• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN

5.6. Analisa Statistik

5.6.1. Distribusi Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Umur

Tabel 5.6. Distribusi Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Umur Balita Penderita Pneumonia Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Sari Umum Mutiara Medan Tahun 2006-2007

Umur Lama Rawatan Rata-Rata

Penderita N X SD

a. < 2 Bulan 14 5,86 3,86

b. 2 Bulan - < 1 Tahun 88 4,94 2,35

C. 1 Tahun - < 5 Tahun 140 5,69 2,41

F= 2,671 df = 2 p =0,071

Dari tabel 5.6 dapat diketahui bahwa balita penderita pneumonia umur < 2 bulan dengan lama rawatan rata-rata 5,86 hari yaitu sebanyak 14 orang, umur 2 bulan - < 1 tahun dengan lama rawatan rata-rata 4,94 hari yaitu sebanyak 88 orang dan umur 1 tahun - < 5 tahun dengan lama rawatan rata-rata 5,69 hari yaitu sebanyak 140 orang.

Berdasarkan uji statistik anova diperoleh p = 0,071 (p > 0,05) artinya secara statistik tidak ada perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan umur.

5.6.2. Distribusi Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Status Gizi

Tabel 5.7. Distribusi Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Status Gizi Balita Penderita Pneumonia Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2006-2007

Status Lama Rawatan Rata-Rata

Gizi N X SD a. Gizi Lebih 20 3,95 2,09 b. Gizi Baik 153 5,41 2,39 c. Gizi Kurang 58 5,48 2,05 d. Gizi Buruk 11 8,09 4,46 F = 6,951 df = 3 p = 0.000

Dari tabel 5.7 dapat diketahui bahwa balita penderita pneumonia dengan status gizi lebih sebanyak 20 orang dengan lama rawatan rata-rata yaitu 3,95 hari, status gizi baik sebanyak 153 orang dengan lama rawatan rata-rata yaitu 5,41 hari, status gizi kurang sebanyak 58 orang dengan lama rawatan rata-rata yaitu 5,48 hari, dan status gizi buruk sebanyak 11 orang dengan lama rawatan rata-rata yaitu 8,09 hari.

Berdasarkan uji statistik anova diperoleh p = 0,000 (p < 0,05) artinya secara statistik ada perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan status gizi yaitu bahwa semakin buruk status gizi balita penderita pneumonia maka rawatan rata-ratanya semakin lama.

5.6.3. Distribusi Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Derajat Pneumonia

Tabel 5.8. Distribusi Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Derajat Pneumonia Balita Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2006-2007

Derajat Lama Rawatan Rata-Rata

Pneumonia N X SD

a. Pneumonia 207 5,51 2,42

b. Pneumonia Berat 35 4,97 2,95

F = 2,846 df = 1 p = 0,093

Dari Tabel 5.8 dapat diketahui bahwa balita penderita pneumonia yang tergolong pneumonia sebanyak 207 orang dengan lama rawatan rata-rata yaitu 5,51 hari kemudian yang tergolong pneumonia berat ada sebanyak 35 orang dengan lama rawatan rata-rata yaitu 4,97 hari.

Berdasarkan statistik uji anova diperoleh p = 0,093 (p > 0,05) artinya tidak ada perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan derajat pneumonia.

5.6.4. Distribusi Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Tabel 5.9. Distribusi Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Balita Penderita Pneumonia Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2006-2007

Keadaan Sewaktu Lama Rawatan Rata-Rata

Pulang N X SD a. Sembuh 50 5,02 1,48 b. PBJ 179 5,73 2,65 c. PAPS 12 3,08 2,02 d. Meninggal 1 1 2,51 F = 6,208 df = 3 p = 0.000

Dari Tabel 5.9 dapat diketahui bahwa balita penderita pneumonia yang keadaan sewaktu pulangnya sembuh sebanyak 50 orang dengan lama rawatan rata-rata yaitu 5,02 hari, Pulang Berobat Jalan (PBJ) sebanyak 179 orang dengan lama rawatan rata-rata yaitu 5,73 hari, Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) sebanyak 12 orang dengan lama rawatan rata-rata yaitu 3,08 hari, dan yang meninggal sebanyak 1 orang dengan lama rawatan rata-rata yaitu 1 hari.

