• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data

Berdasarkan informasi laporan rugi laba perusahaan tahun 2010, bahwa PT Ardana Media dapat menghasilkan laba periode 31 Desember 2010 sebesar Rp19.683.702,00. PPh yang dibayar sendiri (PPh bulanan) dalam periode tahun 2010 sebesar Rp4.400.000,00, sehingga PPh yang kurang dibayar sebesar Rp520.926,00, dengan PPh pasal 25 per bulannya sebesar Rp410.077,00. Pajak yang kurang bayar tersebut dibayarkan sebelum Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan disampaikan. PPh pasal 25 dihitung dari pajak terutang setahun dikurangi dengan hasil penjumlahan dari pasal 21, 22, 23, 24. Sehingga menghasilkan pajak kurang/lebih bayar. Hasil pajak kurang/lebih bayar tersebut dibagi 12 (bulan). Kebijakan akuntansi yang diambil oleh perusahaan, terkait dengan pembayaran PPh pasal 21 karyawan yang ditanggung oleh karyawan dan dipungut oleh perusahaan, karyawan juga mendapat tunjangan maksimal untuk 3 orang anak dan seorang isteri. Metode akuntansi yang digunakan sebagai pencatatan laporan keuangan perusahaan adalah metode berbasis akrual.

Analisis data untuk menguji, apakah wajib pajak dalam pengisian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan telah memenuhi kriteria: (1) benar, (2) lengkap, (3) jelas, dan (4) tanda tangan, adalah sebagai berikut:

1. Benar

Benar dalam Perhitungan termasuk Penerapan

Untuk menguji tingkat kebenaran perhitungan termasuk penerapan, maka dilakukan perhitungan kembali dengan menggunakan rumus dibawah ini, Pengujian Objek Pajak PT Ardana Media dilakukan untuk mengetahui objek pajak mana saja yang termasuk objek pajak penghasilan, objek pajak yang dikenai pajak bersifat final, dan yang dikecualikan dari objek pajak.

Objek Pajak Penghasilan:

 Laba Usaha Rp 61.013.702,00

Penjualan Rp.1.005.160.000,00

Harga Pokok Penjualan:

Persediaaan awal Rp. 315.000.000,00 (+) Pembelian Rp. 937.500.000,00 Barang Siap Dijual Rp. 1.252.500.000,00 (-) Persediaan Akhir Rp. (878.301.702,00)

Harga Pokok Penjualan Rp. (374.198.298,00)

Laba kotor Rp. 630.961.702,00

Biaya Operasional:

Gaji, Upah, Bonus, Gratifikasi

Honorarium, THR Rp. 117.000.000,00

Biaya Transportasi Rp 36.450.000,00 Biaya Penyusutan dan Amortisasi Rp. 41.330.000.00 Biaya Bunga Pinjaman Rp. 27.000.000,00 Biaya Royalti Rp. 270.000.000,00

Biaya Pemasaran/Promosi Rp. 57.000.000,00 Biaya Lainnya Rp. 21.168.000,00

---

Jumlah Biaya Operasional (Rp. 569.948.000,00) ---

Laba Usaha Rp 61.013.702,00

Royalti Rp. 270.000.000,00. PT Ardana Media memberikan royalti sebesar 18-20% dari hasil keuntungan yang didapat dari penjualan.

Objek pajak yang dikenai Pajak bersifat final:

PT Ardana Media tidak memiliki Objek Pajak yang dikenai Pajak bersifat final, sesuai dengan Undang-undang PPh no 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan pasal 4 ayat 2

Objek Pajak yang dikecualikan:

PT Ardana Media tidak memiliki Objek Pajak yang dikecualikan sesuai dengan Undang-undang PPh no 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan pasal 4 ayat 3.

a) Perhitungan Rugi/Laba

Penjualan Rp. 1.005.160.000,00 Harga Pokok Penjualan:

Persediaan awal Rp. 315.000.000,00

(+) Pembelian Rp. 937.500.000,00 ---

Barang Siap Dijual Rp. 1.252.500.000,00

(-) Persediaan Akhir Rp. (878.301.702,00) ---

--- Laba Kotor Rp. 630.961.702,00

Biaya Operasional:

