• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN

B. Analisis Capaian Kinerja

Capaian pelaksanaan kegiatan seperti tersebut di atas dilaksanakan melalui komponen dan subkomponen kegiatannya sebagai berikut:

1. Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Dan Produktivitas Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan.

Penurunan harga karet dalam beberapa tahun terakhir ini sangat menekan kesejahteraan petani sebagai mayoritas penghasil karet alam. Beberapa faktor turut menjadi penyebab penurunan harga, terutama akibat melesunya perekonomian global, penurunan harga minyak dan terjadinya kelebihan pasokan karet di pasar dunia.

Beberapa upaya telah dilakukan Pemerintah untuk mendongkrak harga karet. Antara lain tiga negara produsen utama karet alam, yaitu Indonesia, Thailand dan Malaysia yang tergabung dalam organisasi International Tripartite Rubber Council (ITRC) telah menerapkan kesepakatan pengurangan ekspor melalui Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) yang berlaku pada periode Maret hingga Agustus 2016.

Langkah selanjutnya yang harus ditempuh adalah peningkatan konsumsi karet didalam negeri melalui percepatan hilirisasinya dimana aspal karet merupakan salah satu produk hilir yang paling potensial untuk mendukung pembangunan infrastruktur di Indonesia.

Sebagai langkah partisipatif mendukung program pengembangan infrastruktur di dalam negeri, sejak tahun 2016 telah dilaksanakan program pengembangan aspal karet melalui pembangunan Pilot Plant aspal karetpada tahun 2016, serangkaian uji gelar pada rentang waktu tahun 2016-2018, penyusunan Feasibility Study pada tahun 2017 serta penyusunan Business Plan Industri Aditif Aspal Karet Pada tahun 2018yang diharapkan dapat dijadikan acuan bagi para pelaku bisnis dan para pemangku kebijakan terkait untuk pengembangan aspal karet di dalam negeri. Perkembangan industri furnitur dunia mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Tujuh negara yang termasuk major income countries (US, Italia, Jerman, Jepang, Perancis, Kanada, Inggris) memasok 58% dari total produksi dunia. Middle and low income countries termasuk China, Polandia, Brazil dan Vietnam memasok 42% dari total produksi dunia. Ada tiga negara yaitu China, Polandia dan Vietnam yang mengalami peningkatan produksi sangat cepat sebagai hasil dari pengembangan investasi yang berhasil. Importir utama furniture adalah US, Jerman, Perancis dan Inggris.

Industri furnitur (kayu dan rotan) di Indonesia merupakan salah satu kelompok pada industri hasil hutan yang mempunyai nilai tambah paling tinggi. Industri ini telah ditetapkan sebagai inti pada industri pengolahan kayu. Hampir semua daerah di Indonesia terdapat industri furniture (mebel), namun konsentrasi terbesar untuk industri furniture kayu berada di Jawa Tengah dan Jawa Timur, sedangkan untuk furniture rotan di Cirebon – Jawa Barat.

Pada tahun 2010 ekspor produk furniture Indonesia mencapai USD 1.639,91 juta, pada tahun 2011 meningkat menjadi USD 1.935,62 juta namun pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 1.726,09 dan pada tahun 2013 ini ekspor produk furniture mengalami peningkatan sebesar 5,09% dan ditargetkan pada tahun 2014 industri furniture tumbuh sebesar 4,59%.

Lokus pengembangan industri furniture ditetapkan di Jawa Tengah. Permasalahan utama yang dihadapi industri pengolahan kayu hilir (khususnya industri furniture) adalah masalah bahan baku (baik secara kuantitas maupun kualitas), masalah

legalitas kayu, masalah SDM (terutama bidang desain dan teknik produksi, termasuk finishing), tuntutan sertifikasi lingkungan (termasuk ekolabel), permesinan yang sudah tua, dan lain-lain.

