• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. Analisa Tanah

Hasil analisis tanah sebelum dan sesudah penanaman dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Hasil Analisa Tanah Sebelum dan Sesudah Penanaman Leguminous selama 12 Minggu

Parameter Jenis Penutupan Tanah

Sebelum Penanaman

& pemberian pupuk Sesudah Penanaman Petak 1 Petak 2 TP (Mp) DP (Mp) TP (Cm) DP (Cm) TP (Cp) DP (Cp) pH N (%) C (%) C/N 5,91 0,07 1,05 15 5,87 0,07 1,05 15 6,24 0,02 1,21 60,50 6,47 0,10 1,25 12,50 5,87 0,08 1,38 17,25 6,20 0,10 5,23 52,30 6,24 0,12 1,56 13,00 6,45 0,11 1,21 11,00 Ket: Mp = Mucuna pruriens DC; Cm = Calopogonium mucunoides Desv; Cp = Centrosema

pubescens Benth; TP = Tanpa Pupuk, DP = Dengan Pupuk

Hasil analisa sampel tanah pada Tabel 12 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pH, % N dan C % tanah sebelum dan sesudah penanaman leguminous. Peningkatan pH terbesar berada pada petak yang diberi pupuk kandang 20 gram yaitu Mucuna pruriens DC dari 5,87 menjadi 6,47. Nilai peningkatan % N terbesar pada petak tanpa pupuk dengan Centrosema pubescens

Benth dari 0,07 % menjadi 0,12 %, peningkatan nilai C % pada petak dengan pupuk yaitu Calopogonium mucunoides Desv dari 1,05 % menjadi 5,23 %.

B. Pembahasan

Setelah 12 Minggu Setelah Tanam, secara umum semua jenis tanaman yang diujikan yaitu Kara Benguk (Mucuna pruriens DC), Kacang Calopo atau Kacang Asu (Calopogonium mucunoides Desv) dan Kacang Sentro (Centrosema pubescens Benth) mampu tumbuh pada lahan alang-alang bekas penggembalaan ternak. Semua jenis tanaman telah berkecambah dalam Satu Minggu Setelah Tanam (1 MST).

Hasil pengamatan panjang tanaman 2 MST tanpa pupuk, jenis M. pruriens

DC merupakan jenis yang lebih cepat tumbuh dan berkembang yaitu 6,46 cm, diikuti oleh jenis C. pubescens Benth 1,04 cm dan jenis C. mucunoides Desv 0,96 cm. Demikian juga halnya dengan pemberian pupuk M. pruriens DC 5,42 cm,

C. mucunoides Desv 1,46 cm dan jenis C. pubescens Benth 0,92 cm.

Ukuran benih ketiga jenis leguminous ini sedikit berbeda. Dalam Kehati (2007) benih C. mucunoides Desv dan C. pubescens Benth berbentuk kecil memanjang dengan panjang masing-masing 2-3 mm dan 4-5 mm. Benih

M. pruriens DC berukuran lebih besar, berbentuk lonjong-menjorong dengan panjang 1,5-2 cm. Ukuran benih ini dapat mempengaruhi pertumbuhan awal/ perkecambahan tanaman. Ukuran benih yang besar memiliki kotiledon yang besar juga, yang dapat menyediakan sumber makanan pada awal pertumbuhan, hal ini mengakibatkan perbedaan pertumbuhan awal tanaman, yang memicu keragaman pertumbuhan tanaman lebih lanjut.

Salah satu faktor yang menentukan kualitas bahan tanam (benih) adalah jumlah substrat seperti karbohidrat yang tersedia bagi metabolisme yang mendukung petumbuhan awal tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995). Hal ini menjadikan ukuran atau bobot bahan tanam sering digunakan sebagai tolak ukur untuk mendapatkan bahan tanam yang seragam. Dan keadaan biji yang dapat menghasilkan organ fotosintesis yang besar pada awal pertumbuhan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas biji sekalipun bukan merupakan hasil dari suatu faktor tunggal biji, ukuran embrio dapat menjadi suatu sifat utama apabila faktor lain tidak menjadi pembatas.

Laju awal pertumbuhan yang tinggi menjadi modal yang potensial bagi pertumbuhan tanaman pada lahan kritis. Tanaman yang mempunyai daun yang lebih luas pada awal pertumbuhan akan lebih cepat tumbuh karena kemampuan menghasilkan fotosintat yang lebih tinggi dari tanaman dengan luas daun yang lebih rendah. Hal ini akan mempengaruhi laju pertumbuhan panjang periodik (riap periodik) dan laju pertumbuhan panjang rata-rata (riap rata-rata). Jenis tanaman leguminous yang lebih cepat laju pertumbuhannya adalah jenis M. pruriens DC 27,42 cm dengan pemberian pupuk dan 13,68 cm tanpa pupuk. Sedangkan jenis

C. mucunoides Desv0,76 cm dengan pupuk dan 0,3 cm tanpa pupuk dan untuk jenis C. pubescens Benth laju pertumbuhannya adalah 0,66 cm dengan pemberian pupuk dan 0,72 cm tanpa pupuk.

