• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.5.1. Analisis Biaya Penangkapan

Dalam kajian bioekonomi model Gordon-Schaefer biaya penangkapan didasarkan atas asumsi bahwa hanya faktor penangkapan yang diperhitungkan dan dianggap konstan, sehingga pada penelitian ini biaya penangkapan didefinisikan sebagai biaya variabel per trip meliputi biaya bahan bakar (solar), bahan pengawet (es dan garam), oli dan pangan. Biaya-biaya ini diasumsikan konstan. Perairan Selat Bali berada diantara dua Provinsi yaitu Provinsi Jawa Timur dan Bali, dengan menggunakan alat tangkap yang sama yaitu armada purse seine dengan dua perahu. Karakteristik alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Jawa Timur dan Bali umumnya sama baik secara ukuran panjang dan lebar jaring, ukuran

mesh size maupun pengoperasiannya dengan menggunakan dua perahu atau dikenal dengan sebutan purse seine dengan dua perahu. Jumlah tenaga kerja yang digunakannya pun hampir sama, secara rinci telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya. Meskipun wilayah penangkapannya sama dengan alat tangkap dengan karakteristik yang sama, tetapi biaya penangkapan pada masing-masing Provinsi berbeda. Perbedaan biaya penangkapan disebabkan oleh berbedanya jarak penangkapan dari fishing base. Umumnya nelayan Provinsi Jawa Timur menangkap ikan dengan jarak 16 mil dan nelayan Bali menangkap ikan dengan jarak tiga sampai dengan sepuluh mil dari fishing base. Biaya penangkapan

diperoleh dari data primer dengan mewawancarai 18 orang nelayan Kabupaten Banyuwangi-Muncar Provinsi Jawa Timur dan 13 orang nelayan Kabupaten Jembrana Provinsi Bali. Dari responden-responden tersebut diperoleh rata-rata biaya penangkapan terhadap usaha penangkapan multispesies sumberdaya perikanan pelagis dengan menggunakan alat tangkap purse seine baik di Jawa Timur maupun Bali seperti disajikan pada Tabel 21 dan Tabel 22.

Berdasarkan Tabel 21 terlihat bahwa biaya penangkapan terbesar di Provinsi Jawa Timur dikeluarkan untuk membeli solar yakni sebesar 58.61 persen, kemudian, bahan pengawet/es dan olie sebesar 18.23 persen, serta pangan 7.93 persen.

Tabel 21. Rata-Rata Biaya Penangkapan Multispesies Sumberdaya Perikanan Pelagis dengan Menggunakan Alat Tangkap Purse Seine di Provinsi Jawa Timur

Biaya Penangkapan Nilai (Rp) Persentase (%)

Solar 869 000.00 58.61

Bahan Pengawet/Es 270 222.00 18.23

Olie 270 222.00 18.23

Pangan 73 111.00 7.93

Total Biaya Penangkapan Per Trip Per

Unit Armada 1 482 556.00 100.00

Sumber : Data Primer, 2009 (diolah).

Tabel 22. Rata-Rata Biaya Penangkapan Multispesies Sumberdaya

Perikanan Pelagis dengan Menggunakan Alat Tangkap Purse Seine di Provinsi Bali

Biaya Penangkapan Nilai (Rp) Persentase (%)

Solar 736 615.00 58.70

Bahan Pengawet/Es 270 222.00 18.02

Olie 270 222.00 18.02

Pangan 73 111.00 5.26

Total Biaya Penangkapan Per Trip Per

Unit Armada 1 254 769.00 100.00

Berdasarkan Tabel 22 biaya penangkapan yang dikeluarkan di Provinsi Bali terbesar adalah biaya solar yaitu 58.70 persen, bahan pengawet/es dan olie sebesar 18.02 persen serta pangan 5.26 persen. Perbedaan persentasi biaya penangkapan pada dua Provinsi tidak terlalu besar. Terlihat bahwa biaya penangkapan dengan alat tangkap purse seine dua perahu nelayan Bali lebih kecil daripada nelayan Jawa Timur. Hal ini terjadi karena jarak operasi penangkapan nelayan dari fishing base. Jarak kegiatan penangkapan nelayan Jawa Timur lebih jauh daripada nelayan Bali seperti telah dijelaskan di atas. Rekapitulasi biaya penangkapan per trip responden Kabupaten Banyuwangi Muncar disajikan pada Lampiran 6 dan responden Bali pada Lampiran 7.