Cadangan minyak dan gas bumi sebagai sumber utama energi nasional saat ini jumlahnya relatif terbatas dan semakin menipis, serta bersifat tak terbarukan (non-renewable resources). Menurut perhitungan, apabila Indonesia tidak menemukan sumber minyak baru, dan dengan tingkat eksplorasi seperti yang dilakukan pada saat ini, maka cadangan minyak dan gas tersebut, akan habis dalam 15 – 20 tahun mendatang. Oleh karena itu, perlu dikembangkan bahan bakar nabati (biodiesel dan bioetanol) yang bahan bakunya bersifat terbarukan (renewable resources) yang banyak tersedia di Indonesia, seperti: tetes tebu, nira, singkong, sorgum, kelapa sawit, jarak pagar, dan lain-lain.

Sebagai bentuk partisipasi industri hasil hutan dan perkebunan pada berbagai event sidang dan pameran yang bersakala internasional baik di dalam dan luar negeri. Event sidang yang dilakukan baik didalam dan luar negeri merupakan bentuk partisipasi IHHP dalam fora kerjasama internasional. Berbagai bentuk kerjasama baik bilateral, regional maupun multilateral pada saat ini gencar dilakukan, dalam rangka menggalang peningkatan kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan. Hal ini merupakan bentuk respon dari perkembangan perdagangan bebas dunia yang bergerak sangat cepat berdampak pada terjadinya persaingan dagang yang semakin ketat.

Dalam merespon perkembangan tersebut, berbagai negara berusaha untuk meningkatkan daya saing produk-produk andalannya, dan pada saat yang bersamaan melakukan negosiasi dengan negara-negara mitra kerja, untuk memperlancar perdagangan antar negara. Dalam upaya mengembangkan pasar, Indonesia melakukan perundingan-perundingan dengan berbagai mitra kerja baik yang bersifat bilateral, regional, maupun multilateral. Perundingan-perundingan tersebut antara lain adalah dalam forum kerjasama ASEAN, forum kerjasama negara-negara D-8, forum perdagangan dunia (WTO), forum kerjasama Tri Partit, dsb.

Sebagai konsekwensi kebijakan kerjasama bilateral dan multilateral dengan baik AFTA, ASEAN, Eropa, Australia maupun WTO, juga menyiapkan rencana kerjasama bilateral maupun multilateral dengan EROPA, AMERIKA & AFRIKA; Indonesia perlu

memonitor, mencermati, mempelajari bagaimana penerimaan pasar produk-produk industri hasil hutan dan perkebunan Indonesia di luar negeri, bagaimana skema negara mitra maupun calon mitra yang sudah diterapkan terhadap produk-produk industri, utamanya produk-produk industri olahan antara maupun hilir turunan dari komoditi hulu agro (hutan maupun pertanian). Di samping itu untuk mengikuti perkembangan dinamika bisnis internasionalterkait industri hasil hutan dan perkebunan dlm rangka mengantisipasi permasalahan yang terjadi dan memperjuangkan kepentingan industri nasional. Sbg contoh : Sidang TPRB WTO, Sidang TBT WTO, SWGPO, UNFCCC, Green Campaign Sawit & Produk Turunannya, dll.

Industri turunan sawit dan turunan minyak atsiri sebagai bagian dari industri hasil hutan dan perkebunan (IHHP) mempunyai peranan penting dalam pengembangan perekonomian Indonesia. Dengan peran tersebut diharapkan produk-produk IHHP mampu bersaing di pasar internasional, dan memberikan kontribusi menghasilkan devisa negara.

Output ini memiliki 3 (tiga) rekomendasi yang harus diselesaikan, yaitu

Rekomendasi Kebijakan dan Insentif Non-fiskal dengan anggaran sebesar Rp. 3.000.000.000,- dengan kegiatan yang dilakukan meliputi:

a. Penyusunan rekomendasi implementasi konsep rantai alur bahan baku industri pengolahan kayu dan rotan

1) Rapat fasilitasi pengembangan sistem logistik pengolahan kayu dan rotan di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat

