• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Atribut Seismik Berdasarkan Data Sumur

4.2 Pola Sedimentasi Blok Tanjung Jabal

4.2.2 Analisis Atribut Seismik Berdasarkan Data Sumur

Gambar 4.24 Prinsip perhitungan RMS amplitude. (Sukmono, 2003)

4.2.2 Analisis Atribut Seismik Berdasarkan Data Sumur

Pada analisis ini lebar jendela yang akan dilakukan perhitungan RMS amplitude, diperkirakan berdasarkan analisis check shot yang sudah diikat ke data seismik. Hal ini diperkirakan dari 3 sumur yaitu TJ-1, TJ-2, dan NW-TJ-1 yang memiliki data check shot dan bisa diikat ke data seismik. Analisis pola sedimentasi pada endapan syn-rift pada data sumur dilihat berdasarkan kurva respon log gamma ray yang dihubungkan dengan lingkungan pengendapannya. Untuk endapan syn-rift analisis diukur dari 1 sekuen dari SB ke SB, yang terdekat dari MFS 3 sebagai marker top syn-rift Blok Tanjung Jabal. Sehingga analisis endapan syn-rift bisa disebut juga sebagai analisis endapan late syn-rift pada Blok Tanjung Jabal, yaitu analisis kurva respon log gamma ray dari SB-2 ke SB-1 (gambar 4.25).

𝑅𝑀𝑆 𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑡𝑢𝑑𝑒

= 1

85

Gambar 4.25 Kurva respon log gamma ray dari SB-2 ke SB-1.

Berdasarkan kurva respon log gamma ray SB-2 ke SB-1 dari sumur-sumur yang terdapat di Blok Tanjung Jabal. Terlihat bahwa endapan SB-2 ke SB-1 mencirikan endapan darat. Hal ini dapat diketahui berdasarkan analisis Kendall (1995) yang mendefinisikan respon log gamma ray terhadap variasi ukuran butir, yang terlihat pada gambar 4.26.

86

Kemudian menurut Kendall, respon log gamma ray dapat mencerminkan lingkungan pengendapan seperti yang terlihat pada gambar 4.27 sebagai berikut:

Gambar 4.27 Respon log terhadap sistem lingkungan pengendapan klastik: lingkungan fluvial, delta, laut dangkal hingga laut dalam. (Kendall, 1995)

Kurva respon log gamma ray pada sumur-sumur di Blok Tanjung Jabal, menunjukkan tipe bell shape atau fining upward dan biasanya tipe demikian dijumpai pada pengendapan sungai, alluvial, atau fluvial.

Berdasarkan analisis-analisis yang sudah dilakukan dalam penentuan lebar jendela atribut untuk menentukan pola sedimentasi endapan syn-rift Blok Tanjung Jabal yaitu dari SB-2 ke SB-1. Maka lebar jendela pada data seismik dapat dianalisis berdasarkan data check shot yang ada pada sumur TJ-1, TJ-2, dan NW-TJ-1. Analisis lebar jendela tergantung nilai lebar jarak antara SB-2 ke SB-1 pada sumur TJ-1, TJ-2, dan NW-TJ-1 yang terdapat di data seismic. Bentuk jendela berdasarkan horizon top sy-rift yang sudah dilakukan analisisnya (gambar 4.29).

87

Gambar 4.28 Pola kurva log gamma ray SB-2 – SB-1 yang berbentuk fining upward.

Setelah besar jendela atribut diketahui nilainya dari ketiga data sumur yang memiliki data check shot, maka peta atribut seimik RMS amplitude dapat dianalisis, berdasarakan acuan dari lebar jendela pada ketiga sumur di inline 923 untuk sumur TJ-1, inline 976 untuk sumur TJ-2, dan inline 995 untuk sumur NW-TJ-1.

88

Kemudian ketiga nilai lebar jendela tersebut dihitung dan didapatkan nilai lebar jendela seperti pada tabel 4.1 seperti berikut.

