• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lampiran 1. Format Proposal

E. PERFORMANCE INDIKATOR F. DAFTAR PUSTAKA

I. PROFIL LEMBAGA PENGAJU PROPOSAL

5.2. ANALISA SOSIAL (SOCIAL ASSESSMENT) 1. Tujuan dan Kegunaan

Keterkaitan antara kegiatan manusia dan ekosistem terumbu karang sangat penting. Hal tersebut dikarenakan kondisi karang dipengaruhi tidak hanya oleh kegiatan manusia, tetapi juga juga mata pencaharian dan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di wilayah pantai bergantung pada sumber daya laut termasuk didalamnya terumbu karang. Bagaimana manusia memanfaatkan dan menggunakan terumbu karang dan ekosistemnya berkaitan dengan latar belakang sosial-ekonominya. Mengetahui latar belakang sosial-ekonomi dari stakeholders penting untuk membuat prediksi dan membuat perencanaan pengelolaannya. Dengan demikian dalam program COREMAP, khususnya yang berkaitan dengan komponen perencanaaan pengelolaan terumbu karang, studi analisa sosial diperlukann utamanya untuk memberikan sosial agenda dan perspektif sosial dalam perencanaan, implementasi dan pemantauan program agar supaya COREMAP dapat berjalan dengan baik.

Analisa social dalam COREMAP bertujuan untuk:

• mengumpulkan data dasar yang relevan untuk menjadi masukan bagi evaluasi program COREMAP,

• mengidentifikasi stakeholders dan menganalisa kegiatan-kegiatan stakeholders yang mengancam kelestarian terumbu karang maupun yang berpotensi untuk mengelola,

• mengidentifikasi dan memahami apa yang menjadi kebutuhan penduduk setempat (need assessment) yang meliputi apa yang dibutuhkan, apa yang menjadi kepedulian serta perubahan-perubahan yang dirasa penting oleh penduduk, mengantisipasi konflik-konflik yang mungkin timbul sebagai akibat adanya usaha konservasi dan pengelolaan terumbu karang,

• menetapkan faktor-faktor sosial yang relevan, serta menganalisanya kemudian memperhitungkannya dalam perencanaaan pengelolaan terumbu karang dan program COREMAP.

Buku pedoman ini penting untuk membantu pengelola terumbu karang mengetahui dan memahami langkah-langkah dalam melakukan social assessment (analisa sosial) dan memberikan panduan bagaimana melakukan studi analisa sosial.

5.2. 2. Metode Pengumpulan Data

Selain data dari lapangan, social assessment memerlukan pula pengumpulan data sekunder yang meliputi data statistik yang ada, laporan penelitian yang sudah dipublikasikan, berbagai macam dokumentasi, berbagai macam peta, data-data dan dokumentasi sejarah dan data web yang sudah ada. Semua data sekunder tersebut diperlukan antara lain untuk mendukung data lapangan yang akan dikumpulkan. Di samping itu dengan terlebih dahulu mengumpulkan data sekunder yang sudah ada, tidak mengulangi hal sama yang pernah dilakukan oleh orang lain. Berbagai macam data sekunder tersebut dikompilasi, direview dan dievaluasi.

Sementara itu, data lapangan dapat dikumpulkan melalui berbagai tehnik pengumpulan data, antara lain dengan observasi, wawancara mendalam, focus group discussion (FGD) dan survei. Selain itu pengumpulan data dapat pula dilakukan dengan berbagai metode pengumpulan data kualitatif seperti maps, historical transect, dan diagram Venn.

Observasi, merupakan diskripsi secara kualitatif apa yang peneliti lihat dan amati di daerah penelitian. Observasi penting karena dengan melakukan observasi peneliti bisa dengan cepat mengetahui apa saja aktivitas masyarakat berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya laut. Wawancara mendalam dilakukan dengan

menggunakan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Dengan melakukan wawancara mendalam keuntungan yang dapat diperoleh adalah peneliti bisa menggali lebih dalam jawaban-jawaban responden sekaligus melakukan chek dan re-chek jawaban yang di dapat. Sementara itu FGD adalah salah satu tehnik pengumpulan data kualitatif dengan mewawancarai sekitar empat sampai 10 orang yang sebaiknya mempunyai latar belakang yang sama. Seperti juga wawancara mendalam, FGD dilakukan berdasarkan pedoman wawancara yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Keuntungan dari tehnik ini adalah selain dapat menggali lebih dalam semua informasi juga memungkinkan adanya tukar informasi melalui interaksi diantara keduanya. Survei dilakukan dengan kuestioner berstruktur yang telah dipersiapkan Biasanya kuestioner ini didesain dengan jawaban-jawaban yang sudah tersedia (memilih) atau mengisinya dengan jawaban yang singkat.

