• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

4.4 Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini pada ibu bersalin dipakai dengan uji chi-square ditujukan dengan analisa crosstab dan didapat hasilnya sebagai berikut :

4.4.1. Hubungan Umur Terhadap Terjadinya Kehamilan Kembar

Untuk melihat hubungan umur ibu terhadap terjadinya kehamilan kembar di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4.6. :

Tabel 4.6. Hubungan Umur dengan Terjadinya Kehamilan Kembar di Klinik Hj.Hamidah Medan Tembung

No Umur Kehamilan Kembar Total Prob Iya Tidak n % n % N % 1 <20 tahun/ >35tahun 7 31,8 15 68,2 22 100 0,003 2 20 tahun-35tahun 13 72,2 5 27,8 18 100 Total 20 50,0 20 50,0 40 100

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa dari 22 orang yang berumur < 20 tahun/ >35tahun dapat menyebabkan kehamilan kembar 7 orang (31,8%) dan tidak dapat menyebabkan kehamilan kembar sebanyak 15 orang (68,2%). Kemudian dari 18 orang yang berumur 20 tahun-35tahun yang dapat menyebabkan kehamilan kembar sebanyak 13 orang (72,2%) dan tidak dapat menyebabkan kehamilan kembar sebanyak 5 orang (27,8%). Dan terlihat bahwa berdasarkan uji statistik chi-square diperoleh Probabilitas 0,003 < α 0,05 berarti yang artinya terdapat hubungan antara umur dengan kejadian kehamilan kembar di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung. 4.4.2 Hubungan Ras Terhadap Terjadinya Kehamilan Kembar

Untuk melihat hubungan ras terhadap terjadinya kehamilan kembar di Klinik Hj.Hamidah dapat dilihat pada tabel 4.7.:

Tabel 4.7. Hubungan Ras dengan Terjadinya Kehamilan Kembar di Klinik Hj.Hamidah Medan Tembung

No Ras Kehamilan Kembar Total Prob Iya Tidak n % n % N % 1 Jawa 14 73,7 5 26,3 19 100 0,011 2 Batak 6 28,6 15 71,4 21 100 Total 20 50,0 20 50,0 40 100

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa dari 14 orang yang memiliki ras jawa 19 dapat menyebabkan kehamilan kembar 14 orang (73,7%) dan yang tidak dapat menyebabkan kehamilan kembar sebanyak 5 orang (26,3%). Kemudian dari 21 orang yang memiliki ras batak yang dapat menyebabkan kehamilan kembar sebanyak 6 orang (28,6%) dan tidak dapat menyebabkan kehamilan kembar sebanyak 15 orang (71,4%). Dan terlihat bahwa berdasarkan uji statistik chi-square diperoleh Probabilitas 0,011 < α 0,05 berarti yang artinya terdapat hubungan antara ras dengan kejadian kehamilan kembar di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung.

4.4.3 Hubungan Keturunan Terhadap Terjadinya Kehamilan Kembar

Untuk melihat hubungan keturunan terhadap terjadinya kehamilan kembar di Klinik Hj.Hamidah dapat dilihat pada tabel 4.8. :

Tabel 4.8. Hubungan Keturunan dengan Terjadinya Kehamilan Kembar di Klinik Hj.Hamidah Medan Tembung

No Keturunan Kehamilan Kembar Total Prob Iya Tidak n % n % N % 1 Iya 14 70,0 6 30,0 20 100 0,027 2 Tidak 6 30,0 14 70,0 20 100 Total 20 50,0 20 50,0 40 100

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa dari 20 orang yang memilih keturunan kembar menjawab bahwa keturunan dapat menyebabkan kehamilan kembar sebanyak 14 orang (70,0%) dan yang menjawab tidak dapat menyebabkan kehamilan kembar sebanyak 6 orang (30,0%). Kemudian dari 20 orang yang memilih tidak keturunan menjawab dapat menyebabkan kehamilan kembar sebanyak 6 orang (30,0%) dan tidak dapat menyebabkan kehamilan kembar sebanyak 14 orang (70,0%). Dan terlihat

bahwa berdasarkan uji statistik chi-square diperoleh Probabilitas 0,027 < α 0,05 berarti yang artinya terdapat hubungan antara keturunan dengan kejadian kehamilan kembar di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung.