Berdasarkan statistik uji anova diperoleh p = 0,000 (p < 0,05) artinya ada perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

5.6.5.Distribusi Proporsi Status Gizi Berdasarkan Derajat Pneumonia

Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Status Gizi Berdasarkan Derajat Pneumonia Pada Balita Penderita Pneumonia Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2006-2007.

Derajat Status Gizi

Pneumonia Gizi Gizi Gizi Gizi Total

Lebih Baik Kurang Buruk

f % f % f % f % f %

Pneumonia 17 8,2 131 63,3 49 23,7 10 4,8 207 100 Pneumonia 3 8,6 22 62,9 9 25,7 1 2,8 35 100 Berat

X2 = 0,314 df = 3 p = 0.957

Dari tabel 5.10 dapat diketahui bahwa dari 207 orang penderita pneumonia yang tergolong jenis pneumonia paling banyak adalah dengan status gizi baik yaitu sebanyak 131 orang (63,3 %) sedangkan yang tergolong jenis pneumonia berat paling banyak adalah dengan status gizi baik yaitu sebanyak 22 orang (62,9 %).

Dari hasil analisa statistik dengan uji chi-square diperoleh p = 0,957 (p > 0,05) yang berarti tidak ada perbedaan status gizi berdasarkan derajat pneumonia.

Sedangkan jika status gizi diklasifikasikan menjadi dua artinya status gizi lebih dan status gizi baik digabung menjadi satu dengan nama status gizi baik kemudian status gizi kurang dan status gizi buruk digabung menjadi satu dengan nama status gizi buruk maka tabel distribusinya dapat disajikan seperti berikut:

Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Status Gizi Berdasarkan Derajat Pneumonia Pada Balita Penderita Pneumonia Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2006-2007.

Status Gizi

Gizi Baik Gizi Buruk Total

Derajat Pneumonia f % f % f % Pneumonia 148 71,5 59 28,5 207 100 Pneumonia Berat 25 71,4 10 28,6 35 100 X2= 0,000 df = 1 P = 0,993

Dari tabel 5.11 dapat diketahui bahwa dari 207 orang penderita pneumonia yang tergolong jenis pneumonia paling banyak adalah dengan status gizi baik yaitu sebanyak 148 orang (71,5 %) sedangkan yang tergolong jenis pneumonia berat paling banyak juga dengan status gizi baik yaitu sebanyak 25 orang (71,4 %).

Dari hasil analisa statistik dengan uji chi-square diperoleh p = 0,993 (p > 0,05) yang berarti tidak ada perbedaan status gizi berdasarkan derajat pneumonia.

5.6.6. Distribusi Proporsi Derajat Pneumonia Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Derajat Pneumonia Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Balita Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2006-2007

Keadaan

Sewaktu Derajat Pneumonia Total

Pulang Pneumonia Pneumonia Berat

f % f % f % Sembuh 46 92 4 8 50 100 PBJ 152 84,9 27 15,1 179 100 PAPS 9 75,0 3 25,0 12 100 Meninggal 0 0 1 100 1 100 X2 = 8,735 df = 3 p = 0,033

Dari Tabel 5.12 dapat diketahui bahwa dari 50 orang balita penderita pneumonia yang keadaan sewaktu pulangnya sembuh 46 orang (92 %) diantaranya tergolong jenis pneumonia dan 4 orang (8 %) tergolong pneumonia berat. Balita pulang dengan berobat jalan (PBJ) sebanyak 179 orang, 152 orang (84,9 %) diantaranya tergolong jenis pneumonia dan 27 orang (15,1 %) tergolong pneumonia berat. Balita dengan PAPS sebanyak 12 orang, 9 orang (75 %) diantaranya tergolong jenis pneumonia dan 3 orang (25,0 %) tergolong pneumonia berat. Balita yang meninggal sebanyak 1 orang ( 100 %) tergolong jenis pneumonia berat.

