• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Analisis Biaya Produksi Usahatani Padi Nonorganik, Semiorganik, dan Organik

Biaya produksi usahatani padi adalah seluruh biaya usahatani yang dikeluarkan oleh petani padi dalam memproduksi gabah untuk setiap musim tanam yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari biaya sewa lahan, biaya penyusutan peralatan, biaya pajak (PBB), dan biaya iuran P3A. Biaya produksi tetap merupakan hasil penjumlahan dari biaya sewa lahan, biaya penyusutan peralatan, biaya pajak (PBB), dan biaya iuran P3A. Biaya variabel terdiri dari biaya sarana/input produksi, biaya tenaga kerja, dan sewa peralatan/mesin. Biaya produksi variabel merupakan hasil penjumlahan dari biaya sarana/input produksi, biaya tenaga kerja, dan sewa peralatan/mesin.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap para petani padi nonorganik, semiorganik, dan organik di Desa Lubuk Bayas, Kec. Perbaungan, Kab. Serdang Bedagai, maka diketahui bahwa besarnya iuran sewa lahan sawah antara Rp 150.000 sampai dengan Rp 200.000/rante/tahun, biaya pajak (PBB) sebesar Rp 10.000/rante/tahun, biaya iuran Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A) senilai harga jual 3 (tiga) kg gabah kering panen (GKP) dari padi nonorganik, semiorganik, dan organik untuk setiap petani per musim tanam. Selain itu, para petani padi nonorganik, semiorganik, dan organik juga mengeluarkan biaya sewa handsprayer sebesar Rp 50.000/musim tanam.

Adapun rincian mengenai komponen biaya produksi yang dikeluarkan oleh para petani padi nonorganik, semiorganik, dan organik dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.

Tabel 10. Rata-rata Total Biaya Produksi per Petani Padi Nonorganik, Semiorganik, dan Organik

No. Jenis Biaya

Produksi

Padi Nonorganik Padi Semiorganik Padi Organik

Jumlah (Rp) Persentas e (%) Jumlah (Rp) Persentas e (%) Jumlah (Rp) Persentas e (%) 1. Biaya Tetap a. Biaya Sewa Lahan 100.000 2,47 56.250 1,59 37.500 1,23 b. Biaya Penyusutan 35.738 0,88 38.454 1,09 34.773 1,14 c. Biaya PBB 85.417 2,11 74.583 2,11 60.417 1,98 d. Biaya iuran P3A 11.100 0,28 11.100 0,31 14.400 0,47 Jumlah 232.255 180.387 147.090 2. Biaya Variabel a. Biaya input produksi : 1. Biaya Benih 2. Biaya Pupuk Kimia 3. Biaya Pupuk Organik 4. Biaya Obat-obatan kimia 5. Biaya Obat-obatan organik 271.833 752.730 0 397.727 0 6,72 18,62 0 9,84 0 229.467 313.447 432.666 217.107 115.000 6,5 8,88 12,26 6,15 3,26 159.733 0 694.167 0 214.167 5,24 0 22,76 0 7,02 b. Biaya Tenaga Kerja : 1. TKDK 2. TKLK 394.333 1.985.333 9,75 49,11 461.500 1.572.833 13,08 44,57 556.667 1.273.333 18,25 41,75 c. Biaya Sewa Sprayer 8.333 0,21 6.667 0,2 5.000 0,16 Jumlah 3.810.29 0 100 3.348.687 100 2.903.067 100 Total Biaya (TC) 4.042.54 5 3.529.074 3.050.157

(Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2013 (Lampiran 7))

Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa perbedaan komponen biaya produksi usahatani padi nonorganik, semiorganik, dan organik hanya terdapat pada jenis pupuk dan obat-obatan yang digunakan. Pada usahatani padi nonorganik para petani menggunakan pupuk kimia, antara lain urea, ZA, SP-36, dan NPK (Lampiran 3) serta obat-obatan kimia (Lampiran 4). Dimana biaya

rata-nonorganik untuk 1 (satu) musim tanam adalah Rp 752.730 (18,62%) dan Rp 397.727 (9,84%) dari total biaya rata-rata sebesar Rp 4.042.545. Dengan kata lain, jumlah biaya rata-rata yang harus dikeluarkan oleh para petani padi nonorganik untuk penyediaan pupuk dan obat-obatan kimia untuk 1 (satu) musim tanam sebesar Rp 1.145.457 dari total biaya rata-rata secara keseluruhan.

