• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Cluster Berdasarkan Faktor dan Dampak Terjadinya Bencana Tanah Longsor di Indonesia

Frekuensi Terjadi Bencana Tanah Longsor

2. Analisis Cluster Berdasarkan Faktor dan Dampak Terjadinya Bencana Tanah Longsor di Indonesia

Dari hasil analisis variabel input diatas maka dapat ditentukan karakter dari masing-masing wilayah cluster. Adapun analisis karakter cluster dari pembentukan model 8 cluster adalah sebagai berikut :

a. Cluster 1

Cluster 1 memiliki satu anggota yaitu Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan nilai Eucledian Distance sebesar 0.001898. Karena cluster 1 hanya memiliki satu anggota maka karakteristiknya akan sama dengan karakteristik wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

1) Analisis faktor-faktor terjadinya bencana tanah longsor

Berdasarkan hasil analisis data input faktor-faktor terjadinya bencana tanah longsor, faktor yang paling mempengaruhi terjadinya bencana tanah longsor adalah minimnya daerah tanah berumput. Hal ini diperparah dengan rendahnya kesadaran masyakarat akan pemilahan sampah. Meskipun begitu luas daerah sumur resapan dan lubang resapan pada wilayah cluster ini lebih tinggi daripada wilayah cluster lainnya. Untuk faktor yang masuk ke dalam kategori kepemilikan kendaraan bermotor, keberadaan lahan dengan kemiringan curam, luas lahan kritis masih berada dalam jumlah yang tidak begitu besar sehingga dampak yang diberikan tidak terlalu besar. Adapun potensi bencana gempa bumi dan kebakaran hutan dan lahan di wilayah cluster 1 sangat rendah.

79

Berdasarkan hasil analisis data input dampak terjadinya bencana tanah longsor, wilayah cluster 1 adalah wilayah dengan potensi bencana tanah longsor yang cukup tinggi dengan rata-rata mencapai 74 kejadian. Meskipun demikian, rata-rata jumlah korban jiwa yang ditimbulkan dari bencana tanah cukup sedikit dengan 24 korban jiwa yang didominasi oleh korban mengungsi pada setiap kejadian bencana. Bencana tanah longsor juga tidak berdampak begitu besar pada fasilitas umum dan kerusakan jalan. Adapun kerusakan pada rumah warga cukup banyak dengan jumlah rata-rata rumah rusak mencapai 3 unit.

b. Cluster 2

Dari hasil output Minitab, Cluster 2 memiliki 11 anggota. Anggota dari

cluster 2 ditunjukkan pada tabel berikut.

Provinsi Eucledian Distance Provinsi Eucledian Distance

Riau 0.283553 DKI Jakarta 1.153046

Jambi 0.4201 Banten 0.555936

Sumatera Selatan 0.820101 Bali 0.594471

Lampung 0.182669 Kalimantan Selatan 0.167562

Kep, Bangka Belitung 0.170635 Kalimantan Timur 1.217905 Kepulauan Riau 0.158978

1) Analisis faktor-faktor terjadinya bencana tanah longsor

Berdasarkan hasil analisis data input faktor-faktor terjadinya bencana tanah longsor, faktor yang paling berpengaruh akan terjadinya bencana tanah longsor

80

adalah kepemilikan kendaraan bermotor, tingginya frekuensi terjadinya kebakaran, minimnya daerah resapan air dan tingginya jumlah curah hujan. Adapun untuk faktor yang masuk ke dalam kategori keberadaan lahan dengan kemiringan curam, pengolahan sampah, keberadaan lahan kritis dan persentase daerah resapan air masih berada pada jumlah yang tidak begitu besar bila dibandingkan dengan wilayah cluster lainnya sehingga dampak yang diberikan tidak begitu besar. Adapun potensi bencana gempa bumi di wilayah cluster 2 paling rendah bila dibandingkan dengan wilayah cluster lain.

