• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA POTENSI PERKEMBANGAN WILAYAH KOTA BIMA

Tujuan penataan ruang wilayah Kota Bima tidak terlepas dari tujuan penataan ruang nasional dan wilayah propinsi. Adapun tujuan umum penataan ruang wilayah Kota Bima adalah untuk mewujudkan ruang wilayah kota yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan dalam rangka mendorong perkembangan wilayah kota sebagai kawasan pengembangan perdagangan dan jasa, serta pendidikan.

Disamping tujuan umum tersebut, penataan ruang wilayah Kota Bima juga memiliki beberapa tujuan khusus yaitu :

1. Mendorong pertumbuhan Kota Bima sebagai pusat kegiatan wilayah di bagian timur Pulau Sumbawa melalui pengalokasian ruang secara efektif dan efisien bagi kegiatan perdagangan dan jasa, pendidikan, pariwisata dan industri.

2. Menciptakan keseimbangan alokasi pola ruang untuk peningkatan pelayanan perkotaan melalui penyediaan sarana dan prasarana wilayah yang baik dan berwawasan lingkungan.

3. Menetapkan pengelolaan kawasan lindung dan pengembangan kawasan budidaya yang dapat menjamin keberlanjutan lingkungan perkotaan yang sehat dan pemanfaatan sumber daya alam perkotaan yang terkendali.

27 4. Menetapkan kawasan-kawasan strategis kota yang mampu menjamin berlangsungnya fungsi lindung terhadap lingkungan maupun kawasan yang dapat menjadi mesin penggerak laju pertumbuhan ekonomi wilayah

5. Merumuskan arahan pemanfaatan ruang maupun ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang yang dapat dijadikan pedoman bagi seluruh stakeholder pembangunan di Kota Bima dalam memanfaatkan potensi ruang dan lahan yang ada.

Rumusan tujuan tersebut diatas berangkat dari potensi dan perkembangan Kota Bima yang secara historis berawal dari pusat Kesultanan Bima dan pusat perdagangan dan jasa skala Nasional dan Internasional. Kemudian berkembang menjadi pusat kegiatan pemerintahan dan pelayanan umum. Dengan tingkat aksesibilitas yang cukup tinggi dan ditunjang ketersediaan moda transportasi, menjadikan Kota Bima merupakan pusat koleksi distribusi barang, jasa, dan penduduk di Bagian Timur Propinsi NTB.

Dalam rangka mewujudkan tujuan penataan ruang, kebijakan penataan ruang wilayah kota meliputi:

 Penetapan dan pengembangan pusat-pusat pelayanan kota secara merata sesuai dengan hirarki pelayanannya.

 Pengembangan sistem jaringan dan infrastruktur lintas wilayah dalam sistem perkotaan wilayah kota, wilayah provinsi, dan nasional;

 Peningkatan kualitas pelayanan sistem jaringan transportasi untuk meningkatkan aksesibilitas wilayah serta fungsi dan keterkaitan antar pusat pelayanan secara optimal;

 Pengembangan kualitas dan jangkuan pelayanan sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, sistem prasarana penyediaan air minum kota, sistem pengelolaan air limbah kota, sistem persampahan kota, sistem drainase kota, penyediaan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki, dan jalur evakuasi bencana.

 Pelestarian fungsi lingkungan hidup secara berkesinambungan dan mendukung perkembangan wilayah kota

28  Pencegahan dampak negatif yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan

hidup akibat dari pemanfaatan ruang

 Penetapan kawasan ruang terbuka hijau minimal 30 % (tiga puluh persen) dari luas wilayah kota;

 Perlindungan kawasan cagar budaya dan aktivitas yang memiliki nilai histroris dan spiritual;

 Pengembangan mitigasi dan adaptasi kawasan rawan bencana.

 pengembangan kawasan permukiman, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan perkantoran, kawasan industri, kawasan pariwisata, kawasan ruang terbuka non hijau, kawasan ruang dan jalur evakuasi bencana, kawasan sektor informal, kawasan pendidikan, kawasan kesehatan, kawasan peribadatan, kawasan pertahanan dan keamanan, kawasan pertanian, kawasan perikanan, dan kawasan pertambangan;

 Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan;dan

 Pengembangan keterpaduan pengelolaan kawasan strategis nasional dan kawasan strategis provinsi di wilayah kota;

29 Tabel 4.1. Perbandingan Luas lahan di Kota Bima (sumber:Bappeda, Kota Bima) Berdasarkan Tabel 3.3 terdapat perubahan luas lahan pada Kota Bima (di 3 kecamatan) sejak tahun 2009, sebagian besar wilayah masih berupa lahan kosong/perkebunan dan belum banyak dilakukan pembangunan infrastruktur publik. Dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2013, telah terjadi dinamika sistem dimana wilayah lahan kosong/perkebunan menjadi berkurang dan terjadi banyak pembangunan. Di Rasanae Barat karena notabene menjadi daerah yang paling dekat dengan pusat kota, maka pembangunan lumayan pesat. Berbagai infrastruktur mulai dibangun oleh pemerintah di beberapa lokasi tersebar di kecamatan tersebut. Kota Bima merupakan simpul utama kegiatan di Provinsi Nusa Tenggara Barat karena merupakan jalur distribusi dan outlet dari dan ke kabupaten/kota dan Provinsi Nusa Tenggara Barat dari berbagai daerah di Nusa Tenggara Timur (NTT). Ketersediaan infrastruktur yang memadai akan memiliki pengaruh positif terhadap tingkat daya saing daerah. Berikut ini diuraikan fasilitas wilayah/infrastruktur yang mendorong pertumbuhan wilayah sekaligus sebagai pendorong tumbuhnya perekonomian masyarakat Kota Bima. Selanjutnya berdasarkan RTRW Propinsi NTB Tahun 2010-2030, Kota Bima (Raba Bima) sebagai simpul transportasi regional

