• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Curah Hujan di Wilayah Jabodetabek

Tanggal Lulus :

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengolahan Data Radar

4.2 Analisis Curah Hujan di Wilayah Jabodetabek

Pada tiga (3) pola curah hujan dalam gambar 4, 5, dan 6, dapat dijelaskan bahwa sebaran pola hujan bila ditinjau berdasarkan posisi bujur akan lebih sering terjadi pada bagian barat wilayah Jabodetabek. Wilayah ini merupakan wilayah dengan suhu yang lebih rendah dengan ketinggian maksimum yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya. Salah satu adalah Bogor. Bogor merupakan dareah yang memiliki ketinggian maksimum bila dibandingkan dengan daerah lain dalam penelitian ini (300 mdpl).

Pola penyebaran curah hujan yang terjadi juga menunjukkan adanya fluktuasi waktu yang terjadi. Curah hujan terlihat meningkat seiring dengan bertambahnya waktu dan hari pengamatan.

Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengolah data radar cuaca dalam 3 kelompok selang waktu, per 6 menit, per 30 menit, dan per 60 menit. Data yang ditampilkan adalah dalam 2 posisi bagian (dalam daerah Jabodetabek), yaitu: 106.0-106.5° Bujur Timur dan 106.5-107.0° Bujur Timur. Titik lintang pada kelompok data ini, ditampilkan mengikuti titik bujurnya. Pembagian posisi dalam tampilan hasil ini ditujukan untuk lebih

memaksimalkan analisis curah hujan wilayah dalam daerah kajian Jabodetabek.

Gambar 4 pola penyebaran hujan wilayah pada tanggal 12 Februari 2010 menunjukkan bahwa hujan yang terjadi pada tanggal tersebut merupakan curah hujan dengan intensitas minimum. Hal ini dikarenakan pada tanggal tersebut kejadian hujan tidak sebanding dengan tanggal-tanggal berikutnya, yaitu 13 Februari 2010 dan 14 Februari 2010. Pada tanggal 12 Februari 2010, curah hujan hanya terjadi di beberapa daerah dalam wilayah kajian, seperti Tangerang, beberapa daerah di Bogor, dan daerah paling selatan dalam wilayah kajian. Data radar pada tanggal 13 Februari 2010 dan 14 Februari 2010 menunjukkan kejadian hujan yang ditangkap oleh radar cuaca lebih banyak daripada tanggal 12 Februari 2010. Pada gambar 5 dan 6 terlihat bahwa kejadian hujan di Jabodetabek terjadi hampir secara merata di seluruh wilayah kajiannya. Apabila ditinjau berdasarkan titik bujur yang menjadi titik acuan penelitian ini, curah hujan pada tanggal 5 dan 6 menyebar secara merata pada titik bujur tersebut. Besarnya curah hujan yang terjadi pada masing-masing tanggal amatan didominasi pada kisaran 0-1.2 mm/6 menit.

Pola curah hujan berdasarkan gambar 7, 8, dan 9 adalah pola curah hujan per 6 menit berdasarkan posisi lintang. Posisi lintang yang digunakan untuk analisis data pada penelitian kali ini adalah 7.00 hingga 6.00°LS. Pola curah hujan pada gambar 7, 8, dan 9 menunjukkan adanya hubungan antara curah hujan dengan topografi (dalam hal ini ketinggian). Topografi suatu wilayah dapat mempengaruhi besarnya curah hujan yang diterima oleh daerah tersebut. Semakin ke selatan suatu daerah, topografinya akan semakin tinggi (studi kasus : Jabodetabek), sehingga curah hujannya akan semakin besar pula. Pada wilayah amatan, daerah yang paling selatan merupakan daerah Bogor. Seperti yang telah diketahui, Bogor memiliki ketinggian yang lebih dia antara wilayah amatan lainnya, yaitu rata-rata ketinggian minimum 190 m dan maksimum 330 m dari

permukaan laut. Pada penelitian ini, analisis kaitan antara curah hujan dengan topografi hanya dilakukan sampai tahap ini saja.

