• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1.1 Pengamatan TEC dari Stasiun CSBK Satelit Nomor 3

A. Perhitungan STEC

Gambar 4. 1 Perubahan STEC pada satelit 3 dari stasiun CSBK yang diamati dari jam 18.00 UT-24.00 UT

Pada Gambar 4.1 diperlihatkan bahwa perubahan STEC yang terjadi adalah akibat dari kemiringan satelit yang melintas di atas langit. Nilai yang terbesar menunjukkan bahwa lamanya sinyal satelit yang melintasi ionosfer. Stasiun CBSK terletak diujung Sumatra bagian selatan, Lampung Barat.

B. Perhitungan TEC

Gambar 4. 2 Pengamatan TEC pada satelit 3 dari stasiun CSBK yang diamati dari jam 18.00 UT-24.00 UT

Pada Gambar 4.2 dapat diketahui bahwa letusan Gunung Merapi yang terjadi adalah pada pukul 18.45 UT (garis biru vertikal). Dapat dilihat bahwa gangguan ionosfer terjadi setelah 18 menit letusan Gunung Merapi. Nilai TEC yang tertinggi adalah sekitar 1,1 TECU diikuti fluktuasi yang kedua yaitu sekitar 1,2 TECU setelah 42 menit kemudian. Lalu Setelah mencapai nilai maksimum maka ionosfer terjadi penurunan hingga minimum sekitar -1,3 TECU setelah 18 menit. Lalu setelah jam 21.00 UT, aktifitas ionosfer kembali normal.

53

4.1.2 Pengamatan TEC dari Stasiun CTCN Satelit Nomor 3

A. Tampilan Grafik STEC

Gambar 4. 3 Perubahan STEC pada satelit 3 dari stasiun CTCN yang diamati dari jam 18.00 UT-24.00 UT

Pada Gambar 4.3 diperlihatkan bahwa perubahan STEC yang terjadi adalah akibat dari kemiringan satelit yang melintas di atas langit. Nilai yang terbesar menunjukkan bahwa lamanya sinyal satelit yang melintasi ionosfer. Stasiun CTCN terletak diujung Sumatra bagian selatan, Lampung Timur.

B. Tampilan Grafik TEC

Gambar 4. 4 Pengamatan TEC pada satelit 3 dari stasiun CTCN yang diamati dari jam 18.00 UT-24.00 UT

Gambar 4.4 dapat diketahui bahwa letusan Gunung Merapi yang terjadi adalah pada pukul 18.45 UT (garis biru vertikal). Dapat dilihat bahwa gangguan ionosfer terjadi setelah 18 menit letusan Gunung Merapi. Nilai TEC yang tertinggi adalah sekitar 1,1 TECU dikuti fluktuasi yang kedua sekitar 1,2 TECU setelah satu jam kemudian. Setelah mencapai nilai maksimum yang pertama maka ionosfer terjadi penurunan hingga minimum sekitar -1 TECU setelah 30 menit. Kemudian kembali mencapai maksimum dengan nilai. Lalu setelah sekitar jam 21.00 UT, aktifitas ionosfer kembali normal seperti semula.

55

4.1.3 Pengamatan TEC dari stasiun CTCN Satelit Nomor 6 A. Tampilan Grafik STEC

Gambar 4. 5 Perubahan STEC pada satelit 6 dari stasiun CTCN yang diamati dari jam 17.00 UT-24.00 UT

Gambar 4.5 diperlihatkan bahwa perubahan STEC yang terjadi adalah akibat dari kemiringan satelit yang melintas di atas langit. Nilai yang terbesar menunjukkan bahwa lamanya sinyal satelit yang melintasi ionosfer. Pada kurva hijau menunjukkan nilai variasi ionosfer dan kurva merah menunjukkan pertaan pangkat 8 yang berguna untuk menentukan ionosfer secara vertikal. Stasiun CTCN terletak diujung Sumatra bagian selatan, Lampung Barat.

B. Tampilan Grafik TEC

Gambar 4. 6 Pengamatan TEC pada satelit 6 dari stasiun CTCN yang diamati dari jam 17.00 UT-24.00 UT

Pada Gambar 4.6 dapat diketahui bahwa letusan Gunung Merapi yang terjadi adalah pada pukul 18.45 UT (garis biru vertikal). Dapat dilihat bahwa gangguan ionosfer terjadi setelah 35 menit letusan Gunung Merapi. Nilai TEC yang tertinggi adalah sekitar 1,4 TECU. Setelah mencapai maksimum, kemudian aktifitas ionosfer kembali stabil setelah jam 21.00 UT hingga akhir.