4.4.4 Hubungan Paritas Terhadap Terjadinya Kehamilan Kembar

Untuk melihat hubungan paritas terhadap terjadinya kehamilan kembar di Klinik Hj.Hamidah dapat dilihat pada tabel 4.9. :

Tabel 4.9. Hubungan Paritas dengan Terjadinya Kehamilan Kembar di Klinik Hj.Hamidah Medan Tembung

No Paritas Kehamilan Kembar Total Prob Iya Tidak n % n % N % 1 < 3 anak 7 31,8 15 68,2 22 100 0,026 2 >3 anak 13 72,2 5 27,8 18 100 Total 20 50,0 20 50,0 40 100

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa dari 22 orang yang memiliki < 3 anak dapat menyebabkan kehamilan kembar 7 orang (31,8%) dan yang tidak dapat menyebabkan kehamilan kembar sebanyak 15 orang (68,2%). Kemudian dari 18 orang yang memiliki > 3 anak yang dapat menyebabkan kehamilan kembar sebanyak 13 orang (72,2%) dan tidak dapat menyebabkan kehamilan kembar sebanyak 5 orang (27,8%). Dan terlihat bahwa berdasarkan uji statistik chi-square diperoleh Probabilitas 0,026 < α 0,05 berarti yang artinya terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian kehamilan kembar di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung.

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan

Dari hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kehamilan kembar di Klinik Hj. Hamidah Medan Tuntungan, maka pembahasannya sebagai berikut :

5.1.1 Faktor Umur Dengan Kejadian Kehamilan Kembar

Dari hasil penelitian faktor umur ibu yang mengalami kehamilan kembar pada umur 20-35 tahun yang mengalami kehamilan kembar 7 orang (31,8%) yang tidak mengalami 15 orang (68,2%). Uji statistik chi-square diperoleh Probabilitas 0,003 < α 0,005 yang artinya ada hubungan yang sigtifikat antara umur dengan kejadian kehamilan kembar.

Menurut R. Muchtar (2011) Peluang hamil kembar berhubungan dengan usia, dan puncaknya pada usia 35 dan 39 tahun. Karena perempuan berusia di atas 35 tahun menghasilkan follicle stimulating hormone (FSH) yang lebih banyak dibandingkan dengan usia muda, dan perempuan dengan FSH tinggi bisa melepaskan lebih dari satu sel telur dalam sebuah siklus. Namun kehamilan di usia ini juga meningkatkan risiko komplikasi seperti preeklamsia (tekanan darah tinggi), terutama jika kehamilan tersebut adalah yang pertama.

Menurut Sarwono (2008) Semakin tinggi umur wanita, maka akan semakin mengalami kehamilan ganda. Resiko kehamilan ganda akan menurun, setelah wanita berumur 40 tahun.

Umur yang semakin tinggi frekuensinya (> 35 tahun), setelah umur 40 tahun frekuensi kehamilan kembar menurun lagi tetapi pada umumnya ada wanita yang umurnya lebih tua akan mempunyai kemungkinan lebih besar mengalami kehamilan kembar (Feryanto, 2011).

Menurut Asumsi peneliti umur memang berhubungan dengan kehamilan kembar karena dilihat dari penelitian dan pernyataan di atas bahwa umur lebih tinggi lebih cenderung. dengan terjadinya kehamilan kembar daripada usia muda.

5.1.2 Faktor Ras Dengan Kejadian Kehamilan Kembar

Dari hasil penelitian ras yang mengalami kehamilan kembar yang ras jawa yang mengalami kehamilan kembar 14 orang (73,7%) yang tidak mengalami 5 orang (26,3%). Uji statistik chi-square diperoleh Probabilitas 0,011 < α 0,005 yang artinya ada hubungan yang sigtifikat antara ras dengan kejadian kehamilan kembar.

Menurut Myrianthopoulos (1970) mengidentifikasi kelahiran ganda terjadi 1 diantara 100 kehamilan pada orang kulit putih, sedangkan pada orang kulit hitam 1 diantara 80 kehamilan.

Wanita kulit putih melahirkan kembar 1:100, wanita kulit hitam 1:80,dimana angka kehamilan kembar lebih besar terjadi pad wanita kulit putih dibandingkan kulit hitam (Feryanto, 2011).

Menurut Morley (1960) dalam suatu survey pada salah satu masyarakat pedesaan di Nigeria, mendapatkan bahwa kehamilan ganda terjadi sekali pada setiap 20 kelahiran, kehamilan pada orang Timur atau Oriental tidak begitu sering terjadi. Perbedaan ras yang nyata ini merupakan akibat keragaman pada frekuensi terjadinya kehamilan kembar dizigot. Perbedaan kehamilan ganda ini disebabkan oleh perbedaan tingkat Folikel Stimulating Hormone yang akan mengakibatkan multiple ovulasi (Nugroho, 2012).

