Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif, yaitu dengan cara dideskripsikan dalam bentuk penjelasan dan uraian kalimat yang mudah dibaca dan dimengerti untuk diinterprestasikan dan ditarik kesimpulan guna menjawab permasalahan penelitian. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif, artinya hasil penelitian ini dideskripsikan dalam bentuk penjelasan dan uraian kalimat yang mudah dibaca, dimengerti untuk diinterprestasikan dan ditarik kesimpulan.Penarikan kesimpulan dilakuan secara induktif, yaitu menarik kesimpulan berdasarkan hal-hal yang bersifat khusus lalu disimpulkan secara umum dan selanjutnya dari berbagai kesimpulan tersebut dapat diajukan saran.
V. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya dan setelah melakukan pembahasan terhadap data-data yang telah diperoleh tentang Putusan No.09/PID.SUS-TPK/2015/PN.TJK dalam penelitian skripsi ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dasar pertimbangan hukum Hakim sebaiknya menjangkau 3 Unsur Kepastian Hukum, Kemanfaatan, dan Keadilan. Dalam penelitian ini Dasar pertimbangan hukum Hakim sudah memenuhi 3 unsur tersebut, ditinjau dari unsur kepastian hukumnya Hakim sudah menetapkan terdakwa SR bin RI dijatuhi hukuman penjara selama 1 tahun dan pidana denda sebanyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
Ditinjau dari unsur kemanfaatannya dan keadilannya putusan Hakim seharusnya memberikan efek jera kepada para Pelaku tindak pidana korupsi, namun dalam hal tindak pidana korupsi seharusnya Jaksa Penuntut Umum harus lebih jeli dalam menentukan Pasal mana yang akan dikenakan terhadap terdakwa, karena tindak pidana korupsi merupakan salah satu dari extra
ordinary crime, yakni dapat dimasukkan ke dalam kategori kejahatan white
collar crime atau kejahatan kerah putih yang perbuatannya selalu mengalami
rumit dan sulit dalam hal pembuktiannya dikarenakan modus operandinya maupun bentuk profesionalitas pelakunya, oleh karena itu diperlukan suatu pendekatan sistem dalam pemberantasannya. Penjatuhan hukuman kepada Pelaku tindak pidana korupsi seharusnya dihukum dengan dikenakan Pasal 2 UU PTPK yang ancaman hukumannya minimal 4 (empat) tahun dan maksimal 20 (dua puluh) tahun, hal ini bertujuan untuk memberikan efek jera terhadap para pelaku tindak pidana korupsi serta dapat menjadi pelajaran untuk masyarakat, jika hanya diputus 1 (satu) tahun penjara menurut penulis ini dirasa kurang adil dan tidak memberikan efek jera, karena tindak pidana korupsi merupakan kejahatan luar biasa.
2. Dampak dari pengembalian kerugian negara itu sendiri berdampak positif terhadap putusan pengadilan karena hal itu dapat menjadi salah satu dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan hukuman dan meringankan putusan pengadilan. Pengembalian kerugian keuangan negara pada kenyataannya dianggap sebagai suatu hal yang dapat meringankan putusan hakim karena hal tersebut adalah suatu bentuk itikad baik dan bentuk penyesalan terdakwa, karena dalam kasus Tindak Pidana Korupsi yang menjadi tolak ukurnya adalah pengembalian kerugian keuangan Negara.
B. Saran
1. Dasar pertimbangan hukum Hakim setidaknya harus memenuhi tiga hal pokok yang sangat prinsipil yang hendak dicapai, yaitu : Keadilan, Kepastian Hukum dan Kemanfaatan. Dari ketiga unsur tujuan hukum tersebut harus
mendapat perhatian secara proporsional yang seimbang agar tercapai tujuan hukum yang diharapkan.
2. Disarankan kepada Jaksa selaku Penuntut Umum agar dapat lebih jeli lagi dalam menjerat pelaku tindak pidana korupsi, karena tindak pidana korupsi merupakan kejahatan luar biasa seharusnya para pelaku tindak pidana korupsi bisa dijerat dengan Pasal 2 UU PTPK yang ancaman hukumannya minimal 4 (empat) tahun dan maksimal 20 (dua puluh) tahun, hal ini semata-mata agar memberikan efek jera terhadap para pelaku tindak pidana korupsi serta dapat menjadi pelajaran agar masyarakat takut untuk melakukan tindak pidana korupsi. Serta perlu ditinjau kembali Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi karena ancaman hukuman minimal 1 (satu) Tahun terlalu ringan dan tidak setimpal dengan perbuatan yang dilakukan para Pelaku tindak pidana korupsi.