2) Pembentukan kelembagaan sistem logistik kayu dan rotan nasional 3) Penyusunan payung hukum sistem logistik kayu dan rotan nasional 4) Pemetaan sumber bahan baku kayu dan rotan berbasis IOT

b. Penyusunan rekomendasi implementasi industri aditif aspal karet 1) Rapat koordinasi Tingkat Menteri di Jakarta

2) Lokakarya Sinkronisasi kebijakan Industri Selulosa dan Karet 3) Diseminasi Pengembangang Aditif Aspal Karet

c. Penyusunan rekomendasi insentif fiskal industri hilir kelapa sawit 1) Rapat Koordinasi Penyusunan Rekomendasi Iklim Usaha Industri

2) Verifikasi/Monitoring Pelaksanaan Keputusan Menteri Perindustrian No. 466/M-IND/Kep/8/2014 Tentang Objek Vital Nasional Sektor Industri

3) Menghadiri rapat koordinasi penyelesaian permasalahan hilir kelapa sawit.

Akuntabilitas keuangan untuk Output I, Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Dan Produktivitas Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan, jika dilihat dari segi realisasi keuangan tahun 2020 sampai dengan triwulan I dari yang ditargetkan 16,95 persen belum terealisasi, yaitu sebesar 6,72 persen sedangkan dari segi realisasi fisik dari 19,79 persen yang ditargetkan terealiasi 7,93 persen.

2. SNI Yang Disusun/direvisi, Diberlakukan Dan Diawasi Di Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan.

Output Output ini memiliki 15 (lima belas) volume RSNI yang harus disusun rancangannya, yaitu: 10 RSNI produk pulp dan kertas, 3 RSNI produk furniture, dan 2 RSNI produk hilir perkebunan non pangan.

Kegiatan yang harus diselesaikan ini membutuhkan anggaran sebesar Rp. 2.000.000.000,-, dengan kegiatan yang dilakukan meliputi:

a. Penyusunan RSNI hilir perkebunan non pangan

Penyusunan/Penyempurnaan dan implementasi Rancangan Standar Pulp dan Kertas, 2 Judul adalah:

- Sosialisasi implementasi B30 di ICE BSD, Banten.

- Koordinasi terkait Pengembangan Pembangunan Pabrik Industrial Vegetable Oil dan Industrial Lauric Oil (IVO/ILO) di ITB Bandung.

- Koordinasi persiapan presentasi tindak lanjut proposal penelitian BPDPKS di BBIA Bogor.

- Pembahasan dan koordinasi mengenai pembahasan awal judul RSNI. Realisasi keuangan yang ditargetkan sebesar 22,44 persen terealisasi sebesar 3,34 persen. Sedangkan realisasi fisik ditargetkan sebesar 11,05 persen terealisasi sebesar 3,22 persen.

Tahapan komponen kegiatan pada triwulan I ini yang telah dilaksanakan adalah:

- Rapat awal penyusunan RSNI Furnitur dan Pengolahan kayu pada tanggal 28 Januari 2020 di Kantor. Tujuan dari rapat ini untuk mengawali pelaksanaan kegiatan Penyusunan RSNI Furnitur di tahun ini.

- Telah dilakukan Koordinasi dengan BBTPPI dalam rangka penyusunan RSNI Furnitur tanggal 12 - 14 Februari 2020. Disepakati 4 judul RSNI yang akan disusun pada tahun 2020.

- Telah dilakukan Koordinasi dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dalam rangka pemanfaatan rotan alternatif sebagai bahan baku industri furnitur 16 – 17 maret 2020.

Realisasi keuangan yang ditargetkan sebesar 35,49 persen terealisasi sebesar 2,97 persen. Sedangkan realisasi fisik ditargetkan sebesar 8,04 persen terealisasi sebesar 3,60 persen.

c. Penyusunan RSNI Selulosa dan Karet.

Sasaran komponen yang ingin dicapai adalah dalam rangka Penyusunan RSNI Selulosa dan Karet pada Triwulan I yang telah dilaksanakan adalah:

- Koordinasi dengan BBPK terkait penyusunan SNI Pulp dan Kertas (14-15 Januari 2020) untuk penyusunan jadwal.

