BAB 4 HASIL dan ANALISA SIMULASI
4.2 Analisa Hasil Simulasi
4.2.1 Analisa Pengaruh Parameter Kontrol (Histeresis tetap
Pada subbagian ini, dianalisa pengaruh variasi parameter kontrol terhadap parameter handoff pada masing-masing metode handoff yang dibahas.
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 -100 -90 -80 -70 -60 -50 -40 sample ke-lev el s iny al sinyal1 sinyal2 sinyal3
1. Analisis pengaruh variansi eksponen path loss terhadap parameter Jumlah Handoff (�������������������)
Pada metode histeresis adaptif dan metode histeresis tetap, nilai eksponen path loss divariansikan dari 2-6,5dB. Pada gambar 4.2 menunjukkan kurva pengaruh nilai variansi eksponen path loss terhadap jumlah handoff untuk histeresis tetap dari 1dB-5dB dan histeresis adaptif divariansikan dari 0-20 dB berdasarkan fungsi jarak. Untuk nilai variansi eksponen path loss antara 2-5dB jumlah handoff menurun pada saat histeresis tetap dan juga pada histeresis adaptif, atau dengan kata lain jumlah handoff pada saat nilai histeresis tetap (H =1dB) lebih tinggi daripada jumlah handoff pada saat nilai histeresis tetap (H=2dB). Juga jumlah handoff pada saat nilai histeresis tetap (H=2dB) lebih besar dibandingkan dengan pada saat (H=3dB). Demikian halnya juga dengan metode histeresis adaptif, jumlah handoff pada saat nilai eksponen path loss = 2-3dB jumlah handoff yang sama, kemudian bergerak menurun seiring meningkatnya nilai eksponen path loss. Jumlah handoff pada metode histeresis tetap lebih besar dibandingkan dengan metode histeresis adaptif.
Gambar 4.2 Kurva Pengaruh Konstanta Eksponen Path loss Terhadap Jumlah Handoff (���������������������).
Data hasil simulasi untuk variansi eksponen path loss terhadap jumlah handoff dapat ditunjukkan pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Variansi Eksponen Path loss Terhadap Parameter Jumlah Handoff
Eksponen
Path loss (dB)
Histeresis Tetap (dB) Histeresis Adaptif
0-20 (dB) 1 2 3 4 5 Jumlah Handoff 2 5,40 2,33 1,43 1,20 1,13 2,27 2,5 4,03 2,00 1,37 1,23 1,13 2,27 3 3,43 1,77 1,27 1,23 1,13 2,27 3,5 2,93 1,73 1,27 1,23 1,17 2,20 4 2,53 1,70 1,27 1,27 1,13 2,13 4,5 1,63 0,57 0,13 0 0 1,80 5 0 0 0 0 0 0 5,5 0 0 0 0 0 0 6 0 0 0 0 0 0 6,5 0 0 0 0 0 0
Pada metode histeresis tetap dengan variansi nilai dari 1-5 dB dan eksponen path loss divariansikan (2, 2,5, 3, 3,5, 4, 4,5, 5, 5,5, 6, 6,5) dan metode histeresis adaptif yang divariansikan berdasarkan fungsi jarak antara 0dB - 20dB.