Gaji, Upah, Bonus, Gratifikasi

Honorarium, THR Rp. 117.000.000,00

Biaya Transportasi Rp 36.450.000,00 Biaya Penyusutan dan Amortisasi Rp. 41.330.000.00 Biaya Bunga Pinjaman Rp. 27.000.000,00 Biaya Royalti Rp. 270.000.000,00 Biaya Pemasaran/Promosi Rp. 57.000.000,00

Biaya Lainnya Rp. 21.168.000,00 ---

Jumlah Biaya Operasional (Rp. 569.948.000,00) ---

Laba Bersih Sebelum Pajak Rp. 61.013.702,00 Pajak 25% (Rp. 15.253.425,50) ---

Laba bersih Sesudah Pajak Rp 46.760.276,50 ==============

Hasil perhitungan Laba-Rugi yang dilakukan. Dihasilkan perhitungan sebagai berikut:

Pendapatan Kena Pajak = Laba Kotor – Jumlah Biaya Operasional Rp.630.961.702,00 – Rp.569.948.000,00 Rp.61.013.702,00

PPh Terutang = Pendapatan Kena Pajak x Tarif Pajak Rp 61.013.702,00 x 25%

Tarif pajak sebesar 25% telah sesuai dengan Undang-undang no 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan pasal 17 ayat 1b. Royalti yang diberikan perusahaan kepada penulis sebesar 15-20%. Biaya lainnya sebesar Rp. 21.168.000,- terdiri dari biaya listrik dan telepon.

Formulir 1771-I

b) Perhitungan Penghasilan Neto Komersial

Penghasilan Neto Komersial Dalam Negeri (DN):

Peredaran Usaha Rp1.005.160.000,00 Harga Pokok Penjualan (374.198.298,00)

Biaya Usaha Lainnya (569.948.000,00) ---

Penghasilan Neto Dari Usaha Rp.61.013.702,00 Penghasilan Neto Dari Usaha Rp.61.013.702,00

Penghasilan Dari Luar Usaha -

Biaya dari Luar Usaha - ---

Jumlah Penghasilan Neto Komersial DN Rp.61.013.702,00 Penghasilan Neto Komersial LN -

--- Jumlah Neto Komersial Rp.61.013.702,00 ==============

c) Perhitungan Penghasilan Neto Fiskal

Penghasilan yang Dikenakan PPh Final Dan yang Tidak Termasuk

Objek Pajak - Jumlah Penyesuaian Fiskal Positif - Jumlah Penyesuaian Fiskal Negatif - Fasilitas Penanaman Modal Berupa

Pengurangan Penghasilan Neto -

--- Penghasilan Neto Fiskal Rp 61.013.702,00

============== Dari hasil analisis perhitungan pada formulir 1771-I tidak ditemukan kesalahan perhitungan yang dilakukan oleh PT. Ardana Media. Jadi jumlah penghasilan neto fiskal nya sebesar Rp. 61.013.702,00

Formulir 1771-II

Perhitungan Harga pokok penjualan, biaya usaha lainya dan biaya dari

luar usaha komersial

Pembelian bahan/barang dagangan Rp 937.500.000,00 Gaji, Upah, Bonus, Gratifikasi, Honorarium, THR, DSB Rp 117.000.000,00

Biaya Transportasi Rp 36.450.000,00

Biaya penyusutan dan amortisasi Rp 41.330.000,00

Biaya sewa -

Biaya bunga pinjaman Rp 27.000.000,00

Biaya sehubungan dengan jasa -

Biaya piutang tak tertagih -

Biaya pemasaran dan promosi Rp 57.000.000,00 Biaya lainnya Rp 21.168.000,00 Persediaan awal Rp 315.000.000,00 Persediaan akhir (Rp 878.301.702,00) --- Rp 944.146.298,00 ============== Pada perhitungan ini ditemukan kesalahan perhitungan pada biaya penyusutan dan amortisasi.Biaya penyusutan dan amortisasi yang dicatat oleh PT Ardana Media sebesar Rp 82.660.000,00, yang seharusnya dicatat sebesar Rp 41.330.000,00. Penjelasan perhitungan bisa dilihat pada perhitungan lampiran 1-A.