Dari tabel 5.12 ada 3 sell (37,5 %) yang mempunyai nilai expected countnya di bawah 5 sehingga analisa data tidak dapat dilakukan dengan menggunakan uji chi-square.

5.6.7. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Derajat Pneumonia

Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Derajat Pneumonia Balita Penderita Pneumonia Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2006-2007

Umur < 2 Bulan 2 Bulan - < 1 Tahun 1 Tahun - < 5 Tahun Total Derajat Pneumonia f % f % f % f % Pneumonia 1 0.5 75 36.2 131 63.3 207 100 Pneumonia Berat 13 37.1 13 37.1 9 25.8 35 100 X2 = 76,860 df = 2 p = 0,000

Dari tabel 5.13 dapat diketahui bahwa dari 207 orang balita penderita pneumonia, terdapat 1 orang (0,5 %) berumur < 2 bulan, 75 orang (36,2 %) yang berumur 2 bulan - < 1 tahun dan yang berumur 1 tahun – < 5 tahun sebanyak 131 orang (63,3 %). Dari 35 orang balita penderita pneumonia berat, terdapat 13 orang (37,1 %) berumur < 2 bulan, 13 orang (37,1 %) yang berumur 2 bulan - < 1 tahun dan yang berumur 1 tahun – < 5 tahun sebanyak 9 orang (25,8 %).

Dari hasil analisa statistik dengan uji chi-square diperoleh p = 0,000 (p < 0,05) yang berarti ada perbedaan umur balita penderita pneumonia berdasarkan derajat pneumonia.

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1. Distribusi Proporsi Balita Penderita Pneumonia Berdasarkan Umur

Gambar 6.1. Diagram Pie Distribusi Proporsi Balita Penderita Pneumonia Rawat Inap Berdasarkan Umur Di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2006-2007.

57.8% 36.4%

5.8%

1 t ahun < 5 t ahun 2 bulan < 1 t ahun < 2 bulan

Gambar 6.1 dapat dilihat bahwa proporsi balita penderita pneumonia terbesar ada pada kelompok umur 1 tahun - < 5 tahun yaitu 140 orang (57,8 %), kemudian pada kelompok umur 2 bulan - < 1 tahun sebanyak 88 orang (36,4 %) dan yang paling sedikit pada kelompok umur < 2 bulan ada 14 orang (5,8 %).

Dari hasil di atas diketahui bahwa penderita pneumonia paling banyak terdapat pada kelompok umur < 2 bulan dibandingkan dengan umur lainnya. Hal ini disebabkan karena bayi berusia < 2 bulan sampai umur 6 bulan masih mempunyai imunitas pasif yang diperoleh dari ibunya.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi N.H, dkk di Kabupaten Klaten tahun 1996, yang menyatakan penderita pneumonia pada balita terbanyak pada kelompok umur 7-12 bulan (19.2%).25

6.2. Distribusi Proporsi Balita Penderita Pneumonia Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 6.2. Diagram Pie Distribusi Proporsi Balita Penderita Pneumonia Rawat Inap Berdasarkan Jenis Kelamin Di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2006-2007.

62% 38%

laki-laki permpuan

Gambar 6.2 di atas dapat dilihat bahwa proporsi balita penderita pneumonia berdasarkan jenis kelamin lebih banyak pada laki-laki yaitu sebanyak 150 orang (62 %) dibandingkan dengan perempuan yaitu sebanyak 92 orang (38 %).

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi N.H, dkk di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah (1996), yang menyatakan bahwa pneumonia pada balita lebih banyak terjadi pada laki-laki 59 % sedangkan pada perempuan 41% 25. Hasil ini berbeda dengan penelitian Cissy B. Kartasasmita di Cikutra Bandung (1993) yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan insidens ISPA pada anak laki-laki maupun perempuan.28

Balita penderita pneumonia lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki disebabkan karena laki-laki lebih rentan terhadap penyakit pneumonia dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan.29

6.3. Distribusi Proporsi Balita Penderita Pneumonia Berdasarkan Tempat Tinggal

Gambar 6.3. Diagram Pie Distribusi Proporsi Balita Penderita Pneumonia Rawat Inap Berdasarkan Tempat Tinggal Di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2006-2007.

