• Tidak ada hasil yang ditemukan

Grafik HS Trafik MDN596W

KESIMPULAN DAN SARAN

2.3 WCDMA Carrier

WCDMA menggunakan sistem DS-CDMA (Direct Squence

CDMA).Teknologi ini memungkinkan pengaksesan jamak menggunakan spread

spectrum, seperti terlihat pada Gambar 2.5, apabila bit yang dikirimkan semakin

informasi yang digunakan oleh user disebar di bandwidthyang lebar dengan mengalikan bit-bit informasi tersebut denganbit quasi random yang dinamakan

chip.Presentasi seberapa besar jumlah data yang disebar disebut dengan chip rate. Ratio chip rate dengan simbol spreading factor (SF). Setiap pengguna mobile phone 3G atau yang disebut UE (user equipment) menggunakan spreading code

yang sama dengan spreading code pada sisi pengirim dan dilakukan korelasi agar bit-bit informasi dapat diterjemahkan disisi UE. Chip rate sebesar 3.84 Mcps (megachip per second) dilewatkan pada carrier sebesar 5 MHz.

Bit Informasi Bit informasi yang

lebih banyak spreading bandwidth Si gn al p ow er

Power sinyal yang dibutuhkan untuk mentransmisikan bit informasi tergantung dari besarnya bandwidth

Proses spreading bit informasi pada bandwidth lebar dapat mengurangi sinyal power yang dibutuhkan Apabila bit yang dikirimkan semakin banyak,

sinyal power yang dibuutuhkan makin tinggi pula

Gambar 2.5 Hubungan antara sinyal informasi, sinyal power dan bandwidth Semua pengguna di WCDMA dapat dialokasikan pada frekuensi dan

timeframe yang sama tetapi hanya dibedakan dengan kode sehingga hasilnya

interferensi dapat dikurangi. 2.4 Arsitektur 3G UMTS

Pada prinsipnya transmisi interface radio pada UMTS berbeda dengan GSM tahap 2,5G(W-CDMA sebagai pengganti TDMA/FDMA).Oleh karena itu,

diperkenalkan UTRAN (UMTS Terrestrial Radio Access Network) sebagai RAN (Radio Access Network) yang baru dalam UMTS. Arsitektur jaringan Sistem selular 2G dan 3Gdapat dilihat pada Gambar 2.6. Jaringan arsitektur UMTS digambarkan sepertiGambar 2.6 , dimana menggunakan air interface WCDMA dan merupakan evolusi atau perkembangan dari jaringan inti GSM.

Gambar 2.6 Arsitektur Sistem selular 2G dan 3G 2.4.1 UTRAN

UTRAN (UMTS Terrestrial Radio Access Network) UTRAN terdiri dari satu atau lebih Radio Network System (RNS), dimana RNS tersebut terdiri darisebuah pengendali jaringan radio yang disebut dengan Radio Network

Controller (RNC), beberapa node B (UMTS Base Station) dan User Equipment.

UTRAN terhubung pada bagian Core Network (CN) melalui Interface Iu dan menggunakan Interface Iub untuk mengontrol node B. Sedangkan Interface Iur

yang menhubungkan antar RNC berfungsi untuk mengatur terjadinya soft

handover diantara RNC tersebut.

RNC berfungsi untuk mengendalikan sumber-sumber radio dari beberapa

node B, fungsinya serupa dengan BSC di GSM. RNC juga berperan penting untuk

mengontrol radio resources UTRAN, seperti power control (PC) atau handover

control (HC), dimana sebagiandiantaranya terdapat pada bagian RNC.

BS di UMTS disebut dengan node B. Node B pada jaringan ini sama seperti pada GSM Base Station (BS/BS), merupakan unit untuk sistem pengiriman dan penerimaan radio dari sel. Node B menunjukkan proses dari air interface yang digunakan (WCDMA), meliputi channel coding, interleaving, rate adaptation, dan spreading. Node B juga memungkinkan terjadinya softer handovers dan

power control.Ikatan antara RNC dan node B disebut dengan Radio Network Subsystem (RNS), yang memiliki interface Iub. Tidak seperti ekuivalennya, yakni interface Abis dalam GSM, interface Iub memiliki standar yang terbuka sehingga

dimungkinkan masing-masing node B dan RNC dibuat oleh pabrik yang berbeda. Jika dalam GSM tidak ada hubungan antar BSC, dalam UMTS yang disebut dengan UTRAN justru sebaliknya. RNC satu dihubung dengan RNC lainnya melalui interface Iur. UTRAN dihubungkan ke jaringan inti melalui interface Iu.

