• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis besarnya pengaruh faktor higienis dan faktor motivator terhadap motivasi kerja karyawan terhadap motivasi kerja karyawan terhadap motivasi kerja karyawan

faktor karakteristik motivasi memiliki hubungan dengan kinerja pegawai di PT Jasa Raharja. Faktor-faktor karakteristik motivasi adalah karakteristik individu

1=SS 2=S 3=KS 4=TS 5=SS Indikator Motivasi Kerja

4.5.6. Analisis besarnya pengaruh faktor higienis dan faktor motivator terhadap motivasi kerja karyawan terhadap motivasi kerja karyawan terhadap motivasi kerja karyawan

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan yang akan dianalisis adalah hubungan kerja antara atasan dan bawahan (X1), hubungan antara sesama rekan kerja (X2), kondisi kerja (X3), pengembangan karyawan (X4), pengakuan dan penghargaan (X5), dan pekerjaan itu sendiri (X6). Faktor-faktor tersebut mengacu pada Teori Motivasi Dua Faktor Herzberg. Hasil analisis regresi linear berganda faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan PT Bumi Amrita disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan PT Bumi Amrita

Coefficientsa 1.883 5.549 .339 .737 .186 .320 .078 .582 .565 .729 1.371 .746 .426 .243 1.750 .091 .689 1.451 .110 .429 .039 .256 .799 .559 1.787 1.010 .522 .403 1.934 .063 .306 3.270 .615 .347 .284 1.772 .087 .517 1.936 .090 .321 .052 .280 .781 .381 2.623 (Constant) X1 X2 X3 X4 X5 X6 Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: M a.

Berdasarkan Tabel 7, dapat dibuat persamaan regresi berikut :

Motivasi = 1,883 + 0,186 X1 + 0,746 X2 + 0,110 X3 + 1,010 X4 + 0,615 X5 + 0,090X6

Melalui analisis regresi, diperoleh nilai R-Sq (adj) 0,549. Artinya 54,9% peubah terikat motivasi kerja karyawan dijelaskan oleh peubah bebas, yaitu faktor-faktor higienis dan faktor-faktor motivator, serta sisanya dijelaskan oleh peubah lain di luar peubah yang digunakan dalam penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linear berganda layak dipakai untuk penelitian, karena persentase peubah terikat lebih dari 50% dijelaskan oleh peubah-peubah bebas yang digunakan dalam model.

Berdasarkan uji statistik F, nilai F-hitung yang diperoleh memiliki nilai peluang 0,000 berarti lebih kecil dari taraf nyata yang ditentukan (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa peubah-peubah bebas yang ada dalam model secara bersama-sama berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan. Hasil uji statistik t pada taraf nyata 0,05 diperoleh hasil bahwa semua peubah secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap motivasi kerja karyawan, karena nilai P dari semua variabel yang ada ternyata lebih besar dari taraf nyata 0,05.

Dari hasil perhitungan dapat dikelompokkan menjadi tiga kluster peubah yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap motivasi kerja. Kelompok pertama adalah peubah pengembangan karyawan (1,010). Hal ini berarti jika pengembangan karyawan di perusahaan meningkat sebesar 1%, maka motivasi kerja akan meningkat sebesar 1,010%.

Pengembangan karyawan menjadi pengaruh paling besar terhadap motivasi karena setiap karyawan dalam bekerja mengharapkan untuk dapat meningkatkan prestasi kerja dan karir. Implikasi manajerial dari hasil ini adalah jika perusahaan meningkatkan proporsi untuk mengembangkan karyawan lebih besar dari sebelumnya maka motivasi juga akan meningkat proposinya sehingga dampak selanjutnya adalah tercapainya tujuan perusahaan

46

yang terlihat dari adanya peningkatan produktivitas, sehingga akan berpengaruh pada keuntungan yang dicapai oleh perusahaan.