Dari hasil ”uji T”, pemberian pupuk kandang sebanyak 20 gram terhadap pertumbuhan panjang ke tiga jenis tanaman leguminous dan terhadap laju penutupan tanah menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang meningkatkan panjang rata-rata ke tiga jenis tanaman, berpengaruh meningkatkan riap rata-rata

M. pruriens DC dan C. pubescens Benth tetapi tidak mempengaruhi riap rata-rata

C. mucunoides Desv. Pemberian pupuk kandang berpengaruh meningkatkan laju penutupan tanah pada jenis M. pruriens DC tetapi tidak mempengaruhi laju penutupan tanah pada jenis C. mucunoides Desv dan C. pubescens Benth. Laju pertumbuhan jenis M. pruriens DC lebih tinggi dari pada jenis lainnya sehingga dengan pemberian pupuk kandang laju pertumbuhannya lebih meningkat dan penutupan tanah oleh jenis M. pruriens DC lebih tinggi.

Menurut Sutejo (2002) pupuk kandang mempunyai sifat yang lebih baik dibanding dengan pupuk alam lainnya. Di dalam tanah pupuk kandang mempunyai pengaruh yang baik terhadap terhadap sifat fisis tanah, mempertinggi kadar humus dan terisi oksigen yang cukup. Pupuk kandang dianggap sebagai pupuk lengkap karena selain menimbulkan tersedianya unsur-unsur hara bagi tanaman, juga mengembangkan kehidupan mikroorganisme (jasad renik) di dalam tanah, pupuk kandang mempunyai kemampuan mengubah berbagai faktor dalam tanah, sehingga menjadi faktor-faktor yang menjamin kesuburan tanah.

Hasil pengukuran riap periodik, riap rata-rata dan laju penutupan tanah, jenis M. pruriens DC merupakan jenis leguminous yang lebih baik sebagai penutup tanah pada lahan alang-alang, karena kecepatan pertumbuhannya hingga 12 MST. Sedangkan dari segi bentuk penjalaran jenis C. mucunoides Desv layak untuk dipertimbangkan. Penjalaran M. pruriens DC paling luas tetapi mempunyai satu batang utama dengan bentuk batang menggalah, tidak menjalar dan membelit sehingga pertumbuhannya tidak langsung menyaingi pertumbuhan alang-alang, jenis ini setelah 10 MST pertumbuhannya mengalami penurunan (Gambar 6 dan Gambar 7).

Jenis C. mucunoides Desv mempunyai beberapa batang/cabang yang tumbuh dari batang utama dan setiap buku-bukunya mempunyai akar, tumbuh dengan menjalar dan menyebar, membelit atau melata di sela-sela alang-alang sehingga dapat menyaingi pertumbuhan alang-alang.

Apabila pengamatan ditingkatkan sampai 16 MST, jenis C. mucunoides

Desv menunjukkan peningkatan pertumbuhan panjang penjalaran maupun laju penutupan tanah sehingga jenis ini mampu menyaingi pertumbuhan M. pruriens

DC. Jenis C. pubescens Benth adalah terna tahunan (parennial) yang akan berkayu ketika usianya lebih dari 18 bulan, berdaun lebat, rebah dan menjalar. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman yang digunakan untuk mereklamasi lahan kritis namun, pada penelitian ini laju penutupan tanahnya adalah paling rendah.

C. pubescens Benth memang masih mampu bertahan hidup walaupun pertumbuhannya terlambat dari yang lain. Terkadang daun-daun tanaman ini gugur ataupun mati namun tumbuhan ini dapat tumbuh kembali pada titik-titik tumbuh terlindung dekat tanah. Jenis ini cocok untuk lahan kritis walaupun pertumbuhannya lambat.

Terdapat keragaman pertumbuhan ketiga jenis leguminous yang diujikan,

M. pruriens DC lebih cepat tumbuh pada awal pertumbuhan tetapi setelah 10 MST pertumbuhannya mulai menurun sedangkan jenis C. mucunoides Desv dan

C. pubescens Benth pertumbuhannya lambat tetapi bertahan hidup lebih lama dengan pertumbuhan yang semakin meningkat. Untuk itu, dalam pemanfaatannya sebagai tanaman penutup tanah diperlukan pola-pola pencampuran tanaman, sehingga pertumbuhannya saling mendukung. Menurut Kehati (2007) ketika

ditanam sebagai penutup tanaman dalam perkebunan, C. mucunoides Desv pada umumnya ditaburkan dalam campuran dengan kacang polong lain seperti

Centrosema pubescens, Calopogonium caeruleum dan Pueraria phaseoloides

dengan 1-3 kg/ha calopogonium dalam total campuran 12-15 kg/ha benih yang ditaburkan.