2) Analisis dampak terjadinya bencana tanah longsor

Berdasarkan hasil analisis data input dampak terjadinya bencana tanah longsor, wilayah cluster 2 adalah wilayah dengan potensi bencana tanah longsor yang cukup rendah. Meski begitu, jumlah rumah rusak yang diakibatkan oleh bencana tanah longsor cukup tinggi dengan rata-rata rumah rusak mencapai 6 unit. Adapun jumlah korban jiwa yang ditimbulkan dari bencana tanah cukup sedikit dengan rata-rata 28 korban jiwa per kejadian tanah longsor yang didominasi oleh korban menderita. Bencana tanah longsor juga tidak berdampak begitu besar pada fasilitas umum dan kerusakan jalan.

c. Cluster 3

Cluster 3 memiliki satu anggota yaitu Provinsi Kalimantan Tengah dengan nilai Eucledian Distance sebesar 9.7 . Karena cluster 3 hanya memiliki

81

satu anggota maka karakteristiknya akan sama dengan karakteristik wilayah Provinsi Kalimantan Tengah

1) Analisis faktor-faktor terjadinya bencana alam tanah longsor

Berdasarkan hasil analisis data input faktor-faktor terjadinya bencana tanah longsor, faktor yang paling berpengaruh akan terjadinya bencana tanah longsor adalah curah hujan yang tinggi, potensi terjadi kebakaran hutan dan lahan yang cukup tinggi, dan keberadaan lahan kritis. Adapun faktor yang masuk ke dalam kategori kepemilikan kendaraan bermotor, keberadaan lahan curam, daerah resapan air, pemilahan sampah serta ketersediaan daerah resapan air berada pada jumlah yang tidak begitu besar bila dibandingkan dengan wilayah cluster lainnya sehingga tidak memberikan dampak yang begitu besar. Wilayah cluster ini juga memiliki tingkat pemilahan sampah yang sangat baik dengan lebih dari 20 persen warganya memilah sampah. Adapun wilayah cluster 3 memiliki frekuensi terjadi gempa bumi paling rendah bila dibandingkan dengan wilayah cluster lainnya.

2) Analisis dampak terjadinya bencana tanah longsor

Berdasarkan hasil analisis data input dampak terjadinya bencana tanah longsor, wilayah cluster 3 adalah wilayah dengan potensi bencana tanah longsor yang paling rendah dengan rata-rata 4 kejadian. Jumlah korban jiwa yang ditimbulkan dari bencana tanah cukup paling banyak dengan rata-rata 25 korban jiwa per peristiwa yang didominasi oleh korban menderita. Bencana tanah longsor juga tidak memberikan dampak kerusakan pada akses jalan .Meskipun demikian, bencana tanah longsor tidak berdampak begitu besar pada fasilitas umum dan rumah warga bila dibandingkan dengan wilayah cluster lain.

82 d. Cluster 4

Dari hasil proses pembentukan cluster dengan model 9 cluster, cluster 4 memiliki 2 anggota. Anggota dari cluster 4 ditunjukkan pada tabel berikut

Provinsi Eucledian Distance

Bengkulu 1.37

Kalimantan Barat 0.478437

1) Analisis faktor-faktor terjadinya bencana tanah longsor

Berdasarkan hasil analisis data input faktor-faktor terjadinya bencana tanah longsor, faktor yang paling berpengaruh akan terjadinya bencana tanah longsor pada wilayah cluster 4 adalah rendahnya kesadaran masyarakat akan pemilahan sampah, tingginya curah hujan yang diperparah dengan jumlah hari hujan yang sangat banyak, dan keberadaan lahan kritis. Adapun untuk faktor kepemilikan kendaan bermotor, keberadaan lahan curam, frekeunsi terjadinya gempa bumi, dan frekuensi terjadi kebakaran memiliki jumlah yang tidak begitu besar apabila dibandingkan dengan wilayah cluster lainnya.

Kondisi lain dari wilayah cluster 4 yang sedikit berbeda apabila dibandingkan dengan wilayah cluster lainnya adalah keberadaan daerah resapan air. Rata-rata keberadaan daerah resapan air berupa rumput mencapai 50 persen sedangkan untuk daerah resapa air berupa sumur resapan dan lubang biopori sangat rendah.

