9. Terwujudnya ketersediaan referensi dan acuan teknis terkait pengamanan fasilitas kesehatan
2.8. Analisa dan MItigasi Risiko
Bagian ini menjelaskan analisis risiko yang akan dihadapi dalam mewujudkan sasaran strategis untuk merealisasikan visi LPFK Banjarbaru pada kurun waktu tahun 2020 -2024 dan menjelaskan penilaian risiko serta mitigasi risiko yang harus diambil oleh manajemen agar tidak terjadi hal yang menghalangi tercapainya Visi, Misi dan sasaran strategis. Resiko dapat bersumber dari aspek keuangan dan non keuangan (regulasi, masyarakat, pengguna jasa UPT vertical, supplier, pesaing atau unsur stakeholders inti UPT vertical).
a) Indetifikasi Resiko
Bagian ini menjelaskan apa saja resiko yang dapat dialami oleh LPFK BANJARBARU untuk mewujudkan suatu sasaran strategisnya dan kurun waktu periode RSB. Sebab sasaran strategis dapat mempunyai lebih dari satu jenis resiko, seperti terlihat pada tabel berikut.
Tabel II. 27 Jenis Resiko Berdasarkan Sasaran Strategis
Sasaran Strategis Risiko
Perspektip Finansial
• Terwujudnya Akuntabilitas Anggaran • Belum baiknya sistem pencatatan laporan keuangan
• Kurangnya fahamnya SDM terkait pembuatan LAKIP
• Buruknya sistem dokumentasi kegiatan baik teknis maupun non teknis.
• PNBP terlambat disetor
• Pelanggan terlambat membayar PNBP Perspektif Stakeholder
• Terwujudnya Peningkatan kepuasan Stakeholder
• Tidak seimbangnya antara jumlah permintaan dengan kemampuan SDM dan peralatan
• Keterlambatan merespon pengaduan
• Keterlambatan menindaklanjuti pengaduan
• Pencatatan pengaduan yang tidak lengkap.
• Pelanggan tidak mengerti alur pengaduan pelanggan
Perspektip proses Bisnis Internal
a. Terwujudnya Pelayanan Prima ● Ketidaksesuaian penerapan waktu mutu pelayanan
● Buruknya sistem pelayanan
● Alur pelayanan tidak tersosialisasi dengan baik
● Pelanggan tidak mengerti alur pelayanan b. Terwujudnya peningkatan cakupan
layanan untuk mendukung peningkatan akses dan mutu layanan
● Inspeksi, pengujian dan kalibrasi belum menjadi program prioritas.
● Ketersediaan anggaran inspeksi, pengujian dan kalibrasi di fasyankes tidak sesuai data alat kesehatan yang tersebar diwilayah kerjanya.
● Masih kurangnya pemahaman pentingnya inspeksi sarana dan prasarana untuk mendukung pengamanan pelayanan ke masyarakat
● Kurangnya pemahaman untuk pentingnya pemantauan dosis pada petugas yang bekerja di medan radiasi.
c. Terwujudnya optimalisasi sistem jejaring dan kemitraan
● Pengujian dan kalibrasi belum menjadi program prioritas
● Adanya fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak loyal
● Tidak optimalnya jalinan komunikasi dengan stakeholder
d. Terwujudnya peningkatan kemampuan layanan
● Kurangnya komitmen
● Kurangnya SDM yang dapat menguasai seluruh alat sesuai dengan Permenkes 54/2015
● Kurangnya tempat penyelenggaraan pelatihan sesuai kompetensi yang dibutuhkan
e. Terwujudnya pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan penunjang pelayanan
● Terbatasnya anggaran, sehingga kebutuhan alat standar belum terpenuhi
f. Terwujudnya penjaminan mutu layanan
• Adanya lingkup layanan yang belum terakreditasi
• Persiapan pemenuhan dokumen akreditasi tidak maksimal karena petugas laboratorum juga melakukan layanan pengujian dan kalibrasi
• Adanya pemakaian alat standar untuk layanan sehingga kegiatan rekalibrasii tidak sesuai jadwal yang ditentukan.