- Kunjungan Industri (PT. Assa Paper dan PT. Elit Paper) terkait Penyusunan/Revisi SNI Industri Pulp dan Kertas untuk pengumpulan data penyusunan SNI pada tanggal 11-12 Maret 2020.

- Kunjungan Industri terkait Penyusunan/Revisi SNI Industri Pulp dan Kertas untuk diskusi penyusunan bahan SNI (PT. Lontar Papyrus) pada tanggal 10-12 Maret 2020.

Akuntabilitas keuangan untuk Output II, SNI Yang Disusun/direvisi,

Diberlakukan Dan Diawasi Di Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan, jika dilihat dari segi realisasi keuangan tahun 2020 sampai dengan triwulan I dari yang ditargetkan sebesar 24,12 persen terealisasi sebesar 2,72 persen. Sedangkan realisasi fisik ditargetkan sebesar 11,99 persen terealisasi sebesar 2,94 persen.

Jika dibandingkan dari segi realisasi keuangan tahun 2019 periode yang sama dari yang ditargetkan 19 persen terealisasi 5,43 persen sedangkan dari segi realisasi fisik dari 12,10 persen yang ditargetkan terealiasi 6,36 persen.

3. Rancangan SKKNI/kkni Yang Disusun/direvisi Di Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan

Dalam rangka pembangunan tenaga kerja yang kompeten, Pemerintah Indonesia menyusun Standard Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) untuk menjadi pedoman dalam meningkatkan kemampuan dan kualitas tenaga kerja Indonesia. SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek Pengetahuan (knowledge), Keterampilan dan/atau Keahlian (skills) serta Sikap kerja (attitude) yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tenaga kerja yang disiapkan melalui SKKNI diharapkan dapat memiliki kemampuan terukur dan tertelusur, memiliki kompetensi, dan memiliki produktivitas kerja, dengan anggaran sebesar Rp. 2.300.000.000,-. Penyusunan RSKKNI merupakan salah satu upaya untuk menyiapkan instrumen untuk memastikan peningkatan daya saing tenaga kerja Indonesia dibandingkan dengan tenaga kerja asing di bidang industri hasil hutan dan perkebunan.

Sasaran komponen yang ingin dicapai pada triwulan I ini adalah:

- Telah dilaksanakan rapat awal penyusunan RSKKNI Furnitur dan Pengolahan kayu pada tanggal 27 Januari 2020

- Telah dilaksanakan Koordinasi dengan LSP Furniko dalam rangka Rapat Penyusunan Draft RSKKNI/KKNi Furnitur tanggal 4 - 6 Maret 2020. Dari kegiatan ini didapatkan 20 Unit kompetensi yang akan dibuat pada tahun 2020.

- Telah dilaksanakan Rapat Penyusunan Draft RSKKNI/KKNi Furnitur tanggal 4 - 6 Maret 2020 di Semarang. Rapat ini membahas 20 unit kompetensi manajemen bisnis furnitur yang telah disepakati untuk dibuat RSKKNI-nya.

- Koordinasi dengan balai besar pulp dan kertas pada tanggal 14-15 Januari 2020 terkait penyusunan SKKNI Pulp dan Kertas tahun 2020.

- Koordinasi terkait penyusunan draft RSKKNI/KKNI Industri Hilir Perkebunan Non Pangan di Bogor tanggal 26-27 Februari 2020.

- Rapat koordinasi pembahasan penyusunan KKNI minyak atsiri di kantor tanggal 3 Maret 2020.

- Koordinasi pembahasan awal penyusunan KKNI Minyak Atsiri.

Akuntabilitas keuangan untuk Output III, Rancangan SKKNI/kkni Yang Disusun/direvisi Di Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan jika dilihat dari segi realisasi keuangan tahun 2020 sampai dengan triwulan I dari yang ditargetkan 17,27 persen terealisasi 7,56 persen sedangkan dari segi realisasi fisik dari 10,69 persen yang ditargetkan terealiasi 5,65 persen.