Biaya penangkapan ini digunakan untuk menangkap multispesies sumberdaya perikanan pelagis di Perairan Selat Bali yaitu spesies Lemuru, Tongkol, Layang, Kembung dan spesies ikan lainnya. Oleh karena itu, biaya penangkapan pada perairan Selat Bali dihasilkan dari rata-rata biaya penangkapan pada dua Provinsi tersebut yang kemudian dihitung secara proporsional untuk masing-masing spesies berdasarkan pada persentasi produksi masing-masing spesies yang ditangkap dengan alat tangkap purse seine pada masing-masing Provinsi. Hal ini dilakukan agar hasil perhitungan dapat sesuai dengan kondisi yang ada, dimana spesies yang hasil tangkapannya (produksinya) lebih besar maka biaya penangkapannya juga lebih besar begitu pula sebaliknya. Biaya penangkapan pada penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan pada Bulan Mei tahun 2009 dan merupakan biaya penangkapan nominal. Oleh karena tidak tersedia biaya penangkapan dalam bentuk time series di kedua Provinsi maka pada penelitian ini dihitung biaya penangkapan riil series

kedua Provinsi dengan cara CPI atau Indeks Harga Konsumen (IHK) tahun yang akan diketahui dibagi dengan IHK tahun standar (tahun 2009) dikalikan dengan biaya nominal pada tahun standar (tahun 2009). Setelah diperoleh biaya penangkapan riil kedua Provinsi maka dihitung biaya penangkapan riil Perairan Selat Bali dengan cara mencari biaya penangkapan riil rata-rata kedua Provinsi. Kemudian dihitung pula proporsi biaya penangkapan riil Perairan Selat Bali untuk masing-masing spesies. Proporsi biaya penangkapan riil ini digunakan dalam menghitung keuntungan ekonomi dari kegiatan penangkapan dengan alat tangkap purse seine di Perairan Selat Bali. Secara rinci perhitungan biaya penangkapan riil Perairan Selat Bali disajikan pada Tabel 23.

Tabel 23. Biaya Penangkapan Riil Perairan Selat Bali Tahun 1990- 2009 Tahun CPI/IHK Jatim Biaya Penangkapan Riil Jatim (Rp) CPI /IHK Bali Biaya Penangkapan Riil Bali (Rp) Biaya Penangkapan Riil PSB (Rp) 1990 56.91 187 857.56 65.64 186 617.68 187 237.62 1991 62.55 206 464.31 72.27 205 474.09 205 969.20 1992 67.40 222 476.30 78.24 222 446.41 222 461.36 1993 74.24 245 057.31 85.76 243 825.31 244 441.31 1994 79.68 263 023.58 92.06 261 747.46 262 385.52 1995 88.10 290 810.54 98.27 279 393.22 285 101.88 1996 94.13 310 715.05 101.39 288 263.75 299 489.40 1997 103.06 340 185.30 111.67 317 485.99 328 835.65 1998 198.46 655 099.42 195.55 555 971.75 605 535.59 1999 198.94 656 683.86 204.13 580 365.71 618 524.79 2000 219.74 725 342.88 224.15 637 284.93 681 313.91 2001 250.79 827 836.26 249.97 710 694.24 769 265.25 2002 273.74 903 592.24 281.18 799 427.96 851 510.10 2003 286.84 946 834.22 294.01 835 905.17 891 369.69 2004 304.30 1 004 455.93 311.59 885 888.00 945 171.97 2005 347.27 1 146 316.10 346.82 986 039.70 1 066 177.90 2006 370.56 1 223 178.51 361.72 1 028 414.47 1 125 796.49 2007 393.79 1 299 868.98 383.10 1 089 196.71 1 194 532.84 2008 436.70 1 441 506.55 425.27 1 209 099.84 1 325 303.19 2009 449.13 1 482 555.56 441.34 1 254 769.23 1 368 662.39

Sumber : Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Jawa Timur dan Bali, 1990-2009 (diolah).