Untuk biaya-biaya, seperti biaya gaji, bunga pinjaman, biaya royalti, dan biaya lainnya (Biaya listrik dan Telepon) tidak dapat secara rinci dipaparkan. Informasi hanya bersumber pada laporan Laba/Rugi yang diberikan PT Ardana Media.

Formuir 1771-III

Perhitungan kredit pajak dalam negeri

Lampiran ini diisi dengan rincian bukti pungut PPh pasal 22 dan bukti potong PPh pasal 23 dan PPh pasal 26 yang telah dibayar melalui pemungutan/ pemotongan pajak oleh pihak lain, atas penghasilan yang dikenai PPh yang tidak bersifat final yang diterima/diperoleh dan dilaporkan dalam SPT Tahunan Tahun pajak ini.

Dari hasil analisis, PT Ardana Media tidak memiliki bukti pungut PPh pasal 22 dan bukti potong PPh pasal 23 dan PPh pasal 26 yang telah dibayar melalui pemungutan/pemotongan oleh pihak lain.

Perhitungan penyusutan dan amortisasi fiskal (Lampiran 1A)

Harta berwujud Kelompok 1: Kelompok 2:

Mesin cetak (Nov-08) = (Tarif Penyusutan x Harga perolehan)

= 12.5% x Rp 68.560.000,00 = Rp 8.570.000,00 Kendaraan (Mar-08) = (Tarif Penyusutan x Harga perolehan)

= 12.5% x Rp 81.280.000,00 = Rp 10.160.000,00 Furniture (Des-08) = (Tarif Penyusutan x Harga perolehan)

= 12.5% x Rp 16.800.000,00 = Rp 2.100.000,00 Kelompok 3:

Kelompok 4:

Tanah (jun-06); Tanah tidak disusut, karena harga tanah selalu meningkat Kelompok Bangunan

Permanen: Tidak Permanen:

Bangunan (Feb-07) = (Tarif Penyusutan x Harga perolehan) = 10% x Rp 205.000.000,00 = Rp 20.500.000,00

--- Jumlah penyusutan fiskal Rp 41.330.000,00 Jumlah penyusutan komersial Rp 41.330.000,00

Dari hasil analisis, tidak ada selisih penyusutan karena PT Ardana Media memakai metode penyusutan Garis lurus untuk komersial dan fiskal. Tetapi perhitungan yang dilakukan oleh PT Ardana Media tidak benar, terjadi kesalahan tarif dalam menghitung penyusutan. Kelompok 2 yang seharusnya 12,5% dihitung dengan tarif 25% dan kelompok bangunan (tidak permanen) yang seharusnya 10% dihitung dengan tarif 20%.

Formulir 1771

d) Penghasilan Kena Pajak

Penghasilan Neto Fiskal Rp 61.013.702,00 Kompensasi Kerugian Fiskal -

--- Penghasilan Kena Pajak Rp 61.013.702,00 ==============

e) PPh Terutang

PPh Terutang = (Tarif PPh Ps 17 x Penghasilan Kena Pajak)

= 25% x Rp 61.013.702,00 = Rp 15.253.425,50 Pengembalian/Pengurangan Kredit Pajak

Luar Negeri (PPh Ps. 24) yang telah

Diperhitungkan tahun lalu -

--- Jumlah PPh Terutang Rp 15.253.425,50 ============= f) Kredit Pajak Jumlah PPh Terutang Rp 15.253.425,50 PPh Ditanggung Pemerintah -

Kredit Pajak Dalam Negeri - Kredit Pajak Luar Negeri -

--- PPh yang Harus Dibayar Sendiri Rp 15.253.425,50

============

g) PPh yang Dibayar Sendiri

PPh Ps. 25 Bulanan Rp 4.400.000,00

STP PPh Ps.25 (Hanya Pokok Pajak) -

--- Jumlah PPh yang Dibayar Sendiri Rp 4.400.000.00 =============

h) PPh Kurang/Lebih Bayar

PPh yang Harus Dibayar Sendiri Rp 15.253.425,50 PPh yang Dibayar Sendiri Rp. 4.400.000.00 ---