Perangkatpelanggan adalah UE yang terdiri dari mobile equipment (ME) UMTS subscriber identity module (USIM). UTRAN berhubung dengan CN melalui interface Iu yang terdiri dari interface Iu-CS yang mendukung layanan

circuit-switch, dan interface Iu-PS yang mendukung layanan packet –switch. Interface Iu-CS menghubungkan RNS ke MSC dan memiliki kesamaan dengan interface A GSM. Interface Iu-PS menghubungkan RNC ke SGSN dan memiliki

analog dengan interface Gb GPRS. Dalam 3GPP Rel. 1999, seluruh interface pada UTRAN, sebagaimana interface antara UTRAN dan CN, menggunakan

Asyncronous Transfer Mode (ATM) sebagai mekanisme transport.

2.4.2 RNC

RNC yang mengontrol node B dibawahnya disebut dengan CRNC (Controlling RNC).CRNC bertanggungjawab memanajemen sumber radio yang tersedia pada node B yang mendukung.RNC yang menghubungkan UE dengan CN disebut SRNC (Serving RNC). Selama UE beroperasi, SRNC mengontrol sumber radio yang digunakan oleh UE dan mengakhiri interface Iuke dan dari CN untuk layanan yang digunakan oleh UE.

UTRAN mendukung soft handover, terjadi antara node B yang dikontrol oleh RNC yang berbeda.Selama dan setelah soft handover antara RNC, kemungkinan ditemukan situasi dimana UE berhubungan dengan node B yang dikontrol oleh RNC tetapi bukan SRNC.RNC yang demikian disebut DRNC (Drift RNC).

Apabila UE berpindah dan berpindah lagi dari node B yang dikontrol oleh SRNC, hal ini menyebabkan SRNC tidak mampu mengontrol pergerakan UE sendirian, sehingga memungkinkan UTRAN memutuskan mengalihkan pengontrolan hubungan ke RNC yang lain. Kemudian disebut dengan Serving RNS (SRNS) relocation.

2.4.3 Node B

Node B adalah unit fisik untuk mengirim atau menerima frekuensi pada

sel. Node B tunggal dapat mendukung baik mode FDD maupun TDD dan dapat

radio Uu dan berhubungan dengan RNC melalui interface Iub ATM. Tugas utama node B adalah mengkonversi data interface Iub dan Uu, termasuk forward error correction (FEC). WCDMA Spreading/dispreading dan modulasi QPSK pada interface radio.Node B mengukur kualitas dan kekuatan hubungan dan

menentukan Frame Error Rate (FER), transmisi data ke RNC sebagai laporan pengukuran pada handover dan penggabungan macro diversity. Node B juga bertanggung jawab pada FDD softer handover .penggabunganmicro diversity diruang bebas untuk mengurangi kebutuhan kapasitas transmisi tambahan pada Iub. Node B juga melibatkan kontrol daya, seperti node B memungkinkan UEuntuk mengatur dayanya menggunakan perintah downlink (DL) TPC (Transmisi power control) melalui closed/inner-lop power control berdasarkan informasi uplink (UL) TPC.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Permintaan akan layanan berbasis paket data dari tahun ke tahun mengalami suatu peningkatan yang pesat. Menanggapi hal ini, para penyedia jaringan terus berusaha untuk meningkatkan kemampuan pada jaringannya.Salah satunya dengan menerapkan teknologi HSDPA (High Speed Downlink Packet

Access) yang direkomendasikan oleh Third Generation Partnership Project

(3GPP). Untuk implementasi teknologi 3G ini pemerintah Indonesia mengalokasikan frekuensi band (Uplink 1920 - 1980 & Downlink 2110 - 2170

MHz). Dimana dari frekuensi yang sudah dialokasikan pemerintah sudah ada lima operator3G yang sudah memiliki lisensi atau ijin untuk mengelar jaringan 3G.

Dengan melihat perkembangan kebutuhan pelanggan akan data semakin meningkat, maka sepertinya kebutuhan PS99 dan HSDPA juga semakin bertambah. Sebagai gambaran saat ini jenis trafik yang mampu ditangani oleh WCDMA ada dua jenis R99 (PS dan CS) dan HSDPA yang semuanya hanya ditangani oleh satu carrier. Dengan menggunakan satucarrier ini berakibat menurunnya kapasitas sel dan kualitas sinyal.

Dengan alasan seperti diatas maka perlu adanya tambahan carrier atau

second carrier yang berfungsi membagi jenis trafik sehingga carrier yang kedua

dikhususkan untuk pelanggan HSDPA saja, adapun kelebihan dengan menggunakan second carrier adalah sebagai berikut :

1. Code Capacity Improvment, dengan menggunakan second carrier maka

kode HSDPA bisa digunakan sepenuhnya 10 sampai 15 kode tanpa perlu membagi dengan R99 Trafik.

2. DL Power Capacity Improvment, Dengan second carrier maka daya

semakin besar sehingga throughput juga semakin besar.

3. Interference Improvment, Dengan menggunakan second carrier tidak

berimpak pada kualitas carrier yang lain.

Hal inilah yang menjadi alasan mengapa perlu adanya implementasi

second carrier, setidaknya dengan impelementasi second carrier kualitas lebih

baik daripada hanya menggunakan single carrier.

Dokumen terkait