94.6% 5.4%

Medan Luar Medan

Gambar 6.3 di atas dapat dilihat bahwa proporsi balita penderita pneumonia terbesar berasal dari pasien yang bertempat tinggal di Kota Medan yaitu sebanyak 229 orang (94,6 %) sedangkan yang berasal dari luar Kota Medan yaitu sebanyak 13 orang (5,4 %). Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang dikutip oleh Cissy B. Kartasamita, bahwa setiap balita yang tinggal didaerah urban rata-rata akan mengalami serangan ISPA sebanyak 5-8 kali per tahun. Sedangkan di daerah pedesaan (rural) insidens ISPA lebih rendah, kira-kira 1-3 kali per anak per tahun. Ini artinya bahwa resiko untuk terkena ISPA lebih tinggi di daerah perkotaan dibandingkan dengan pedesaan.28

Banyaknya penderita pneumonia balita yang berasal dari Medan disebabkan karena lokasi Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan sendiri berada di Kota Medan, sehingga banyak pengguna fasilitas rumah sakit tersebut berasal dari kota itu

sendiri, sedangkan penderita pneumonia balita yang berasal dari luar Medan kemungkinan merupakan pasien kiriman.

6.4. Distribusi Proporsi Balita Penderita Pneumonia Berdasarkan Status Gizi

Gambar 6.4. Diagram Pie Distribusi Proporsi Balita Penderita Pneumonia Rawat Inap Berdasarkan Status Gizi Di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2006-2007.

63.2% 24.0%

8.3% 4.5%

Gizi Baik Gizi Kurang Gizi Lebih Gizi Buruk

Gambar 6.4 di atas dapat dilihat bahwa proporsi balita penderita pneumonia terbesar dengan status gizi baik yaitu sebanyak 153 orang (63,2 %), diikuti dengan gizi kurang sebanyak 58 orang (24 %), gizi lebih sebanyak 20 orang (8,3 %) dan gizi buruk sebanyak 11 orang (4,5 %).

Hasil di atas sesuai dengan hasil penelitian Dewi N.H, dkk di Kabupaten Klaten (1996) yang menemukan balita penderita pneumonia lebih besar pada kelompok balita dengan status gizi baik (58,97 %) dibandingkan dengan status gizi kurang/buruk (41.03%).25

Hal ini bukan berarti keadaan gizi balita tidak berperan dalam menjaga kesehatan dan ketahanan tubuh balita, melainkan faktor resiko yang meningkatkan insidens pneumonia bukan hanya status gizi saja melainkan ada faktor resiko lain seperti status imunisasi.

6.5. Distribusi Proporsi Balita Penderita Pneumonia Berdasarkan Derajat Pneumonia

Gambar 6.5. Diagram Pie Distribusi Proporsi Balita Penderita Pneumonia Berdasarkan Derajat Pneumonia Di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2006-2007.

95% 5%

P neumonia P neumonia Berat

Gambar 6.5 di atas dapat dilihat bahwa proporsi balita penderita pneumonia paling tinggi dengan derajat pneumonia yaitu sebanyak 207 orang (85,5 %) dibandingkan dengan pneumonia berat sebanyak 35 orang (14,5 %).

Hal ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mohammad (2004) di RSUP H. Adam Malik yang menemukan proporsi balita penderita pneumonia terbesar dengan derajat pneumonia (87.8%).16

Balita penderita pneumonia lebih banyak dengan derajat pneumonia di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2006-2007 karena kebanyakan balita penderita pneumonia dibawa berobat segera sebelum keadaan penyakitnya parah.

6.6. Distribusi Proporsi Balita Penderita Pneumonia Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Gambar 6.6. Diagram Pie Distribusi Proporsi Balita Penderita Pneumonia Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2006-2007.

73.9% 20.7%

5.0% 0.4%

P BJ Sembuh P AP S Meninggal

Gambar 6.6 di atas dapat dilihat bahwa proporsi balita penderita pneumonia terbanyak yaitu pulang dengan berobat jalan sebanyak 179 orang (74 %), diikuti pulang dengan sembuh sebanyak 50 orang (20,7 %), pulang atas permintaan sendiri sebanyak 12 orang (5 %), dan pulang dalam keadaan meninggal sebanyak 1 orang (0,4 %) sehingga CFR = 0,4 %.