2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 0 1 2 3 4 5 6 7
Konstanta Eksponen Path loss (dB)
J u m la h H a n d o ff Hist.Adaptif H = 1 H = 2 H = 3 H = 4 H = 5
Pada table 4.2 diperlihatkan hubungan jumlah handoff dengan konstanta eksponen path loss. Pada nilai eksponen path loss = 2 dB jumlah handoff pada histeresis tetap dengan nilai 1dB adalah 5,40 sedangkan pada histeresis adaptif jumlah handoff adalah 2,27. Pada nilai eksponen path loss 2 – 3dB jumlah handoff pada histeresis tetap dengan nilai 5 dB adalah sama yaitu 1,13 sedangkan pada histeresis adaptif jumlah handoff adalah 2,27. Pada nilai ekponen path loss 2,5-3,5dB jumlah handoff pada histeresis tetap dengan nilai 4dB adalah sama yaitu
1,23 sedangkan pada metode hyteresis adaptif pada eksponen path loss 2,5-3,5 dB jumlah handoff nya berbeda yaitu 2,27dB , 2,27dB dan 2,20dB jumlah
handoff nya semakin menurun. Nilai histeresis tetap dari 1-5 dB pada eksponen path loss 5– 6,5dB adalah 0 itu berarti tidak terjadi handoff, pada metode hyteresis adaptif dengan eksponen path loss dari antara 5-6,5dB, jumlah handoff nya adalah 0 sama halnya dengan metode histeresis tetap. Nilai eksponen path loss dari 2-4,5dB dengan metode histeresis tetap dengan nilai 1-5dB mengalami penurunan sampai pada eksponen path loss dengan nilai 5dB, tidak terjadi handoff, sama halnya dengan metode histeresis adaptif yang dimulai dengan nilai 2,27 pada eksponen path loss bernilai 2dB jumlah handoff menurun sampai dengan eksponen path loss bernilai 4,5dB kemudian pada eksponen path loss bernilai 5-6,5dB tidak ada handoff. Dari jumlah handoff diatas maka metode yang paling baik digunakan adalah histeresis adaptif untuk mendapatkan jumlah handoff yang lebih sedikit, pada metode histeresis adaptif jumlah handoff dimulai dari 2,27 sampai 0 sedangkan pada metode histeresis tetap dengan nilai 1-5dB jumlah handoff dimulai lebih banyak dibandingkan dengan metode histeresis adaptif yaitu dari 5 menurun sampai 0. Hubungan antara variansi eksponen path loss terhadap
parameter jumlah handoff yaitu semakin banyak jumlah variansi eksponen path loss maka semakin kecil/sedikit jumlah handoff baik menggunakan metode histeresis adaptif maupun dengan menggunakan metode histeresis tetap.
2. Analisis pengaruh variansi eksponen path loss terhadap parameter Delay rata-rata (�������������) Handoff.
Pada metode histeresis adaptif dan metode histeresis tetap, nilai eksponen path loss divariansikan dari 2-6,5dB. Pada Gambar 4.3 menunjukkan hubungan pengaruh variansi eksponen path loss terhadap parameter delay rata-rata dengan nilai untuk histeresis tetap dari 1-5dB dan histeresis adaptif divariansikan dari 0-20 dB berdasarkan fungsi jarak. Untuk nilai variansi eksponen path loss antara 2-5dB jumlah delay rata-rata menurun pada saat histeresis tetap dan juga pada histeresis adaptif, atau dengan kata lain jumlah delay rata-rata pada saat nilai histeresis tetap (H=1dB) dengan nilai eksponen path loss meningkat maka jumlah delay rata-rata menurun. Juga pada saat nilai histeresis tetap (H=2dB) jumlah delay rata-rata lebih kecil dibandingkan dengan H=1dB seiring dengan bertambahnya variansi eksponen path loss, seiring semakin banyak jumlah histeresis tetap maka semakin besar jumlah delay rata-rata dan semakin meningkatnya variansi eksponen path loss mengakibatkan semakin kecil jumlah delay rata-rata baik menggunakan metode histeresis tetap juga dengan metode histeresis adaptif.
