• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.8 Analisis Bioekonomi Perikanan

Menurut Fauzi dan Anna (2005) dasar dalam pengelolaan sumberdaya ikan adalah bagaimana memanfaatkan sumberdaya sehingga menghasilkan manfaat ekonomi yang tinggi bagi pengguna, namun kelestariannya tetap terjaga. Terkandung dua makna dari pernyataan tersebut yaitu makna ekonomi dan makna konservasi atau biologi. Dengan demikian pemanfaatan optimal sumberdaya ikan harus mengakomodasi kedua ilmu tersebut. Oleh karena itu, pendekatan bioekonomi dalam pengelolaan sumberdaya ikan merupakan hal yang harus dipahami oleh setiap pelaku yang terlibat dalam pengelolaan sumberdaya ikan.

Istilah bioekonomi diperkenalkan oleh Scott Gordon, seorang ahli ekonomi dari Kanada yang pertama kali menggunakan pendekatan ekonomi untuk menganalisis pengelolaan sumberdaya ikan yang optimal (Fauzi dan Anna 2005). Pendekatan bioekonomi diperlukan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan karena selama ini permasalahan perikanan hanya terfokus pada maksimalisasi penangkapan dengan mengabaikan faktor produksi dan biaya yang dipergunakan dalam usaha perikanan. Dengan permasalahan tersebut maka Gordon melakukan analisis berdasarkan konsep produksi biologi yang kemudian dikembangkan oleh Schaefer (1957), kemudian konsep dasar bioekonomi ini dikenal dengan teori Gordon-Schaefer (Nabunome 2007). Konsep MSY didasarkan atas suatu model yang sangat sederhana dari suatu populasi ikan yang dianggap sebagai unit tunggal.

Konsep ini dikembangkan dari kurva biologi yang menggambarkan yield sebagai fungsi dari effort dengan suatu nilai maksimum yang jelas, terutama bentuk parabola dari model Schaefer yang paling sederhana (Widodo dan Suadi 2008).

Konsep MSY ini memiliki beberapa keuntungan diantaranya konsep MSY ini dapat ditentukan dengan ukuran fisik yang sederhana yaitu berat atau jumah ikan yang tertangkap sehingga tentunya dapat menghindarkan perbedaan-perbedaaan dalam wilayah suatu negara bila dibandingkan dengan kriteria lainnya, misalnya: harga hasil tangkapan atau penurunan biaya operasi (Widodo dan Suadi 2008). Selain terdapat beberapa keuntungan, konsep MSY juga memilki beberapa kelemahan diantaranya banyak stok ikan yang dinamikanya tidak dapat dilukiskan hanya dengan gambaran yang sesederhana itu sehingga akan sulit menentukan letak MSY dari sumberdaya tersebut. Konsep MSY juga tidak dapat menampung berbagai interaksi populasi dengan populasi lainnya, adanya struktur umur dalam populasi, dan adanya recruitment (Widodo dan Suadi 2008). Menurut Conrad dan Clark (1987) in Fauzi 2010 kelemahan pendekatan MSY antara lain : (1) bersifat tidak stabil karena perkiraan stok yang meleset dapat mengakibatkan pada pengurasan stok; (2) hanya didasarkan pada kondisi steady state (keseimbangan); (3) tidak dapat diterapkan pada perikanan yang multispesies; (4) tidak memperhitungkan nilai ekonomis jika stok ikan tidak dipanen; dan (5) mengabaikan aspek interdependensi dari sumberdaya.

Menyadari kelemahan dari kurva MSY, Gordon (1954) in Fauzi 2010 mengembangkan aspek ekonomi pengelolaan perikanan yang dikenal dengan istilah model biologi Gordon-Schaefer. Adapun asumsi yang mendasari adanya model ini ialah sebagai berikut :

1. Harga persatuan output (P) (Rp/kg) diasumsikan konstan 2. Biaya per satuan upaya (c) dianggap konstan

3. Bersifat single species

4. Struktur pasar bersifat kompetitif

5. Nelayan bersifat price taker yang artinya tidak dapat menentukan harga

6. Hanya faktor penangkapan yang dihitung sedangkan faktor lainnya seperti pasca panen tidak ikut diperhitungkan

Pada asumsi model Gordon-Schaefer, manfaat ekonomi (economic rent) dapat diperoleh dari selisih antara penerimaan total (total revenue) atau biasa disebut TR dengan biaya yang dikeluarkan. Nilai TR diperoleh dari perkalian antara harga per satuan ikan yang dijual (Rp/kg) dengan produksi lestari sebagaimana ditulis pada persamaan berikut :