Tingginya proporsi pulang berobat jalan balita penderita pneumonia disebabkan karena pertimbangan dokter dengan melihat derajat pneumonia balita dapat dilakukan penanganan beberapa hari saja di rumah sakit kemudian dilanjutkan di rumah.

6.7. Analisa Statistik

6.7.1. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Umur

Gambar 6.7. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Umur Balita Penderita Pneumonia Di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2006-2007.

4.94 5.69 5.86 4 4.5 5 5.5 6 2 bulan - < 1 tahun 1 tahun - < 5 tahun < 2 bulan

lama rawatan rata-rata (hari)

Gambar 6.7 dapat dilihat bahwa penderita pneumonia pada balita golongan umur < 2 bulan lama rawatan rata-rata 5,86 hari sedangkan golongan umur 1 tahun – < 5 tahun lama rawatan rata-rata 5,69 hari dan pada golongan umur 2 bulan – < 1 tahun lama rawatan rata-rata 4,94 hari.

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji anova diperoleh nilai p = 0,071 (p > 0,05) artinya secara statistik tidak ada perbedaan lama rawatan rata-rata yang signifikan berdasarkan umur pada balita penderita pneumonia di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2006-2007.

6.7.2. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Status Gizi

Gambar 6.8. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Status Gizi Balita Penderita Pneumonia Di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2006-2007.

3.95 5.41 5.48 8.09 0 2 4 6 8 10 gizi lebih gizi baik gizi kurang gizi buruk

lama rawatan rata-rata

Gambar 6.8 dapat dilihat bahwa balita penderita pneumonia berstatus gizi lebih mempunyai lama rawatan rata-rata 3,95 hari, balita penderita pneumonia berstatus gizi baik mempunyai lama rawatan rata-rata 5,41 hari, balita penderita pneumonia berstatus gizi kurang mempunyai lama rawatan rata-rata 5,48 hari sedangkan balita penderita pneumonia berstatus gizi buruk mempunyai lama rawatan rata-rata 8,09 hari.

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji anova diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05) artinya secara statistik ada perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan status gizi pada balita penderita pneumonia di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2006-2007.

Hal ini menunjukkan bahwa lama rawatan rata-rata balita penderita pneumonia di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2006-2007 berbeda signifikan berdasarkan status gizi karena semakin baik kualitas gizi balita penderita pneumonia maka lama rawatan rata-ratanya juga semakin singkat.

6.7.3. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Derajat Pneumonia

Gambar 6.9. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Derajat Pneumonia Balita Penderita Pneumonia Di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2006-2007.

4.97

5.51

4.6 4.8 5 5.2 5.4 5.6

P neumonia Berat Pneumonia

l ama rawatan rata-rata (h ari )

Gambar 6.9 dapat dilihat bahwa balita penderita pneumonia berstatus pneumonia mempunyai lama rawatan rata-rata 5,51 hari, sedangkan balita penderita pneumonia berstatus pneumoia berat mempunyai lama rawatan rata-rata 4,97 hari.

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji anova diperoleh nilai p = 0,093 (p > 0,05) artinya secara statistik tidak ada perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan derajat pneumonia pada balita penderita pneumonia di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2006-2007.

Lama rawatan rata-rata balita penderita pneumonia berat lebih singkat dibanding dengan penderita pneumonia disebabkan oleh banyaknya pasien yang pulang atas permintaan sendiri untuk melakukan pengobatan di rumah sakit lain.

6.7.4. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Gambar 6.10. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan KeadaanSewaktu Pulang Balita Penderita Pneumonia Di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2006-2007.