Pola sebaran hujan yang terjadi umunya tak hanya meningkat seiring dengan peningkatan topografi saja, namun juga juga seiring dengan waktu. Pada kedua kelompok grafik di atas dapat dibuktikan bahwa curah hujan yang lebih banyak terjadi pada pagi hari. sedangakan pada dini hari, intensitas curah hujan berkurang. Namun pada sore hari, intensitas hujan tak hanya meningkat, tapi juga kejadian hujannya tersebar merata ke beberapa daerah amatan. Hujan dengan intensitas maksimum (kejadian hujan lebih sering terjadi), berlangsung terus menerus, daerah penampung hujan berkurang yang mengakibatkan pengurangan curah hujan yang dapat ditampung, sehingga terjadilah banjir.

Gambar 10 Grafik curah hujan 12 Februari 2010 terhadap satuan waktu (jam) dalam 2 posisi amatan berdasarkan letak bujur.

Pada gambar 10 terlihat bahwa pola curah hujan maksimum pada tanggal 12 Februari 2010 terjadi dalam daerah dengan titik 106.0- 106.5°BT. Data dalam 3 kelompok selang waktu (per 6 menit, per 30 menit, dan per 60 menit) pada tanggal 12 Februari 2010 menunjukkan bahwa curah hujan berfluktuasi terhadap waktu. Rata-rata curah hujan tertinggi yang terbaca pada data radar sangat bervariasi. Grafik per 6 menit pada posisi 1 memiliki fluktuasi curah hujan yang bervariasi. Terdapat beberapa titik maksimum dan perubahan curah hujan yang drastis. Pada daerah ini dimungkinkan terjadinya perubahan curah hujan yang ekstrim. Posisi 2 pada selang waktu yang sama menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap fluktuasi curah hujan pada posisi 1. Pada posisi 2, perubahan curah hujan yang terjadi tidak

terlalu drastis bila dibandingkan dengan posisi 1. Data per 30 menit pada posisi 1 pada grafik di atas menunjukkan fluktuasi curah hujan terhadap waktu berjalan stabil. Titik maksimum hujan terjadi pada dini hari dan terendah pada siang hari. Posisi 2 pada selang waktu ini menunjukkan terjadinya perubahan curah hujan yang ekstrim pada pagi hari. Titik curah hujan maksimumnya terjadi pada pagi hari.

Data per 60 menit yang terjadi pada posisi 1 menunjukkan terjadinya kenaikan curah hujan maksimum pada siang hari dan kemudian turuh kembali pada sore hari yang diikuti dengan kenaikan kembali pada malam hari. Sedangakan pada posisi 2 terjadi peningkatan curah hujan hingga mencapai titik maksimum pada sore hari kemudian turun secara drastis pada malam hari.

Gambar 11 Grafik curah hujan 12 Februari 2010 terhadap satuan waktu (jam) dalam 2 posisi amatan berdasarkan letak lintang.

Gambar 11 menunjukkan grafik curah hujan yang terjadi pada daerah amatan berdasarkan posisi lintangnya. Pembagian posisi lintang yang dilakukan pada penelitian kali ini adalah 7.00-6.50°LS dan 6.50- 6.00°LS. Terlihat bahwa semakin menuju ke selatan, curah hujan akan semakin besar. Pada daerah amatan, daerah yang terletak di bagian selatan merupakan daerah Bogor. Daerah Bogor merupakan daerah yang didominasi dengan ketinggian yang melebihi daerah yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya kejadian curah hujan pada suatu daerah amatan bergantung pada topografi daerah amatan tersebut.

Data tanggal 12 Februari 2010 menunjukkan variasi yang beragam antara curah hujan dengan waktu. Fluktuasi pergerakan curah hujannya mengalami perubahan yang drastis. Pada posisi 1,

beberapa titik maksimum didahului dengan titik minimum dan diakhiri dengan titik minimum kembali dengan titik maksimum pada pagi (untuk data er 6 menit dan 30 menit) dan sore hari (untuk data per 60 menit).