Jika dibandingkan dari segi realisasi keuangan tahun 2019 periode yang sama dari yang ditargetkan 17 persen terealisasi sebesar 7,05 persen. Sedangkan realisasi fisik ditargetkan sebesar 15,00 persen terealisasi sebesar 6,10 persen.

4. Rekomendasi Kebijakan Peningkatan Ekspor Dan Jaminan Pasokan Bahan Baku Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan Melalui Fora Kerjasama Internasional.

Output pada kegiatan ini sebanyak 3 (tiga) Rekomendasi kebijakan peningkatan ekspor dan jaminan pasokan bahan baku industri hasil hutan dan perkebunan melalui fora kerjasama internasional dengan anggaran sebesar Rp. 3.000.000.000,-. Sub-sub kegiatan yang terkait kegiatan rekomendasi yang dilaksanakan pada tahun 2020 adalah:

- Rapat pembahasan usulan penurunan bea keluar veneer.

- Identifikasi Industri Atsiri Serah Wangi dan Potensinya sebagai Bahan Baku Fancy Paper.

- Monitoring Hasil Uji Gelar Aspal Karet di Jawa Barat & Koordinasi Pengembangan Teknologi Aspal Karet dengan Puslit Karet.

- Koordinasi dengan PPKS Medan dan PT. Sarana Agro Nusantara terkait Peningkatan Keberterimaan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) di Pasar Global.

- Telah dilaksanakan rapat koordinasi persiapan penyusunan konsep desain industri furnitur kegiatan penyusunan konsep desain industri pengolahan

kayu dan rotan dalam rangka industtrial intelligent 10 Januari 2020 di kantor. Rapat awal ini mengundang semua pihak dan asosasi terkait.

- Telah dilakukan rapat koordinasi lanjutan membahas penyusunan program konsep desain yang diselenggarakan di kantor Kemenperin. Adapun hasil dari kegiatan ini adalah akan dibentuk Tim Kurator yang berasal dari Asosasi, Akademisi, dan juga Eugene & TIm untuk menyeleksi desain-desain yang akan dibuat.

Akuntabilitas keuangan untuk Output IV, Rekomendasi Kebijakan Peningkatan Ekspor Dan Jaminan Pasokan Bahan Baku Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan Melalui Fora Kerjasama Internasional, jika dilihat dari segi realisasi keuangan tahun 2020 sampai dengan Triwulan I dari yang ditargetkan 14,06 persen terealisasi 1,98 persen sedangkan dari segi realisasi fisik dari 7,28 persen yang ditargetkan terealiasi 3,38 persen.

5. Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan, Dan Tata Usaha.

Pemerintah (dalam hal ini Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan, Ditjen Industri Agro, Kementerian Perindustrian) mempunyai tugas pokok dan fungsi melakukan fasilitasi-fasilitasi dan pembinaan kepada dunia usaha yang berada dibawah binaannya melalui pelaksanaan program-program. Di lain pihak, kemampuan pemerintah sangat terbatas, terutama dari segi pendanaan. Oleh karena itu, perlu dibuat suatu mekanisme perencanaan program yang efektif dan terarah, melalui pelibatan asosiasi, dunia usaha, lembaga-lembaga litbang dan instansi terkait serta perguruan tinggi, agar program-program yang disusun benar-benar efektif dan mengenai sasaran sehingga dunia usaha (industri) mampu bertahan menghadapi persaingan yang semakin ketat serta dapat mengembangkan usahanya sebagaimana yang diharapkan, dalam rangka penyerapan tenaga kerja, peningkatan kesejahteraan masyarakat, perolehan devisa dan kontribusi dalam pembentukan PDB. dengan anggaran sebesar Rp. 2.558.538.000,-. Sub-sub kegiatan yang terkait kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2020 adalah:

Sasaran komponen yang ingin dicapai pada triwulan I ini adalah:

- Rapat pembahasan awal pelaksanaan kegiatan di lingkup Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan telah dilaksanakan.

- Konsinyering Program kegiatan Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan tahun 2020 dan brainstorming kegiatan tahun 2021.