1 3.08 5.02 5.73 0 1 2 3 4 5 6 7 Meninggal P APS Sembuh P BJ

l ama rawatan rata-rata (h ari )

Gambar 6.10 dapat dilihat bahwa balita penderita pneumonia yang keadaan sewaktu pulangnya pulang berobat jalan (PBJ) mempunyai lama rawatan rata-rata 5,73 hari, sembuh mempunyai lama rawatan rata-rata 5,02 hari, pulang atas permintaan sendiri (PAPS) mempunyai lama rawatan rata-rata 3,08 hari sedangkan yang meninggal mempunyai lama rawatan rata-rata 1 hari.

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji anova diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05) artinya secara statistik ada perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

Hal ini menunjukkan bahwa lama rawatan rata-rata balita penderita pneumonia di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2006-2007 berdasarkan keadaan sewaktu pulang berbeda secara signifikan. Balita yang pulang berobat jalan lebih lama dirawat dibandingkan dengan yang sembuh, yang sembuh lebih lama dirawat dibandingkan dengan pulang atas permintaan sendiri (PAPS), balita yang PAPS lebih lama dirawat dibandingkan dengan yang meninggal.

6.7.4. Distribusi Proporsi Status Gizi Berdasarkan Derajat Pneumonia

Gambar 6.11. Diagram Bar Distribusi Proporsi Status Gizi Berdasarkan Derajat Pneumonia Balita Penderita Pneumonia Di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2006-2007.

8.2 8.6 63.3 62.9 23.7 25.7 4.8 2.8 0 20 40 60 80

p neumonia p neumonia berat

pr o po rs i ( % )

gizi lebih gizi baik gizi kurang gizi buruk

Gambar 6.11 dapat dilihat bahwa balita penderita pneumonia berat terbesar dengan status gizi baik (62,9 %) diikuti dengan status gizi kurang (23,7 %), status gizi lebih (8,6 %) kemudian status gizi buruk (2,8 %). Balita penderita pneumonia dengan status pneumonia terbanyak dengan status gizi baik (63,3 %) diikuti dengan status gizi kurang (25,7 %), status gizi lebih (8,2 %) kemudian dengan status gizi buruk (4,8 %)

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai 0,957 (p > 0,05) yang berarti tidak ada perbedaan status gizi berdasarkan derajat pneumonia balita penderita pneumonia di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2006-2007.

Gambar 6.12. Diagram Bar Distribusi Proporsi Status Gizi Berdasarkan Derajat Pneumonia Balita Penderita Pneumonia Di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2006-2007.

71.5 71.4 28.5 28.6 0 20 40 60 80

pneumonia pneumonia berat

p rop or si ( % )

gizi baik gizi buruk

Gambar 6.12 dapat dilihat bahwa balita penderita pneumonia terbanyak dengan status gizi baik (71,5 %) dan diikuti dengan status gizi buruk (28,5 %) sedangkan balita penderita pneumonia berat terbanyak dengan status gizi baik (71,4 %) diikuti dengan status gizi buruk (28,6 %)

Hasil analisa statistik dengan uji chi-square diperoleh p = 0,993 (p > 0,05) yang berarti tidak ada perbedaan proporsi status gizi berdasarkan derajat pneumonia balita penderita pneumonia di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2006-2007.

Dari analisa statistik di atas dapat disimpulkan bahwa pembagian status gizi menjadi 4 klasifikasi maupun 2 klasifikasi tidak mempengaruhi hasil artinya sama-sama tidak ada perbedaan proporsi status gizi berdasarkan derajat pneumonia.

6.7.5. Distribusi Proporsi Derajat Pneumonia Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Gambar 6.13. Diagram Bar Distribusi Proporsi Derajat Pneumonia Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Balita Penderita Pneumonia Di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2006-2007.

92

84.9

75

0

8 15.1

25

100

0

20

40

60

80

100

120

sembuh PBJ PAPS meninggal

p

rop

or

si

(

%

)

pneumonia pneumonia berat

Gambar 6.13 dapat dilihat bahwa proporsi balita penderita pneumonia yang sembuh terbanyak dengan status pneumonia (92 %), pulang berobat jalan (PBJ) terbanyak dengan status pneumonia (84,9 %), pulang atas permintaan sendiri (PAPS) terbanyak dengan status pneumonia (75 %) dan yang meninggal terbanyak dengan status pneumonia berat.