57

4.1.4 Pengamatan TEC dari Stasiun CUJK Satelit Nomor 3 A. Perhitungan STEC

Gambar 4. 7 Perubahan STEC pada satelit 3 dari stasiun CUJK yang diamati dari jam 18.00 UT-24.00 UT

Gambar 4.7 diperlihatkan bahwa perubahan STEC yang terjadi adalah akibat dari kemiringan satelit yang melintas di atas langit. Nilai yang terbesar menunjukkan bahwa lamanya sinyal satelit yang melintasi ionosfer. Kurva hijau menunjukkan variasi ionosfer yang diamati dan kurva merah menunjukkan perataan pangkat 8 yang digunakan untuk menentukan nilai TEC nya. Stasiun CUJK terletak diujung Jawa barat bagian setelan, daerah Sanghangsirah.

B. Perhitungan TEC

Gambar 4. 8 Pengamatan TEC pada satelit 3 dari stasiun CUJK yang diamati dari jam 18.00 UT-24.00 UT

Pada Gambar 4.8 dapat diketahui bahwa letusan Gunung Merapi yang terjadi adalah pada pukul 18.45 UT (garis biru vertikal). Dapat dilihat bahwa gangguan ionosfer terjadi setelah 18 menit letusan Gunung Merapi. Nilai TEC yang tertinggi adalah sekitar 1 TECU. Setelah mencapai maksimum, ionosfer mengalami penurunan minimum hingga -0,9 TECU. Setelah penurunan tersebut, beberapa saat mengalami nilai maksimum yaitu 1,2 TECU setelah 40 menit kemudian. Nilai ini lebih besar dari nilai fluktuasi pertama. Kemudian setelah pukul 20.00 UT, aktifitas ionosfer kembali stabil.

59

4.1.5 Pengamatan TEC dari stasiun CUJK Satelit Nomor 6 A. Tampilan Grafik STEC

Gambar 4. 9 Perubahan STEC pada satelit 6 dari stasiun CUJK yang diamati dari jam 18.00 UT-24.00 UT

Gambar 4.9 diperlihatkan bahwa perubahan STEC yang terjadi adalah akibat dari kemiringan satelit yang melintas di atas langit. Nilai yang terbesar menunjukkan bahwa lamanya sinyal satelit yang melintasi ionosfer. Garis biru vertikalmenunjukkan waktu terjadinya letusan. Kurva hujau menunjukkan variasi ionosfer yang teramati dan kurva merah menunjukkan perataan pangkat 8 untuk menentukan TEC. Stasiun CUJK terletak diujung Jawa barat bagian setelan, daerah Sanghangsirah.

B. Tampilan Grafik TEC

Gambar 4. 10 Pengamatan TEC pada satelit 6 dari stasiun CUJK yang diamati dari jam 18.00 UT-24.00 UT Pada Gambar 4.10 dapat diketahui bahwa letusan Gunung Merapi yang terjadi adalah pada pukul 18.45 UT (garis biru vertikal). Dapat dilihat bahwa gangguan ionosfer terjadi setelah 18 menit letusan Gunung Merapi. Nilai TEC yang tertinggi adalah sekitar 1,8 TECU. Setelah mencapai maksimum, ionosfer mengalami penurunan minimum hingga -1 TECU setelah 18 menit kemudian. Setelah penurunan tersebut, kemudian sekitar satu jam kemudian aktifitas ionosfer kembali stabil .

61

4.1.6 Pengamatan TEC dari stasiun CLBG Satelit Nomor 6 A. Tampilan Grafik STEC

Gambar 4. 11 Perubahan STEC pada satelit 6 dari stasiun CLBG yang diamati dari jam 17.00 UT-24.00 UT Pada Gambar 4.11 diperlihatkan bahwa perubahan STEC yang terjadi adalah akibat dari kemiringan satelit yang melintas di atas langit. Nilai yang terbesar menunjukkan bahwa lamanya sinyal satelit yang melintasi ionosfer. Garis biru vertikal menunjukkan waktu terjadi letusan Gunung Merapi. Kurva hijau dan merah menunjukkan variasi ionosfer yang masing masing adalah nilai pengukuran dan perataan pangkat 8. Stasiun CLBG terletak diujung Jawa barat Barat, daerah Cikalongan Wetan.