PPh yang Kurang Dibayar (PPh Ps.29) Rp 10.853.425,50 ============= PT Ardana Media telah mengisi dalam lampiran I formulir 1771 yang secara ringkas dapat ditunjukkan, sebagai berikut:

Gambar 5.2 Penghitungan PPh Ps 17 yang Harus Dibayar PT Ardana Media

Dari hasil perhitungan kembali yang dilakukan oleh penulis, tarif PPh yang digunakan adalah tarif PPh Ps.17 Ayat (1) yaitu sebesar 25%. PT Ardana Media memilih (a) tarif PPh Pa 17 ayat (1) 25% karena mereka tidak mendapat fasilitas dari pemerintah (b) tarif PPh Ps.17 ayat (2b) dikarenakan tidak ada saham yang diperdagangkan dibursa efek dan (c) tarif PPh Ps. 31E ayat (1) peredaran bruto PT Ardana Media tidak sampai dengan Rp.50.000.000.000,00.

Setelah melakukan perhitungan kembali, penulis menemukan kesalahan perhitungan yang dilakukan oleh PT Adana Media. Kesalahan perhitungan mengakibatkan pajak yang dibayarkan kepada negara menjadi tidak tepat. Perhitungan PPh terutang yang dilakukan oleh PT Ardana Media adalah sebesar Rp4.490.926,00 dan yang dilakukan penulis sebesar Rp15.253.426,00. Sehingga terdapat selisih sebesar Rp10.762.500,00, selisih ini merugikan pendapatan negara.

2. Lengkap, meliputi pengujian berikut:

Lengkap dalam memuat unsur-unsur yang berkaitan dengan objek

pajak

Kelengkapan dalam membuat bukti pendukung dapat dianalis dengan membandingkan lampiran 1771-I sampai dengan 1771-VI dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Hasil Analisis Lampiran SPT Tahunan Wajib Pajak Badan adalah sebagai berikut:

Lampiran 1771-I

Penyesuaian fiskal positif yang terdapat pada no 5 didukung oleh Lampiran Khusus I A/I B Daftar Penyusutan dan Amortisasi fiskal (i) selisih penyusutan komersial di atas penyusutan fiskal dan (j) selisih amortisasi komersial di atas amortisasi fiskal, sedangkan dalam laporan keuangan terdapat akun penyusutan aktiva tetap dan amortisasi.

Lampiran-lampiran khusus SPT tahunan yang berkaitan dengan penelitian ini adalah daftar penyusutan dan amortisasi fiskal (lampiran khusus 1a/1b), yang meliputi:

1) Jenis harta berwujud/tidak berwujud yang dimiliki dan dipergunakan dalam perusahaan yang dapat disusutkan/diamortisasi.

2) Informasi yang relevan (apabila ada) mengenai:

 tahun-tahun revaluasi yang pernah dilakukan;

METODE PENYUSUTAN/AMORTISASI diisi dengan kode:

METODE

PENYUSUTAN/AMORTISASI

KODE PENGGUNAAN

Garis Lurus GL Komersial/Fiskal

Jumlah Angka Tahun JAT Komersial

Saldo Menurun SM Komersial/Fiskal

Saldo Menurun Ganda SMG Komersial Jumlah Jam Jasa JJJ Komersial

Jumlah Satuan Produksi JSP Komersial/Amortisasi Fiskal

Metode Lainnya ML Komersial

Lampiran 1771-II

Lampiran ini telah diisi dengan perincian Harga Pokok Penjualan, Biaya Usaha Lainnya dan Biaya Dari Luar Usaha secara komersial sesuai dengan Lampiran 1771-II angka 1 huruf b, c dan f, dengan rincian berikut:

Kolom (1) : nomor urut. Kolom (2) : perincian.

Kolom (3) : diisi dengan biaya yang merupakan Harga Pokok Penjualan. Kolom (4) : diisi dengan Biaya Usaha Lainnya yang bukan merupakan

Harga Pokok Penjualan.