2) Analisis dampak terjadinya bencana tanah longsor

Berdasarkan hasil analisis data input dampak terjadinya bencana tanah longsor, wilayah cluster 4 adalah wilayah dengan potensi bencana tanah longsor

83

yang cukup rendah bila dibandingkan dengan wilayah cluster lainnya dengan rata-rata 17 peristiwa bencana tanah longsor. Selain itu, bencana tanah longsor juga memberikan dampak kerusakan pada rumah warga dengan jumlah rata-rata rumah yang rusak mencapai 3 unit. Bencana tanah longsor juga menimbulkan korban jiwa yang cukup banyak, yaitu rata-rata mencapai 15 korban jiwa yang didominasi oleh korban menderita. Selain itu, kerusakan pada fasilitas umum dan jalan yang disebabkan oleh bencana tanah longsor pada wilayah cluster 4 sangat kecil.

e. Cluster 5

Dari hasil proses pembentukan cluster dengan model 9 cluster, cluster 5 memiliki 13 anggota. Anggota dari cluster 5 ditunjukkan pada tabel berikut.

Provinsi Eucledian Distance Provinsi Eucledian Distance

Aceh 0.875 Gorontalo 0.333477

Sumatera Utara 0.824781 Sulawesi Barat 0.249417

Nusa Tenggara Barat 0.755604 Maluku 0.339403

Sulawesi Utara 0.708464 Maluku Utara 0.533828

Sulawesi Tengah 0.254085 Papua Barat 0.559245

Sulawesi Selatan 1.008522 Papua 0.710331

84

1) Analisis faktor-faktor terjadinya bencana tanah longsor

Dari hasil analisis data input faktor faktor terjadinya bencana tanah longsor, faktor yang memberikan pengaruh cukup besar akan terjadinya bencana tanah longsor adalah keberadaan lahan curam yang cukup banyak, rendahnya kesadaran masyarakat akan pemilahan sampah, banyaknya jumlah hari hujan, dan keberadaan lahan kritis. Adapun untuk faktor lain seperti kepemilikan kendaraan bermotor, frekuensi terjadi bencana gempa bumi, dan frekuensi terjadi bencana kebakaran berada pada jumlah yang tidak begitu besar apabila dibandingkan dengan wilayah cluster lainnya.

Adapun kondisi wilayah cluster 5 yang sedikit berbeda bila dibandingkan dengan wilayah lainnya adalah keberadaan daerah resapan air. Pada wilayah

cluster 5 hanya berupa tanah berumput, sedangkan untuk tanah resapan berupa sumur resapan dan lubang biopori cenderung sedikit.

2) Analisis dampak terjadinya bencana tanah longsor

Berdasarkan hasil analisis data input dampak terjadinya bencana tanah longsor, wilayah cluster 5 adalah wilayah dengan potensi bencana tanah longsor yang cukup tinggi dengan rata-rata jumlah kejadian mencapai 42 peristiwa. Bencana tanah longsor juga menimbulkan jumlah korban jiwa yang cukup banyak dengan rata-rata 89 korban jiwa per peristiwa yang didominasi oleh korban mengungsi. Selain menimbulkan korban jiwa yang cukup banyak, bencana tanah longsor pada wilayah cluster 5 ini juga memberikan dampak kerusakan pada jalan yang sangat besar. Tercatat rata-rata 58 km jalan rusak akibat bencana tanah longsor, namun demikian bila dibandingkan dengan jumlah kejadian bencana

85

tanah longsor, wilayah ini mengalami kerusakan jalan sepanjang kurang lebih 2 km per kejadian bencana. Adapun kerusakan pada fasilitas umum cukup rendah dan kerusakan pada rumah warga yang cukup besar dengan rata-rata 8 unit rumah per peristiwa.

f. Cluster 6

Dari hasil proses pembentukan cluster dengan model 8 cluster, cluster 6 memiliki 1 anggota, yaitu Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan nilai Eucledian Distance sebesar 9.7 .

1) Analisis faktor-faktor terjadinya bencana tanah longsor

Dari hasil analisis data input faktor faktor terjadinya bencana tanah longsor, faktor yang memberikan pengaruh cukup besar akan terjadinya bencana tanah longsor adalah keberadaan lahan curam yang cukup banyak, tingginya frekuensi terjadi bencana gempa bumi, dan luasnya lahan kritis. Adapun persentase warga yang memilah sampah, jumlah curah hujan dan jumlah hari hujan, dan keberadaan daerah resapan air masih berada pada jumlah yang tidak begitu besar apabila dibandingkan dengan wilayah cluster lainnya.

Wilayah cluster 6 juga memiliki kondisi yang sedikit berbeda apabila dibandingkan dengan wilayah cluster lainnya. Pada wilayah ini persentase kepemilikan kendaraan bermotor dan frekuensi terjadinya bencana kebakaran paling rendah apabila dibandingkan dengan wilayah cluster lainnya.