Tabel Analisis Peta Atribut Seismik RMS Amplitude Interval SB-2-SB-1

penampang seismik lebar jendela nama peta atribut NW-TJ-1 TJ-1 TJ-2 TJ-3 SW-TJ-1 N-TJ-1 inline 923 20-10 ms RMS 1 3.54 2.39 3.24 4.42 4.8 3.68 inline 976 5-10 ms RMS 2 5.22 2.11 4.06 2.54 5.18 3.19 inline 995 10-15 ms RMS 3 1.51 1.11 1.97 4.69 2.16 3.72

ketebalan SB-2 -SB-1 pada sumur

(feet) 164 87 100 57 142 111

Pada tabel 4.1 data diperoleh dari data sumur (untuk ketebalan) dan nilai RMS diperoleh dari data peta atribut seismik amplitudo. Dari data-data pada tabel 4.1 dilakukan analisis koefisien korelasi pada ketiga peta RMS amplitude, bila nilai koefisien korelasi antara 0.75 ≤ R2 ≤ 0.9 maka peta tersebut yang memiliki penyebaran data yang cukup baik, dan dapat digunakan sebagai analisis pola sedimentasi Blok Tanjung Jabal. Grafik 4.1, 4.2, dan 4.3 menunjukkan penyebaran data dan koefisien korelasi dari data-data pada tabel 4.1.

Grafik 4.1 Penyebaran data dan keofisien korelasi peta RMS 1 interval SB-2-SB-1

y = 6.287x + 87.04 R² = 0.019 0 50 100 150 200 0 2 4 6 Ke te b alan Ta rge t (fe e t) RMS

RMS 1

rms 1 Linear (rms 1)

89

Grafik 4.2 Penyebaran data dan keofisien korelasi peta RMS 2 interval SB-2-SB-1

Grafik 4.3 Penyebaran data dan keofisien korelasi peta RMS 3 interval SB-2-SB-1

Berdasarkan grafik 4.1, 4.2, dan 4.3 terbukti bahwa peta atribut seimik RMS 2 memiliki penyebaran data dan nilai koefisien korelasi yang cukup bagus, yaitu dengan nilai R2=0,771 dengan rumus y = 25.49x + 15.42. Dengan demikian peta atribut seimik RMS 2 digunakan untuk melakukan analisis pola sedimentasi endapan syn-rift Blok Tanjung Jabal. Pada grafik 4.2 menunjukkan bahwa nilai ketebalan berbanding lurus dengan nilai RMS, artinya jika nilai ketebalan semakin tinggi maka nilai RMS juga semikin tinggi. Nilai koefisien korelasi yang cukup bagus dan nilai yang berbanding lurus pada peta atribut seimik RMS 2 dapat digunakan untuk menganalisis peta ketebalan SB2-SB1 berdasarkan rumus dari penyebaran data peta atribut seimik RMS 2, sehingga peta ketebalan SB 2-SB 1 inilah yang lebih akurat untuk menggambarkan pola sedimentasi endapan syn-rift Blok Tanjung Jabal.

y = 25.49x + 15.42 R² = 0.771 0 50 100 150 200 0 1 2 3 4 5 6 K e te b al an Tar ge t (fee t) RMS

RMS 2

rms 2 Linear (rms 2) y = -14.80x + 147.5 R² = 0.284 0 50 100 150 200 0 1 2 3 4 5 K e te b al an Tar ge t (fee t) RMS

RMS 3

rms 3 Linear (rms 3)

90

91

Pembuatan peta ketebalan interval SB 2-SB 1 menggunakan rumus koefisien korelasi yaitu y = 25.49x + 15.42, dimana “y” adalah peta ketebalan interval SB 2-SB 1 yang dicari dan nilai “x” adalah peta atribut seismic RMS 2 (gambar 4.30). Sehingga di dapat peta baru berupa data ketebalan interval SB 2- SB 1 di Blok Tanjung Jabal.

Pada gambar 4.30 peta atribut seismik RMS 2 telah di-overlay dengan peta isochrone interval syn-rift, sehingga menggambarkan geometri dari cekungan atau Blok Tanjung Jabal. Dalam melakukan interpretasi pola sedimentasi geometri dari suatu daerah sangatlah penting, karena geometri dapaat menggambarkan lingkungan pengendapan pada daerah tersebut. Peta atribut seismik RMS 2 memperlihatkan bahwa sepanjang cekungan yang terbentuk dari sesar SW-NE (Pola Jambi) menghasilkan nilai RMS yang tinggi, oleh karena itu memiliki ketebalan interval SB 2-SB 1 yang tinggi pula, dengan ketebalan sekitar 200 hingga 500 kaki.

Dokumen terkait