Kolom (5) : diisi dengan Biaya-biaya langsung yang terkait dengan penghasilan dari luar usaha.

Kolom (6) : diisi dengan jumlah kolom (3) ditambah dengan kolom (4) ditambah dengan kolom (5)

Lampiran 1771-III

Lampiran ini telah diisi dengan benar sesuai rincian bukti pungut PPh Pasal 22 dan bukti potong PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26 yang telah dibayar melalui pemungutan/pemotongan pajak oleh pihak lain, atas penghasilan

yang dikenakan Pajak Penghasilan tidak bersifat final yang diterima/diperoleh dan dilaporkan dalam SPT Tahunan tahun pajak ini. Pemotongan PPh Pasal 26 yang dapat dikreditkan dengan PPh Terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan adalah pemotongan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (5) UU PPh.

Kolom (1) : diisi dengan Nomor Urut untuk masing-masing jenis pajak Kolom (2) : diisi dengan Nama dan NPWP Pemotong/Pemungut Pajak.

Dalam hal PPh Pasal 22 dibayar sendiri kolom ini diisi dengan Nama dan Alamat Bank tempat pembayaran.

Kolom (3) : diiisi dengan:

 Untuk PPh Pasal 22 diisi dengan Jenis Transaksi atau Pembayaran

 Untuk PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26 diisi dengan jenis penghasilan yang dipotong PPh.

Kolom (4) : diisi dengan jumlah yang menjadi Dasar Pemotongan/Pemungutan.

Kolom (5) : diisi dengan jumlah PPh yang dipotong/dipungut.

Kolom (6) dan (7): diisi dengan Nomor dan Tanggal Bukti Pemotongan/Pemungutan.

Untuk PPh Pasal 22 yang dibayar sendiri kolom (6) diisi dengan kata “SSP”atau “SSPCP”.

Wajib Pajak wajib memperlihatkan serta menyerahkan bukti-bukti pemungutan/ pemotongan pajak oleh pihak lain apabila diminta untuk keperluan pemeriksaan kewajiban perpajakan.

Lampiran 1771-IV

Lampiran ini telah diisi dengan penghasilan-penghasilan tertentu yang dikenakan PPh final baik melalui pemotongan oleh pihak lain atau dengan menyetor sendiri serta penghasilan-penghasilan tertentu yang tidak termasuk sebagai objek pajak yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak ini, sesuai dengan jumlah bruto atau nilai transaksinya. Wajib Pajak wajib memperlihatkan serta membuat daftar rincian bukti-bukti pemotongan/pembayaran pajaknya bila diminta untuk keperluan pemeriksaan kewajiban pajak.

Lampiran 1771-V

Lampiran ini terdiri dari:

1. Daftar pemegang saham/pemilik modal dan jumlah dividen yang dibagikan.

2. Daftar susunan pengurus dan komisaris.

Bagian A : Daftar Pemegang Saham/Pemilik Modal Dan Jumlah Dividen Yang Dibagikan

Kolom (1) : diisi dengan Nomor Urut

Kolom (2) : diisi dengan Nama dan Alamat Lengkap Pemegang Saham atau Pemilik Modal sesuai dengan kartu identitas

Kolom (3) : diisi dengan NPWP Pemegang Saham atau Pemilik Modal. Untuk pemegang saham/modal yang tidak memiliki NPWP (misalnya WP Luar Negeri, WP yang penghasilannya di bawah PTKP) diisi dengan Tidak Ada.

Kolom (4) : diisi dengan jumlah modal yang disetor Kolom (5) : diisi dengan persentase kepemilikan

Kolom (6) : diisi dengan jumlah dividen yang dibagikan kepada pemegang saham.

Bagian B : Daftar Susunan Pengurus Dan Komisaris Kolom (1) : diisi dengan Nomor Urut.

Kolom (2): diisi dengan Nama dan Alamat Lengkap Pengurus dan Komisaris sesuai dengan kartu identitas.