• Terbatasnya tempat penyedia jasa rekalibrasi alat standar
• Terbatasnya tempat penyelenggaran kegiatan uji banding/uji profisiensi
• Adanya temuan assessment yang tidak ditidaklanjuti
g. Terwujudnya tata kelola organisasi yang baik.
● Tidak menjalankan konsistensi pelaksanaan SOP
● Terbatasnya pemantauan masih relevan atau tidak SOP yang telah ditetapkan
● Tidak semua pegawai memahami SOP yang sudah diterapkan
Perspektip pengembangan personil dan organisasi
1. Terwujudnya budaya kerja yang baik ● SKP tidak tercapai
● Sulitnya merubah budaya kerja yang buruk 2. Terwujudnya pemenuhan SDM yang
kompeten.
● Hasil pelatihan tidak diimplementasikan secara maksimal untuk pengembangan layanan.
● Terbatasnya tempat pelatihan sesuai kompetensi ynag dibutuhkan
3. Terwujudnya pelayanan berbasis sistem informasi yang terintegrasi
● Pelanggan tidak bisa menggunakan aplikasi
● Internet yang buruk di Fasyankes Terpencil
● Kurangnya SDM untuk pengembangan di Bidang IT
b) Penilaian Tingkat Risiko
Penilaian tingkat resiko diukur dengan memperhatikan tingkat kemungkinan kemunculan suatu jenis resiko dan dengan memeprhatikan estimasi dari besarnya dampak resiko yang akan ditimbulkan bila resiko terjadi bagi suatu sasaran strategis pada LPFK Banjarbaru.
Untuk menentukan kemungkinan resiko, digunakan patokan sebagai berikut :
a. Kemungkinan resiko terjadi sangat besar : dipastikan sangat mungkin terjadi untuk mempengaruhi sasaran strategis. Nilai kemungkinan 0.8 sampai 1.0
b. Kemungkinan resiko terjadi besar : kemungkinan besar terjadi untuk mempengaruhi sasaran strategis. Nilai kemungkinan 0.6 sampai 0.8
c. Kemungkinan resiko terjadi sedang : kemungkinan sedang terjadinya resiko untuk mempengaruhi sasaran strategis. Nilai kemungkinan 0.4 sampai 0.6
d. Kemungkinan resiko terjadi kecil : kemungkinan kecil terjadinya resiko untuk mempengaruhi sasaran strategis. Nilai kemungkinan 0.2 sampai 0.4
e. Kemungkinan resiko terjadi sangat kecil untuk mempengaruhi sasaran strategis. Nilai kemungkinan resiko 0 sampai 0.2
Sedang untuk menentukan besar dampak resiko pada suatu sasaran strategis digunakan patokan sebagai berikut :
a. Dampak resiko tidak penting : resiko memupnyai pengaruh sangat kecil pada suatu sasaran strategis namun sasaran strategis masih bisa tercapai.
b. Dampak resiko minor : resiko mempunyai pengaruh kecil pada suatu sasaran strategis dan memerlukan sedikit upaya penanganan.
c. Dampak resiko medium : resiko mempunyai pengaruh sedang pada suatu sasaran strategis dan membutuhkan upaya cukup serius untuk penanganannya.
d. Dampak resiko mayor/Besar : resiko mempunyai pengaruh besar pada suatu sasaran strategis dan membutuhkan upaya serius untuk penanganannya.
e. Dampak resiko malapetaka : resiko mempunyai pengaruh tidak terpenuhinya suatu sasaran strategis dan membutuhkan upaya sangat serius untuk penanganannya.
