Kelompok Wanita Karmina ini dalam menjalankan usahanya akan berusaha menggunakan bahan dengan seefisien mungkin sehingga diperoleh produksi dan keuntungan yang sebesar-besarnya. Hasil dari penjualan diharapkan mampu menutup semua biaya operasional usaha. Oleh karena itu, usaha perlu mengetahui tingkat produksi dan penerimaan agar usaha tidak menderita kerugian tetapi juga belum memperoleh laba (impas).
Berikut adalah perkembangan BEP Kelompok Wanita Karmina selama tahun 2009, 2010, dan 2011.
commit to user
Tabel 10. Perkembangan Break Even Point Kelompok Wanita Karmina
Keterangan Tahun Produksi
2009 2010 2011
Biaya Tetap (Rp/tahun)
Abon 39.737.876,54 78.315.874,72 81.343.191,74
Keripik 17.740.123,46 30.402.125,28 34.034.808,26
Biaya Variabel (Rp/tahun)
Abon 100 gr 36.948.000,00 85.068.000,00 103.068.000,00 Abon 160 gr 25.836.000,00 48.744.000,00 59.904.000,00 Abon 250 gr 32.760.000,00 73.248.000,00 77.448.000,00 Keripik 22.344.000,00 46.896.000,00 74.952.000,00 Penerimaan (Rp/tahun) Abon 100 gr 76.617.000,00 162.340.000,00 183.540.000,00 Abon 160 gr 61.740.000,00 127.740.000,00 151.960.000,00 Abon 250 gr 71.522.000,00 151.558.000,00 158.175.000,00 Keripik 55.008.000,00 95.664.000,00 114.688.000,00 Produksi (Kemasan/tahun) Abon 100 gr 8.640 17.280 19.440 Abon 160 gr 4.032 6.720 8.064 Abon 250 gr 3.456 6.912 6.912 Keripik 7.200 12.000 14.400 Harga Jual (Rp) Abon 100 gr 9.000,00 10.000,00 10.000,00 Abon 160 gr 20.000,00 20.000,00 20.000,00 Abon 250 gr 22.000,00 22.000,00 25.000,00 Keripik 8.000,00 8.000,00 8.000,00
Biaya Variabel per kemasan
Abon 100 gr 4.276,39 4.922,92 5.301,85
Abon 160 gr 6.407,74 7.253,57 7.428,57
Abon 250 gr 9.479,17 10.597,22 11.204,86
Keripik 3.103,33 3.908,00 5.205,00
BEP dalam kemasan
Abon 100 gr 8.413 15.425 17.314
Abon 160 gr 2.924 6.144 6.470
Abon 250 gr 3.174 6.868 5.897
Keripik 3.623 7.430 12.177
BEP dalam Rupiah
Abon 100 gr 75.713.448,99 154.253.672,00 173.138.839,34
Abon 160 gr 58.471.322,61 122.882.851,90 129.409.623,22
Abon 250 gr 69.822.292,23 151.099.081,07 147.412.781,41
Keripik 28.983.183,32 59.437.195,07 97.416.266,93
Sumber : Analisis Data Sekunder, Tahun 2012
Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana jumlah
penerimaan sama dengan jumlah biaya, yaitu saat perusahaan tidak memperoleh keuntungan namun juga tidak menderita kerugian. Menurut Mulyadi (2001), apabila usaha dikatakan dalam keadaan impas (break even), apabila setelah disusun laporan perhitungan laba rugi untuk periode tertentu tersebut tidak mendapatkan keuntungan atau sebaliknya juga tidak menderita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
kerugian. Hasil penjualan yang diperoleh untuk periode tertentu sama besarnya dengan keseluruhan biaya yang telah dikeluarkan sehingga usaha tidak memperoleh keuntungan atau menderita kerugian.
Break even point dalam unit dapat dihitung dengan membandingkan antara biaya tetap dengan hasil pengurangan antara harga jual produk dengan biaya variabelnya, sedangkan break even point dalam Rupiah dapat dihitung dengan membandingkan antara biaya tetap dengan hasil pengurangan antara harga jual produk dengan biaya variabelnya lalu dikalikan dengan harga per unit.
Setiap enam puluh kilogram dalam sekali produksi dapat menghasilkan delapan belas kilogram abon lele. Begitupun dengan keripik lele dalam bahan baku ikan lele sebanyak enam puluh kilogram dapat menghasilkan dua puluh kilogram keripik lele. Berdasarkan hasil produksi pengolahan maka dapat diketahui pula sebanyak satu kilogram ikan lele segar menghasilkan 0,3 kilogram abon lele. Produksi keripik lele dari satu kilogram ikan lele segar dapat menghasilkan 0,33 kilogram keripik lele.