Laju penutupan tanah yang tertinggi pada penelitian ini adalah sekitar 26 % atau seperempat dari luasan anak petak (1 m2) oleh M. pruriens DC. Jika dilihat dari segi kebutuhan benih yang dibutuhkan untuk 1ha lahan, hal ini dimungkinkan. Menurut Mcilroy (1976) 1 ha lahan dibutuhkan C. mucunoides

Desv 6-9 kg/ha dan C. pubescens Benth 4-6 kg/ha dan menurut Kehati (2007) kebutuhan benih C. mucunoides Desv 1-3 kg/ha dan M. pruriens DC ketika ditanam untuk pupuk hijau di Indonesia, benih ditaburkan dengan jarak 30 cm x 20-30 cm dengan 2 benih per lubang. Sedangkan dalam penelitian, benih yang digunakan untuk masing-masing jenis pada petak tanpa pupuk dan petak dengan pupuk adalah 3 biji dalam luasan 1 m2.

Untuk aplikasi di lapangan, kebutuhan benih M. pruriens DC untuk 1 m2, jarak tanam 20 cm x 30 cm dengan lubang tanam 16 buah diperlukan 32 biji benih. Kebutuhan benih C. mucunoides Desv 3 kg/ha, 1kg menghasilkan 106.200 biji, maka 1m2 membutuhkan 0,3 gram atau 31 biji benih dan C. pubescens Benth 4 kg/ha, 1kg menghasilkan 56. 800 biji benih, maka 1m2 membutuhkan 0,4 gram atau 22 biji benih.

Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa setelah 12 Minggu penanaman, pada tanah dengan penutupan leguminous terdapat peningkatan kesuburan tanah. Analisa tanah menunjukkan terdapat peningkatan kadar N dalam tanah sebesar

0.05 %. Tanaman leguminous banyak digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah karena mempunyai kandungan N yang tinggi. Apabila pangkasannya dikembalikan ke dalam tanah akan merangsang aktivitas jasad renik.

Nilai C dalam tanah menunjukkan jumlah bahan organik dalam tanah. Nilai C di bawah pertanaman leguminous meningkat dalam 12 Minggu penanaman. Peningkatan kadar C tertinggi terdapat di bawah pertanaman

C. mucunoides Desv pada petak dengan pupuk dari 1,05 % menjadi 5,23 %. Hal ini menunjukkan bahwa selain berasal dari pemberian pupuk kandang, penanaman leguminous juga berperan dalam meningkatkan kadar C tanah. Apabila dibandingkan dengan petak sebelum perlakuan (lahan kosong) dan tanpa pupuk, kadar C di bawah pertanaman leguminous mengalami peningkatan.

Untuk menekan perluasan pertumbuhan alang-alang yang menyukai sinar matahari diperlukan tanaman yang dapat menyaingi dan menaungi pertumbuhan alang-alang. Padang alang-alang bekas penggembalaan memiliki tinggi tanaman alang-alang yang relatif pendek, maka sebelum penanaman jenis pohon sebagai naungan, dapat diawali dengan penanaman jenis Kara Benguk(M. pruriens DC), Kacang Calopo atau Kacang Asu (C. mucunoides Desv) dan kacang Sentro (C. pubescens Benth) sebagai tanaman penutup tanah dan berfungsi juga untuk memperbaiki struktur tanah, sehingga sifat tanah lebih baik dan penanaman jenis tanaman lainnya lebih berhasil cepat dan dapat menaungi.

Tanaman penutup tanah memberikan manfaat pada pertumbuhan yang

cepat dan tertahannya unsur hara di dalam tanah. Jenis M. pruriens DC,

C. mucunoides Desv dan C. pubescens Benth tidak hanya berfungsi sebagai tanaman penutup tanah tetapi dapat juga digunakan sebagai pakan ternak. Bahkan

M. pruriens DC dapat dikomsumsi masyarakat dimana daun-daun muda dapat dijadikan sayur dan bijinya dapat difermentasikan menjadi tempe. Menurut Mcilroy (1976) leguminous dapat ditanam bersama dengan rumput-rumput untuk meningkatkan pertumbuhan rumput tersebut. Leguminous kaya kandungan nitrogen dan kalsium dibandingkan dengan rumput-rumput sehingga akan menaikkan nilai gizi padang rumput. Padang rumput campuran antara rumput dengan leguminous lebih sempurna dan lebih disukai ternak daripada suatu pertanaman rumput murni.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak selamanya pemanfaatan tanaman penutup tanah membutuhkan biaya yang cukup besar dan menyita waktu. Dalam penanaman tiga jenis leguminous M. pruriens DC, C. mucunoides Desv dan C. pubescens Benth hanya dibutuhkan waktu luang untuk menebarkan benih-benih pada lahan alang-alang dan dengan penambahan pupuk kandang 20gr sudah mampu memberikan perbedaan pertumbuhan yang cukup nyata. Pada lahan alang-alang bekas atau masih lahan penggembalaan dapat memanfaatkan kotoran ternak yang ada di lapangan. Sehingga lahan lebih subur dan ternak masyarakat memiliki gizi dan protein yang lebih tinggi. Setelah mengalami kematian tanaman penutup tanah ini, biasanya membusuk dan memperkaya kandungan bahan organik tanah.

Dokumen terkait