Kelompok kedua adalah peubah hubungan antar sesama rekan kerja (0,746) dan peubah pengakuan dan penghargaan (0,615). Artinya jika hubungan antar sesama rekan kerja meningkat sebesar 1%, maka dapat meningkatkan motivasi kerja 0,746%. Hubungan antar sesama rekan kerja juga dinilai penting, karena dalam bekerja diperlukan hubungan yang baik antar sesama rekan kerja, sehingga pekerjaan yang dilakukan akan dapat diselesaikan dengan baik pula dan termotivasi dalam bekerja. Koefisien peubah pengakuan dan penghargaan sebesar 0,615 dapat diartikan jika pengakuan dan penghargaan meningkat sebesar 1%, maka dapat meningkatkan motivasi kerja sebesar 0,615%.

Setiap karyawan juga perlu mendapat pengakuan dan penghargaan atas hasil kerjanya baik dari atasan maupun dari sesama rekan kerja agar semakin termotivasi dalam melaksanakan pekerjaannya. Implikasi manajerial dari hasil ini adalah jika perusahaan meningkatkan proporsi dalam hal pengakuan dan penghargaan terhadap karyawan lebih besar dari sebelumnya maka motivasi juga akan meningkat proposinya. Dampak selanjutnya adalah tercapainya tujuan perusahaan, terlihat dari peningkatan produktivitas, selanjutnya akan berpengaruh pada keuntungan yang dapat dicapai perusahaan.

Kelompok ketiga adalah peubah hubungan kerja antara atasan dan bawahan, pekerjaan itu sendiri dan kondisi kerja. Koefisien 0,186 pada peubah hubungan kerja atasan dan bawahan artinya jika hubungan kerja atasan dan bawahan meningkat sebesar 1% maka dapat meningkatkan motivasi kerja sebesar 0,186%. Hubungan kerja atasan dan bawahan juga mempengaruhi motivasi karyawan dalam bekerja, seperti diskusi yang baik antara atasan dan bawahan, pengawasan kerja yang baik oleh atasan dan diperhatikannya ide dan saran karyawan kepada atasannya. Koefisien 0,90 pada peubah

pekerjaan itu sendiri, artinya jika pekerjaan itu sendiri meningkat sebesar 1%, maka dapat meningkatkan motivasi kerja 0,090%. Pemahaman karyawan akan pekerjaannya sekarang dapat mempengaruhi motivasi karyawan dalam bekerja. Koefisien 0,110 pada peubah kondisi kerja, artinya jika kondisi kerja meningkat sebesar 1%, maka dapat meningkatkan motivasi kerja 0,090%.

Kondisi kerja pada perusahaan tempat karyawan bekerja dapat mempengaruhi motivasi karyawan dalam bekerja seperti kenyamanan, kebersihan dan kelengkapan fasilitas dan sarana. Implikasi manajerial dari hasil ini adalah jika perusahaan meningkatkan proporsi dalam hal kondisi kerja supaya lebih baik dari sebelumnya maka motivasi juga akan meningkat proposinya. Dampak selanjutnya adalah dapat tercapainya tujuan perusahaan yang dapat terlihat dari akan adanya peningkatan produktivitas, selanjutnya akan berpengaruh pada keuntungan yang dapat dicapai perusahaan.

Hasil di atas merupakan hasil analisis uji regresi berganda dengan menggunakan metode enter, sedangkan bila digunakan metode stepwise solution dengan F entry 15% dan F removal 20%, didapatkan hasil seperti yang tertera pada Tabel 8.

Metode stepwise solution dengan F entry 15% dan F removal

20%, disajikan pada Tabel 9. Digunakan taraf nyata 15-20%, karena masih diberikan toleransi akibat data yang bersumber dari manusia yang relatif lebih variatif dibandingkan dengan bahan yang bersifat statis. Dari uji ini, ternyata ditemui dua peubah yang berpengaruh nyata terhadap motivasi kerja karyawan, yaitu peubah pengembangan karyawan dan hubungan kerja antara atasan dan bawahan.