86

Berdasarkan hasil analisis data input dampak terjadinya bencana tanah longsor, wilayah cluster 6 adalah wilayah dengan potensi bencana tanah longsor yang cukup tinggi dengan rata-rata 57 peristiwa dengan rata-rata timbulnya korban jiwa sebanyak 48 orang yang didominasi oleh korban menderita. Selain itu, bencana tanah longsor juga memberikan dampak kerusakan cukup besar pada rumah warga. Rata-rata terdapat 7 unit rumah warga yang rusak akibat bencana tanah longsor. Bencana tanah longsor juga memberikan dampak kerusakan yang cukup besar pada akses jalan dengan rata-rata 1.3 km jalan rusak. Meskipun memberikan dampak kerusakan pada rumah warga dan jalan dengan jumlah yang cukup besar, namun bencana tanah longsor tidak memberikan dampak kerusakan yang cukup besar pada fasilitas umum.

g. Cluster 7

Cluster 7 memiliki satu anggota yaitu Provinsi Sumatera Barat dengan nilai

Eucledian Distance sebesar 1.08 .

1) Analisis faktor-faktor terjadinya bencana tanah longsor

Dari hasil analisis data input faktor faktor terjadinya bencana tanah longsor, faktor yang memberikan pengaruh cukup besar akan terjadinya bencana tanah longsor adalah jumlah lahan curam yang sangat banyak, rendahnya persentase keluarga yang memilah sampah, tingginya frekuensi terjadi bencana gempa bumi, tingginya jumlah curah hujan yang diperparah dengan banyaknya jumlah hari hujan. Untuk faktor lain seperti kepemilikan kendaraan bermotor, frekuensi terjadi bencana kebakaran, keberadaan lahan kritis, dan daerah resapan air masih berada

87

pada jumlah yang tidak begitu besar apabila dibandingkan dengan wilayah cluster

lainnya.

2) Analisis dampak terjadinya bencana tanah longsor

Berdasarkan hasil analisis data input dampak terjadinya bencana tanah longsor, wilayah cluster 7 adalah wilayah dengan potensi bencana tanah longsor yang cukup tinggi dengan rata-rata 172 peristiwa bencana tanah longsor dengan rata-rata jumlah korban yang jatuh akibat bencana tanah longsor cukup tinggi mencapai 51 korban jiwa per peristiwa yang didominasi oleh korban mengungsi. Selain korban jiwa, bencana tanah longsor juga menimbulkan kerusakan yang cukup besar pada rumah warga dan akses jalan. Rata-rata jumlah rumah yang rusak akibat bencana tanah longsor mencapai 4 unit rumah dan panjang jalan yang rusak mencapai 1.04 km per peristiwa. Adapun kerusakan yang ditimbulkan oleh bencana tanah longsor pada fasilitas umum masih tergolong rendah.

h. Cluster 8

Dari hasil proses pembentukan cluster dengan model 8 cluster, cluster 8 memiliki 1 anggota, yaitu Provinsi Jawa Timur dengan nilai Eucledian Distance

sebesar 2.09 .

1) Analisis faktor-faktor terjadinya bencana tanah longsor

Berdasarkan hasil analisis data input faktor-faktor terjadinya bencana tanah longsor, faktor yang paling berpengaruh akan terjadinya bencana tanah longsor adalah jumlah lokasi lahan curam yang sangat banyak, rendahnya persentase keluarga yang memilah sampah, tingginya frekuensi terjad bencana gempa bumi,

88

banyaknya jumlah hari hjan meski dengan intensitas sedang, dan tingginya frekuensi bencana kebakaran. Adapun faktor lainnya seperti kepemilikan kendaraan bermotor, keberadaan lahan kritis, dan keberadaan daerah resapan air masih berada pada jumlah yang tidak begitu besar apabila dibandingkan dengan wilayah cluster lainnya