B. Tampilan Grafik TEC

Gambar 4. 12 Pengamatan TEC pada satelit 6 dari stasiun CLBG yang diamati dari jam 17.00 UT-24.00 UT Berbeda dengan gambar-gambar sebelumnya, pada Gambar ini, Gambar 4.12 dapat diketahui bahwa letusan Gunung Merapi yang terjadi adalah pada pukul 18.45 UT (garis biru vertikal). Dapat dilihat bahwa gangguan ionosfer terjadi sebelum letusan Gunung Merapi yaitu berkisar 8 menit. Nilai TEC yang tertinggi adalah sekitar 1,5 TECU pada menit ke 18.51 UT. Setelah mencapai maksimum, ionosfer mengalami penurunan minimum hingga -1 TECU. Setelah penurunan tersebut, kemudian setelah jam 20.00 UT aktifitas ionosfer kembali stabil.

63

4.1.7 Pengamatan TEC dari stasiun CSBK Satelit Nomor 6 A. Tampilan Grafik STEC

Gambar 4. 13 Perubahan STEC pada satelit 6 dari stasiun CSBK yang diamati dari jam 18.00 UT-22.00 UT Pada Gambar 4.13 diperlihatkan bahwa perubahan STEC pada kurva hijau yang terjadi adalah akibat dari kemiringan satelit yang melintas di atas langit. Nilai yang terbesar menunjukkan bahwa lamanya sinyal satelit yang melintasi ionosfer. Pada kurva yang berwarna merah merupakan perataan dari variasi ionosfer seperti yang berwarna hijau, yaitu polynomial pangkat 8. Stasiun CSBK terletak diujung Sumatra bagian selatan, daerah Lampung Barat.

B. Tampilan Grafik TEC

Gambar 4. 14 Pengamatan TEC pada satelit 6 dari stasiun CSBK yang diamati dari jam 18.00 UT-22.00 UT Gambar 4.14 diketahui bahwa letusan Gunung Merapi yang terjadi adalah pada pukul 18.45 UT (garis biru vertikal). Hasil TEC ini didapat dari pengurangan nilai slant TEC terhadap polynomial pangkat 8. Sehingga, dapat dilihat bahwa gangguan ionosfer terjadi setelah 24 menit letusan Gunung Merapi. Nilai TEC yang tertbesar adalah sekitar 1,7 TECU. Setelah mencapai maksimum, ionosfer mengalami penurunan minimum hingga -0,7 TECU. Setelah penurunan tersebut, ionosfer kembali pada keadaan semula yang biasa disebut fase recovery setelah sekitar satu jam kemudian.

65

4.1.8 Pengamatan TEC dari stasiun JMBI Satelit Nomor 6 A. Tampilan Grafik STEC

Gambar 4. 15 Perubahan STEC pada satelit 6 dari stasiun JMBI yang diamati dari jam 18.00 UT-24.00 UT

Pada Gambar 4.15 diperlihatkan bahwa perubahan STEC yang terjadi adalah akibat dari kemiringan satelit yang melintas di atas langit. Nilai yang terbesar menunjukkan bahwa lamanya sinyal satelit yang melintasi ionosfer. Kurva merah menunjukkan perataan pangkat 8 dari variasi ionosfer yang ditunjukkan oleh kurva hijau atau biasa disebut STEC. Dapat diketahui juga pada kurva hijau terdapat disturbance 13 menit setelah letusan.

B. Tampilan Grafik TEC

Gambar 4. 16 Pengamatan TEC pada satelit 6 dari stasiun JMBI yang diamati dari jam 18.00 UT-24.00 UT

Gambar 4.16 diketahui bahwa letusan Gunung Merapi yang terjadi adalah pada pukul 18.45 UT (garis biru vertikal). Dapat dilihat bahwa gangguan ionosfer terjadi letusan Gunung Merapi setelah 13 menit. Nilai TEC yang tertinggi adalah sekitar 0,8 TECU. Nilai ini terlihat sangat signifikan, dilihat dari fluktuasi yang disebabkan pada pukul 18.57. Terlihat pada gambar bahwa setelah letusan aktifitas ionosfer kembali normal setelah beberapa menit kemudian.