Posisi 2 data per 6 menit pada gambar dia atas menunjukkan bahwa pergerakan curah hujan dapat disimpulkan mengalami perubahan yang tidak terlalu drastis bila dibandingkan dengan kelompok data lainnya. Titik maksimum pada kelompok data ini berada pada pagi hari. Pada gambar kelompok data selanjutnya diperlihatkan bahwa pergerakan curah hujan berfluktuasi terhadap waktu,untuk kelompok data 30 menit, titik maksimum terjadi menjelang siang hari. Sedangkan pada kelompok data 60 menit, titik maksimum terjadi pada sore hari.

Gambar 12 Grafik curah hujan 13 Februari 2010 terhadap satuan waktu (jam) dalam 2 posisi pengamatan berdasarkan posisi bujur.

4

Gambar 12 menunjukkan pola curah hujan pada 2 posisi pengamatan pada tanggal 13 Februari 2010. Seperti yang terlihat, untuk data per 6 menit pada posisi 1, fluktuasi hujan yang terjadi tidak mengalami perubahan yang siginifikan bila dibandingkan dengan selang waktu yang sama pada posisi 2. Titik maksimum pada posisi 1 berada pada dini hari dengan titik minimum menjelang siang hari dan malam hari. Sedangkan pada posisi 2, titik maksimum berada pada pagi hari yang sebelumnya didahului dengan titik minimum.

Selang waktu kedua (per 30 menit) menunjukkan bahwa fluktuasi curah hujan terhadap waktu yang terjadi tidak terlalu bervariasi bila dibandingkan dengan data- data sebelumnya. Pada posisi 1, terdapat perubahan curah hujan ekstrim pada pagi hari dengan titik maksimumnya terjadi pada dini

hari. Posisi 2 gambar 12, titik maksimum terjadi pada siang hari kemudian diikuti dengan perubahan curah hujan menuju ke titik minimum.

Pada selang waktu ke tiga, terjadi perubahan curah hujan terhadap waktu yang disertai dengan perubahan curah hujan yang ekstrim. Pada posisi 1, titik maksimumnya terjadi pada pagi hari yang disertai dengan perubahan curah hujan menuju ke titik yang rendah. Titik minimum yang terjadi pada posisi ini terjadi pada malam hari. Posisi 2 juga menunjukkan perubhaan yang ekstrim, pada titik maksimumnya didahului dan diakhiri dengan titik minimum. Titik paling rendah ada posisi ini juga terjadi pada malam hari.

Gambar 13 Grafik curah hujan 13 Februari 2010 terhadap satuan waktu (jam) dalam 2 posisi pengamatan berdasarkan posisi lintang.

Grafik pada gambar 13 merupakan grafik curah hujan pada tanggal 13 Februari 2010 berdasarkan posisi lintang. Seperti pada penjelasan grafik lintang pada tanggal 12 Februari 2010, terlihat bahwa semain ke selatan, curah hujan akan semakin meningkat yang diakibatkan oleh kondisi topografi daerah tersebut. Data per 6 menit pada posisi 1 menunjukkan fluktuasi yang bervariasi antara curah hujan dengan satuan waktu, titik maksimum dan minimumnya mendominasi kelompok data ini. Namun pada posisi 2, terdapat perubahan yang kurang bervariasi bila dibandingkan dengan kelompok data sebelumnya. Pada data ini, titik maksimum

terjadi pada malam hari dan titik minimum yang mendominasi.

Pada kelompok data berikutnya (data per 30 menit dan 60 menit) menunjukkan pola yang hampir sama pada kedua posisi, yang membedakannya adalah besarnya titik maksimum dan titik minimum yang dimiliki oleh kelompok data ini. Pada grafik 3 kelompok data di atas, membuktikan bahwa, besarnya curah hujan yang dapat mencapai titik maksimum hanya dapat berlangsung dalam waktu yang relatif singkat. Sedangkan untuk curah hujan yang mencapai titik minimum dapat terjadi berulang kali.

Gambar 14 Grafik curah hujan 14 Februari 2010 terhadap satuan waktu dalam 2 posisi pengamatan berdasarkan posisi bujur.