R-Sq 0,550 artinya 55% peubah terikat motivasi kerja karyawan dapat dijelaskan oleh kedua peubah bebas tersebut, maka dapat dikatakan bahwa model regresi linear berganda ini layak dipakai, karena persentase peubah terikat lebih dari 50% dapat digunakan untuk menjelaskan model. Persamaan regresinya adalah :

48

Motivasi = 8,602 + 0,523 X1 + 1,653 X4

Metode stepwise solution dengan F entry 20% dan F removal

25%, disajikan pada Tabel 9. Digunakan taraf nyata 20-25%, karena masih diberikan toleransi akibat data yang bersumber dari manusia yang relatif lebih variatif dibandingkan dengan bahan yang bersifat statis. Dari uji ini ternyata terdapat empat peubah yang berpengaruh secara nyata terhadap motivasi kerja karyawan, yaitu peubah pengembangan karyawan, hubungan kerja antara atasan dan bawahan, pengakuan dan penghargaan serta hubungan antar sesama rekan kerja.

Tabel 8. Hasil analisis regresi metode stepwise solution faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan PT Bumi Amrita pada α=15%-20% Coefficientsa 12.218 3.060 3.993 .000 1.829 .299 .729 6.119 .000 1.000 1.000 8.602 3.547 2.425 .021 1.653 .304 .659 5.439 .000 .902 1.109 .523 .284 .223 1.842 .075 .902 1.109 (Constant) Pengembangan Karyawan (Constant) Pengembangan Karyawan

Hubungan Kerja antara Atasan dan Bawahan Model 1 2 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: Motivasi Kerja a.

R-Sq 0,590 artinya 59% peubah terikat motivasi kerja karyawan dapat dijelaskan oleh keempat peubah bebas tersebut, maka dapat dikatakan bahwa model regresi linear berganda ini layak dipakai, karena persentase peubah terikat lebih dari 50% dapat digunakan untuk menjelaskan model. Persamaan untuk model regresinya adalah :

Tabel 9. Hasil analisis regresi metode stepwise solution faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan PT Bumi Amrita pada α=20%-25% Coefficientsa 12.218 3.060 3.993 .000 1.829 .299 .729 6.119 .000 1.000 1.000 8.602 3.547 2.425 .021 1.653 .304 .659 5.439 .000 .902 1.109 .523 .284 .223 1.842 .075 .902 1.109 6.966 3.694 1.886 .069 1.406 .349 .561 4.030 .000 .665 1.504 .425 .289 .181 1.472 .151 .847 1.180 .425 .308 .196 1.380 .178 .636 1.571 2.031 4.540 .447 .658 1.130 .372 .450 3.033 .005 .547 1.829 .349 .283 .149 1.234 .227 .827 1.209 .610 .316 .282 1.930 .063 .566 1.766 .669 .380 .218 1.763 .088 .789 1.267 (Constant) Pengembangan Karyawan (Constant) Pengembangan Karyawan

Hubungan Kerja antara Atasan dan Bawahan (Constant)

Pengembangan Karyawan

Hubungan Kerja antara Atasan dan Bawahan Pengakuan dan Penghargaan (Constant) Pengembangan Karyawan

Hubungan Kerja antara Atasan dan Bawahan Pengakuan dan Penghargaan Hubungan antara Sesama Rekan Kerja Model 1 2 3 4 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients

t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: Motivasi Kerja a.

Hasil uji regresi tersebut menunjukkan bahwa pengembangan karyawan yang paling besar pengaruhnya terhadap motivasi kerja karyawan. Pengembangan karyawan dilakukan dengan cara mengadakan pelatihan secara tidak langsung, agar dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Selain itu, perusahaan telah memberikan kesempatan untuk menduduki jabatan lebih tinggi yang disesuaikan dengan kemampuan, serta memperhatikan ide dan saran, memperhatikan etos kerja dan tanggungjawab karyawan terhadap pekerjaannya. Semua ini ditunjukkan pula oleh keuntungan perusahaan dari hasil pengoperasian wartel kios rokok yang meningkat 49% pada tahun 2006 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Dokumen terkait