- Rapat FGD Program Kegiatan 2020 dan Penyusunan Renstra 2020-2024 Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan

- Pembahasan usulan kegiatan inisiataif baru tahun 2021

- Pembahasan Akselerasi Program Pembangunan INdustri Menuju Indonesia Maju. Akuntabilitas keuangan untuk Output V, Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan, Dan Tata Usaha, jika dilihat dari segi realisasi keuangan tahun 2020 sampai dengan Triwulan I dari yang ditargetkan 26,84 persen terealisasi sebesar 11,42 persen. Sedangkan realisasi fisik ditargetkan sebesar 28,79 persen terealisasi sebesar 17,75 persen.

Jika dibandingkan dari segi realisasi keuangan tahun 2019 periode yang sama dari yang ditargetkan 17 persen terealisasi sebesar 7,05 persen. Sedangkan realisasi fisik ditargetkan sebesar 15,00 persen terealisasi sebesar 6,10 persen.

6. Penyusunan Business Plan Green Gasoline Stand Alone

Sejak tahun 2002, Indonesia sudah menjadi net-importer BBM, kini 65% dari kebutuhan BBM berasal dari import. Harga minyak bumi yang sangat fluktuatif dan kini meningkat pesat menjadi sumber pengeluaran terbesar “hard-currency” bagi Indonesia. Disisi lain, sawit yang bisa menjadi sumber bahan makanan, kosmetik dan bahan bakar terbarukan, diserang dengan berbagai kampanye negatif dari negara-negara barat.

Biohidrokarbon memiliki nilai RON 120 jauh diatas RON BBM fosil sehingga perlu diblending dengan BBM yang ada sehingga tidak perlu modifikasi mesin/peraltan otomotif yang ada. Oleh karena itu sudah saatnya kita membentuk Masyarakat Biohidrokarbon Nasional. Output ini diberikan anggaran sebesar Rp. 1.000.000.000,-. Sasaran komponen yang dicapai pada triwulan I ini adalah : - Persiapan Dokumen Lelang ULP sedang dipersiapkan.

Realisasi keuangan yang ditargetkan sebesar 0 persen terealisasi sebesar 0,00 persen. Sedangkan realisasi fisik ditargetkan sebesar 0,75 persen terealisasi sebesar 1 persen.

Akuntabilitas keuangan untuk Output VI, Penyusunan Roadmap Pengembangan Industri Atsiri Nasional jika dilihat dari segi realisasi keuangan

tahun 2020 sampai dengan triwulan I dari yang ditargetkan 0,00 persen terealisasi sebesar 0,00 persen. Sedangkan realisasi fisik ditargetkan sebesar 0,75 persen terealisasi sebesar 1 persen.

7. Penyusunan Konsep Hilirisasi Produk Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan Indonesia menempatkan industri atsiri sebagai industri warisan bangsa (national heritage) yang telah diusahakan sejak zaman kerajaan Majapahit – Sriwijaya hingga penjajahan Belanda – Jepang; dengan kemampuan produksi produk atsiri yang sangat besar dan beragam. Namun, kualitas dan kuantitas jenis industri atsiri, khususnya industri penyulingan atsiri tidak banyak mengalami banyak perubahan karena sebagian besar unit pengolahan minyak atsiri dimiliki petani rakyat dengan teknologi sederhana/tradisional dan kapasitas produksi terbatas.

Dalam lingkungan pemasaran internasioal terdapat 150 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan 40 jenis di antaranya diproduksi di Indonesia, khususnya minyak atsiri eksotis. Pasar ekspor atsiri terbesar di dunia berada di negara Perancis dimana pasokan minyak atsiri berasal dari India, Singapura, China; beberapa diantaranya transhipment dari Indonesia. Beberapa tanaman atsiri asal Indonesia yang diminati pasar ekspor dunia adalah Minyak Nilam, Sereh Wangi, Cengkeh, Jahe, Pala, Lada, Kayu Manis, Cendana, Melati, Akar Wangi, Kenanga, Kayu Putih dan Kemukus. Negara Indonesia tercatat sebagai pengekspor minyak nilam terbesar di dunia namun sebagian besar berupa produk setengah jadi/ belum produk hilir, dengan anggaran sebesar Rp. 900.000.000,-. Kegiatan Konsep Pengembangan Sistem Logistik Kayu Nasional dimaksudkan untuk mewujudkan sistem logistik kayu nasional yang terintegrasi:

- Persiapan awal pembahasan konsep pengembangan produk turunan minyak atsiri.