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Atmasasmita, Romli. 1998. Sekitar Masalah Korupsi, Aspek Nasional dan Aspek
Internasional. Surabaya: Mandar Maju
---,2008. Pengembalian Aset Korupsi: Masukan Konvensi International Anti
Korupsi. Seputar Indonesia 13 Agustus 2007
Andrisman, Tri.2011. Hukum Pidana Asas-Asas dan Dasar Aturan Umum Hukum
Pidana Indonesia. Bandar Lampung: Universitas Lampung
Hamzah, Andi.2011. Korupsi di Indonesia masalah dan pemecahannya. Jakarta: PT. Gramedia
Hamzah, Andi.2003. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sapta Artha Jaya
---,2010. Asas-Asas Hukum Pidana, Cetakan keempat: Jakarta: P.T. Rienka
Cipta
Husein, Alatas, Syed.1983. Sosiologi Korupsi, Sebuah Penjelajahan Dengan Data
Kontemporer. Jakarta: LP3ES
Husein, Yunus.2008.Kerugian Negara dalam Tipikor, Seputar Indonesia
Hamzah, Andi. 2010. Asas-Asas Hukum Pidana, Cetakan keempat: Jakarta: P.T.Rienka Cipta
Lamintang, P.A.F. 2011. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Cetakan Keempat. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
Marpaung, Leden.2012. Asas Teori Praktik Hukum Pidana. Cetakan ketujuh. Jakarta: Sinar Grafika
Mertokusumo, Soedikno. 1999. Hukum Acara Pidana Indonesia. Yogyakarta: Leberty
Nawawi Arief, Barda. 2001. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
Citra Aditya Bakti
Prasetyo, Teguh. 2011. Hukum Pidana, Cetakan Kedua. Jakarta: P.T. Raja Grafindo
Prodjodikoro, Wirjono. 2010. Tindak-Tindak Pidana Tertentu Indonesia, Cetakan Ketiga. Bandung: Refka Aditama
Rahardjo, Satjipto.1999. Bunga Rampai Permasalahan Dalam Sistem Peradilan
Pidana. Jakarta: Pusat Pelayanan Keadilandan Pengabdian Hukum
Rosidah, Nikmah. 2011. Asas-asas HukumPidana, Pustaka Magister Semarang. Rifai, Ahmad. 2010. Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Persfektif Hukum
Progresif. Jakarta: Sinar Grafika
S. Rianto, Bibit.2009. Koruptor go to hell. Jakarta: Hikmah zaman baru
Serikat PJ, Nyoman. 2005.Tindak Pidana Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme di
Indonesia. Semarang: Badan penerbit Universitas Diponegoro
Soebiantoro, Harprileny. 2004. Eksistensi dan Fungsi Jaksa Pengacara Dalam
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Jakarta: Media Hukum
Soedarto.1990.Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung, Alumni
Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum.1984. Jakarta: PT Rajawali Press
Sudarsono.2007. Kamus Hukum, Cetakan Kelima. Jakarta: P.T. Rineka Cipta Sudikno Mertokusumo.1993.Mengenal Hukum. Yogyakarta. Liberty
Soesilo, R.1995. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Bogor: Politea Sangaji, W.1999.Tindak Pidana Korupsi. Surabaya: Indah
Undang-undang
Undang-undang No. 31 Tahun 1999, Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Undang-undang No. 15 Tahun 2006, Tentang Pemeriksaan Keuangan Undang-undang No. 1 Tahun 2004, Tentang Perbendaharaan Negara
Undang-undang Nomor 7 tahun 2006, Tentang Konvensi Anti Korupsi Internet http://raypratama.blogspot.co.id/2012/02/kerugian-negara.html http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4d0786a1bb8b5/pengembalian-uang- hasil-korupsi http://jonaediefendi.blogspot.co.id/2012/10/perspektif-yuridis-pengembalian.html http://documents.tips/documents/alat-kesehatan-55a2384658677.html KBBI Online.2010.http://kbbi.web.id/Dampak