Grafik curah hujan pada gambar 14, tanggal 14 Februari 2010 pada posisi 1 selang waktu per 6 menit menunjukkan bahwa perubahan curah hujan terhadap waktu yang terjadi terlihat lebih konstan bila dibandingkan dengan data-data sebelumnya, terutama pada pagi hari hingga malam hari. Titik maksimum pada posisi ini terjadi pada dini hari dengan titik maksimum terjadi pada malam hari. Posisi 2 pada selang waktu ini menunjukkan fluktuasi yang terjadi sangan besar dengan titik maksimum pada pagi hari dan perubahan ke titik minimum yang ekstrim pada siang hari.

Kelompok selang waktu per 30 menit pada posisi 1 menunjukkan perubahan curah hujan yang ekstrim terjadi pada siang hari dan malam hari dengan titik maksimum dan minimum pada malam hari. Posisi 2 pada

kelompok selang waktu ini tidak menunjukkan perubahan yang signifikan antara curah hujan dan waktu mulai dari dini hari hingga malam hari (pukul 20-21.00 WIB). Namun pada malam hari kembali terjadi perubahan yang signifikan hingga mencapai titik maksimumnya.

Kelompok selang waktu per 60 menit pada tanggal ini menunjukkan pola fluktuasi curah hujan terhadap waktu yang hampir sama. Posisi 1 mengalami fluktuasi mulai dari dini hari, mengalami titik minimum menjelang siang hari dan mencapai titik maksimum pada malam hari. Sedangkan pada posisi 2, fluktuasi curah hujan terhadap waktu mulai terjadi pada pagi hari. Titik minimum terjadi pada pagi hari dan mencapai titik maksimum menjelang malam hari.

Gambar 15 Grafik curah hujan 14 Februari 2010 terhadap satuan waktu dalam 2 posisi pengamatan berdasarkan posisi lintang.

Grafik hubungan antara curah hujan dengan waktu yang ditamspilkan pada gambar 15 di atas merupakan grafik tanggal 14 Februari 2010 berdasarkan posisi lintang. Pada grafik data ini terlihat bahwa fluktuasi curah hujan yang terjadi bervariasi pada posisi 1 (7.0 – 6.5 °LS) dengan curah hujan maksimum mencapai titik 4 mm/jam. Sedangkan pada data per 30 menit pada posisi 2, fluktuasi pergerakannya dapat dianggap konstan dan mencapai titik maksimum pada tengah malam hari.

Pola sebaran hujan yang ditampilkan baik dalam bentuk peta sebaran hujan maupun grafik fluktuasi curah hujan dengan waktu menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bervariasi antara curah hujan dengan waktu dan wilayah kajian.

V. KESIMPULAN

 Data curah hujan yang didapat melalui data radar cuaca menggunakan software-software terkait, seperti: C, Fortran, Perl, dan NetCDF, dapat dihasilkan dalam beberapa bentuk sesuai dengan kebutuhan (teks dan gambar). Data radar yang dihasilkan pada penelitian ini dalam bentuk teks yang terdiri dari titik bujur, lintang, ketinggian, dan curah hujan, sehingga data dapat disajikan dalam bentuk spasial

 Data curah hujan yang dihasilkan oleh Radar Doppler C-Band menunjukkan bahwa curah hujan dengan intensitas tertinggi terjadi di wilayah Bogor dan semakin berkurangnya ketinggian tempat, curah hujan semakin kecil. Kondisi ini hanya berlaku pada saat pengambilan data radar cuaca ini. Pola hujan wilayah dapat dapat dihasilkan menggunakan data dengan rentang waktu yang lebih lama.

DAFTAR PUSTAKA

[Anonim]. 2010. Constant Altitude Plan Position Indicator. http://wikipedia.org/ 02 Desember 2010.

Asdak C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Bahar Y. 2007. Peranan Radar dan Satelit Cuaca dalam Mendukung Kegiatan Pengamatan Meteorologi yang dilakukan

oleh BMG. Skripsi. Jurusan Geofisika dan Meteorologi. FMIPA. IPB. Bogor. Tidak dipublikasikan.

Bakosurtanal. 1992. Peta Rupa Bumi. Bakosurtanal.