Menurut Asumsi peneliti memang ras berhubungan dengan kehamilan kembar karena dilihat penelitian diatas dan pernyataan bahwa orang yng memiliki kulit putih lebih cenderung mengalami kehamilan kembar di bandingan orang yang berkulit hitam.

5.1.3 Faktor Keturunan Dengan Kejadian Kehamilan Kembar

Dari hasil penelitian keturunan yang mengalami kehamilan kembar yang mengatakan iya mengalami kehamilan kembar sebanyak 14 orang (70,0%) dan yang tidak mengalami 6 orang (30,0%). Uji statistik chi-square diperoleh Probabilitas 0,027 < α 0,005 yang artinya ada hubungan yang sigtifikat antara keturunan dengan kejadian kehamilan kembar. Menurut Prawirohardjo (2006) Keturunan (keturunan kembar dari pihak bapak tidak meningkatkan kemungkinan kehamilan kembar).

Menurut analisis Bulmer (1960) terhadap anak-anak kembar, 1 dari 25 (4%) ibu mereka ternyata juga kembar, tetapi hanya 1 dari 60 (1,7%) ayah mereka yang kembar, keterangan didapatkan bahwa salah satu sebabnya adalah multiple ovuasi yang diturunkan (Nugroho, 2012).

Menurut White dan Whyshak (1964) menemukan bahwa para wanita yang dirinya sendiri dizigot dengan frekuensi 1 per 58 kelahiran. Namun, wanita yang bukan kembar tapi mempunyai suami kembar dizigot, melahirkan bayi kembar dengan frekuensi 1 per 116 kehamilan.

Ada kecenderungan terjadinya kehamilan kembar yang lebih besar apabila diturunkan dari pihak ibu. Apabila ibunya sendiri kembar, maka kemungkinan melahirkan anak kembar ialah 1:58, tetapi apabila ayahnya yang kembar,maka kemungkinan melahirkan anak kembar adalah 1:116 (Feryanto, 2011).

Menurut Asumsi peneliti memang keturunan berhubungan dengan kehamilan kembar karena dilihat dari penelitian dan pernyataan diatas, kehamilan kembar dapat terjadi jika salah satu orang tua dari calon bayi memiliki riwayat kembar. Dan itu cenderung terjadi jika riwayat keturunan kembar yang dibawa oleh ayah calon bayi tersebut.

5.1.4 Faktor Paritas Dengan Kejadian Kehamilan Kembar

Dari hasil penelitian faktor paritas yang mengalami kehamilan kembar yang anak > 3 mengalami kehamilan kembar sebanyak 13 orang (72,2%) dan yang tidak mengalami 5 orang (27,8%). Uji statistik chi-square diperoleh Probabilitas 0,026 < α 0,005 yang artinya ada hubungan yang sigtifikat antara keturunan dengan kejadian kehamilan kembar.

Menurut Prawirohardjo (2006) Paritas (angka kehamilan) ibu, frekuensi kehamilan kembar meningkat sesuai dengan paritas ibu. Perempuan yang pernah hamil sebelumnya, setidaknya sudah memiliki satu anak cenderung lebih mudah

untuk memiliki anak kembar dibandingkan perempuan yang baru pertama kali hamil. Karena biasanya rahim sudah agak merenggang dan tubuh perempuan cenderung lebih mudah menyesuaikan diri dengan kebutuhan tambahan dari anak kembar.

Menurut Petterson dkk (1976), memastikan peningkatan yang nyata pada angka kehamilan ganda yang berkaitan dengan meningkatnya paritas. Dalam kehamilan pertama, frekuensi janin kembar adalah 1,3% dibandingkan dengan kehamilan keempat sebesar 2,7%. Dalam kehamilan pertama, frekuensi janin kembar adalah 1,3% dibandingkan dengan kehamilan keempat sebesar 2,7% (Nugroho, 2012).

Menurut Asumsi peneliti bahwa paritas berhubungan dengan kehamilan kembar karena dilihat dari penelitian dan hasil pernyataa bahwa paritas atau jumlah anak yang banyak pada kelahiran sebelumnya dapat menyebakan kehamilan kembar lebih rentan terjadi.

BAB VI

Dokumen terkait