5.2.3. Pengolahan dan Analisa Data

Ada beberapa langkah untuk melakukan pengolahan sekaligus analisa data, yaitu: • Pemilahan data/informasi (Compile the data and information)

Informasi dan data yang diperoleh dari berbagai stakeholders di kumpulkan, direview dan disintesakan. Dalam hal ini termasuk berbagai catatan lapangan (fields note) dari semua tim peneliti dikumpulkan kemudian dipilah-pilah sesuai dengan topik-topik yang relevan.

• Penyiapan dan pengolahan data kuantitative

Dari data kuantitative yang diperoleh melalui survei dilakukan pengolahan data dengan menggunakan SPSS. Dari hasil SPSS dapat dikembangkan lagi dalam bentuk table-tabel yang sudah ditabulasikan antar variabel sesuai dengan rencana analisa yang akan dilakukan.

• Melakukan workshop untuk analisa data

Semua tim peneliti melakukan workshop untuk merencanakan mekanisme analisis dan finalisasi dari temuan-temuan lapangan. Dalam workshop ini semua peneliti bisa saling tukar data dan informasi temuan-temuan lapangan. Selain itu, dilakukan pula

diskusi menyangkut temuan lapangan dikaitkan dengan rencana penulisan laporan yang sudah didesain.

• Penulisan draft laporan

5.2.4. Outline Panduan Analisa Sosial

Secara garis besar panduan/instrumen studi analisa social ini terdiri dari 5 aspek, yaitu:

1. Setting daerah: untuk mengetahui keadan daerah secara umum seperti keadaan geografi, potensi sumber daya alam, potensi ekonomi, potensi pariwisata, kelembagaan ekonomi dan social, sarana dan prasarana serta kebijakan-kebijakan pemerintah yang sudah ada di daerah penelitian.

2. Desain Studfi KAP (Knowledge, Attitude dan Praktek) COREMAP, utamanya bertujuan untuk mengentahui pengetahuan dan sikap atau pandangan masyarakat (termasuk takeholders) terhadap pengelolaaan terumbu karang beserta ekosistemnya, khsusunya manfaat terumbu karang, tehnologi yang merusak dan peraturan-peraturan/sanksi yang berkaitan dengan pengelolaan dan pemanfaatan terumbu karang.

3. Desain studi aspek social-demografi yang terdiri dari tiga data set. Pertama, pengumpulan data kuantitatif dengan sumber data dari data sekunder dan primer. Kedua, Pengumpulan data primer mengunalan daftar pertanyaan (kuestioner berstruktur) dan ketiga, pengumpulan data kualitatif dengan menggunakan metode observasi, wawancara mendalam, focus group discussion.

4. Desain studi aspek sosial-ekonomi. Pengumpulan data terutama menggunakan metode kualitatif, wawancara mendalam untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh dan terperinci mengenai pemanfaatan sumber daya laut (SDL), khususnya terumbu karang dari masing-masing jenis usaha secara spesifik, mulai dari modal usaha, produksi, baiaya, pengelolaan pasca panen, pemasaran dan penadapatan. Di samping itu, pemanfatan SDL, pengumpulan data juga dimaksudkan untuk mengetahui potensi-potensi ekoanomi lainnya,

seperti alternatif kegiatan yang secara ekonomi dan ekologi memungkinkan.

5. Desain studi sosial-budaya. Pengumpulan data dilakukan dengan metode kualitati. Tujuan utama dari studi ini adalah untuk memetakan system pengetahuan local ekosistem terumbu karang dan SDL, mengidentifikasi perilaku budaya stakeholders yang berkaitan dengan pemanfatan SDL, termasuk terumbu karang.

6. TRAINING

Salah satu tugas dari Bidang Training CRITC adalah merencanakan training yang dibutuhkan. Adapun alur proses pelaksanaan training adalah sebagai berikut :

1. Masing-masing lokasi (CRITC Nasional dan Daerah) mengidentifikasikan judul-judul training yang dibutuhkan.

2. Judul training yang diusulkan dibahas dalam suatu workshop yang dilakukan secara periodic. Hal-hal yang dilakukan pada saat workshop :

- persentasi judul training oleh masing-masing lokasi - menggabungkan jenis training yang sama

- membuat skala prioritas dari judul-judul yang telah terkumpul. Jenis training yang melibatkan peserta dari seluruh lokasi diutamakan.

- Memilih pelaksana training. Mereka yang terpilih bertanggung jawab penuh atas pembuatan proposal, TOR, pelaksanaan training dan pelaporan.

- Pembuatan proposal, TOR dan sebagainya mengacu pada buku “Petunjuk Pelatihan (Unit Koordinasi Pelatihan) Training Manual (Training Coordination Unit) 2002, COREMAP

3. Hasil workshop disampaikan kepada Training Coordination Unit (TCU) untuk memperoleh pendanaan.

CRITC NASIONAL

JUDUL TRAINING

W ORKSHOP

DIAJUKAN KE PENYANDANG DANA CRITC DAERAH

1. PRESENTASI 2. PRIORITAS JUDUL 3. PELAKSANA TRAINING

Dokumen terkait