Gambar 4.3 Pengaruh Variansi Eksponen Path loss terhadap Parameter Delay Rata-rata (�������������) Handoff
Pada tabel 4.3 diperlihatkan hubungan variansi eksponen path loss terhadap pengaruh parameter delay . Pada variansi eksponen path loss dari 2dB – 6,5dB dengan menggunakan metode histeresis adaptif dan metode histeresis tetap. Pada variansi eksponen path loss dari 2-4dB dengan menggunakan metode histeresis adaptif didapat nilai jumlah delay yang hampir sama yaitu ≅ 335.53 m/s sedangkan dengan menggunakan metode histeresis tetap dengani nilai 1-5dB didapat jumlah delay yang berbeda yaitu 366,03 m/s menurun sampai 327,07 m/s. Pada eksponen path loss 5dB dengan menggunakan metode histeresis tetap dari 1-5dB didapat hasil jumlah delay handoff yang sama yaitu 114,07 m/s sedangkan pada metode histeresis adaptif jumlah delay yang dihasilkan 0 m/s. Pada eksponen path loss 5,5dB dengan menggunakan histeresis tetap dari 1-5dB didapat hasil yang sama yaitu jumlah delay =115,40 m/s sedangkan pada histeresis adaptif jumlah delay=0 m/s. Pada eksponen path loss 6dB dengan menggunakan metode
histeresis tetap dari 1-5dB didapat hasil yang sama yaitu jumlah delay = 115,80 m/s sedangkan dengan menggunakan metode histeresis adaptif jumlah
delay = 0 m/s. Pada eksponen path loss 6,5dB dengan menggunakan metode
2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450
Konstanta Eksponen Path Loss (dB)
D el ay R at a-rat a( m /s) Hist.Adaptif H = 1 H = 2 H = 3 H = 4 H = 5
histeresis tetap dari 1-5dB didapat jumlah delay yang sama yaitu 117 m/s sedangkan dengan menggunakan metode histeresis adaptif jumlah delay =0 m/s. Dari kedua metode tersebut yaitu metode histeresis adaptif didapat jumlah delay=335,53 m/s menurun sampai dengan 0 m/s lebih sedikit dibandingkan dengan metode histeresis tetap dengan nilai 1-5dB didapat 366,03 m/s menurun sampai dengan 117 m/s. Maka metode yang paling bagus digunakan adalah metode histeresis adaptif karena jumlah delay yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan metode histeresis tetap dengan nilai 1-5dB, karena semakin sedikit jumlah delay maka semakin bagus proses handoff tersebut. Hubungan antara variansi eksponen path loss terhadap jumlah delay rata-rata adalah semakin banyak variansi eksponen path loss maka semakin sedikit jumlah delay yang dihasilkan baik menggunakan metode histeresis adaptif maupun dengan menggunakan metode histeresis tetap.
Data hasil simulasi untuk variansi eksponen path loss terhadap delay rata-rata dapat ditunjukkan pada table 4.3
Tabel 4.3 Variansi Eksponen Path loss Terhadap Parameter Delay rata-rata (�������������) Handoff
Eksponen
Path loss
(dB)
Histeresis Tetap (dB) Histeresis Adaptif 0-20 (dB) 1 2 3 4 5 Delay rata-rata (m/s) 2 366,03 354,57 380,67 393,17 439,97 335,53 2,5 349,70 340,80 358,20 382,03 391,00 335,50 3 342,17 338,80 348,30 369,47 379,03 335,40 3,5 335,83 335,67 344,07 352,20 378,37 335,37 4 335,30 335,40 343,47 349,03 353,47 335,00 4,5 327,07 327,20 328,43 328,43 328,43 324,93 5 114,07 114,07 114,07 114,07 114,07 0 5,5 115,40 115,40 115,40 115,40 115,40 0 6 115,80 115,80 115,80 115,80 115,80 0 6,5 117,00 117,00 117,00 117,00 117,00 0
3. Analisis pengaruh variansi eksponen path loss terhadap parameter Sinyal Degradasi (NSD)
Pada metode histeresis adaptif dan metode histeresis tetap, nilai eksponen path loss divariansikan dari 2-6,5dB. Pada Gambar 4.4 diperlihatkan hubungan antara variansi eksponen path loss terhadap sinyal degradasi. Pada metode histeresis adaptif 1-5dB jumlah sinyal degradasi yaitu jumlah sinyal dibawah sinyal minimum adalah 0dB sama halnya dengan histeresis adaptif, sedangkan pada peningkatan variansi eksponen path loss dari 4,5-6,5dB jumlah sinyal degradasi meningkat seiring dengan bertambah besarnya variansi eksponen path loss sama halnya dengan metode histeresis adaptif, jumlah sinyal degradasi semakin meningkat seiring dengan meningkatnya variansi eksponen path loss. Maka semakin besar variansi eksponen path loss mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah sinyal degradasi sehingga banyak level sinyal yang berada dibawah level sinyal minimum.