30 dan nasional di Pulau Sumbawa bagian timur ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dengan fungsi pelayanan utama yaitu:

1. Pusat pengembangan perdagangan dan jasa skala regional 2. Simpul transportasi laut Pulau Sumbawa bagian timur 3. Daerah tujuan wisata budaya dan bahari

4. Pusat pengembangan industri perikanan

Dengan fungsi dan peran tersebut diatas serta dikaitkan dengan potensi distribusi dan koleksi barang dan jasa skala nasional dan secara jalur transportasi darat lintas nusa tengara, maka penetapan pusat-pusat pelayanan di Kota Bima dan system perkotaannya diarahkan untuk meningkatkan fungsi wilayah kota sebagai pusat perdagangan dan jasa, pendidikan, pariwisata, dan industri.

Gambar 4.1. Peta Kota Bima (sumber:Google Earth) 4.3.1. Infrastruktur Jaringan Transportasi

Sistem jaringan transportasi secara umum harus memperhatikan tiga aspek yaitu: sistem kegiatan sebagai demand (permintaan) terhadap kebutuhan pelayanan jasa transportasi sesuai dengan fungsi kegiatan, sistem jaringan sebagai supply (penyediaan) untuk memenuhi kebutuhan prasarna dan sarana transportasi, dan sistem pergerakan sebagai akibat adanya interaksi antara pergerakan orang dan barang dalam suatu sistem jaringan transportasi (ship follow trade or trade follow ship). Oleh karena itu maka inti

31 dari pengembangan system jaringan transportasi adalah untuk memperlancar pergerakan penduduk baik intra wilayah Kota Bima maupun antar wilayah regional.

Berdasarkan konsepsi dasar tersebut, rencana pengembangannya bertujuan untuk:

a. Menciptakan aksesibilitas dan mobilitas yang sesuai untuk pertumbuhan aktivitas;

b. Meningkatkan kemudahan pergerakan antarlokasi;

c. Menyediakan kegiatan transportasi yang murah, aman, nyaman, dan cepat dengan menata sistem transportasi angkutan umum;

d. Meningkatkan fungsi sarana transportasi yang ada dengan memperbaiki dan melengkapi prasarana dan sarana pendukungnya. 1. Pengembangan Sistem Jaringan Jalan

Sistem jaringan jalan di Kota Bima ditentukan berdasarkan hirarki fungsi jaringan jalan, yaitu:

a. Pengembangan Sistem Jaringan Jalan Arteri Primer

Sistem jaringan jalan arteri primer berfungsi menghubungkan secara menerus antar daerah satu dengan yang lain dan mengakibatkan aksesibilitas wilayah serta fungsi dan keterkaitan antar pusat pelayanan bisa optimal.

b. Pengembangan Sistem Jaringan Jalan Kolektor Primer

Sistem jaringan jalan kolektor primer berfungsi menghubungkan secara menerus PKW, Pusat Pelayanan Kota , sampai ke Pusat Pelayanan Lingkungan, serta menghubungkan antar-Sub Pusat Kota yang memiliki ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

c. Pengembangan Sistem Jaringan Jalan Kolektor Sekunder

Sistem jaringan jalan arteri sekunder yang merupakan jalan provinsi, dan berfungsi menghubungkan secara menerus kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder dan seterusnya sampai ke persil yang

32 memiliki ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

d. Pengembangan Sistem Jaringan Jalan Lokal Primer dan Jalan Lingkungan

Pengembangan sistem jaringan jalan Kota Bima direncanakan dengan pola jangka panjang hingga Tahun 2031, yaitu:

 Mengembangkan jaringan jalan yang berfungsi untuk meningkatkan aksesibilitas antara kawasan;

 Mengembangkan jaringan jalan akses yang berfungsi untuk mendistribusikan pergerakan ekternal dan melintas ke jaringan jalan lingkar;

 Merestrukturisasi pola jalan utama kota dengan pola grid yang disesuaikan dengan morfologi kota;

 Meningkatkan dan/atau membangun jaringan jalan yang berfungsi kolektor primer dan kolektor sekunder untuk meningkatkan aksesibilitas antara Pusat Pelayanan dengan Sub Pusat Pelayanan dan Pusat Lingkungan, serta kawasan hinterland (Kabupaten Bima). 2. Pengembangan Jembatan

Pengembangan jembatan direncanakan bersamaan dengan pengembangan jaringan jalan dan pengembangan kawasan baru untuk mempermudah akses pada daerah yang dialiri oleh aliran sungai. Lokasi-lokasi pembangunan ada di titik-titik strategis wilayah kota yang memiliki akses mobilitas penduduknya tinggi.

33 .

Gambar 4.2. Peta tata ruang Kota Bima (sumber:Bappeda Kota Bima, 2013) 3. Pengembangan terminal

Meliputi :

- Merelokasi terminal dengan membangun terminal AKAP Type A. Relokasi terminal AKAP ini dilakukan mengingat luas dan kondisi terminal AKAP yang ada sekarang sudah tidak mampu menampung arus sirkulasi kendaraan dan penumpang yang ada. - revitalisasi dan pengembangan Terminal untuk mendukung

pengembangan wilayah kota bagian Utara.

- merelokasi terminal C untuk mendukung pengembangan wilayah kota bagian Timur.

Dokumen terkait