Budiati SW. 1996. Estimasi Curah Hujan berdasarkan Indeks Pantulan Radar dan Profil Kelembaban Relatif Hasil Observasi Radiosonde. Tesis. Program Studi Agroklimatologi. FMIPA. IPB. Tidak dipublikasikan.

Bouar Le E, Testud J, Lavabre J. 2002. Monitoring of Serve Events with an X- Band Polarimetric Radar. Proseding konferensi Plinius 4 EGS. Mallocra: Oktober 2002.

Chumchean S, Aungsuratana, Khommuang A, Hanchoowong R. 2009. Study of Rain- Cloud Characteristics Using Weather Radar Data. Congress 18th World

IMACS/MODISM. Australia 13-17 July 2009. Autralia.

Chumchean S, Seed A, Sharma A. 2003. Effect of Radar Beam Geometry on Radar Rainfall Estimation. Simposium HS03 dalam IUGG2003. Sapporo Juli 2003. Sapporo.

Doviak dan Zrniḉ. 1993. Doppler Radar and Weather Observations. Oklahoma : Academi Press.

Frisch AS, Lenschow DH, Fairall CW, Schubert WH, Gibson JS. 1994. Doppler Radar Measurements of Turbulence in Marine Stratiform Cloud during ASTEX. Atmospheric Sciences 52: 2800-2809. Gray W, Howard L. 2004. Radar Rainfall

estimation in the New Zaeland Context. Sixth International Symposium on Hydrological Applications of Weather Radar. Australia 2-4 Ferbuari 2004. Australia.

Haryanto U. 1998. Keterkaitan Fase Indeks Osilasi Selatan (SOI) terhadap Curah Hujan di DAS Citarum. Tesis. Jurusan Geofisika dan Meterologi. FMIPA. IPB. Bogor. Tidak dipublikasikan.

Iswandi. 2006. Potensi Pemanfaatan Data Radar SRTM untuk analisa Debit Puncak, Studi Kasus DAS Lipat Kain, Kampar- Riau. Tesis. Program Studi: Ilmu Pengelolaan DAS. IPB.

Kartasapoetra AG. 2004. Klimatologi, Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara.

Kollias P, Albrecht BA, Lhermitte dan Savtchenko. 2000. Radar Observations of Updrafts, Downdrafts, and Turbulence in

Fair-Weather Cumuli. Atmospheric Sciences 58: 1750-1765.

Marzano FS. 2004. Rain Field and Reflectivity Vertical Profile Reconstruction From C-Band Radar

Volumetric Data.

http://www.die.uniroma1.it/personale/. 20 Maret 2010.

NeoNET. 2010. Data Radar Cuaca C-Band Doppler Oktober 2009 – Februari 2010. BPPT. Jakarta.

Picciotti E, Gallase B, Cimoroni A, Montopoli M, Telleschi A, Volpi A, Consalvi F, Cinque G, Marzano FS. 2008. C-Band Radar Precipitation Measurements in Mountainous Region: Comparison with Raingauge Fields and X-Band Radar Data. The Fifth European on Radar in Meterology and Hydrology. ERAD 2008. Eropa.

Widarko S. 2009. Apakah Cuaca Itu?. http://pustakacuaca.blogspot.com/. (13 Agustus 2010).

Lampiran 1. Script CDR_CONV.pl #!/usr/bin/perl $workdir = "../"; $datadir = "${workdir}/new_cdr_data/raw"; $mrfdata = "${workdir}/new_cdr_data/mrf"; $yy = "2010"; @mon = qw(12); @day = qw(02); foreach $mon (@mon){ foreach $day (@day){

print "${datadir}/${yy}${mon}${day} \n"; opendir(FP,"${datadir}/${yy}${mon}${day}") or die $!; while(defined($file = readdir(FP))){ unless($file =~ /^JEP/){ next; }

print "mmds.conv iris ${datadir}/${yy}${mon}${day}/$file ${mrfdata}/${yy}/${mon}${day}/\n";

system("mkdir -p ${mrfdata}/${yy}${mon}${day}");

system("mmds.conv iris ${datadir}/${yy}${mon}${day}/$file ${mrfdata}/${yy}${mon}${day}/");