Perhitungan break even point dengan menggunakan rumus aljabar dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
Keterangan:
FC = Biaya tetap
VC = Biaya variabel per unit
P = Harga jual per unit
BEP (Rp) = Jumlah untuk produk yang dihasilkan impas dalam rupiah BEP (Q) = Jumlah untuk produk yang dihasilkan impas dalam unit
Berdasarkan hasil analisis data sekunder, diperoleh hasil bahwa BEP dalam unit untuk tahun 2009, 2010, dan 2011 berturut-turut untuk abon lele adalah kemasan 100 gram sebanyak 8.413 kemasan, 15.425 kemasan, dan 17314 kemasan; kemasan 160 gram sebanyak 2.924 kemasan, 6.144 kemasan, dan 6.470 kemasan; kemasan 250 gram sebanyak 3.174 kemasan, 6.868 kemasan, dan 5.897 kemasan. BEP dalam unit untuk tahun 2009, 2010, dan
commit to user
2011 berturut-turut untuk keripik lele adalah 3.623 kemasan, 7.430 kemasan, 12.177 kemasan. Sedangkan BEP dalam Rupiah untuk abon lele adalah kemasan 100 gram sejumlah Rp 75.713.448,99, Rp 154.253.672,00 dan Rp 173.138.839,34; kemasan 160 gram sejumlah Rp 58.471.322,61, Rp 122.822.851,90, dan Rp 129.409.623,22; kemasan 250 gram sejumlah Rp 69.822.292,23, Rp 151.099.081,07, dan Rp 147.412.781,41. BEP dalam Rupiah untuk keripik lele adalah Rp 28.983.183,32, Rp 59.437.195,07 dan Rp 97.416.266,93. Jika dibandingkan dengan jumlah produksi dan penerimaan pada tahun tersebut, jumlah produksi abon lele dan keripik lele lebih besar dari BEP baik dalam unit maupun dalam Rupiah. Berdasarkan angka-angka tersebut, dapat diketahui bahwa pada tahun 2009, 2010 serta 2011, Kelompok Wanita Karmina telah mampu menutup semua biaya yang dikeluarkan dan memperoleh keuntungan.
Adanya peningkatan produksi dan penerimaan dipengaruhi oleh peningkatan permintaan abon lele dan keripik lele sehingga menyebabkan nilai BEP baik dalam unit maupun dalam Rupiah meningkat setiap tahun pada periode analisis. Semakin rendah nilai BEP berarti bahwa semakin cepat usaha mencapai BEP atau menutup biaya yang dikeluarkan, sehingga semakin cepat pula usaha memperoleh keuntungan.
Analisis BEP memungkinkan suatu usaha mengetahui apakah mereka beroperasi dekat atau jauh dari BEP. Jika operasi usaha pada tingkat keluaran dekat dengan BEP, maka perubahan sekecil apapun dalam aktivitas usaha akan dapat menentukan hidup dan matinya usaha. Jika usaha beroperasi jauh dari BEP, maka penjualan tinggi. Analisis BEP yang telah dilakukan akan dapat membantu usaha dalam memasok informasi untuk perencanaan dan pengambilan keputusan manajerial. Usaha akan dapat menghitung volume penjualan abon lele dan keripik lele yang dibutuhkan, serta pertimbangan dalam menentukan harga jual abon lele dan keripik lele untuk mencapai laba tertentu. Usaha juga dapat menentukan bagaimana perubahan-perubahan harga, volume penjualan, dan biaya produksi mempengaruhi laba operasi usaha.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Tabel 11. Perkembangan Keuntungan dan Rentabilitas Ekonomi Kelompok Wanita Karmina
Keterangan Tahun Produksi
2009 2010 2011
Penerimaan (Rp/tahun) 264.887.000,00 537.302.000,00 608.363.000,00
Biaya Total (Rp/tahun) 175.366.000,00 362.674.000,00 430.750.000,00
Laba sebelum bunga&pajak (Rp) 89.521.000,00 174.628.000,00 177.613.000,00
Laba setelah bunga&pajak (Rp) 88.521.000,00 173.628.000,00 176.613.000,00
Total Aktiva (Rp/tahun) 7.230.000,00 13.900.000,00 12.830.000,00
Rentabilitas Ekonomi (%) 12,24 12,49 13,77
Sumber : Analisis Data Sekunder, Tahun 2012
Keuntungan adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya produksi. Selama tahun 2009, 2010, dan 2011, usaha produksi abon lele dan keripik lele ini telah dapat memberikan keuntungan sebesar Rp 88.521.000,00, Rp 173.628.000,00, dan Rp 176.613.000,00. Rentabilitas Ekonomi menunjukkan bagaimana usaha menggunakan kekayaan yang dimiliki untuk dapat menghasilkan keuntungan selama periode tertentu. Rentabilitas Ekonomi dihitung dengan membandingkan laba sebelum pajak dan bunga dengan total aktiva (kekayaan) dan selanjutnya dikalikan 100%.
Rentabilitas Ekonomi merupakan ukuran efektivitas usaha. Dengan membandingkan laba atau keuntungan yang diperoleh dengan aktiva yang menghasilkan laba tersebut, dapat diketahui apakah perusahaan efektif atau tidak dalam menggunakan kekayaannya untuk mencapai keuntungan. Aktiva dan laba yang diperhitungkan untuk menghitung Rentabilitas Ekonomi berasal dari operasional usaha. Semakin tinggi nilai Rentabilitas Ekonomi, maka kemampuan usaha untuk menghasilkan laba semakin baik.
Berdasarkan hasil analisis data sekunder diperoleh angka Rentabilitas Ekonomi Kelompok Wanita Karmina pada tahun 2009, 2010, dan 2011 adalah sebesar 12,24%, 12,49%, dan 13,77%. Hal ini berarti bahwa dengan aktiva atau kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan berupa kas, tabungan, piutang dagang, persediaan barang, tanah, bangunan, dan peralatan sejumlah Rp 7.230.000,00, Rp 13.900.000,00, dan Rp 12.830.000,00 dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp 88.521.000,00, (12,24%), Rp 173.628.000,00, (12,49%), dan Rp 176.613.000,00 (13,77%). Hal ini berarti bahwa kemampuan Kelompok Wanita Karmina untuk menghasilkan laba adalah baik, dan
commit to user
perusahaan telah dapat menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba dengan efektif.