Gambar 4.4 Pengaruh Variansi Eksponen Path loss terhadap Parameter Sinyal Degradasi (NSD). 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 10-4 10-3 10-2 10-1 100
Konstanta Eksponen Path loss (dB)
S in yal D eg rad asi Hist.Adaptif H = 1 H = 2 H = 3 H = 4 H = 5
Pada table 4.4 diperlihatkan hubungan antara variansi eksponen path loss terhadap sinyal degradasi. Pada variansi eksponen path loss dengan nilai 2-4dB nilai yang dihasilkan sama ,baik dengan menggunakan metode histeresis adaptif maupun dengan menggunakan metode histeresis tetap sinyal degradasi nya yaitu 0 dB. Pada eksponen path loss dengan nilai 4,5dB jumlah sinyal degradasi dengan menggunakan metode histeresis tetap dengan nilai 1-5dB adalah sama yaitu 0,002 dB sedangkan dengan menggunakan metode histeresis adaptif jumlah sinyal degradasi lebih sedikit yaitu 0,003 dB. Pada eksponen path loss dengan nilai 5dB menggunakan metode histeresis tetap dengan nilai 1-5dB jumlah sinyal degradasi yang dihasilkan adalah sama yaitu 0,272dB sedangkan dengan menggunakan metode histeresis adaptif jumlah sinyal degradasi sedikit lebih banyak yaitu 0,372dB. Pada eksponen path loss dengan nilai 5,5dB menggunakan metode histeresis tetap dengan nilai 1-5dB jumlah sinyal degradasi yang dihasilkan adalah sama yaitu 0,420dB sedangkan dengan menggunakan metode histeresis adaptif jumlah sinyal degradasi sedikit lebih besar yaitu 0,500dB. Pada eksponen path loss dengan nilai 6dB menggunakan metode histeresis tetap dengan nilai 1-5dB jumlah sinyal degradasi yang dihasilkan adalah sama yaitu 0,587dB sedangkan dengan menggunakan metode histeresis adaptif jumlah sinyal yang dihasilkan adalah 0,500dB. Pada eksponen path loss dengan nilai 6,5dB menggunakan metode histeresis tetap dengan nilai 1-5dB jumlah sinyal degradasi yang dihasilkan adalah sama yaitu 0,696dB sedangkan dengan menggunakan metode histeresis adaptif jumlah sinyal degradasi yang dihasilkan adalah sama seperti eksponen path loss dengan nilai 5,5dB yaitu 0,500dB. Pada variansi eksponen path loss dengan nilai 5,5-6,5dB dengan menggunakan metode
histeresis tetap dengan nilai 1-5dB jumlah sinyal degradasi semakin meningkat seiring bertambah banyaknya variansi eksponen path loss yaitu dari 0,272dB sampai dengan 0,696dB sedangkan dengan menggunakan metode histeresis adaptif jumlah sinyal degradasi tetap/sama tidak berubah seiring dengan semakin bertambah banyaknya variansi eksponen path loss yaitu 0,5000dB. Hubungan antara variansi eksponen path loss terhadap jumlah sinyal degradasi adalah semakin banyaknya variansi eksponen path loss maka semakin besar pula jumlah sinyal degradasi, hal ini akan mengakibatkan semakin banyak jumlah sinyal rata-rata yang dibawah sinyal minimum sehingga kualitas sinyal tersebut semakin buruk.
Pada penggunaan metode histeresis adaptif dan histeresis tetap maka metode yang paling baik digunakan adalah metode histeresis adaptif karena menghasilkan jumlah sinyal degradasi lebih sedikit dibandingkan dengan metode histeresis tetap.
Data hasil simulasi untuk variansi eksponen path loss terhadap sinyal degradasi dapat ditunjukkan pada table 4.4
Tabel 4.4 Variansi Eksponen Path loss Terhadap Parameter Sinyal Degradasi (NSD).
Eksponen
Path loss (dB)
Histeresis Tetap (dB) Histeresis
Adaptif 0-20(dB) 1 2 3 4 5 Sinyal Degradasi 2 0 0 0 0 0 0 2,5 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 3,5 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 4,5 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,003 5 0,272 0,272 0,272 0,272 0,272 0,372 5,5 0,420 0,420 0,420 0,420 0,420 0,500 6 0,587 0,587 0,587 0,587 0,587 0,500 6,5 0,696 0,696 0,696 0,696 0,696 0,500