TR = ph (E) = pqKE ……...……….(2.8.1) Persamaan (2.8.1) merupakan persamaan kuadratik terhadap effort dengan konstanta p, q, r, dan K. Persamaan di atas bisa ditulis menjadi lebih sederhana dalam bentuk TR = dimana =pqK sementara = (p K)/r sehingga plot kurva TR akan berbentuk parabolik. Gordon (1954) mengasumsikan bahwa TC (total cost) bersifat linier terhadap input (effort) atau dapat ditulis :

TC = cE………...(2.8.2) Konstanta c selain menggambarkan biaya per unit input juga menggambarkan biaya yang dikorbankan dari input (effort) yang digunakan. Sebagaimana yang telah dikemukakan, manfaat ekonomi dapat digabungkan antara persamaan (2.8.1) dan (2.8.2) sehingga manfaat atau rente ekonomi dari penangkapan ikan dapat ditulis menjadi :

= pqKE – cE………...………(2.8.3) Dapat dilihat bahwa terdapat dua kesimbangan utama yang mendasari efisiensi pengelolaan perikanan yaitu manakala kurva TR dengan kurva TC bersinggungan pada titik A. Adapun titik ini terjadi pada tingkat input (effort) sebesar E (Gambar 6).

Pada kondisi perikanan yang terbuka, rente ekonomi yang positif akan menimbulkan daya tarik dari armada lain untuk ikut berpartisipasi dalam perikanan diantarnya adanya penambahan input seperti peningkatan ukuran kapal, penambahan tenaga kerja. Secara agregart input (effort) akan bertambah ditunjukkan oleh arah panah ke kanan yang dapat dikatakan sebagai proses entry dalam akses terbuka. Hal ini terus berlangsung sampai rente ekonomi terkuras. Sebaliknya, jika terjadi defisit rente ekonomi dimana biaya lebih besar dari penerimaan (TC TR) akan terjadi pengurangan input (exit yang ditunjukkan oleh arah panah ke kiri. Hal ini akan berlangsung secara terus menerus sampai rente ekonomi tekuras habis dengan sendirinya. Hanya pada titik E = E∞, proses exit dan entry akan berhenti dan titik ini disebut sebagai titik keseimbangan terbuka. Gordon juga melihat jika ditarik garis sejajar antara total biaya dan slope kurva penerimaan atau kurva TR akan diperoleh jarak tertinggi (rent) antara penerimaan dan biaya. Jarak tersebut merupakan manfaat ekonomi yang maksimum. Tingkat input pada keseimbangan ini terjadi pada E0. Berdasarkan hal tersebut, terlihat bahwa input yang dibutuhkan pada kondisi akses terbuka dengan rente ekonomi yang nol jauh lebih besar daripada yang dibutuhkan pada keuntungan yang maksimum sehingga Gordon menyebutkan bahwa keseimbangan akses terbuka tidak optimal secara sosial karena biaya korbanan yang terlalu besar. Pengelolaan yang optimal dan efisien dalam perspektif model Gordon-Schaefer ini secara sosial ada pada titik E0 yang dikenal dengan titik MEY (maximum economic yield). Titik MEY ini bisa diperoleh jika perikanan dikendalikan dengan kepemilikan yang jelas atau disebut dengan istilah “sole owner” (Fauzi 2010).

Menurut Anderson (2010) bahwa maxsimum economic yield (MEY) dapat dicapai apabila kurva penerimaan marginal memotong kurva biaya marginal, sedangkan produksi open access terjadi bila penerimaan total seimbang dengan biaya total sehingga laba upaya penangkapan sama dengan nol. Effort yang dibutuhkan pada kondisi open access dengan rente ekonomi nol, jauh lebih besar daripada yang dibutuhkan pada keuntungan maksimum yaitu pada kondisi rezim MEY. Gordon in Fauzi 2010 menyebutkan bahwa keseimbangan open access tidak optimal secara sosial karena biaya korbanan yang terlalu besar. Oleh karena itu untuk memperoleh keuntungan secara fisik (biologi) dan ekonomis untuk kelestarian

sumberdaya ikan maka input dalam usaha perikanan yang ideal berada pada titik MEY.

Titik keseimbangan yang ketiga yakni ketika kurva TR mencapai titik maksimum yang berhubungan dengan titk input sebesar Emsy. Meskipun kurva TR mencapai titik maksimum, namun jarak dengan kurva TC bukanlah jarak terbesar atau dapat dikatakan tidak dihasilkan rente ekonomi yang maksimum, sehingga input pada Emsy tidak dapat dikatakan sebagai input yang optimal secara sosial (Fauzi 2010).

Dokumen terkait