} } }

Lampiran 2. Script CDR_VOL.pl #!/usr/bin/perl use NetCDF; $mrfdata = "../new_cdr_data/mrf"; $volume = "../new_cdr_data/volume"; $year = "2010"; @mon = qw(10); @day = qw(04); $radar = "CDR"; foreach $mon (@mon){ foreach $day (@day){

if(-e "filelist"){

unlink("filelist"); }

$dir = "${mrfdata}/${year}${mon}${day}"; print "${mrfdata}/${year}${mon}${day} \n"; system("ls $dir > filelist");

open(FP,"filelist");

while(defined($file=<FP>)){ chomp($file);

$FILE = "${dir}/${file}"; print "file $FILE \n";

$ncid = NetCDF::open($FILE,NOWRITE); $varid = NetCDF::varid($ncid,"M_el"); @coords = (0,0); NetCDF::varget1($ncid,$varid,\@coords,$el); @coords = (5,0); NetCDF::varget1($ncid,$varid,\@coords,$el2); $d_el = abs($el2 - $el);

$varid = NetCDF::varid($ncid,"M_az"); @coords = (0,0);

NetCDF::varget1($ncid,$varid,\@coords,$az); @coords = (5,0);

NetCDF::varget1($ncid,$varid,\@coords,$az2); $d_az = abs($az2 -$az);

if($d_az < 0.1 && $d_el > 0.1){ $TYPE = "RHI";

}else{

}

print "TYPE $TYPE \n"; if($TYPE eq "RHI"){ $AZ = $az; if($AZ < 100.0){ $AZ = sprintf("%03d",$AZ*10); }else{ $AZ = sprintf("%03d",$AZ); } print "file $file AZ $AZ \n";

}else{

$EL = $el;

$EL = sprintf("%03d",$EL*10); print "file $file EL $EL \n"; } NetCDF::diminq($ncid,0,$name,$Ray_NUM); $varid = NetCDF::varid($ncid,"M_time"); @start = (0); @count = ($Ray_NUM); NetCDF::varget($ncid,$varid,\@start,@count,\@unix); $min = $unix[0]; for($i=0;$i<$Ray_NUM;$i++){ if($unix[$i] < $min){ $min = $unix[$i]; } } $UNIX = $min;

print "UNIX $UNIX \n"; NetCDF::close($ncid); #For INDONESIA# $UNIX = $UNIX -3600*2; ($sc0,$mn0,$hh0,$dd0,$mm0,$yy0,$weak0,$yday0,$opt0) = localtime($UNIX); $mm0 = $mm0 + 1; $mm0 = sprintf("%02d",$mm0); $dd0 = sprintf("%02d",$dd0); $hh0 = sprintf("%02d",$hh0); $mn0 = sprintf("%02d",$mn0); $sc0 = sprintf("%02d",$sc0); if($EL < 9){ $UNIX2 = int($UNIX / 360) * 360; ($sc,$mn,$hh,$dd,$mm,$yy,$weak,$yday,$opt) = localtime($UNIX2);

$mm = $mm + 1; $mm = sprintf("%02d",$mm); $dd = sprintf("%02d",$dd); $hh = sprintf("%02d",$hh); $mn = sprintf("%02d",$mn); $sc = sprintf("%02d",$sc); $dir2 = "${volume}/${year}/${mm}${dd}/${hh}${mn}"; system("mkdir -p $dir2"); if($TYPE eq "PPI"){ system("cp ${dir}/${file} ${dir2}/${radar}${mm0}${dd0}${hh0}${mn0}${sc0}_EL${EL}.nc"); }else{ system("cp ${dir}/${file} ${dir2}/${radar}${mm0}${dd0}${hh0}${mn0}${sc0}_AZ${AZ}.nc"); } }else{ $UNIX2 = int($UNIX / 360) * 360; ($sc,$mn,$hh,$dd,$mm,$yy,$weak,$yday,$opt) = localtime($UNIX2); $mm = $mm + 1; $mm = sprintf("%02d",$mm); $dd = sprintf("%02d",$dd); $hh = sprintf("%02d",$hh); $mn = sprintf("%02d",$mn); $sc = sprintf("%02d",$sc); $dir2 = "${volume}/${year}/${mm}${dd}/${hh}${mn}"; unless(-e "$dir2"){ $UNIX2 = $UNIX2 - 360; ($sc,$mn,$hh,$dd,$mm,$yy,$weak,$yday,$opt) = localtime($UNIX2); $mm = $mm + 1; $mm = sprintf("%02d",$mm); $dd = sprintf("%02d",$dd); $hh = sprintf("%02d",$hh); $mn = sprintf("%02d",$mn); $sc = sprintf("%02d",$sc); $dir2 = "${volume}/${year}/${mm}${dd}/${hh}${mn}"; } unless(-e "$dir2"){ system("mkdir -p $dir2"); } if($TYPE eq "PPI"){ system("cp ${dir}/${file} ${dir2}/${radar}${mm0}${dd0}${hh0}${mn0}${sc0}_EL${EL}.nc");

