingkat kesadaran wajib pajak masih rendah.

Walaupun sistem perpajakan kita telah menganut system self assesment namun tingkat kesadaran wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik dan benar serta membayar utang pajak pada tepat waktu masih rendah dikarenakan masih kurangnya pengetahuan wajib pajak tentang perpajakan.

F. Cara Penyelesaian Masalah dalam Pelaksanaan Penagihan dengan Penyitaan

Pemecahan masalah dalam hal penagihan pajak dengan penyitaan :

1. Melakukan sosialisasi perpajakan, dimana sangat penting untuk melakukan sosialisasi perpajakan karena dapat memberikan pembekalan materi pajak kepada Wajib Pajak guna menunjang pelaksanaan kewajiban Wajib Pajak. Dengan adanya pemahaman yang baik tentang pajak maka diharapkan Wajib Pajak dapat membayar pajak dengan sukarela.Juru Sita Pajak sendiri harus diberi pembekalan materi pajak sehubungan dengan pelaksanaan tugasnya secara berkala untuk meningkatkan kemampuannya. Mengingat Juru Sita Pajak akan bertemu

2. Apabila Jurusita Pajak tidak diperbolehkan masuk rumah untuk melaksanakan tugasnya dengan memberikan berupa ancaman maka Jurusita Pajak dapat melaporkan kepada pihak kepolisian untuk melaksanakan penyitaan tersebut. secara langsung terhadap Wajib Pajak.

3. Peningkatan kerja sama dengan pihak – pihak terkait. Dalam Undang-undang Tahun 2000 Pasal 5 ayat (4) tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, Juru Sita Pajak berwenang dapat melibatkan pihak lain untuk meminta bantuan dengan pihak Kepolisian, Kejaksaan, Departemen yang membidangi hukum dan perundang-undang, Pemerintah Daerah Stempat, Badan Pertanahan Nasional,

4. Pada waktu melakukan penyitaan atau ada kemungkinan bahwa wajib

miliknya, Oleh sebab itu wajib pajak/penanggung pajak atau wakilnya harus dapt menunjukkan bukti yang jelas bahwa barang tersebut memang benar bukan miliknya wajib pajak/penanggung pajak.

5. Apabila wajib pajak/penanggung pajak tidak mau menandatangani Berita Acara

Pelaksanaan Sita (BAPS), Jurusita Pajak dapat memaksakan dan meminta bantuan kepada pihak kepolisian karena telah melanggar Peraturan Perundang-undangan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yakni sebagai berikut :

1. Tingkat kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dari tahun 2012-2014 jika ditinjau dari produktivitas penagihan aktif setiap tahunnya mengalami penurunan tingkat kepatuhan wajib pajaknya (tabel 4.1). Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya jumlah tunggakan wajib pajak setiap tahunnya dan menunjukkan kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak .Inilah yang mendasari terjadinya penagihan pajak.

2. Tingkat kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan adalah merupakan tujuan utama dari pelaksanaan penagihan pajak, sehingga bagi wajib pajak yang tingkat kepatuhannya tergolong masih rendah dilakukanpenagihan seperti yang dilaksanakan oleh seksi penagihan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dalam meingkatkan kepatuhan wajib pajak dari tahun 2012 sampai 2014 adalah sebagai berikut : a. Penagihan Aktif, dilaksanakan dengan tahap sebagai berikut :

1. Surat teguran yang terbit tahun 2012 sebanyak 421 lembar, tahun 2013 sebanyak 2,173 lembar dan tahun 2014 sebanyak 2666 lembar.

2. Surat Paksa yang terbit tahun 2012 sebanyak 263 lembar, tahun 2013 sebanyak 855 lembar, dan tahun 2014 sebanyak 1,093 lembar.

3. Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) yang terbit pada tahun 2012 sebanyak 3 lembar, tahun 2013 sebanyak 4 lembar, dan tahun 2014 sebanyak 25 lembar .

4. Pelaksanaan Penyitaaan ada dilaksanakan. 5. Pengumuman Lelang ada dilaksanakan. 6. Pelaksanaan Lelang ada dilaksanakan.

3. Dalam melaksanakan tugasnya di lapangan Jurusita Pajak menemui beberapa kendala yang berskala kecil maupun besar, yang dapat berupa :

a. Jurusita Pajak tidak diperbolehkan masuk ke dalam rumah wajib pajak b. Jurusita Pajak tidak diperbolehkan menyita barang wajib pajak

c. Wajib Pajak/penanggung pajak atau wakilnya tidak mau menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) dan

d. Kesulitan dalam mengindentifikasi barang-barang wajib pajak yang akan dijadikan sebagai objek sita.

B. SARAN

1. Perlunya melakukan penyuluhan dan sosialisiasi perpajakan untuk menumbuhkan, membina, dan meningkatkan kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam , sehngga wajib pajak menjadi paham dan sadar akan kewajibannya dalam membayar pajak secara tepat waktu agar dapat terwujud masyarakat yang sadar dan peduli pajak .

2.Pengawasan terhadap tunggakan pajak harus lebih ditingkatkan supaya penambahan tunggakan pajak tidak terus-menerus terjadi serta perlu adanya koordinasi yang baik dengan pihak terkait seperti seksi waskon bahkan agar tidak terjadi penambahan tunggakan pajak. Koordinasi denganseksi terkait juga perlu ditingkatkan agar data perubahan tentang Wajib

Pajak dapat cepat di update. Selain itu juga perlu adanya pengadministrasian data dan berkas-berkas yang lebih baik di Seksi Penagihan sehingga dalam pengawasan tunggakan pajak akan lebih mudah serta tindak lanjut tindakan penagihan akan lebih terkontrol sesuai jadwal penagihan.

2. Sebagai pelaksana tindakan penagihan pajak yang mempunyai tugas dan peranan dalam pemgamanan pajak negara, maka diharapkan kepada Jurusita Pajak agar meningkatkan kualitas dan profesionalismenya dan bekerja sesuai dengan prosedur penagihan pajak yang telah ditetapkan. Serta harus konsekwensinya dalam melaksanakan penyitaan sekalipun harus mendapatkan perlawanan dari penanggung pajak yang akan disita, sebab dalam melaksanakan tugasnya Jurusita Pajak tetap mendapat perlindungan hukum, jadi tidak perlu ragu-ragu dalam mengambil tindakan tegas bagi para penunggak pajak yang akan disita.

DAFTAR PUSTAKA

Devano, Sony, dkk, 2006. Perpajakan konsep, teori, dan isu, PT Prenada Media Group, Jakarta

Hadi, Moeljo, 2001. Dasar-dasar Penagihan Pajak, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Suandy, Erly. 2008. Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta. Waluyo 2009. Perpajakan Indonesia, Salemba Empat, Jakarta. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23 A Amandemen keempat

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, tentang Pajak Penghasilan

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, tentang Penagihan Pajak dengan surat Paksa.

Keputusan Menteri Keuangan No.544/KMK.04/2000, tentang Kriteria wajib pajak patuh yang dapat diberikan pendahuluan kelebihan pembayaran pajak.

Keputusan Menteri Keuangan No.562/KMK/.04/2005, tentang Syarat-syarat Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Jurusita Pajak.

http:// pajakonline.com.

Dokumen terkait