Selanjutnya pada usahatani padi semiorganik para petani tetap menggunakan pupuk dan obat-obatan kimia, akan tetapi dalam dosis yang lebih sedikit daripada padi nonorganik dan mengkombinasikannya dengan pupuk organik, seperti pupuk kandang atau kotoran sapi dan pupuk organik cair serta obat-obatan organik (Lampiran 3). Dimana biaya rata-rata pupuk dan obat-obatan kimia serta pupuk dan obat-obatan organik yang harus dikeluarkan oleh para petani semiorganik untuk 1 (satu) musim tanam adalah Rp 313.447 (8,8%) dan Rp 217.107 (6,05%) serta Rp 432.666 (12,26%) dan Rp 115.000 (3,26%) dari total biaya rata-rata sebesar Rp 3.529.074. Dengan kata lain, jumlah biaya rata-rata yang harus dikeluarkan oleh para petani padi semiorganik untuk penyediaan pupuk dan obat-obatan kimia, serta pupuk dan obat-obatan organik untuk 1 (satu) musim tanam sebesar Rp 1.078.220 dari total biaya rata-rata secara keseluruhan.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap ketua kelompok tani Mawar diketahui bahwa pupuk kandang yang digunakan oleh para petani padi semiorganik di Desa Lubuk Bayas berasal dari kotoran sapi yang dimiliki oleh kelompok tani tersebut sejak tahun 2005 hingga sekarang. Dimana para petani semiorganik yang menjadi anggota Kelompok Tani Mawar dapat membeli kotoran sapi sebagai bahan baku pupuk kandang seharga Rp 50,-/kg. Sedangkan

obat-obatan organik yang digunakan oleh para petani padi semiorganik dibeli dari Kelompok Tani Subur seharga Rp 25.000/L.

Pupuk organik cair yang digunakan oleh para petani semiorganik bernama NaTaMa (Natural Tani Mandiri) yang diproduksi sendiri oleh Kelompok Tani Mawar sejak tahun 2011 dengan menggunakan bahan baku organik seperti kotoran dan air seni sapi, ampas sari tebu, serta jerami yang telah difermentasi. Pupuk organik cair NaTaMa tersebut selain dibeli oleh para petani anggota Kelompok Tani Mawar juga telah dijual secara komersil kepada Kelompok Tani Subur yang menerapkan budidaya padi organik di Desa Lubuk Bayas dan daerah-daerah lain yang sudah menerapkan pertanian secara organik. Dimana harga jual dari pupuk organik cair NaTaMa adalah Rp 25.000,-/L bagi para petani anggota Kelompok Tani Mawar dan Kelompok Tani Subur serta Rp 30.000/L bagi masyarakat umum lainnya.

Adapun perbedaan komponen biaya rata-rata usahatani padi organik terhadap biaya rata-rata usahatani padi nonorganik dan semiorganik, yaitu tidak adanya komponen biaya rata-rata pupuk dan obat-obatan kimia. Hal ini disebabkan para petani padi organik yang merupakan anggota Kelompok Tani Subur sudah menggunakan pupuk dan obat-obatan organik mulai dari awal hingga akhir masa tanam. Dimana biaya rata-rata pupuk dan obat-obatan organik yang harus dikeluarkan oleh para petani padi organik untuk 1 (satu) musim tanam adalah Rp 694.167 (22,76%) dan Rp 214.167 (7,02%) dari total biaya rata-rata sebesar Rp 3.050.157. Dengan kata lain, jumlah biaya rata-rata yang harus dikeluarkan oleh para petani padi organik untuk penyediaan pupuk dan

obat-obatan organik untuk 1 (satu) musim tanam sebesar Rp 908.334 dari total biaya rata-rata secara keseluruhan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua Kelompok Tani Subur (padi organik) diketahui bahwa pupuk organik yang digunakan oleh para petani anggota terdiri dari pupuk kandang (kotoran sapi) sebanyak 2 ton/ha dan pupuk organik cair (NaTaMa) sebanyak 18-20L/ha yang dibeli dari Kelompok Tani Mawar (Lampiran 3). Selanjutnya, obat-obatan organik yang digunakan merupakan hasil produksi sendiri oleh Kelompok Tani Subur dengan bahan baku organik di antaranya urin sapi, daun sirih, pinang muda, serai wangi, jengkol, petai, dan kecubung yang difermentasi selama ± 3 minggu. Dimana dosis penggunaan obat-obatan organik tersebut sebanyak 18-20 L/ha dan dibeli seharga Rp 25.000/L oleh para petani padi organik dan semiorganik di Desa Lubuk Bayas (Lampiran 4).

Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa total biaya rata-rata dari usahatani padi nonorganik (Rp 4.042.545) lebih tinggi daripada total biaya rata-rata dari usahatani padi semiorganik (Rp 3.529.074) dan padi organik (Rp 3.050.157) yang dapat dilihat pada Lampiran 7. Adapun penyebab-penyebab terjadinya perbedaan total biaya rata-rata dari ketiga jenis budidaya padi dimulai dari tingginya biaya rata-rata untuk benih. Dimana pada usahatani padi nonorganik dan semiorganik biaya rata-rata untuk penyediaan benih adalah Rp 271.883 (6,72%) dan Rp 229.467 (6,5%) dari total biaya rata-rata secara keseluruhan. Sedangkan biaya rata-rata untuk benih pada usahatani padi organik adalah dan Rp 159.773 (5,24%) dari total biaya rata-rata secara keseluruhan.

Biaya rata-rata penyediaan benih pada usahatani padi nonorganik dan semiorganik lebih besar daripada usahatani padi organik dikarenakan adanya

perbedaan luas lahan dan jumlah benih yang digunakan untuk 1 (satu) musim tanam. Hal tersebut dapat dilihat pada data (Lampiran 2) yang menyatakan bahwa jumlah bibit rata-rata yang digunakan oleh para petani nonorganik dan semiorganik adalah 35,53 kg untuk luas lahan rata-rata 0,68 ha dan 30,9 kg untuk luas lahan rata-rata 0,6 ha. Sedangkan pada usahatani padi organik jumlah bibit rata-rata yang digunakan adalah 22,33 untuk luas lahan rata-rata 0,48 ha.

Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa para petani padi organik menerapkan teknik penanaman bibit maksimal 3 (tiga) bibit per lubang tanam. Dimana para petani organik beralasan bahwa apabila menanami satu lubang tanam dengan jumlah bibit yang sedikit, maka hasil panen yang didapat lebih banyak dibandingkan dengan menanami satu lubang dengan jumlah bibit lebih dari 3 (tiga), seperti yang masih diterapkan oleh para petani padi nonorganik dan semiorganik. Adapun varietas benih padi yang digunakan oleh para petani nonorganik, semiorganik, dan organik di Desa Lubuk Bayas ini rata-rata menggunakan benih padi varietas Ciherang label ungu dan label biru serta varietas Cintanur yang dapat dibeli dari kios-kios saprodi yang ada di desa maupun dari Balai Benih yang ada di wilayah Kab. Serdang Bedagai.

Faktor lain yang menyebabkan terjadinya perbedaan total biaya rata-rata dari budidaya padi nonorganik, semiorganik, dan organik adalah biaya rata-rata tenaga kerja baik tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) maupun tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Adapun biaya rata-rata tenaga kerja yang dikeluarkan pada usahatani padi nonorganik adalah Rp 2.334.666 lebih tinggi daripada biaya rata-rata tenaga kerja pada usahatani padi semiorganik Rp 2.034.333 dan organik Rp 1.830.000 (Lampiran 5). Dimana biaya rata-rata tenaga kerja luar keluarga

(TKLK) mendominasi proporsi pengeluaran biaya tenaga kerja secara keseluruhan baik untuk usahatani padi nonorganik, semiorganik, dan organik. Pada usahatani padi nonorganik biaya rata-rata TKLK adalah 1.985.333 lebih tinggi daripada biaya rata-rata TKLK pada usahatani padi semiorganik (Rp 1.572.833) dan organik (Rp 1.273.333).

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa penyebab dari tingginya biaya rata-rata TKLK yang dikeluarkan oleh para petani nonorganik dan semiorganik dikarenakan kurangnya ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) untuk 1 (satu) musim tanam. Adapun jumlah TKDK yang tersedia untuk usahatani padi nonorganik dan semiorganik adalah 8,23 HKP dan 9,77 HKP lebih sedikit daripada usahatani padi organik sebanyak 11,42 HKP (Lampiran 5). Dimana para petani organik meluangkan waktu lebih banyak dalam melakukan beberapa tahapan budidaya padi, seperti pembibitan/penyemaian, pemupukan, penyiangan, dan penyemprotan. Hal ini sesuai dengan teknik pengawasan internal yang diterapkan oleh BITRA dalam budidaya padi organik kepada para petani binaan di Kelompok Tani Subur.

Secara umum terjadi perbedaan dalam upah tenaga kerja antara pria dan wanita pada usahatani padi baik secara nonorganik, semiorganik, dan organik di daerah penelitian. Adapun upah rata-rata untuk tenaga kerja pria sebesar Rp 50.000 dan wanita sebesar Rp 40.000. Selain itu, diketahui juga bahwa upah tenaga kerja usahatani padi di daerah penelitian lebih banyak menerapkan teknik pembayaran secara borongan dengan maksud untuk meminimalisir penggunaan biaya produksi pada saat tahapan budidaya yang membutuhkan banyak tenaga

kerja dan alat/mesin pertanian, seperti persiapan dan pengolahan lahan, penanaman, serta panen.

2. Analisis Pendapatan Petani pada Usahatani Padi Nonorganik,

Dokumen terkait