Berdasarkan pertemuan antara estimasi tingkat kemungkinan resiko terjadi dan estimasi besar dampak resiko pada suatu sasaran strategis dapat dinilai tingkat resiko dengan kualifikasi sebagai berikut :
1. Resiko rendah ( kode R ) 2. Resiko moderat ( kode M )
Tabel II. 28 Matriks Resiko Untuk Menentukan Tingkat Resiko
Tabel II. 29 Penentuan tingkat risiko
Sasaran
1 Belum baiknya sistem pencatatan laporan keuangan
kecil medium M
2 Kurang fahamnya SDM terkait pembuatan LAKIP
kecil medium M
3 Buruknya sistem dokumentasi kegiatan baik teknis maupun non teknis.
sedang mayor E
4 PNBP terlambat disetor kecil mayor T
5 Pelanggan terlambat
membayar PNBP Sedang mayor E
Persperktif Stakeh7older Terwujudnya
Peningkatan kepuasan Stakeholder
6 Tidak seimbangnya antara jumlah permintaan dengan kemampuan SDM dan peralatan
Sedang Mayor E
7 Keterlambatan
merespon pengaduan Kecil Mayor T
8 Keterlambatan
menindaklanjuti Sedang Mayor E
9 Pencatatan pengaduan
yang tidak lengkap. Sedang Mayor E
1 0
Pelanggan tidak mengerti alur
pengaduan pelanggan
Kecil Medium M
Perspektip proses Bisnis Internal Terwujudnya penerapan waktu mutu pelayanan
Sedang Mayor E
1 2
Buruknya sistem
pelayanan Sedang Mayor E
1 3
Alur pelayanan tidak tersosialisasi dengan baik
Kecil Medium M
1 4
Pelanggan tidak
mengerti alur pelayanan Kecil Medium M Terwujudnya akses dan mutu
layanan
1 5
Inspeksi, pengujian dan kalibrasi belum menjadi program prioritas.
Sedang Mayor E
1 6
Ketersediaan anggaran inspeksi, pengujian dan kalibrasi di fasyankes tidak sesuai data alat kesehatan yang tersebar diwilayah kerjanya.
Sedang Mayor E
1 7
Masih kurangnya
pemahaman pentingnya inspeksi sarana dan prasarana untuk mendukung
pengamanan pelayanan ke masyarakat
Besar Mayor E
1 8
Kurangnya pemahaman untuk pentingnya pemantauan dosis pada petugas yang bekerja di medan radiasi.
Sedang Mayor E
Terwujudnya
Inspeksi, Pengujian dan kalibrasi belum menjadi program prioritas
Sedang Mayor E
2 0
Adanya fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak loyal
Sedang Mayor E
2 1
Tidak optimalnya jalinan komunikasi dengan stakeholder
Sedang Mayor E
Terwujudnya
Sedang Medium M
2 3
Kurangnya SDM yang dapat menguasai seluruh alat sesuai dengan Permenkes 54/2015
Besar Mayor E
2
Sedang Medium M
Terwujudnya sehingga kebutuhan alat standar belum
terpenuhi. Besar Mayor E
Terwujudnya penjaminan mutu layanan
2 6
Adanya lingkup layanan
yang belum terakreditasi Sedang Mayor E 2
7
Persiapan pemenuhan dokumen akreditasi tidak maksimal karena petugas laboratorum juga melakukan layanan pengujian dan kalibrasi
Sedang Mayor E
2 8
Adanya pemakaian alat standar untuk layanan sehingga kegiatan rekalibrasii tidak sesuai jadwal yang ditentukan.