}else{ system("cp ${dir}/${file} ${dir2}/${radar}${mm0}${dd0}${hh0}${mn0}${sc0}_AZ${AZ}.nc"); } } } close(FP); } }

Lampiran 3. Script PPI2CAPPI2.pl #! /usr/bin/perl

$UNFOLD = 0; #1=use unfolding data 0=use folding data $XDR_NUM = 1; #1=single radar data 0=dual radar data # work directory #

$workdir = "..";

$datadir = "../../new_cdr_data/volume"; $year = "2010";

#if(@ARGV != 3){ # print "ARGV error \n"; # print "firstradar velx vely \n"; # exit(1);

#}

### NAME your RADARs ############# $Rname1 = "Mia"; #radar name of MIA $Rname2 = "Tiku"; #radar name of Tiku #### Setting option of CAPPI ##### $firstradar = $ARGV[0];

$velx = $ARGV[1]; $vely = $ARGV[2]; ## Save as temporary data? ## ## yes => 1 or no => 0 ## ## narita => 0 , ## ## haneda => 1 , ## ## cmp =>2 ## ############################# if($firstradar eq $Rname1){ $RADARnameF = $Rname1; $RADARnameS = $Rname2; $FX = 0.0; $FY = 0.0; $FZ = 0.0; $SX = -42.297; $SY = 42.018; $SZ = 0.0; }elsif($firstradar eq $Rname2){

#Tiku#$B$rCf?4$K$7$?>l9g!J5wN%$NId9f$,JQ$o$k!K#(B $RADARnameF = $Rname2; $RADARnameS = $Rname1; $FX = 0.0; $FY = 0.0; $FZ = 0.0; $SX = 42.297; $SY =-42.018; $SZ = 0.0; } ################################################# @day = qw(0212); @hh = qw(01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23); @mn = qw(00 06 12 18 24 30 36 42 48 54);

foreach $day (@day){ foreach $hh (@hh){ foreach $mn (@mn){

$time = $hh . $mn; print "time $time \n";

print "START make_Config_list \n"; &make_Config_list("Config.txt",$day,$time, $FX,$FY,$FZ,$SX,$SY,$SZ, $velx,$vely); if($UNFOLD == 1){ $PPIdataF = "${datadir}/${RADARnameF}_unfold/${year}/${day}/${time}"; $PPIdataS = "${datadir}/${RADARnameS}_unfold/${year}/${day}/${time}"; }elsif($UNFOLD == 0){ $PPIdataF = "${datadir}/${RADARnameF}/${year}/${day}/${time}"; $PPIdataS = "${datadir}/${RADARnameS}/${year}/${day}/${time}"; }

print "PPIF $PPIdataF \n"; print "PPIS $PPIdataS \n"; print "START make_filelist \n"; &make_filelist($PPIdataF,"FILElistF"); if($XDR_NUM == 2){