2) Analisis dampak terjadinya bencana tanah longsor

Berdasarkan hasil analisis data input dampak terjadinya bencana tanah longsor, wilayah cluster 8 adalah wilayah dengan potensi bencana tanah longsor yang tinggi dengan rata-rata mencapai 336 kejadian dengan jumlah korban yang jatuh akibat bencana tanah longsor cukup tinggi dengan rata-rata 75 korban jiwa per peristiwa yang didominasi oleh korban menderita. Selain korban jiwa, bencana tanah longsor juga menimbulkan kerusakan pada rumah warga dan akses jalan. Rata-rata jumlah rumah yang rusak akibat bencana tanah longsor mencapai 5 unit rumah dan panjang jalan yang rusak mencapai 0.3 km per peristiwa. Adapun kerusakan yang ditimbulkan oleh bencana tanah longsor pada fasilitas umum masih tergolong rendah.

i. Cluster 9

Dari hasil proses pembentukan cluster dengan model 9 cluster, cluster 9 memiliki 2 anggota. Anggota dari cluster 4 ditunjukkan pada tabel berikut

Provinsi Eucledian Distance

Jawa Barat 0.838334

89

1) Analisis faktor-faktor terjadinya bencana tanah longsor

Berdasarkan hasil analisis data input faktor-faktor terjadinya bencana tanah longsor, faktor yang paling berpengaruh akan terjadinya bencana tanah longsor adalah keberadaan lahan curam, tingginya frekuensi bencana gempa bumi, dan banyaknya jumlah hari hujan dengan intesitas sedang. Adapun faktor lainnya seperti kepemilikan kendaraan bermotor, persentase keluarga yang memilah sampah, frekuensi terjadi bencana kebakaran, keberadaan lahan kritis, dan persentase daerah resapan air.

2) Analisis dampak terjadinya bencana tanah longsor

Berdasarkan hasil analisis data input dampak terjadinya bencana tanah longsor, wilayah cluster 9 adalah wilayah dengan potensi bencana tanah longsor paling tinggi dengan rata-rata mencapai 1113 kejadian dengan jumlah korban yang jatuh akibat bencana tanah longsor cukup tinggi dengan rata-rata 36 korban jiwa per peristiwa yang didominasi oleh korban mengungsi. Selain korban jiwa, bencana tanah longsor juga menimbulkan kerusakan pada rumah warga dan akses jalan. Rata-rata jumlah rumah yang rusak akibat bencana tanah longsor mencapai 8 unit rumah dan panjang jalan yang rusak hanya mencapai rata-rata 0.1 km per peristiwa. Adapun jumlah kerusakan yang ditimbulkan oleh bencana tanah longsor pada fasilitas umum masih tergolong rendah.

Secara umum, hasil analisis dampak dan faktor terjadinya bencana tanah longsor dapat dinyatakan dalam tabel berikut

90

Tabel 3.9 Hasil Analisis Dampak dan Faktor Terjadinya Tanah Longsor pada Masing-Masing Cluster

Cluster

Frekuensi tanah longsor

Provinsi Faktor yang paling

mempengaruhi

Dampak yang paling mempengaruhi

1 74

DI Yogyakarta Derah tanah berumput, tingkat pemilahan sampah, frekuensi tanah longsor tinggi Frekuesi tanah longsor 74 kejadian dengan 24korban jiwa dan 3 unit rumah rusak

2 28

Riau, Jambi, Lampung, Kep. Bangka Belitung, Kep. Riau, DKI

Jakarta, Banten, Bali, Kalimantan Selatan, Kalimatan Timur

Kebakaran, daerah resapan air, curah hujan

Frekuensi tanah longsor rendah, jumlah rumah rusak 6 unit, jumlah korban rata-rata 28

jiwa

3 4

Kalimantan Tengah Curah hujan, kebakaran, lahan kritis Frekuensi tanah longsor 4 kejadian dengan 25 korban jiwa 4 17

Bengkulu Pemilahan sampah,

curah hujan, jumlah hari hujan, lahan kritis

Frekuensi tanah longsor 17 kejadian, jumlah rumah rusak 3 unit, jumlah korban 15 jiwa

5 27

Aceh, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat

Pemilahan sampah, jumlah hari hujan, keberadaan lahan kritis, daerah resapan biopori

Frekuensi tanah longsor 42 kejadian dengan 89 korban jiwa, 8 unit rumah rusak dan 1.3 km jalan rusak

6 57

Nusa Tenggara Timur Lahan curam, gempa bumi, lahan kritis

Frekuensi tanah longsor 57 peristiwa dengan 48 korban jiwa, 7 unit rumah rusak dan 1.37 km jalan rusak