Berdasarkan Tabel 23 terlihat bahwa biaya penangkapan riil nelayan Jawa Timur lebih besar daripada nelayan Bali dan terlihat pula biaya penangkapan Riil Perairan Selat Bali semakin lama semakin meningkat. Dari biaya penangkapan riil total ini kemudian dilakukan perhitungan proporsional biaya penangkapan untuk masing-masing spesies yang ditangkap dengan menggunakan alat tangkap

purse seine di Perairan Selat Bali. Secara rinci hasil perhitungan proporsi biaya penangkapan rill multispesies sumberdaya perikanan pelagis di Perairan Selat Bali disajikan pada Tabel 24.

Tabel 24. Proporsi Biaya Penangkapan Rill Multispesies Sumberdaya Perikanan Pelagis di Perairan Selat Bali

(Rp) Tahun

Biaya Penangkapan Riil –Spesies

Lemuru Tongkol Layang Kembung Ikan Lainnya 1990 165 840.74 9 740.89 2 773.80 410.51 8 471.69 1991 186 230.68 2 278.96 7 942.89 398.03 9 118.65 1992 181 835.34 8 334.07 9 822.83 6 063.52 16 405.59 1993 212 218.76 5 587.85 11 741.01 739.25 14 154.44 1994 96 820.37 5 480.76 6 747.89 1 060.99 152 275.51 1995 197 182.66 52 869.78 29 728.17 2 447.78 2 873.49 1996 158 307.28 33 866.91 8 069.64 876.34 98 369.23 1997 309 363.77 9 264.96 5 272.17 260.09 4 674.66 1998 556 715.24 24 322.44 12 153.59 343.32 12 001.00 1999 180 949.09 371 690.31 17 311.54 11 412.07 37 161.78 2000 396 218.74 149 635.15 37 385.32 9 072.59 89 002.10 2001 390 712.70 158 159.45 147 974.35 9 836.56 62 582.19 2002 745 004.67 53 975.37 13 868.07 1 204.42 37 457.57 2003 658 618.25 7 432.70 35 979.67 4 255.82 185 083.25 2004 780 689.71 39 946.22 88 399.51 6 028.92 30 107.61 2005 969 120.62 25 994.89 45 648.39 919.74 24 494.26 2006 1 053 174.22 11 470.21 38 918.00 454.10 21 779.95 2007 1 141 209.31 16 240.09 26 390.14 114.37 10 578.93 2008 1 180 966.96 55 327.71 58 101.15 23.50 30 883.86 2009 1 257 467.35 27 687.12 35 618.99 1 403.49 46 485.44 Sumber : Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Jawa Timur dan Bali, 1990-2009 (diolah).

Berdasarkan Tabel 24 terlihat bahwa proporsi biaya penangkapan riil terbesar di Perairan Selat Bali dipergunakan untuk menangkap spesies Lemuru karena memang pada kenyataannya spesies Lemuru adalah spesies yang paling dominan ditangkap oleh alat tangkap purse seine, kemudian spesies Tongkol, ikan lainnya, Layang dan Kembung. Proporsi biaya penangkapan riil ini akan digunakan untuk menghitung keuntungan ekonomi dari kegiatan penangkapan dengan alat tangkap purse seine di Perairan Selat Bali. Sedangkan dalam membandingkan keuntungan ekonomi dari nelayan yang berasal dari Jawa Timur maupun Bali digunakan proporsi biaya penangkapan riil untuk masing-masing wilayah.

Dokumen terkait