Sedang Mayor E
2 9
Terbatasnya tempat penyedia jasa
rekalibrasi alat standar
Sedang Mayor E
3 0
Terbatasnya tempat penyelenggaran kegiatan uji banding/uji profisiensi
Sedang Mayor E
3 1
Adanya temuan
assessment yang tidak ditidaklanjuti
Kecil Mayor T
Terwujudnya
Sedang Mayor E
3 3
Terbatasnya pemantauan masih
relevan atau tidak SOP Sedang Mayor E
3 4
Tidak semua pegawai memahami SOP yang sudah diterapkan
Sedang Mayor E
Perspektip pengembangan personil dan organisasi Terwujudnya
budaya kerja yang baik
3 5
SKP tidak tercapai
Kecil Mayor T
3 6
Terbatasnya pegawai
yang inovatif Sedang Medium T
3 7
Sulitnya merubah budaya kerja yang buruk
Sedang Medium T
Terwujudnya
Hasil pelatihan tidak diimplementasikan secara maksimal untuk pengembangan
layanan.
Sedang Mayor E
3
Sedang Mayor E
Terwujudnya
Pelanggan tidak bisa
menggunakan aplikasi Kecil Medium M
4 1
Internet yang buruk di
Fasyankes Terpencil Sedang Medium T
4 2
Kurangnya SDM untuk pengembangan di Bidang IT
Sedang Mayor E
Tabel II. 30 Posisi berbagai risiko dalam matriks risiko
Kemungkinan (Likelihood)
Dampak Risiko (Consequencs) Tidak I Sangat Besar
II Besar 17, 23, 25
III Sedang 22, 24, 36,
37, 41 V Sangat Kecil
c) Rencana Mitigasi Risiko
Metode yang digunakan LPFK Banjarbaru untuk menentukan resiko dan rencana mitigasi resiko adalah sebagai berikut:
Sasaran
Belum baiknya sistem pencatatan laporan keuangan
kecil sedang M Pelatihan Ka Ur TU
3
Kurang fahamnya SDM terkait pembuatan LAKIP
kecil medium M Pelatihan Ka Ur TU
4
Buruknya sistem dokumentasi kegiatan baik teknis maupun non teknis.
sedang besar E Pelatihan/Couching Ka Ur TU
5 PNBP terlambat disetor kecil besar T
Perbaikan sistem pelaporan dan koordinasi
Bendahara
6 Pelanggan terlambat
membayar PNBP Sedang besar E
Perbaikan sistem kemampuan SDM dan peralatan
Sedang Besar E
Pengadaan SDM, peralatan dan pelatihan/supervisi personil
Ka Ur TU
2 Keterlambatan
merespon pengaduan Kecil Besar T
Perbaikan prosedur
Sedang Besar E
Perbaikan prosedur
dan mutu
koordinasi
Ka Ur TU
4 Pencatatan pengaduan
yang tidak lengkap. Sedang Besar E
Perbaikan prosedur
Kecil Medium M
Perbaikan prosedur
dan mutu
koordinasi
Ka Ur TU
Perspektip proses Bisnis Internal Terwujudnya
pelayanan prima
1
Ketidaksesuaian
penerapan waktu mutu pelayanan
Sedang Besar E
Perbaikan prosedur
dan mutu
koordinasi
Ka Ur TU
2 Buruknya sistem
pelayanan Sedang Besar E
Perbaikan prosedur
dan mutu
koordinasi
Ka Ur TU
3
Alur pelayanan tidak tersosialisasi dengan baik
Kecil Medium M
Perbaikan prosedur
dan mutu
koordinasi
Ka Ur TU
4 Pelanggan tidak
mengerti alur pelayanan Kecil Medium M
Perbaikan prosedur
Inspeksi, pengujian dan kalibrasi belum menjadi program prioritas.
Sedang Besar E
Komitmen bersama,
Koordinasi secara berkesinambungan , FGD
Kepala, Ka Ur TU
akses dan mutu layanan
2
Ketersediaan anggaran inspeksi, pengujian dan kalibrasi di fasyankes tidak sesuai data alat
kesehatan yang
tersebar diwilayah kerjanya.
Sedang Besar E
Komitmen bersama,
Koordinasi secara berkesinambungan , FGD
Kepala, Ka Ur TU
3
Masih kurangnya pemahaman pentingnya inspeksi sarana dan prasarana untuk mendukung
pengamanan pelayanan ke masyarakat
Besar Besar E
Komitmen bersama,
Koordinasi secara berkesinambungan , FGD
Kepala, Ka Ur TU
4
Kurangnya pemahaman untuk pentingnya pemantauan dosis pada petugas yang bekerja di medan radiasi.