Kolom (3) : diisi dengan NPWP Pengurus dan Komisaris. Untuk Pengurus dan Komisaris yang tidak memiliki NPWP (misalnya WP Luar Negeri, WP yang penghasilannya di bawah PTKP) diisi

dengan „Tidak Ada’

Kolom (4) : diisi dengan jabatan pengurus atau komisaris.

Catatan:

1. Wajib Pajak yayasan dan badan-badan lain yang tidak dimiliki atas dasar penyertaan modal, serta KIK Reksa Dana dan KIK–EBA, cukup mengisi Daftar Pemegang Saham/Pemilik Modal dengan pernyataan :

2. Wajib Pajak perusahaan masuk bursa, pemegang saham publik tidak perlu dirinci per nama (dapat dinyatakan secara kumulatif) kecuali apabila kepemilikan sahamnya berjumlah 5% atau lebih dari jumlah modal disetor.

3. Daftar Susunan Pengurus Dan Komisaris diisi lengkap tetapi tidak termasuk tingkat manajer.

Pengisian dalam lampiran 1771-V telah sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-02/PJ.42/2003 tentang kewajiban Mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Bagi Pemegang Saham/Pemilik Modal, Pengurus dan Komisaris.

Lampiran 1771-VI

Lampiran 1771-VI terdiri dari:

1. Daftar penyertaan modal pada perusahaan afiliasi.

2. Daftar utang dari pemegang saham dan/atau perusahaan afiliasi. 3. Daftar piutang kepada pemegang saham dan/atau perusahaan afiliasi. Hasil analisis pembahasan dalam lampiran 1771-VI, tidak terdapat beberapa hal berikut yang harus dilampirkan:

a. Ketiga daftar diisi dengan angka saldo akhir tahun berdasarkan transkrip kutipan elemen-elemen dari laporan keuangan komersial yang dilampirkan pada SPT Tahunan.

Dalam lampiran ini tidak terdapat saldo akhir dengan: (1) daftar penyertaan modal pada perusahaan afiliasi, (2) daftar utang dari pemegang saham dan/atau perusahaan afiliasi, (3) daftar piutang kepada pemegang saham dan/atau perusahaan afiliasi, dikarenakan tidak terdapat jenis transaksi tersebut.

b. Penyertaan modal yang dicantumkan adalah penyertaan modal yang memenuhi kriteria hubungan istimewa baik langsung maupun tidak langsung.

Hasil analisis:

Jenis transaksi ini tidak terdapat dalam laporan keuangan.

c. Utang/Piutang yang dicantumkan adalah utang dari/piutang kepada pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa baik langsung maupun tidak langsung.

Hasil analisis:

Tidak terdapat jenis transaksi tersebut, sehingga lampiran 1771-VI dikosongkan.

d. Wajib Pajak yang tidak mempunyai penyertaan modal atau penyertaan modalnya tidak memenuhi kriteria hubungan istimewa, serta Wajib Pajak yang tidak mempunyai utang/piutang pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, cukup mengisi daftar dengan

pernyataan : “TidakAda”, pada kolom (2).

Tidak terdapat jenis transaksi tersebut, sehingga dalam kolom pengisian pada lampiran 1771-VI dikosongkan.

3. Jelas, meliputi pengujian berikut:

Melaporkan asal-usul atau sumber dari objek pajak dan unsur-unsur

lain yang harus dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan.

Hasil analisis data:

PT Ardana Media telah mengisi SPT dengan jelas yaitu mencantumkan/menuliskan objek pajak yang harus dilaporkan dalam Surat Pemeberitahuan. Hal ini dapat dilihat dalam pengujian yang ditunjukkan oleh lampiran I Formulir 1771 beserta lampirannya (formulir 1771, 1771-I, 1771-II, 1771-III, 1771-IV, 1771-V, 1771-VI).

4. Tanda tangan, meliputi pengujian berikut:

SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan telah ditandatangani dan diberi nama jelas, jabatan dan cap perusahaan. Hal ini dapat dibuktikan dengan pengujian melalui lampiran I formulir 1771 yang telah diberi nama jelas, jabatan, dan cap perusahaan oleh Bp. Yulianto sebagai pemimpin perusahaan.

Dokumen terkait