- Identifikasi potensi tim ahli untuk kegiatan penyusunan konsep pengembangan produk turunan karet dengan balai besar kulit karet dan plastik pada tanggal 9-11 Maret 2020

Realisasi keuangan yang ditargetkan sebesar 19,86 persen terealisasi sebesar 2,35 persen. Sedangkan realisasi fisik ditargetkan sebesar 14,30 persen terealisasi sebesar 2,48 persen.

Akuntabilitas keuangan untuk Output VII, Penyusunan Konsep Hilirisasi Produk Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan jika dilihat dari segi realisasi keuangan tahun 2019 sampai dengan triwulan I dari yang ditargetkan 19,86 persen terealisasi sebesar 2,35 persen. Sedangkan realisasi fisik ditargetkan sebesar 14,30 persen terealisasi sebesar 2,48 persen.

Jika dibandingkan dari segi realisasi keuangan tahun 2019 triwulan yang sama dari yang ditargetkan 15,36 persen terealisasi sebesar 14,02 persen. Sedangkan realisasi fisik ditargetkan sebesar 14,63 persen terealisasi sebesar 15,18 persen.

8. Peningkatan Recovery Kertas Bekas Dalam Negeri Sebagai Bahan Baku Industri Kertas.

Industri pulp dan kertas nasional berjumlah 88 perusahaan, dimana 48 perusahaan merupakan industri kertas yang menggunakan kertas bekas dengan kapasitas terpasang sekitar 8.2 juta ton pada tahun 2018 dan jumlah tenaga kerja yang diserap secara langsung sekitar 40 ribu orang. Industri pulp dan kertas merupakan industri yang strategis, dengan kontribusi terhadap total ekspor Indonesia sebesar 4% atau sekitar 7,2 milyar USD.

Industri kertas beroperasi dengan menggunakan bahan baku berupa pulp dalam negeri dan/atau luar negeri, campuran pulp dan kertas daur ulang atau seluruhnya berbahan baku kertas daur ulang. Kebutuhan kertas daur ulang (HS Code 4707.10.00.10, 4707.20.00.10, 4707.30.00.10, 4707.90.00.10) secara nasional berdasarkan kapasitas terpasang sebesar 9,4 juta ton/tahun, namun saat ini penggunaan kertas bekas oleh industri hanya sebesar 6,4 juta ton dimana sumber kertas bekas tersebut 3,2 juta ton/tahun dapat disediakan dalam negeri, dan sisanya berasal dari impor. dengan anggaran sebesar Rp. 500.000.000,-. Sub-sub kegiatan yang terkait kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2020 adalah:

- Koordinasi kegiatan recovery kertas bekas sebagai bahan baku industri kertas dengan balai besar pulp dan kertas pada tanggal 4-5 Maret 2020

Realisasi keuangan yang ditargetkan sebesar 29,49 persen terealisasi sebesar 1,60 persen. Sedangkan realisasi fisik ditargetkan sebesar 28,72 persen terealisasi sebesar 0,35 persen.

Akuntabilitas keuangan untuk Output VIII, Peningkatan Recovery Kertas Bekas Dalam Negeri Sebagai Bahan Baku Industri Kertas, jika dilihat dari segi realisasi keuangan tahun 2019 sampai dengan triwulan I dari yang ditargetkan sebesar 29,49 persen terealisasi sebesar 1,60 persen. Sedangkan realisasi fisik ditargetkan sebesar 28,72 persen terealisasi sebesar 0,35 persen.

Dokumen terkait