Sedang Besar E
Komitmen bersama,
Koordinasi secara berkesinambungan , FGD
Kepala, Ka Ur TU
Inspeksi, Pengujian dan kalibrasi belum menjadi program prioritas
Sedang Besar E
Komitmen bersama,
Koordinasi secara berkesinambungan , FGD
Kepala, Ka Ur TU
2
Adanya fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak loyal
Sedang Besar E
Perbaikan prosedur
dan mutu
koordinasi
Ka Ur TU
3
Tidak optimalnya jalinan komunikasi dengan stakeholder
Sedang Besar E
Komitmen
Terwujudnya peningkatan kemampuan layanan
1 Kurangnya komitmen Sedang Medium M
Komitmen
Kurangnya SDM yang dapat menguasai seluruh alat sesuai dengan Permenkes 54/2015
Besar Besar E
Komitmen
Sedang Medium M FGD, IHT Ka Ur TU
Terwujudnya alat standar belum terpenuhi.
Besar Besar E
Pemetaan wilayah kerja/beban kerja
untuk dasar
pengajuan anggaran
Kepala, Ka Ur TU, Perencana
Terwujudnya penjaminan
mutu layanan 1 Adanya lingkup layanan
yang belum terakreditasi Sedang Besar E
Komitmen bersama,
koordinasi mutu, FGD
Kepaka, Ka Ur TU
2
Persiapan pemenuhan dokumen akreditasi tidak maksimal karena petugas laboratorum
Sedang Besar E
Komitmen bersama,
koordinasi mutu, FGD
Ka Ur TU
juga melakukan layanan pengujian dan kalibrasi
3
Adanya pemakaian alat standar untuk layanan sehingga kegiatan rekalibrasii tidak sesuai jadwal yang ditentukan.
Sedang Besar E Penambahan Set
alat Ka Ur TU
4
Terbatasnya tempat
penyedia jasa
rekalibrasi alat standar
Sedang Besar E
Cek antara, uji banding antar
kegiatan uji banding/uji profisiensi
Sedang Besar E
Cek antara, uji banding antar laboratorium
Ka Ur TU
6
Adanya temuan
assessment yang tidak ditidaklanjuti
Kecil Besar T
Komitmen
Sedang Besar E
Komitmen relevan atau tidak SOP yang telah ditetapkan
Sedang Besar E
Komitmen
Tidak semua pegawai memahami SOP yang sudah diterapkan
Sedang Besar E
Komitmen bersama,
koordinasi mutu, FGD
Ka Ur TU
n personil dan organisasi
Terwujudnya budaya kerja
yang baik 1 SKP tidak tercapai Kecil Besar T
Komitmen 2 Terbatasnya pegawai
yang inovatif Sedang Medium M FGD Ka Ur TU
3
Sulitnya merubah budaya kerja yang buruk
Sedang Medium M
Komitmen
Hasil pelatihan tidak diimplementasikan secara maksimal untuk pengembangan
layanan.
Sedang Besar E
Komitmen
Sedang Besar E FGD, IHT Ka Ur TU
Terwujudnya pelayanan berbasis sistem informasi yang terintegrasi
1 Pelanggan tidak bisa
menggunakan aplikasi Kecil Medium M
Aplikasi dibuat
2 Internet yang buruk di
Fasyankes Terpencil Sedang Medium M
Edukasi secara langsung, melalui brosur
Ka Ur TU
Kurangnya SDM untuk Pengadaan SDM
BAB III
ARAH DAN PROGRAM STRATEGIS 3.1. Rumusan Pernyataan Visi, Misi dan Tata Nilai
Dalam upaya meraih tujuan utama dari LPFK Banjarbaru, maka dipandang perlu untuk menetapkan Visi, Misi, dan Tata Nilai yang akan menjadi pedoman dalam menjalankan roda organisasi. Visi ditetapkan untuk menentukan cita-cita yang hendak dicapai pada kurun waktu lima tahunan. Misi disusun untuk mendeskripsikan bentuk upaya yang harus dilaksanakan untuk mencapai visi pada kurun waktu tersebut.