&make_filelist($PPIdataS,"FILElistS"); }

system("${workdir}/mkcappi/MKCAPPI FILElistF FILElistF Config.txt"); }elsif($XDR_NUM == 2){

system("${workdir}/mkcappi/MKCAPPI FILElistF FILElistS Config.txt"); } if(-e "CAPPI.bin1"){ print("Copy to ${workdir}/data/CAPPIdata/${RADARnameF}${day}${time}.cpi \n"); system("mv CAPPI.bin1 ${workdir}/data/CAPPIdata/${RADARnameF}${day}${time}.cpi"); } if(-e "CAPPI.bin2"){ print("Copy to ${workdir}/data/CAPPIdata/${RADARnameS}${day}${time}.cpi \n"); if($XDR_NUM == 1){ unlink("CAPPI.bin2"); }else{ system("mv CAPPI.bin2 ${workdir}/data/CAPPIdata/${RADARnameS}${day}${time}.cpi"); } } if(-e "Config.txt2"){ print("Copy to ${workdir}/data/Conf/Config/PPI \n"); system("mkdir -p ${workdir}/data/Conf/Config/PPI");

system("mv Config.txt2 ${workdir}/data/Conf/Config/PPI/Conf${day}${time}.txt"); } unlink("FILElistF"); unlink("FILElistS"); # unlink("FILElistF_FT"); # unlink("FILElistS_FT"); unlink("Config.txt"); } } } ###############################################% sub make_filelist{ my ($filedir, $filelist) = @_ ; print "filedir $filedir \n"; opendir(DIR,"$filedir"); open(OFILE,"> $filelist"); # $first_time = "${filelist}_FT";

# open(FT,">$first_time"); while(defined($files = readdir(DIR))){ if($files =~ /^\./){ next; } if(-d "$filedir/${files}"){next;} if($files =~ /AZ\d\d\d/){ next; }

print OFILE "${filedir}/${files}\n"; # $time2 = substr($files,7,6); # print FT "${time2}\n"; } close(DIR); close(OFILE); # close(FT); } ###############################################% sub make_Config_list{ my ($conflist,$day,$time,$FX,$FY,$FZ,$SX,$SY,$SZ, $velx,$vely) = @_ ;

my $year = `date +%Y`; my $mon = `date +%m`; my $day2 = `date +%d`; my $hour = `date +%k`; my $min = `date +%M`; chomp $year; chomp $mon; chomp $day2; chomp $hour; chomp $min;

open(CFILE,"> ${conflist}2") or die;

print CFILE "Calc date is $year/$mon/$day2 $hour:$min LST \n\n"; print CFILE "Day = $day \n";

print CFILE "time = $time \n"; print CFILE "FX = $FX \n"; print CFILE "FY = $FY \n"; print CFILE "FZ = $FZ \n"; print CFILE "SX = $SX \n";

print CFILE "SY = $SY \n"; print CFILE "SZ = $SZ \n"; print CFILE "velx = $velx \n"; print CFILE "vely = $vely \n"; open(CFILE2,"> ${conflist}") or die; print CFILE2 "$FX \n";

print CFILE2 "$FY \n"; print CFILE2 "$FZ \n"; print CFILE2 "$SX \n"; print CFILE2 "$SY \n"; print CFILE2 "$SZ \n"; print CFILE2 "$velx \n"; print CFILE2 "$vely \n"; close(CFILE2);

Lampiran 4. Script rainrate.f program rain_rate implicit none integer x,y,z,x_num,y_num,z_num,n_height integer size,wlength real tmp,lon,lat,elev character f_name*70,f_output*70 integer i integer no_file real,allocatable :: ref(:,:,:) real,allocatable :: ref2(:,:,:) real,allocatable :: rain(:,:,:) integer No_rec print* print*, '====================================================' print*, ' CAPPI-to-ASCII Radar Data Converter '

print*, ' programmed by Ardhi Adhary Arbain '

print*, '====================================================' print*

c print*, 'Tuliskan nama file dari data CAPPI (case sensitive) :' c read(*,*) f_name print* x_num = 421 y_num = 421 z_num = 41 n_height = 1 allocate(ref(x_num,y_num,z_num)) allocate(ref2(x_num,y_num,z_num)) allocate(rain(x_num,y_num,z_num)) do i=1,240 no_file=no_file+1 read(5,'(a)') f_name f_output = trim(f_name)//'.dat'

print*, '--- informasi data ---' print*, 'Nomor file : ', no_file print*, 'Nama file masukan : ', f_name print*, '---' print*

Dokumen terkait