91

Cluster

Frekuensi tanah longsor

Provinsi Faktor yang paling

mempengaruhi

Dampak yang paling mempengaruhi

7 172

Sumatera Barat Lahan curam, pemilahan sampah, gempa bumi, curah hujan, jumlah hari hujan

Frekuensi tanah longsor 172 kejadian dengan 51 korban jiwa, 4 rumah rusak dan 1.02km jalan rusak

8 336

Jawa Timur Curah hujan,

pemilahan sampah, gempa bumi, jumlah hari hujan,

kebakaran

Frekuensi tanah longsor 336 kejadian dengan 75 korban jiwa, 5 rumah rusak dan 0.3 km jalan rusak

9 1113

Jawa Barat, Jawa Tengah

Lahan curam, gempa bumi, kebakaran lahan kritis, daerah resapan air

Frekuensi tanah longsor 1113 kejadian dengan 36 korban jiwa, 8 rumah rusak dan 0.1km jalan rusak

Adapun hasil pembentukan model 9 cluster dapat representasikan dalam bentuk peta seperti yang tersaji pada gambar 3.20.

92

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Tahapan pembentukan cluster dengan menerapkan algoritma Self Organizing Map antara lain menentukan variabel input, menginsialisasi bobot dari data input, menghitung jarak antar neuron dengan data input menggunakan rumus eucledian distance, menentukan update bobot hingga bobot konvergen. Apabila bobot telah mencapai konvergen maka memulai proses pembentukan cluster dengan memanfaatkan kembali rumus

eucledian distance untuk menentukan jarak antara neuron dengan masing- masing data input. Adapun rumus eucledian distance adalah sebagai berikut

2. Dari hasil pembentukan cluster dengan menerapkan algoritma Self Organizing Map maka akan ditentukan penentuan nilai Davies Bouldin Index untuk menentukan model cluster terbaik dari penerapan algoritma

Self Organizing Map. Dengan membandingkan nilai Davies Bouldin Index

pada masing-masing cluster maka diperoleh model pembentukan cluster

93

cluster beserta anggota pada masing masing cluster disajikan pada tabel di bawah ini.

Cluster Provinsi Cluster Provinsi

1 DI Yogyakarta

5

Sulawesi Utara

2

Riau Sulawesi Tengah

Jambi Sulawesi Selatan

Lampung Sulawesi Tenggara

Kep, Bangka Belitung Gorontalo

Kepulauan Riau Sulawesi Barat

DKI Jakarta Maluku

Banten Maluku Utara

Bali Papua Barat

Kalimantan Selatan Papua

Kalimantan Timur 6

Nusa Tenggara Timur

3 Kalimantan Tengah 7 Sumatera Barat

4 Bengkulu 8 Jawa Timur

5

Aceh

9 Jawa Barat

Sumatera Utara Jawa Tengah

Nusa Tenggara Barat

Adapun rumus penentuan nilai Davies Bouldin Index adalah sebagai berikut

‖ ‖

94

B. Saran

Dari hasil penerapan algoritma Self Organizing Map dalam pembentukan

cluster dan penentuan nilai Davies Bouldin Index dalam menentukan pembentukan cluster terbaik dalam proses Self Organizing Map penulis menyarakan penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menambah variable yang lebih spesifik, menggunakan algoritma dan software yang berbeda. Algoritma selain Self Organizing Map yang dapat digunakan untuk membentuk cluster yaitu algoritma GDBScan, algoritma Clarans atau Algortima Cure. Sedangkan software selain Matlab yang dapat digunakan untuk membantu perhitungan dalam proses pembentukan cluster antara lain octave, program R, atau Viscovery SOMine. Penggunaan algoritma yang berbeda memungkinkan peneliti untuk menemukan pembentukan cluster yang berbeda yang mungkin lebih baik, yaitu pembentukan cluster yang menunjukkan perbedaan yang sangat jelas pada masing-masing cluster.

Hasil analisis dari pembentukan model 9 cluster dapat menjadi masukan bagi pemeritah dalam menyusun prorgam penanggulangan bencana dengan memprioritaskan penanggulangan pada faktor terjadinya bencana tanah longsor yang memiliki pengaruh paling besar dengan mempertimbangkan jumlah korban dan kerusakan yang diberikan pada setiap peristiwa tanah longsor.

95

Dokumen terkait