Sedangkan Tata nilai dirumuskan untuk memberikan gambaran apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh anggota organisasi saat berinteraksi dengan stakeholders inti dalam merealisasikan visi LPFK Banjarbaru. Adapun Visi, Misi, dan Tata Nilai dari LPFK Banjaarbaru adalah sebagai berikut:
VISI:
“Menjadi Lembaga Pengamanan Fasilitas Kesehatan nasional yang utama dan unggul dalam layanan dan kinerja”.
MISI:
a. Menyediakan mutu layanan Pengamanan Fasilitas Kesehatan yang andal bagi masyarakat dan pemerintah.
b. Meningkatkan cakupan layanan Pengamanan Fasilitas Kesehatan dalam bidang layanan pengujian dan/atau kalibrasi serta inspeksi sarana prasarana dan alat kesehatan.
c. Membangun secara sinergis kemitraan yang saling menguntungkan dan saling mendukung.
d. Pengembangan usaha dengan tolok ukur pada peningkatan mutu layanan melalui optimalisasi SDM, sarana, prasarana, peralatan, dan pengembangan teknologi yang tepat guna untuk mencapai kepuasan pelanggan, masyarakat dan mitra kerja.
e. Meningkatkan kesejahteraan, kesehatan dan keselamatan kerja masyarakat dan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
f. Mewujudkan tata kelola intitusi yang transparan dan akuntabel.
TUJUAN
a. Meningkatkan mutu layanan melalui akreditasi laboratorium yang
Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan dan Inspeksi Sarana dan Prasarana Kesehatan.
b. Meningkatkan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang terlayani di wilayah kerja LPFK Banjarbaru.
c. Meningkatkan perjanjian kerjasama yang berkesinambungan dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan melalui MoU (Memorandum of Understanding) Layanan.
d. Meningkatkan jumlah dan jenis alat standar serta tertelusur ke Standar Internasional/Nasional melalui rekalibrasi ke badan yang terakreditasi.
e. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia melalui pelatihan di bidang manajemen dan teknis layanan laboratorium.
f. Melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala terhadap Standar Operasional Prosedur dan Dokumen Mutu Laboratorium melalui Audit Internal dan Tinjauan Manajemen
Nilai-nilai LPFK BANJARBARU yang dijadikan pedoman dalam bekerja adalah : 1. Responsif
Pegawai LPFK Banjarbaru mempunyai kesadaran akan tugas yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Kepekaan yang tajam dalam menyikapi berbagai hal yang dihadapinya dengan cepat dan kepahaman makna tanggungjawab yang harus dipikul adalah ciri utama kepribadiannya
2. Aktual
Pegawai LPFK Banjarbaru mengikuti perkembangan teknologi terbarukan dan informasi sehingga selalu update dengan hal-hal baru yang sedang berkembang dimasyarakat untuk menunjang pekerjaan.
3. Komitment
Pegawai LPFK Banjarbaru membuat perjanjian (keterikatan), baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain yang tercermin dalam tindakan/ perilaku tertentu yang dilakukan secara sukarela untuk kepentingan dan pengembangan organisasi.
4. Akurat
Pegawai LPFK Banjarbaru bekerja dan memberikan setiap informasi yang benar berdasarkan bukti bukti fakta yang memadai, serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
5. Tanggung Jawab
Pegawai LPFK Banjarbaru bertanggung jawab atas semua kegiatan dan keputusan yang dilaksanakan sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya sebagai aparatur sipil Negara.