Dari tabel distribusi proporsi derajat pneumonia berdasarkan keadaan sewaktu pulang ada 3 sell (37,5 %) yang nilai expected countnya dibawah 5 sehingga analisa data dengan menggunakan uji chi- square tidak dapat dilakukan.

6.7.6. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Derajat Penumonia

Gambar 6.14. Diagram Bar Proporsi Umur Berdasarkan Derajat Pneumonia Balita Penderita Pneumonia Di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2006-2007.

0.5 37.1 36.2 37.1 63.3 25.8 0 20 40 60 80

p neumonia p neumonia berat

pr opor si ( % )

< 2 bulan 2 bulan < 1 tahun 1 tahun - < 5 tahun

Gambar 6.14 dapat dilihat bahwa balita penderita pneumonia terbanyak pada kelompok umur 1 tahun - < 5 tahun (63,3 %) sedangkan balita penderita pneumonia berat terbanyak pada kelompok umur < 2 bulan (37,1 %) dan 2 bulan - < 1 tahun (37,1 %).

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05) yang berarti ada perbedaan umur balita penderita pneumonia yang signifikan berdasarkan derajat pneumonia.

Hal ini menunjukkan bahwa proporsi umur balita penderita pneumonia di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2006-2007 berdasarkan derajat pneumonia adalah berbeda sebab proporsi balita penderita pneumonia yang berumur < 2 bulan dan 2 bulan- < 1 tahun lebih tinggi pada derajat pneumonia berat dibandingkan pada derajat pneumonia.

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

7.1.1. Proporsi terbesar pada umur 1 tahun - < 5 tahun (57,8 %), jenis kelamin laki-laki (62 %), bertempat tinggal di Medan (94,6%).

7.1.2. Proporsi terbesar balita penderita pneumonia berdasarkan status gizi yaitu status gizi baik (63,2 %).

7.1.3. Proporsi terbesar balita penderita pneumonia berdasarkan derajat pneumonia yaitu derajat pneumonia (95,5 %).

7.1.4. Lama rawatan rata-rata balita penderita pneumonia adalah 5,43 hari.

7.1.5. Proporsi terbesar balita penderita pneumonia berdasarkan keadaan sewaktu pulang adalah dengan status Pulang Berobat Jalan (74 %).

7.1.6. Tidak ada perbedaaan lama rawatan rata-rata berdasarkan umur (p = 0,071). 7.1.7. Ada perbedaan lama rawatan rata-rata balita penderita pneumonia di Rumah

Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2006-2007 berdasarkan status gizi (P= 0,000).

7.1.8. Tidak ada perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan derajat pneumonia ( p = 0,243).

7.1.9. Ada perbedaan lama rawatan rata-rata balita penderita pneumonia di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2006-2007 berdasarkan keadaan sewaktu pulang (P= 0,000).

7.1.10.Tidak ada perbedaan proporsi status gizi berdasarkan derajat pneumonia (p = 0,957).

7.1.11.Ada perbedaan proporsi umur balita penderita pneumonia di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2006-2007 berdasarkan derajat pneumonia (P= 0,000).

7.2. Saran

7.2.1. Kepada pihak rumah sakit agar memberikan penyuluhan kepada orang tua balita untuk dapat mengenali gejala-gejala pneumonia seperti batuk dan demam sehingga ketika balita mengalami batuk dan demam, orangtua langsung mencari pengobatan segera sebelum penyakitnya parah.

7.2.2. Kepada pihak rekam medik Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan untuk melengkapi pencatatan status imunisasi balita penderita pneumonia di dalam kartu status.

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes, RI, 2005. Rencana Strategi Pembangun Kesehatan Indonesia Sehat 2010, Jakarta.

2. Depkes RI, 2003. Indikator Indonesia Sehat 2010, Jakarta.

3. Depkes, RI, 1999. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, Jakarta.

4. WHO, 2007. Pneumonia Mortality in 2005. http:// www.who.int

5. Departemen Kesehatan RI, 2004. Pedoman Program Pemberantasan

Dokumen terkait