67

4.1.9 Pengamatan TEC dari stasiun MLKN Satelit Nomor 6

A. Tampilan Grafik STEC

Gambar 4. 17 Perubahan STEC pada satelit 6 dari stasiun MLKN yang diamati dari jam 18.00 UT-24.00 UT Pada Gambar 4.17 diperlihatkan bahwa perubahan STEC pada kurva hijau yang terjadi adalah akibat dari kemiringan satelit yang melintas di atas langit. Nilai yang terbesar menunjukkan bahwa lamanya sinyal satelit yang melintasi ionosfer. Pada kurva yang berwarna merah didapat dari polynomial pangkat 8, yaitu pendekatan dari kurva hijau.

B. Tampilan Grafik TEC

Gambar 4. 18 Pengamatan TEC pada satelit 6 dari stasiun MLKN yang diamati dari jam 18.00UT-24.00UT Pada gambar diatas dapat diketahui bahwa letusan Gunung Merapi yang terjadi adalah pada pukul 18.45 UT (garis biru vertikal). Dapat dilihat bahwa gangguan ionosfer terjadi setelah 15 menit letusan Gunung Merapi. Nilai TEC yang tertinggi adalah sekitar 1,1 TECU. Nilai ini cukup signifikan dilihat dari nilai ionosfer sebelum dan sesudah letusan. Terlihat pada gambar bahwa setelah letusan aktifitas ionosfer kembali normal setelah pada pukul 20.00 UT.

69

4.1.10 Pengamatan TEC dari stasiun NGNG Satelit Nomor 6

A. Tampilan Grafik STEC

Gambar 4. 19 Perubahan STEC pada satelit 6 dari stasiun NGNG yang diamati dari jam 19.00 UT-24.00 UT Pada Gambar 4.19 diperlihatkan bahwa perubahan STEC pada kurva hijau yang terjadi adalah akibat dari kemiringan satelit yang melintas di atas langit. Nilai yang terbesar menunjukkan bahwa lamanya sinyal satelit yang melintasi ionosfer. Pada kurva yang berwarna merah didapat dari polynomial pangkat 8, yaitu pendekatan dari kurva hijau. Sedangkan kurva yang berwarna hijau menunjukkan variasi pengamatan ionosfer.

B. Tampilan Grafik TEC

Gambar 4. 20 Pengamatan TEC pada satelit 6 dari stasiun NGNG yang diamati dari jam 19.00UT-24.00UT Pada gambar diatas rekaman TEC hanya pada pukul 19.12UT-24.00UT. Sedangkan letusan Gunung Merapi terjadi pada pukul 18.45 UT. Namun dengan kurangnya variasi ini, hampir tidak dapat dilihat bahwa gangguan ionosfer terjadi setelah 40 menit setelah letusan Gunung Merapi. Keterlambatan ini terjadi dikarenakan letak stasiun NGNG terlalu jauh dari dari pusat letusan Merapi. Nilai TEC yang tertinggi adalah sekitar 0,4 TECU. Gangguan ini sulit ditentukan karena variasi ionosfer yang hampir tidak menunjukkan gangguan pada sebelum dan sesudah letusan.

71

4.1.11 Pengamatan TEC dari stasiun NGNG Satelit Nomor 3

A. Tampilan Grafik STEC

Gambar 4. 21 Perubahan STEC pada satelit 3 dari stasiun NGNG yang diamati dari jam 19.00 UT-24.00 UT Pada Gambar 4.21 diperlihatkan bahwa perubahan STEC pada kurva hijau yang terjadi adalah akibat dari kemiringan satelit yang melintas di atas langit. Nilai yang terbesar menunjukkan bahwa lamanya sinyal satelit yang melintasi ionosfer. Pada kurva yang berwarna merah didapat dari polynomial pangkat 8, yaitu pendekatan dari kurva hijau untuk mendapatkan nilai VTEC.

B. Tampilan Grafik TEC

Gambar 4. 22 Pengamatan TEC pada satelit 3 dari stasiun NGNG yang diamati dari jam 19.00UT-24.00UT Gambar 4.22 menunjukkan rekaman TEC hanya pada pukul 19.30UT-24.00UT. Sedangkan letusan Gunung Merapi terjadi pada pukul 18.45 UT. Gangguan ini sulit dilihat karena gangguan ionosfer terjadi 50 menit setelah letusan Gunung Merapi. Keterlambatan ini terjadi dikarenakan letak stasiun NGNG terlalu jauh dari dari pusat letusan Merapi. Nilai TEC yang tertinggi adalah sekitar 0,7 TECU. Nilai ini hampir tidak dapat ditentukan pada variasi ionosfer sebelum dan sesudah letusan. Setelah letusan, aktifitas ionosfer kembali normal setelah jam 20.30 UT.

73

Dokumen terkait